You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

Insect hypersensitivity atau hipersensitivitas (alergi) kulit terhadap


serangga mencakup reaksi alergi akibat gigitan (bites), sengatan (stings) serangga,
dan kontak dengan bagian tubuh serangga. Serangga yang paling sering menggigit
diantaranya adalah nyamuk (mosquitoes), kutu berkaki 6 (fleas), kutu busuk
(cimex lectularius) dan serangga lainnya. Alergi kulit terhadap gigitan serangga
(insect bites hypersensitivity), juga dikenal dengan nama urtikaria papular, dengan
gambaran klinis papul yang dikelilingi urtika dan dibagian tengahnya terdapat
punctum (pungtum), biasanya bersifat kronik-rekuren. Sebuah survei menyatakan
sekitar 5,1% kasus urtikaria papular terjadi pada 1000 pasien anak di sebuah
rumah sakit Bangalore, India 1,2

Insiden sesungguhnya sukar diketahui, namun cenderung terjadi


peningkatan pada musim semi dan panas di Negara 4 musim dan musim panas
pada Negara 2 musim, termasuk Indonesia. Laki-laki dan perempuan dapat
terkena urtikaria papular, namun pada ras tertentu seperti Asian dan Nigeria,
terdapat kecenderungan lebih sering terjadi pada perempuan. Juga terdapat
kecenderungan lebih sering pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Lesi
kulit biasanya swasirna (self-limited).1,2

Data yang dikumpulkan Kelompok Studi Dermatologi Anak Indonesia


(KSDAI) pada tahun 2002 dari bagian IP. Kulit dan Kelamin di 7 rumah sakit
Indonesia didapatkan sejumlah 214 kasus yang didiagnosis sebagai insect bites.
Sebagai perbandingan, penyakit kulit pada anak di Queen Sirikit Hospital
Bangkok termasuk ke-2 terbanyak, yaitu 1131 (16%) dari 7000 pasien.1

Di Indonesia belum ada laporan kematian akibat gigitan atau sengatan


serangga, hal ini berbeda dengan di luar negeri. Misalnya gigitan atau sengatan
lebah seringkali menyebabkan reaksi anafilaksis, bahkan kematian. Reaksi alergi
kulit akibat gigitan serangga, pada umumnya dapat menimbulkan erupsi kulit

1
berupa eritem, nodus, bula, edema, prurigo, urtikaria popular, urtikaria,
angioedema, bahkan kadang-kadang menjadi selulitis.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Alergi kulit terhadap gigitan serangga (insect bites hypersensitivity), juga


dikenal dengan nama urtikaria papular. Urtikaria papular (UP) banyak dijumpai
pada anak usia 2-10 tahun. Diagnosis klinis berdasarkan adanya papul yang
dipuncaknya terdapat pungtum, papul dikelilingi urtika dan zona eritematosa yang
muncul secara bersamaan (simultan) di tempat gigitan. Bila gigitan banyak, lesi
dapat tersebar diskret di beberapa tempat gigitan, dan biasanya sangat gatal.
Selain rasa gatal, garukan dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri,
menularkan penyakit parasit serta meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang
mengganggu penampilan.1

2.2 EPIDEMIOLOGI

1. Frekuensi
Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, American Association of Poison Centre Control
(AAPCC) melaporkan 30.738 kasus eksposur tunggal untuk serangga pada
tahun 2014. Hanya lebih dari 1.500 dari spesies mengakibatkan reaksi
moderat dan kurang dari 40 digambarkan sebagai reaksi utama tubuh. Reaksi
moderat didefinisikan sebagai tanda-tanda atau gejala yang lebih jelas atau
sistemik, sedangkan reaksi utama adalah mengancam jiwa atau menyebabkan
kecacatan residual yang signifikan. Hal ini penting untuk memahami bahwa
angka-angka yang disebutkan dalam laporan ini hanya yang dilaporkan ke
Pusat Poison Amerika, dan tidak mengherankan bahwa jumlah sebenarnya
data yang tidak terdeteksi jauh lebih tinggi. Kematian di antara eksposur ini
jarang dilaporkan ke pusat-pusat racun dan biasanya hasil dari reaksi alergi
terhadap sengatan Hymenoptera.2

3
Laporan AAPCC 2014 Tahunan menerbitkan eksposur tunggal kejadian
gigitan serangga:

- Semut atau rasa terbakar gigitan semut: total 757 ; 42 moderat, 1 utama, 0
kematian
- Lebah, tawon, atau sengatan lebah: Total 3968; 245 moderat, 15 utama, 1
kematian
- Nyamuk: Total 164; 9 moderat, 0 utama, 0 kematian
- Gigitan serangga lainnya atau sengatan serangga: Total 6049; 348
moderat, 5 besar, 0 kematian.2
2. Internasional
Statistik yang efektif tidak tersedia untuk eksposur gigitan serangga
karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan dan tidak memerlukan perawatan
di rumah sakit. Sebuah studi di Negara tropis Zimbabwe, daerah tersering
terkena gigitan serangga, menemukan bahwa 1,5% dari penerimaan pasien
rumah sakit yang terkait dengan paparan serangga, termasuk gigitan dan
sengatan serangga. Sebagian besar dari mereka akibat golongan arakhnida
atau Hymenoptera.2

2.3 ETIOLOGI

Urtikaria popular merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap gigitan atau


sengatan serangga, termasuk nyamuk, sejenis nyamuk agas (gnats), kutu berkaki 6
(fleas), kutu berkaki 8 (mites), kutu busuk (bedbugs), caterpillars dan ngengat
(moth).1

Arthropoda, toksonomi dan klasifikasi

Arthropoda adalah hewan yang ditemukan dimana-mana, dan manusia


rentan terhadap gigitan, sengatan dan berbagai kelainan lain yang ditimbulkannya.
Filum arthropoda (binatang beruas) dibagi menjadi beberapa kelas yaitu kelas
insect (serangga), arachnida, crustacean, shilopoda dan diplopoda. Kelas dibagi
menjadi beberapa ordo, family dan genus. Kelas arachnida berkaki 8 (mites, ticks,

4
spider, scorpions), insect berkaki 6 (fleas, lice/pediculous, flies, mosquito, bed
bugs/cimex, bees, wasps, ants, beetles, caterpillars dan moths) dapat
menyebabkan kelainan kulit.1,3 Serupa dengan artropoda lainnya, serangga
memiliki eksoskelet khitin terdiri atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan perut
dilengkapi 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap. Selain itu berdasarkan perannya
dibidang kedokteran digolongkan ke dalam kelompok berdasarkan penyebab,
yaitu1:

1. Penularan penyakit (sebagai vektor dan hospes perantara)


2. Penyakit parasit
3. Keracunan akibat toksin yang dikeluarkan
4. Hipersensitivitas pada orang yang rentan
5. Entomorfobia (rasa ngeri atau takut melihat bentuk serangga)1

Reaksi hipersensitivitas kulit terhadap serangga

Pada orang yang rentan, serangga dapat menyebabkan reaksi alergi


(hipersensitivitas). Mekanisme raksi alergi terhadap serangga dan artropoda
lainnya dikulit dapat melalui kontak langsung dengan alergen yang berasal dari
salah satu komponen tubuh yang merupakan alergen, misalnya bulu badan, serbuk
sayap, serta venom (toksin) yang berasal dari saliva yang masuk ke tubuh melalui
sungut serangga saat menusuk kulit dan mengisap darah manusia.1

Mekanisme alergi, artropoda penyebab dan penanggulangannya:

1. kontak langsung, misalnya oleh kupu-kupu pada fase larva yaitu ulat bulu
yang menyebabkan caterpillar dermatitis atau erusisme.
Gambaran klinis berupa dermatitis disertai rasa panas dan gatal. Toksin
mampu merusak sel tubuh dan menyebabkan tubuh mengeluarkan
histamin, serotonin dan heparin sehingga menimbulkan rasa gatal dan
dermatitis. Kontak dengan kupu-kupu dewasa biasanya dengan bulu di
bagian ventral abdomen kelainan kulit disebut leptodepterisme mirip giant
urticaria.

5
Penanggulangan: kulit segera dicuci atau direndam dengan air dan diolesi
salep kortikosteroid, serta dapat diberikan antihistamin oral. Tungau debu
runah (TDR) atau D.pteronyssinus pada orang yang rentan dapat
menyebabkan asma bronkial dan dermatitis atopik.
2. Sengatan, misalnya oleh lebah (terutama lebah pekerja, betina) serta
kalajengking, saat menyengat mengeluarkan toksin yang mengandung
enzim anafilaktogenik, hemolitik, antigenik, sitolitik dan neurotoksik,
sehingga dapat menyebabkan edem, neksrosis atau urtikaria dan terberat
adalah syok (renjatan). Sengat lebah dapat tertinggal dikulit.
Penanggulangan: bagian proksimal sengatan dipasang torniket,
dibersihkan tidak boleh ditekan, sengat lebah yang tertinggal dikeluarkan,
kompres es, lokal dapat diinfiltrasi anastetikum. Bila terjadi syok
anafilaktik diatasi sesuai SOP anafilaksis.
3. Gigitan, misalnya oleh kelabang, laba-laba, semut api, dan nyamuk.
Kelabang mengeluarkan toksin melalui kukunya menyebabkan rasa nyeri
dan nekrotik kulit, sedangkan laba-laba mengeluarkan racun melalui
mulutnya, namun hanya beberapa yang berbahaya bagi manusia,
gigitannya menyebabkna keracunan yang disebut dengan araknidisme.
Jenis lain yang menggigit, misalnya laba-laba (Tarantula besar), semut api
(Selenopsis geminate) dan Cimex (kutu busuk). Sedangkan Ticks dan
beberapa spesies mengandung toksin paralisis. Di Indonesia jenis Ticks
keras ditemukan didaerah peternakan sapi.
Penanggulangan dapat diberikan anti-histamin sistemik, bila berat
diberikan kortikosteroid. Pengobatan topikal berupa kortikosteroid potensi
menengah atau kuat.
4. Penyakit disebabkan artropoda, antara lain scabies, pedikulosis, pitiriasis
pubis dan kapitis. Penanggulangannya seuai tatalaksana baku.1

6
2.4 PATOGENESIS

Pada bayi, anak atau dewasa, usia muda umumnya jarang atau tidak terjadi
reaksi alergi sehingga tidak menimbulkan eritem, pruritus ataupun papul. Pada
individu normal gigitan serangga meninggalkan bekas kemerahan atau purpura
dikulit yang akan menghilang beberapa jam atau hari. Pada individu tertentu
(hipersensitivitas) atau gigitan yang disebabkan oleh insekta tertentu,
gigitan/sengatan dapat menyebabkan sensitisasi dan menimbulkan reaksi alrgi.
Sangat berhubungan dengan kantong venom. Venom biasanya mengandung anti-
histamin, serotonin, mast cell degranulating peptide, wasp kinin, phospholipase
A2 dan B, hyaluronidase dan fosfatase.1

Antara beberapa spesies insekta terdapat reaksi silang, misalnya antara


Ctenocephalides canis dengan C.cephalides felis atau antara Pediculus humanus
humanus dengan P.humanus capitis. Tidak jelas tenggang waktu lamanya
seseorang yang digigit serangga mengalami masa sensitisasi, berapa kali gigitan
dan berapa jumlah saliva/venom/alergen yang diperlukan seorang individu untuk
dapat memunculkan reaksi alergi.1

Umumnya alergi terhadap serangga merupakan reaksi tipe I yang


dimediasi oleh IgE. Reaksi sistemik dapat berupa anafilaksis, gangguan napas,
dan vaskular. Sedangkan reaksi lokal di kulit dapat berupa pruritus, eritem,
vesikel/bula, urtikaria dan angioedema serta urtikaria popular.1

Reaksi alergi dapat terjadi sebelum anak berusia 1 tahun, sedangkan


bentuk urtikaria popular dapat terjadi sebelum usia 2 tahun. Jenis serangga yang
sering menimbulkan reaksi alergi tersebut pada anak misalnya nyamuk, kutu
busuk, cat flea, dan dog flea (tuma kucing dan anjing).1

Imunitas atau desensitisasi (kekebalan atau hiposensitisasi) alamiah dapat


terjadi setelah gigitan serangga berulang selama beberapa waktu atau beberapa
tahun. Hal tersebut disimpulkan karena pada umumnya setelah pasien berusia 7
tahun atau dewasa, reaksi alergi terhadap gigitan serangga berkurang dan
menghilang.1
7
Terjadinya reaksi alergi terhadap gigitan serangga berlangsung 3 tahap,
yaitu tidak terjadi reaksi karena belum tersensitisasi, setelah terjadi sensitisasi
akan timbul reaksi alergi kemudian setelah beberapa tahun hipersensitivitas dapat
diikuti dengan hiposensitisasi. Reaksi yang terjadi dapat merupakan reaksi tipe
cepat dan tipe lambat bergantung pada derajat sensitisasi dan status imun
seseorang.1

Reaksi tipe cepat

Terjadi segera setelah gigitan sampai 20 menit kemudian, umumnya


bervariasi 1-60 menit, bertahan selama 1 sampai 3 jam. Manifestasi berupa urtika
berbentuk ireguler disertai pseudopodi. Kadang-kadang dikelilingi zona eritem.
Biasanya ada rasa gatal.1

Gambaran histopatologi pada fase akut umumnya sama, yaitu didapatkan


parakeratosis, nekrosis epidermal, spongiosis, serta sebukan sel radang akut
disertai jumlah eosinofil yang banyak (flame figure). Lesi awal didahului edema
di dermis dengan sebukan sel radang (neutrofil, limfosit, eosinofil dan sel mast) di
perivaskular. Sebagian lesi dapat membentuk lesi vesikel intraepidermal dan
subepidermal dengan sebukan limfosit dan eosinophil. Pada lesi yang kronik
terbentuk hiperplasi pseudoepitelioma dan sebukan sel radang di dermis.1

Gambaran imunohistokimia urtikaria popular sesuai dengan reaksi


hipersensitivitas tipe I. ditemukan deposit Ig dan komplemen pada beberapa
pasien menunjukkan adanya reaksi vaskulitis. Dalam 24 jam pertama terdapat
bentuk deposit granular C1q, C3 dan IgM di dinding vascular superfisial, terjadi
pergeseran aktivitas Th2 menjadi Th1, mirip pada reaksi atopi. Penelitian pada
gigitan fleas menginduksi deposit IgG dan IgE pada lesi urtikaria papular.1,2

Reaksi tipe lambat

Dapat terjadi 20 menit kemudian setelah gigitan serangga, urtika terbentuk


lambat bergantung pada derajat hipersensitivitas dan usia. Pada anak usia < 2
tahun reaksi terjadi setelah 20-40 menit menit, pada anak usia 7 tahun dapat

8
terjadi setelah 1-2 jam pada anak usia 12 tahun dapat terjadi dalam 3-5 jam, ada
pula yang melaporkan terjadi setelah 14 hari kemudian. Reaksi tipe lambat
umumnya berbentuk urtikaria papular, yaitu papul kemerahan berbentuk bulat,
sangat gatal dan bertahan beberapa hari, kadang dikelilingi zona kemerahan dan
tanda bekas garukan.1

Reaksi yang ekstrim

Dapat terjadi berupa lesi generalisata atau reaksi sitemik anafilaksis. Bila
terjadi reaksi sistemik, penangana pertama yaitu harus diberikan suntikan
adrenalin (1:1000) i.m pasang tourniquet dan sebagai tambahan dapat diberikan
kortikosteroid dan antihistamin.1

Infeksi sekunder oleh bakteri di kulit, sehingga lesi menjadi lebih melebar,
edematosa disertai rasa panas dan nyeri, diikuti timbulnya pustul. Pada keadaan
serupa itu diperlukan antibiotik dan antiinflamasi selain anti-alergi. 1

2.5 GEJALA KLINIS

Anak-anak, laki-laki dewasa, penduduk nonlokal, dan mereka yang


termasuk daerah perkotaan atau daerah di pinggir kota mungkin lebih rentan
terhadap urtikaria papular. Pasien biasanya melaporkan episode kronis atau
berulang dari erupsi papular yang cenderung terjadi dalam kelompok atau cluster
terkait dengan pruritus intens. yang paling umum penampilan pertama adalah
papula dan plak urtikaria dalam kelompok bagian tubuh terbuka maupun tertutup.2

Gambaran ini ditandai dengan gambaran papula pruritus didistribusikan


secara simetris dan papulo-vesikel. Lesi juga bisa muncul di daerah lokal ke lokasi
gigitan serangga, tetapi terjadi pada setiap bagian tubuh. Lesi cenderung
dikelompokkan pada daerah yang terpapar terutama permukaan ekstensor
ekstremitas. Kadang-kadang, sebuah punctum hemoragik sentral dengan ekimosis
dan pigmentasi kecoklatan bertahan setelah resolusi. Menggaruk dapat
menghasilkan erosi dan ulserasi. impetigo sekunder atau pioderma adalah umum
ditemukan. Memiliki hewan peliharaan dan penggunaan cologne diidentifikasi

9
sebagai faktor predisposisi untuk dermatitis gigitan serangga dalam satu studi
besar, sedangkan atopi tidak.2

Gambar 1. Urtikaria popular yang disebabkan oleh bedbugs.4

Gambar 2. Urtikaria popular yang disebabkan oleh gigitan flea4

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan laboratorium jarang diperlukan. penelitian laboratorium yang


sesuai dilakukan jika pasien menderita gejala yang berat dan membutuhkan
perawatan di rumah sakit atau kegagalan organ akhir, atau untuk evaluasi
komplikasi sekunder seperti selulitis.
- Biopsi lesi jarang dilakukan dan tidak praktis di UGD

10
- Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dapat berguna dalam diagnosis
skabies atau infestasi kutu tetapi tidak berguna bagi sebagian besar gigitan
serangga.
- Studi serologi mungkin berguna dalam menentukan infeksi disebabkan oleh
vektor serangga, tetapi ini tidak tersedia di UGD dan membutuhkan waktu
beberapa minggu untuk mendapatkan hasilnya.2

2.7 DIAGNOSIS

Jika tidak ada riwayat pasien yang jelas, diagnosis dari gigitan serangga
bisa menjadi sulit karena respon awal mungkin terbatas pada eritema, nyeri lokal,
pruritus, atau edema. Urtikaria merupakan tanda awal dan umumnya muncul
dalam beberapa menit dari gigitan. Namun, banyak kondisi kelainan kulit juga
memberikan tanda-tanda kulit yang sama dan dapat mengacaukan diagnosis.
Identifikasi gigitan serangga dimungkinkan dengan memeriksa lokasi, jumlah,
pola, dan gejala sisa dari gigitan.2

Diagnosis klinis didasarkan pada tempat predileksi dan gambaran klinis.


Tempat predileksi bergantung pada gigitan penyebab, misalnya diekstremitas bila
penyebabnya nyamuk, dibagian kepala bila serangga penyebab adalah tuma
anjing, dibahu dan dileher bila penyebab berasal dari tuma burung, dibadan bila
berasal dari tuma baju (P. humanus humanus) dan kutu binatang peliharaan. Kutu
busuk biasanya mengisap darah dari kulit yang terbuka (kepala, lengan, tungkai)
dan meninggalkan bercak kehitaman. Nyamuk dapat juga menusukkan sungutnya
menembus baju yang tipis untuk mengigit dan menyedot darah manusia.1

Gambaran klinis spesifik urtikaria popular akibat gigitan atau sengatan


serangga biasanya khas, di bagian tengah papul terlihat punktum hemoragik bekas
alat tusuknya. Mula-mula timbul urtika yang segera diikuti terbentuknya papul
atau vesikel dibagian tengahnya, bahkan dapat menjadi bula. Keadaan ini dapat
bertahan beberapa jam atau hari. Pada keadaan berat, 4-8 jam setelah gigitan dapat
terbentuk pustule berumbilikasi dengan dasar edema dan eritematosa. Pustul
kemudian memecah meninggalkan krusta dan menyembuh setelah beberapa hari.

11
Kadang-kadang penyembuhan meninggalkan hiperpigmentasi dan sikatriks
ringan. Pada umumnya PU berkelompok namun dapat pula menyebar. Karena itu
bila ada dugaan gigitan serangga perlu dicari sumber atau sarang serangga
tersebut, mungkin dikarpet, dikasur, kursi duduk yang bertilam kain atau pohon-
pohon dikebun. Perlu ditanyakan dimana anak bermain atau menghabiskan waktu
sehari-hari.1

Kriteria klinis untuk diagnosis reaksi anafilaksis menurut Organisasi


Alergi Dunia ditunjukkan pada gambar di bawah ini2:

Gambar 1. Kriteria diagnosis reaksi anafilaksis2

12
2.8 DIAGNOSIS BANDING

Tabel 1. Diagnosis banding urtikaria papular1,4


Urtikaria papular Dermatitis kontak Scabies Prurigo
Urtika, papul dengan Bercak eritema, Kunikulus, Papul berbentuk
bagian tengah terdapat edem, papul, vesikel, kubah dengan
punktum, vesikel, papulovesikel, atau gatal malam vesikel diatasnya
pustul berumbilikasi bula. hari.
Umumnya terdapat
Adanya riwayat Menyerang
Adanya riwayat anggota keluarga
kontak dengan sekelompok
gigitan serangga yang mengalami
alergen manusia
hal yang sama

2.9 PENATALAKSANAAN
Umumnya terapi bersifat simptomatik, dapat diberikan kortikosteroid
topikal, analgesik dan antihistamin (sedatif atau nonsedatif) peroral. Terapi topikal
ditujukan untuk mengurangi rasa gatal (obat oles mengandung kamfer atau
mentol) dan mengurangi reaksi alergi, misalnya kortikosteroid golongan sedang
atau kuat. Bila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal maupun
sistemik.1
Upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu menghindari tempat risiko
tinggi terdapat serangga, menggunakan pakaian dengan warna cerah yang
menutup badan dan ekstremitas serta menggunakan insect repellent (penangkis
serangga).1,2 Insect repellent yang evektif mengandung DEET (dietil toliamid)
35% atau picardin 20%. Konsentrasi optimal DEET yaitu 10% dan 35% dan
efektif lebih dari 12 jam. Meskipun konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan
proteksi yang lebih lama, namun penggunaan konsentrasi >50% harus lebih
berhati-hati karena menimbulkan peningkatan absorbsi pada kulit.3 Penggunaan
dietil toluamida terutama pada anak, hendaknya berhati-hati karena dapat
menimbulkan efek toksik.1 DEET 10% dan 30% dapat digunakan pada bayi usia >
2 bulan degan penggunaan supervisi orang tua dan tidak digunakan pada bibir dan
tangan.3

13
Cara lain adalah membasmi serangga dengan menyemprotkan insektisida
yang mengandung diethyltoluamide. Binatang peliharaan dimandikan dengan
sampo yang mengandung insektisida, debu disedot dengan vacum cleaner dari
karpet, kursi dan alat rumah tangga yang diperkirakan menjadi sarang insekta.1

2.10 KOMPLIKASI
- Infeksi sekunder dapat terjadi akibat gigitan serangga.
- Gejala penyakit yang ditularkan oleh gigitan serangga mungkin tidak jelas
selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan lebih lama.2

2.11 PROGNOSIS
Sebagian besar insect bites meninggalkan bercak kehitaman yang
cenderung menetap. Infeksi sekunder dapat meninggalkan sikatriks. Prognosis
umumnya baik kecuali pada pasien dengan reaksi anafilaksis tidak diobati dapat
menjadi infeksi kronis atau invasif.1,2

Kematian terkait dengan gigitan serangga adalah akibat reaksi


hipersensitivitas, baik anafilaksis (dimediasi immunoglobulin E [IgE]) atau
anafilaktoid (non-IgE mediated), atau dari komplikasi akibat infeksi. US Centers
for Disease Control dan Pencegahan memperkirakan setiap tahunnya terjadi
peningkatan 90-100 kematian akibat racun serangga yang memberikan reaksi
anafilaksis. Pada pasien dengan anafilaksis sekunder untuk racun serangga, faktor
risiko untuk meningkatkan keparahan reaksi termasuk usia yang lebih tua, yang
sudah ada sebelumnya penyakit kardiovaskular atau gangguan sel mast,
pengobatan bersamaan dengan ACE inhibitor, beta-adrenergik, reaksi parah
sebelumnya, dan jenis serangga (lebah madu memberikan risiko tertinggi). 2

14
BAB III

SIMPULAN

Insect hypersensitivity atau hipersensitivitas (alergi) kulit terhadap


serangga mencakup reaksi alergi akibat gigitan (bites), sengatan (stings) serangga,
dan kontak dengan bagian tubuh serangga. Alergi kulit terhadap gigitan serangga
(insect bites hypersensitivity), juga dikenal dengan nama papular-urtikaria,
merupakan salah satu penyakit kulit pada bayi dan anak yang banyak dijumpai
sehari-hari. Gambaran klinis ditandai oleh papul yang dikelilingi urtika dan
dibagian tengahnya terdapat punctum (pungtum) bekas gigitan, biasanya bersifat
kronik-rekuren.

Umumnya terapi bersifat simptomatik, dapat diberikan kortikosteroid


topikal, analgesik dan antihistamin (sedative atau nensedatif) peroral. Terapi
topikal ditujukan untuk mengurangi rasa gatal dan mengurangi reaksi alergi,
misalnya kortikosteroid golongan sedang atau kuat.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Boediardja, SA. Hipersensitivitas terhadap Gigitan Serangga. Dalam:


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Editor: Sri Linuwih SW Manaldi,
Kusmarinah Bramono dan Wresti Indriatmi. Edisi VII. Cetakan I. Jakarta:
FKUI, 2015. Hal 320-324.

2. Burns, BD. 2016. Insect bites. 2016. Available from:


http://emedicine.medscape.com/article/769067. Diakses pada 17 Desember
2016.
3. Juckett, G. 2013. Arthropoda bites. Journal of American Academy of
Family Physician. Volume 88(12):841-847.

4. Garcia, AL., Madkan, VK., Tyring, SK. Insecta. In : Wolff, K., Goldsmith,
LA., Katz, SI., Gilchrest, BA., Paller, AS., Leffeld, DJ. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine. 7th ed: McGraw Hill; 2008. Pg. 2059-
2061.

16

You might also like