You are on page 1of 10

Antigen NS1 Dengue Sebagai Penanda Penyakit Klinis Berat

Abstrak
Latar Belakang: Deteksi dini komplikasi secara signifikan dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas akibat demam berdarah dengue. Kami bertujuan untuk
menentukan apakah tes deteksi antigen NS1 cepat bisa digunakan sebagai titik uji
perawatan untuk memprediksi penyakit yang berat.
Metode: 186 pasien dewasa yang terdiagnosis dengue saat penyakit hari ke- 3-8
diikutsertakan. Parameter klinis dan laboratorium dicatat selama perjalanan penyakit
dan kadar antigen NS1 ditentukan dengan menggunakan Panbio dengue early ELISA
(Panbio, Australia) dan alat deteksi antigen NS1 cepat (SD Bioline, Korea Selatan).
Hasil: 59,1% dari pasien yang datang ke rumah sakit pada hari 5-6 sakit ketika antigen
NS1 positif secara signifikan (p = 0,008) berhubungan dengan dengue yang parah (rasio
odds 3,0, 95% CI 1,39-6,47) dan tingkat antigen NS1 secara signifikan lebih tinggi (p =
0,03) pada mereka yang mengalami syok. Kadar antigen NS1serum secara signifikan (p
<0,0001) berbanding terbalik dengan total jumlah leukosit dan jumlah limfosit. Uji NS1
secara bedside menunjukkan sensitivitas sebesar (97,4%) dan spesifisitas sebesar
(93,7%) jika dibandingkan dengan tes laboratorium NS1 dalam setting dan kohort kami.
Kesimpulan: Antigen NS1 positif dikaitkan dengan risiko terkena demam berdarah
dengue berat yang lebih tinggi terutama ketika positif di luar hari ke-5 penyakit dalam
kelompok kami, dan studi validasi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah tes
ini dapat berpotensi digunakan sebagai poin utama pemeriksaan secara bedside saat
perawatan sebagai tanda peringatan demam berdarah berat.
Kata kunci: Demam berdarah dengue, prediksi keparahan, antigen NS1, poin utama uji
perawatan
Latar Belakang
Infeksi dengue saat ini merupakan salah satu infeksi arboviral yang paling cepat
berkembang di dunia [1], yang mengakibatkan 390 juta infeksi setiap tahun [2]. Mereka
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan terutama di negara-negara
berkembang yang miskin sumber daya dan merupakan beban besar bagi ekonomi
mereka [3]. Meskipun sebagian besar infeksi dengue mengakibatkan infeksi yang
bersifat asimtomatik atau bermanifestasi sebagai demam akibat virus yang tidak dapat
dijelaskan, beberapa mengalami kebocoran cairan dan manifestasi perdarahan yang
mengakibatkan demam berdarah dengue (DBD) dan dengue syok syndrome (DSS) [4].
Karena tidak ada pengobatan antivirus yang efektif atau vaksin berlisensi untuk
mencegah infeksi, manajemen cairan secara teliti dan pemantauan untuk komplikasi
adalah satu-satunya pilihan yang tersedia saat ini.
Kasus kematian karena infeksi dengue sebelumnya telah dilaporkan berada di
sekitar 2,5% hingga 5,4% [5,6]. Syok dan gangguan organ telah terbukti menjadi faktor
paling penting yang menyebabkan kematian pada infeksi dengue [7,8]. Karena hasil dari
manajemen cairan yang lebih baik, pengawasan yang lebih ketat pada keadaan yang
berhubungan dengan dengue berat, dan intervensi yang lebih awal, berhasil menurunkan
tingkat kematian kasus secara signifikan di banyak negara endemik DBD [9]. Namun,
dalam rangka untuk deteksi dini mereka yang mungkin akan mengalami DBD berat,
parameter klinis dan laboratorium harus diukur setidaknya dua atau tiga kali sehari pada
semua pasien dengan infeksi dengue yang dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu,
pemantauan intens untuk semua pasien telah menyebabkan beban besar untuk fasilitas
pelayanan kesehatan dengan sumber daya yang kurang di banyak negara endemik
demam berdarah. Meskipun manajemen optimal penanganan pasien meliputi
pemantauan banyak parameter klinis yang dilakukan setidaknya setiap 2 jam [3], hal ini
kadang-kadang tidak mungkin dilakukan karena sumber daya kesehatan yang terbatas.
Oleh karena itu, sebuah tes sederhana yang bisa dilakukan di perawatan akan menjadi
sangat penting untuk menentukan pasien yang paling mungkin untuk mengalami
penyakit klinis yang parah.
Deteksi virus dengue dengan isolasi virus atau dengan metode deteksi asam
nukleat dianggap sebagai tes untuk mengkonfirmasikan diagnosis infeksi dengue [3].
Namun, karena membutuhkan fasilitas laboratorium canggih dua metode ini mungkin
tidak cocok untuk dijadikan sebagai pemeriksaan diagnosis rutin infeksi virus dengue di
awal penyakit pada masyarakat dengan sumber daya yang miskin. Banyak tes komersial
saat ini yang tersedia untuk mendeteksi antigen NS1 dengue, yang merupakan protein
non struktural virus dengue [10]. Di antara tes ini, Panbio early dengue NS1 capture
ELISA telah terbukti memiliki sensitivitas keseluruhan sebesar 60,4-66% dan
spesifisitas 97,9 hingga 99% [10-12]. Juga telah ditunjukkan bahwa tes deteksi antigen
NS1 cepat (SD Diagnostics, Bioline, Korea Selatan) memiliki [13] sensitivitas sebesar
81,6% dan spesifisitas sebesar 92% [14].
Kadar antigen NS1 dengue telah ditunjukkan memiliki hubungan dengan tingkat
keparahan penyakit dan kadar yang lebih tinggi telah terlihat pada mereka dengan DHF
dibandingkan dengan mereka yang mengalami DF (dengue fever) [15]. Kadar NS1
dianalisis pada 32 anak-anak, di antara mereka yang memiliki kadar antigen NS1 > 600
ng/ml dalam 72 jam pertama memiliki sensitivitas 72% dan spesifisitas 79% dalam
mengidentifikasi anak yang mungkin untuk mengalami DHF (dengue hemorrhagic
fever) [15]. Namun, melakukan pemeriksaan laboratorium kadar antigen NS1 pada
semua pasien yang dirawat di rumah sakit di negara dengan sumber daya yang kurang
dapat menjadi beban, dan mayoritas orang dewasa datang ke rumah sakit setelah hari
ke-5 penyakit [16]. Oleh karena itu, kami melanjutkan penelitian untuk menentukan
apakah tes deteksi antigen NS1 cepat secara bedside bisa digunakan sebagai
pemeriksaan utama saat perawatan untuk memprediksi mereka yang mungkin untuk
mengalami infeksi dengue yang parah.
Dalam penelitian ini kami mengevaluasi kegunaan tes deteksi antigen NS1
dalam memprediksi perkembangan dengue parah pada pasien dewasa dengan infeksi
dengue akut. Kami telah menggunakan alat Panbio early ELISA NS1 antigen detection
komersial yang membutuhkan fasilitas laboratorium untuk generasi hasil dan
membandingkannya dengan alat deteksi antigen NS1 cepat (SD Diagnostics, Korea
Selatan) yang dapat digunakan pada pasien secara bedside.
Metode
Pasien
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013, di Rumah Sakit Pendidikan Colombo
Selatan, yang merupakan rumah sakit perawatan tersier di Kolombo dengan tempat tidur
lebih dari 1000. 186 pasien dewasa, yang dirawat dengan suspek infeksi dengue akut,
diikutsertakan dalam penelitian setelah diberikan informed consent tertulis. Studi ini
disetujui oleh Komite Kajian Etika Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Sri
Jayawardenapura. Semua pasien yang berusia di atas 18 tahun, dengan gambaran klinis
infeksi dengue dimasukkan ke dalam penelitian setelah persetujuan tertulis. Mereka
yang memiliki demam karena infeksi lain seperti pneumonia, infeksi saluran kemih
dieksklusi. Semua gambaran klinis seperti demam, tekanan darah, adanya manifestasi
perdarahan dan adanya kemungkinan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan perut
dipantau beberapa kali sehari dimulai saat masuk rumah sakit, sampai mereka pulang.
Manifestasi perdarahan didefinisikan sebagai adanya petechiae, ekimosis, epistaksis,
hematemesis, melena atau adanya perdarahan pervagina tanpa adanya periode
menstruasi pada wanita. Rekaman serial pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan
darah lengkap dilakukan untuk seluruh durasi penyakit. Kadar Serum alanine
transaminase (ALT) dan aspartat transaminase (AST) diperiksa saat masuk pada
semua pasien. Berdasarkan kriteria diagnostic WHO 2011, syok didefinisikan sebagai
penurunan tekanan nadi 20 mmHg atau kurang atau adanya tanda-tanda gangguan
perfusi kapiler (ekstremitas dingin, pengisian kapiler melambat atau denyut nadi cepat)
[3]. Tidak ada pasien yang memiliki syok sebelum masuk atau saat masuk rumah sakit.
Dalam rangka menentukan kegunaan dari antigen NS1 positif sebagai penanda
penyakit berat kami mengklasifikasikan penyakit yang berat jika pasien memiliki salah
satu dari gambaran klinis atau laboratorium berikut, bukti adanya kebocoran cairan
(klinis dan/atau radiologis atau kenaikan hematokrit >20% dari nilai batas) atau tekanan
denyut yang sempit (≤20 mmHg) atau jumlah trombosit <25000 sel/mm3 atau kadar
enzim hepar >500 IU atau adanya manifestasi perdarahan atau bukti adanya miokarditis
atau ensefalopati. Mereka yang tidak memiliki salah satu kriteria di atas dikategorikan
ke kelompok dengue tidak berat.
Serologi
Infeksi dengue akut dikonfirmasi dengan menguji sampel serum yang
dikumpulkan pada hari masuk rumah sakit dengan early dengue NS1 capture ELISA
(Panbio, Brisbane, Australia) atau pada mereka yang memiliki antigen NS1 negatif
dengan menggunakan capture-IgM and IgG ELISA komersial (Panbio, Brisbane,
Australia). Untuk membandingkan hasil dengue NS1 antigen early ELISA (Panbio,
Brisbane, Australia) kami juga melakukan tes deteksi antigen NS1 dengan tes NS1
cepat sesuai dengan instruksi pabrik (SD Bioline). Kontrol positif dan negatif
dimasukkan sebagai bagian dari penilaian. Tes antigen NS1 cepat dilakukan pada hari
masuk dan hasil diberikan kepada staf medis yang merawat pasien.
Pemeriksaan sitokin IL-10 kuantitatif
Pemeriksaan sitokin kuantitatif dilakukan secara rangkap pada serum sesuai
dengan instruksi pabrik. Kadar IL-10 serum (Mabtech, Swedia) diperiksa pada 107
pasien saat masuk rumah sakit.
Analisis statistik
Analisis statistik dilakukan menggunakan GraphPad PRISM versi 6. Karena
data tidak terdistribusi normal, perbedaan kedua kelompok dibandingkan dengan
menggunakan uji Mann-Whitney U (two tailed). Hasilnya dinyatakan sebagai median
dan rentang interkuartil (IQR). Derajat hubungan antara parameter klinis dan keparahan
penyakit dinyatakan sebagai odds ratio (OR), yang diperoleh dari analisis tabel
kontingensi standar dengan modifikasi Haldane dari metode Woolf. Derajat hubungan
antara parameter klinis dan kadar NS1 dilakukan dengan menggunakan korelasi
Spearman. Nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif juga dihitung dengan
menggunakan tabel ini. uji eksak Fisher digunakan untuk menentukan nilai p. Kurva
karakteristik receiver-operator (ROC) menunjukkan daerah di bawah kurva (AUC)
yang dihasilkan untuk menentukan kemampuan diskriminatif dari kadar antigen NS1
(Panbio ELISA units) pada mereka dengan dengue berat dan dengue tidak berat.
Hasil
Dari 186 pasien, 94 (50,5%) memiliki dengue berat dan 92 (49,5%) memiliki
dengue tidak berat berdasarkan klasifikasi penyakit kami. Pasien dengan dengue berat
datang ke rumah sakit pada rata-rata hari penyakit ke-5,04 (SD ± 1,12) dan orang
dengan dengue tidak berat data pada rata-rata hari penyakit ke- 5,01 (SD ± 1,11).
Gambaran klinis pasien ini ditunjukkan pada Tabel 1. Mereka dengan bukti adanya
kebocoran cairan, manifestasi perdarahan, tekanan nadi (perbedaan antara tekanan
sistolik dan diastolik) ≤20 mmHg, jumlah trombosit <25.000 sel/mm3 atau enzim hepar
>500 IU (> 12 kali melebihi batas kisaran normal) berada pada risiko yang lebih tinggi
secara signifikan untuk mengalami dengue berat dan harus dipantau dengan ketat. Oleh
karena itu, dalam rangka untuk menentukan kegunaan NS1 sebagai prediktor penyakit
klinis yang berat kami mengklasifikasikan pasien sebagai dengue berat jika mereka
memiliki satu atau lebih dari gambaran klinis atau laboratorium yang dijelaskan di atas.
Parameter klinis dan Dengue NS1 ELISA positif
Berdasarkan kriteria klasifikasi penyakit di atas, 52 (55,3%) pasien dengan
dengue berat dan 46 (50%) pasien dengan dengue tidak berat memiliki antigen NS1
positif pada saat masuk sehingga tidak berbeda secara signifikan. Antigen NS1 positif
pada 6/9 (66,7%) saat sakit hari ke-3, 23/43 (53,5%) saat sakit hari ke-4, 45/94 (47.9%)
saat sakit hari ke-5, 8/17 (47%) saat sakit hari ke-6 dan 5/13 (38,4%) saat sakit hari ke-7
dan 4/7 (57,1%) saat sakit harike- 8. Pasien yang berlanjut untuk mengalami dengue
berat lebih mungkin untuk memiliki tes deteksi antigen NS1 yang positif terutama saat
sakit hari ke-5 sampai 6 ( Gambar 1A). 35 (63,6%) dari pasien dengan dengue berat
memiliki NS1 Ag positif antara sakit hari ke 5-6 sedangkan 21 (36,8%) dari mereka
dengan dengue tidak berat juga positif. Oleh karena itu, pada saat pertama pasien datang
ke rumah sakit dengan gambaran klinis yang khas (antara sakit hari ke 5-6) antigen NS1
positif secara signifikan (p = 0,008) berhubungan dengan dengue berat (odds ratio 3,0,
95% CI 1,39-6,47). Nilai prediktif positif dari antigen NS1 positif antara hari ke 5-6 dari
penyakit dan terjadinya penyakit klinis yang berat adalah 63,6 (95% confidence interval
49,6-76,1) dan nilai prediksi negatif adalah 63,2 (95% confidence interval 49,3-75,5).
Sebanyak 25 (13,4%) mengalami syok seperti yang didefinisikan memiliki
tekanan nadi ≤20mmHg di beberapa saat waktu penyakit mereka. Tes antigen NS1
(Panbio ELISA) adalah positif pada 16 pasien (64%) dari mereka yang mengalami syok,
dibanding dengan mereka 76 (47,2%) yang tidak mengalami syok. Tingkat antigen NS1
secara signifikan lebih tinggi (p = 0,03) pada mereka yang mengalami syok (median
44,9, IQR adalah 1,7-55,4 unit Panbio), dibanding dengan mereka yang tidak
mengalami syok (median 5,01, IQR adalah 0,96 untuk 46,98 unit Panbio). Meskipun
tidak signifikan (p = 0,14) NS1 positif dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih tinggi
untuk mengalami syok (odds ratio = 1,98, 95% CI 0,83-4,8, likelihood ratio = 1,8).
Antigen NS1 positif memiliki spesifisitas sebesar 90,4% untuk mengalami syok tetapi
sensitivitasnya sangat rendah (17,4%). Namun, kadar antigen NS1 pada saat masuk
tidak memiliki nilai diskriminatif yang baik dalam memprediksi mereka yang lebih
cenderung mengalami syok karena daerah di bawah kurva Receiver-Operator (ROC)
adalah 0,63 (95% CI 0,51-0,75) (Gambar 1B). Kadar antigen NS1 dari >48,49 (unit
Panbio) pada saat masuk rumah sakit memiliki spesifisitas 80,25% (73,27-86,08%) dan
sensitivitas 41,67% (22,11-63,36%) untuk mengalami syok.
Parameter laboratorium dan dengue NS1 ELISA positif
Meskipun tidak signifikan (p = 0,059), mereka yang mengalami dengue berat
memiliki kadar antigen NS1 yang lebih tinggi (unit Panbio) pada saat masuk rumah
sakit (median 28.02, IQR 1,01-51,24 unit Panbio) dibanding mereka yang tidak
mengalami dengue berat (median 2,9, IQR 0,97-44,69 unit Panbio). Mereka dengan
antigen NS1 positif pada saat masuk memiliki (p = 0,1) kadar AST yang lebih tinggi
(median 130,6, IQR 10,9-297,7 IU) dibandingkan pasien dengan NS1 negatif (median
93,6, IQR 50,9-226,5 IU) tetapi tidak berbeda secara signifikan (Gambar 2A ). Mereka
dengan antigen NS1 positif pada saat masuk juga memiliki (p = 0,05) kadar ALT yang
lebih tinggi (median 97,5, IQR 45,05-187,5 IU) dibandingkan mereka dengan NS1
negatif (median 66,8, IQR 30-144,8 IU) (Gambar 2B) .
Leukopenia progresif dan penurunan cepat jumlah trombosit dikenal sebagai
kondisi yang mendahului kebocoran plasma [17] dan studi kami sebelumnya dan
lainnya telah menunjukkan bahwa leukopenia dan terutama limfopenia berhubungan
dengan dengue berat [18-20]. Oleh karena itu, kami menganalisis hubungan antara
kadar NS1 serum dan jumlah leukosit. Kadar NS1 Ag serum berbanding terbalik dengan
total jumlah leukosit (p <0,0001, Spearman R: -0,52, Gambar 2C), jumlah limfosit
terendah (p <0,0001, Spearman R = -0,48, Gambar 2D) dan jumlah neutrofil terendah (
p <0,0001, Spearman R = -0,39 Gambar 2E).
Dalam penelitian sebelumnya, kami menemukan bahwa kadar IL-10 serum
berhubungan dengan dengue berat. Oleh karena itu, kami meneliti hubungan antara
kadar IL-10 serum dan kadar antigen NS1 serum pada saat masuk pada 89 pasien dari
kelompok ini. Kami menemukan bahwa kadar antigen NS1 (unit Panbio) secara
signifikan (p = 0,02) berkorelasi dengan kadar IL-10 serum pada saat masuk RS
(Spearman r = 0,22).
Perbandingan NS1 capture ELISA komersial (Panbio) dengan Tes antigen NS1
cepat (SD)
NS1 antigen capture ELISA telah terbukti spesifik dan sensitif untuk mendeteksi
infeksi dengue selama hari sakit. Oleh karena itu, kami membandingkan kemampuan
deteksi antigen NS1 capture ELISA (Panbio) dengan rapid test komersial (SD, Bioline)
yang dapat dilakukan dengan menggunakan whole blood secara bedside. Dari 186
pasien yang dilibatkan dalam penelitian, tes deteksi antigen NS1 cepat hanya dilakukan
pada 156 pasien. Dari 156 pasien ini, tes antigen NS1 positif pada 74/76 pasien yang
antigen NS1 positif oleh Panbio ELISA. Namun, tes antigen NS1 cepat positif pada 5
pasien tambahan yang antigen dengue NS1 nya negatif saat diperiksa dengan Panbio
NS1 capture ELISA. Oleh karena itu, hasil ini menunjukkan bahwa deteksi NS1dengan
tes antigen NS1 cepat (SD Bioline, Korea Selatan) berkorelasi dengan baik dengan hasil
NS1 ELISA (p <0,0001). Sensitivitas tes antigen NS1 cepat bila dibandingkan dengan
NS1 ELISA adalah 97,4% (95% CI 90,1% hingga 99,7%) dan spesifisitasnya adalah
sebesar 93,7% (86,7% ke 97,9%) dalam penelitian ini. Oleh karena itu, hasil ini
menunjukkan bahwa tes deteksi antigen NS1 cepat (SD Bioline, Korea Selatan)
memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang sebanding dengan Panbio capture NS1
antigen detection ELISA komersial dalam kelompok kami.
Diskusi
Dalam studi ini kami telah mengevaluasi penggunaan tes antigen NS1 sebagai
penanda infeksi dengue berat. Kami menemukan bahwa antigen NS1 positif terutama di
luar hari 5 penyakit, dikaitkan dengan risiko terkena dengue berat yang lebih tinggi
(odds ratio 3,0). Dalam penelitian ini untuk mengevaluasi kegunaan dari NS1 antigen
positif sebagai penanda penyakit klinis berat, kami telah menggunakan kriteria yang
berbeda untuk mendefinisikan penyakit klinis berat. Hal ini disebabkan fakta bahwa
banyak pasien dengan infeksi dengue akut yang memiliki bukti adanya kebocoran
cairan, manifestasi perdarahan, jumlah trombosit <25.000 sel/mm3 atau kadar
transaminase liver lebih dari 12 kali batas normal, berada pada risiko mengalami syok
atau gangguan organ yang lebih tinggi. Dalam penelitian kami antigen NS1 positif saat
masuk terjadi pada 64% dari mereka yang kemudian mengalami syok dibandingkan
dengan mereka yang tidak mengalami syok (47,2%).
Banyak pihak telah meneliti kegunaan tingkat transaminase hati, jumlah
trombosit dan parameter klinis serta laboratorium lainnya dalam memprediksi dengue
berat, yang telah menunjukkan bahwa tidak ada parameter-parameter ini yang dapat
digunakan sendiri untuk memprediksi dengue berat [21-24]. Kami juga menemukan
bahwa kadar transaminase hati lebih tinggi pada pasien dengan tes antigen NS1 positif
dan juga bahwa kadar antigen NS1 secara signifikan berbanding terbalik dengan semua
parameter sel leukosit. Namun, Ju et al. telah menyarankan bahwa jumlah platelet dan
limfosit bersama dengan kadar IL-10 serum adalah variabel paling penting yang
berhubungan dengan dengue berat [25]. Duen et al. telah menunjukkan bahwa kadar
antigen NS1 yang lebih tinggi pada hari ke-3 infeksi dikaitkan dengan jumlah trombosit
yang lebih rendah meskipun mereka tidak berkorelasi pada kinetika kadar antigen NS1
dengan parameter klinis keparahan penyakit keseluruhan [26]. Library et al. telah
melakukan penelitian kinetika kadar NS1 pada infeksi dengue akut dan telah
menunjukkan bahwa tingkat NS1 lebih tinggi pada pasien dengan DBD selama
perjalanan penyakit. Mereka juga menunjukkan bahwa kadar NS1 >600 ng/ml dalam 72
jam pertama memiliki sensitivitas sebesar 72% dan spesifisitas sebesar 79% dalam
mengidentifikasi orang-orang yang lebih mungkin untuk mengalami DHF [15].
Meskipun kami juga menemukan bahwa jumlah trombosit lebih rendah pada mereka
dengan antigen NS1 positif pada saat masuk, hal ini tidak signifikan. Namun, kadar
antigen NS1 serum secara signifikan berkorelasi dengan kadar IL-10 serum yang
disarankan sebagai penanda kemungkinan klinis penyakit berat [16,27,28].
Kajian dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya telah
menunjukkan bahwa limfopenia berhubungan dengan dengue berat [18,29]. Karena
dalam penelitian ini tingkat antigen NS1 secara signifikan berkorelasi dan berbanding
terbalik dengan jumlah limfosit (p <0,0001, R = -0,48), tampak bahwa viremia dengue
dapat menyebabkan limfopenia. Apoptosis sel T massif telah terbukti terjadi pada
infeksi dengue, yang telah dikaitkan dengan penyakit yang lebih berat [20,30].
Meskipun penyebab kematian sel T masif masih belum jelas, diduga bahwa sel-sel T
mengalami apoptosis karena proliferasi dan induksi aktivasi kematian sel yang massif
[31]. Apoptosis sel T juga terbukti mengurangi klirens virus [31]. Oleh karena itu,
sangat mungkin bahwa viremia persisten dapat menyebabkan penyakit klinis yang berat
dengan memfasilitasi apoptosis sel T baik secara langsung maupun tidak langsung
sebagai respon host terhadap virus. Namun, karena telah ditunjukkan bahwa sel T
spesifik-virus dengue tidak ada atau ada dalam jumlah yang sangat rendah pada infeksi
dengue akut [31-33], dan juga bahwa respon sel T spesifik-virus dengue dihambat oleh
sitokin imunosupresif [32], hal itu memungkinkan bahwa viremia berkepanjangan
menyebabkan penyakit klinis yang berat dengan menghambat sel T secara langsung
atau tidak langsung.
Kesimpulan
Dalam penelitian kami, kami telah membandingkan Panbio early NS1 antigen
capture ELISA dengan tes deteksi antigen NS1 cepat (SD Bioline, Korea Selatan).
Panbio membutuhkan laboratorium yang lengkap, sedangkan tes deteksi antigen NS1
cepat dapat dilakukan dengan menggunakan whole blood secara bedside atau di
departemen rawat jalan. Hasil kami mirip dengan peneliti lain yang telah menunjukkan
bahwa sensitivitas dan spesifisitas tes deteksi antigen NS1 cepat adalah sebanding
dengan NS1 antigen capture ELISA [14]. Meskipun studi validasi lebih lanjut
diperlukan, data kami menunjukkan bahwa tes deteksi antigen NS1 cepat dapat
berpotensi digunakan sebagai pemeriksaan sederhana yang dapat berkontribusi untuk
memprediksi kemungkinan warning sign terjadinya dengue berat.

Sumber terjemahan: Paranavitane et al. Dengue NS1 antigen as a marker of severe


clinical disease. 2014. BMC Infectious Diseases. 14:570

You might also like