Professional Documents
Culture Documents
Refrat 2
Refrat 2
PENDAHULUAN
1
berupa eritem, nodus, bula, edema, prurigo, urtikaria popular, urtikaria,
angioedema, bahkan kadang-kadang menjadi selulitis.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2.2 EPIDEMIOLOGI
1. Frekuensi
Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, American Association of Poison Centre Control
(AAPCC) melaporkan 30.738 kasus eksposur tunggal untuk serangga pada
tahun 2014. Hanya lebih dari 1.500 dari spesies mengakibatkan reaksi
moderat dan kurang dari 40 digambarkan sebagai reaksi utama tubuh. Reaksi
moderat didefinisikan sebagai tanda-tanda atau gejala yang lebih jelas atau
sistemik, sedangkan reaksi utama adalah mengancam jiwa atau menyebabkan
kecacatan residual yang signifikan. Hal ini penting untuk memahami bahwa
angka-angka yang disebutkan dalam laporan ini hanya yang dilaporkan ke
Pusat Poison Amerika, dan tidak mengherankan bahwa jumlah sebenarnya
data yang tidak terdeteksi jauh lebih tinggi. Kematian di antara eksposur ini
jarang dilaporkan ke pusat-pusat racun dan biasanya hasil dari reaksi alergi
terhadap sengatan Hymenoptera.2
3
Laporan AAPCC 2014 Tahunan menerbitkan eksposur tunggal kejadian
gigitan serangga:
- Semut atau rasa terbakar gigitan semut: total 757 ; 42 moderat, 1 utama, 0
kematian
- Lebah, tawon, atau sengatan lebah: Total 3968; 245 moderat, 15 utama, 1
kematian
- Nyamuk: Total 164; 9 moderat, 0 utama, 0 kematian
- Gigitan serangga lainnya atau sengatan serangga: Total 6049; 348
moderat, 5 besar, 0 kematian.2
2. Internasional
Statistik yang efektif tidak tersedia untuk eksposur gigitan serangga
karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan dan tidak memerlukan perawatan
di rumah sakit. Sebuah studi di Negara tropis Zimbabwe, daerah tersering
terkena gigitan serangga, menemukan bahwa 1,5% dari penerimaan pasien
rumah sakit yang terkait dengan paparan serangga, termasuk gigitan dan
sengatan serangga. Sebagian besar dari mereka akibat golongan arakhnida
atau Hymenoptera.2
2.3 ETIOLOGI
4
spider, scorpions), insect berkaki 6 (fleas, lice/pediculous, flies, mosquito, bed
bugs/cimex, bees, wasps, ants, beetles, caterpillars dan moths) dapat
menyebabkan kelainan kulit.1,3 Serupa dengan artropoda lainnya, serangga
memiliki eksoskelet khitin terdiri atas 3 bagian yaitu kepala, dada dan perut
dilengkapi 3 pasang kaki dan 2 pasang sayap. Selain itu berdasarkan perannya
dibidang kedokteran digolongkan ke dalam kelompok berdasarkan penyebab,
yaitu1:
1. kontak langsung, misalnya oleh kupu-kupu pada fase larva yaitu ulat bulu
yang menyebabkan caterpillar dermatitis atau erusisme.
Gambaran klinis berupa dermatitis disertai rasa panas dan gatal. Toksin
mampu merusak sel tubuh dan menyebabkan tubuh mengeluarkan
histamin, serotonin dan heparin sehingga menimbulkan rasa gatal dan
dermatitis. Kontak dengan kupu-kupu dewasa biasanya dengan bulu di
bagian ventral abdomen kelainan kulit disebut leptodepterisme mirip giant
urticaria.
5
Penanggulangan: kulit segera dicuci atau direndam dengan air dan diolesi
salep kortikosteroid, serta dapat diberikan antihistamin oral. Tungau debu
runah (TDR) atau D.pteronyssinus pada orang yang rentan dapat
menyebabkan asma bronkial dan dermatitis atopik.
2. Sengatan, misalnya oleh lebah (terutama lebah pekerja, betina) serta
kalajengking, saat menyengat mengeluarkan toksin yang mengandung
enzim anafilaktogenik, hemolitik, antigenik, sitolitik dan neurotoksik,
sehingga dapat menyebabkan edem, neksrosis atau urtikaria dan terberat
adalah syok (renjatan). Sengat lebah dapat tertinggal dikulit.
Penanggulangan: bagian proksimal sengatan dipasang torniket,
dibersihkan tidak boleh ditekan, sengat lebah yang tertinggal dikeluarkan,
kompres es, lokal dapat diinfiltrasi anastetikum. Bila terjadi syok
anafilaktik diatasi sesuai SOP anafilaksis.
3. Gigitan, misalnya oleh kelabang, laba-laba, semut api, dan nyamuk.
Kelabang mengeluarkan toksin melalui kukunya menyebabkan rasa nyeri
dan nekrotik kulit, sedangkan laba-laba mengeluarkan racun melalui
mulutnya, namun hanya beberapa yang berbahaya bagi manusia,
gigitannya menyebabkna keracunan yang disebut dengan araknidisme.
Jenis lain yang menggigit, misalnya laba-laba (Tarantula besar), semut api
(Selenopsis geminate) dan Cimex (kutu busuk). Sedangkan Ticks dan
beberapa spesies mengandung toksin paralisis. Di Indonesia jenis Ticks
keras ditemukan didaerah peternakan sapi.
Penanggulangan dapat diberikan anti-histamin sistemik, bila berat
diberikan kortikosteroid. Pengobatan topikal berupa kortikosteroid potensi
menengah atau kuat.
4. Penyakit disebabkan artropoda, antara lain scabies, pedikulosis, pitiriasis
pubis dan kapitis. Penanggulangannya seuai tatalaksana baku.1
6
2.4 PATOGENESIS
Pada bayi, anak atau dewasa, usia muda umumnya jarang atau tidak terjadi
reaksi alergi sehingga tidak menimbulkan eritem, pruritus ataupun papul. Pada
individu normal gigitan serangga meninggalkan bekas kemerahan atau purpura
dikulit yang akan menghilang beberapa jam atau hari. Pada individu tertentu
(hipersensitivitas) atau gigitan yang disebabkan oleh insekta tertentu,
gigitan/sengatan dapat menyebabkan sensitisasi dan menimbulkan reaksi alrgi.
Sangat berhubungan dengan kantong venom. Venom biasanya mengandung anti-
histamin, serotonin, mast cell degranulating peptide, wasp kinin, phospholipase
A2 dan B, hyaluronidase dan fosfatase.1
8
terjadi setelah 1-2 jam pada anak usia 12 tahun dapat terjadi dalam 3-5 jam, ada
pula yang melaporkan terjadi setelah 14 hari kemudian. Reaksi tipe lambat
umumnya berbentuk urtikaria papular, yaitu papul kemerahan berbentuk bulat,
sangat gatal dan bertahan beberapa hari, kadang dikelilingi zona kemerahan dan
tanda bekas garukan.1
Dapat terjadi berupa lesi generalisata atau reaksi sitemik anafilaksis. Bila
terjadi reaksi sistemik, penangana pertama yaitu harus diberikan suntikan
adrenalin (1:1000) i.m pasang tourniquet dan sebagai tambahan dapat diberikan
kortikosteroid dan antihistamin.1
Infeksi sekunder oleh bakteri di kulit, sehingga lesi menjadi lebih melebar,
edematosa disertai rasa panas dan nyeri, diikuti timbulnya pustul. Pada keadaan
serupa itu diperlukan antibiotik dan antiinflamasi selain anti-alergi. 1
9
sebagai faktor predisposisi untuk dermatitis gigitan serangga dalam satu studi
besar, sedangkan atopi tidak.2
10
- Pemeriksaan mikroskopis dari kerokan kulit dapat berguna dalam diagnosis
skabies atau infestasi kutu tetapi tidak berguna bagi sebagian besar gigitan
serangga.
- Studi serologi mungkin berguna dalam menentukan infeksi disebabkan oleh
vektor serangga, tetapi ini tidak tersedia di UGD dan membutuhkan waktu
beberapa minggu untuk mendapatkan hasilnya.2
2.7 DIAGNOSIS
Jika tidak ada riwayat pasien yang jelas, diagnosis dari gigitan serangga
bisa menjadi sulit karena respon awal mungkin terbatas pada eritema, nyeri lokal,
pruritus, atau edema. Urtikaria merupakan tanda awal dan umumnya muncul
dalam beberapa menit dari gigitan. Namun, banyak kondisi kelainan kulit juga
memberikan tanda-tanda kulit yang sama dan dapat mengacaukan diagnosis.
Identifikasi gigitan serangga dimungkinkan dengan memeriksa lokasi, jumlah,
pola, dan gejala sisa dari gigitan.2
11
Kadang-kadang penyembuhan meninggalkan hiperpigmentasi dan sikatriks
ringan. Pada umumnya PU berkelompok namun dapat pula menyebar. Karena itu
bila ada dugaan gigitan serangga perlu dicari sumber atau sarang serangga
tersebut, mungkin dikarpet, dikasur, kursi duduk yang bertilam kain atau pohon-
pohon dikebun. Perlu ditanyakan dimana anak bermain atau menghabiskan waktu
sehari-hari.1
12
2.8 DIAGNOSIS BANDING
2.9 PENATALAKSANAAN
Umumnya terapi bersifat simptomatik, dapat diberikan kortikosteroid
topikal, analgesik dan antihistamin (sedatif atau nonsedatif) peroral. Terapi topikal
ditujukan untuk mengurangi rasa gatal (obat oles mengandung kamfer atau
mentol) dan mengurangi reaksi alergi, misalnya kortikosteroid golongan sedang
atau kuat. Bila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik topikal maupun
sistemik.1
Upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu menghindari tempat risiko
tinggi terdapat serangga, menggunakan pakaian dengan warna cerah yang
menutup badan dan ekstremitas serta menggunakan insect repellent (penangkis
serangga).1,2 Insect repellent yang evektif mengandung DEET (dietil toliamid)
35% atau picardin 20%. Konsentrasi optimal DEET yaitu 10% dan 35% dan
efektif lebih dari 12 jam. Meskipun konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan
proteksi yang lebih lama, namun penggunaan konsentrasi >50% harus lebih
berhati-hati karena menimbulkan peningkatan absorbsi pada kulit.3 Penggunaan
dietil toluamida terutama pada anak, hendaknya berhati-hati karena dapat
menimbulkan efek toksik.1 DEET 10% dan 30% dapat digunakan pada bayi usia >
2 bulan degan penggunaan supervisi orang tua dan tidak digunakan pada bibir dan
tangan.3
13
Cara lain adalah membasmi serangga dengan menyemprotkan insektisida
yang mengandung diethyltoluamide. Binatang peliharaan dimandikan dengan
sampo yang mengandung insektisida, debu disedot dengan vacum cleaner dari
karpet, kursi dan alat rumah tangga yang diperkirakan menjadi sarang insekta.1
2.10 KOMPLIKASI
- Infeksi sekunder dapat terjadi akibat gigitan serangga.
- Gejala penyakit yang ditularkan oleh gigitan serangga mungkin tidak jelas
selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan lebih lama.2
2.11 PROGNOSIS
Sebagian besar insect bites meninggalkan bercak kehitaman yang
cenderung menetap. Infeksi sekunder dapat meninggalkan sikatriks. Prognosis
umumnya baik kecuali pada pasien dengan reaksi anafilaksis tidak diobati dapat
menjadi infeksi kronis atau invasif.1,2
14
BAB III
SIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
4. Garcia, AL., Madkan, VK., Tyring, SK. Insecta. In : Wolff, K., Goldsmith,
LA., Katz, SI., Gilchrest, BA., Paller, AS., Leffeld, DJ. Fitzpatrick’s
Dermatology In General Medicine. 7th ed: McGraw Hill; 2008. Pg. 2059-
2061.
16