Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.3 FISIOLOGI
Tonsil merupakan salah satu organ limfatik selain limpa, kelenjar getah
bening, dan usus buntu. Seluruh organ sekunder tersebut terletak dimana limfosit
berkumpul dan berikatan dengan antigen, kemudian akan berproliferasi dan secara
aktif melawan kuman. Tonsil berbentuk cincin yang berguna sebagai pelindung
diantara rongga mulut dan faring, karena lokasinya tersebut tonsil merupakan
pelindung pertama dari mikroorganisme yang masuk melalui hidung dan mulut
(Mader, 2004).
Pada tonsil terdapat sel B dan sel T sebagai sistem imun. Sel B dan sel T
tersebut dipersiapan untuk memberikan perlawanan terhadap antigen yang masuk
ke dalam jaringan dan cairan tubuh (Mader, 2004).
2.5 EPIDEMIOLOGI
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak. Penyebab tonsilitis yang
paling banyak adalah golongan dari streptokokus yang biasanya terjadi pada anak-
anak umur 5-15 tahun (Shah, 2012).
Berdasarkan penelitian pada anak-anak sekolah dijumpai 15,9% memiliki
status sebagai pembawa / carrier mikroorganisme streptokokus grup A yang
merupakan penyebab penyakit tonsilitis (Shah, 2012).
Penelitian yang dilakukan pada anak-anak di Norwegia mengenai kejadian
tonsilitis berulang dilaporkan sebesar 11,7% dan pada penelitian lainnya yang
dilakukan pada anak-anak di Turki diperkirakan sebesar 12,1% (Shah, 2012).
2.6 ETIOLOGI
Kultur dari tonsil sehat dan tonsil terinfeksi memiliki organisme yang
berbeda, dengan mengetahui perbedaan pertumbuhan bakteri yang didapatkan dari
sampel permukaan dan bagian tengah tonsil. Organisme yang paling sering
didapati dari permukaan tonsil yang terinfeksi adalah streptokokus beta
hemolitikus grup A. Hampir 40% orang yang tidak mempunyai gejala tonsilitis
jika dikultur bisa juga didapati organisme tersebut. Organisme yang lain termasuk
Haemophilus, Staphylococcus aureus, streptokokus alfa hemolitikus,
Branhamella sp., Mycoplasma, Chlamydia, jenis bakteri anaerob dan virus pada
saluran pernapasan (McKerrow, 2008).
Penelitian yang dilakukan terhadap sampel yang diambil dari bagian tengah
atau inti tonsil dengan menggunakan aspirasi jarum halus pada tonsil sehat dan
tonsil terinfeksi. Biasanya pada sampel tonsil normal akan gagal terjadi
2.8 PATOGENESIS
Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kripta-
kriptanya, sampai disana kuman tersebut secara airogen (melalui hidung, droplet
yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian ke nasofaring terus ke
tonsil), maupun secara foodborn yaitu melalui mulut bersamaan dengan makanan
(Aritmoyo, 1980 dalam Siswantoro, 2003).
2.9 DIAGNOSIS
Menurut penelitian dari beberapa ahli mengemukakan bahwa (Kurien M,
2000 dalam Farokah, 2005) :
1. Pemeriksaan rutin dari apusan di permukaan tenggorok sebagai diagnosa
pasti penderita flora bakteri pada tonsilitis kronis tidak valid dan tidak dapat
dipercaya.
2. Gold standard bakteri penyebab tonsilitis kronis adalah dengan kultur dari
bagian tengah tonsil.
3. Streptokokus beta hemolitikus grup A merupakan kuman yang sering
ditemukan pada permukaan maupun bagian tengah tonsil.
4. Pada tonsilitis kronis streptokokus beta hemolitikus grup A lebih banyak
dijumpai pada bagian dalam tonsil daripada permukaan tonsil.
UJI LABORATORIUM
Uji laboratorium untuk mengetahui bakteri yang menyebabkan tonsilitis
dapat dilakukan untuk mengetahui antibiotik yang tepat sebagai terapi.
Spesimen diambil dari tonsil dapat berupa usapan tenggorok, pus, atau darah
sebagai biakan. Seperti yang telah dijelaskan, penyebab tonsilitis yang
terbanyak disebabkan oleh golongan streptokokus grup A maka pada sediaan
apus dari spesimen lebih sering memperlihatkan kokus tunggal atau
berpasangan. Spesimen yang dicurigai mengandung streptokokus dibiakan
pada lempeng agar darah dan akan menumbuhkan streptokokus hemolitikus
grup A dalam waktu beberapa jam atau hari. Jika sediaan apus
memperlihatkan streptokokus tetapi tidak terjadi pertumbuhan pada biakan,
harus dicurigai organisme anaerob (Brooks, 2008).
2.11 KOMPLIKASI
Komplikasi dari tonsilitis kronis adalah abses peritonsilar, abses
parafaringeal, abses intratonsilar, kista tonsilar, tonsillolith, demam rematik dan
nefritis akut (Maqbool, 2001). Selain itu radang kronis tonsil dapat menimbulkan
komplikasi ke daerah sekitar berupa rinitis kronis, sinusitis atau otitis media
secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen
dan dapat timbul endokarditis, atritis, dan lain sebagainya (Rusmarjono dan
Efiaty, 2007).
2.12 PROGNOSIS
Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan
pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat
penderita tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi
infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan
yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami perbaikan dalam waktu
yang singkat (Nurjannah, 2011).
Gejala-gejala yang menetap dapat menunjukkan bahwa penderita
mengalami infeksi saluran nafas lainnya, infeksi yang paling sering terjadi yaitu
infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat
menjadi sumber dari infeksi serius seperti demam rematik (Nurjannah, 2011).
2.13 PENCEGAHAN
Berbagai flora normal tinggal didalam tubuh manusia, bakteri-bakteri ini
akan menyebabkan penyakit hanya bila berada dibagian tubuh yang normalnya
tidak didiami bakteri-bakteri tersebut. Sumber utama streptokokus grup A adalah
orang-orang yang memiliki banyak organisme ini (carrier). Orang tersebut dapat