You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/311810121

CONTINUING MEDICAL EDUCATION Akreditasi IDI – 3 SKP Tata Laksana


Diabetes Melitus saat Puasa Ramadhan

Article · May 2013

CITATIONS READS

0 3,147

1 author:

Mohammad Adi Firmansyah


Yarsi Hospital Central Jakarta and Asysyifa Hospital Tangerang
16 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Dengue and Hepatology View project

All content following this page was uploaded by Mohammad Adi Firmansyah on 22 December 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Akreditasi IDI – 3 SKP

Tata Laksana Diabetes Melitus


saat Puasa Ramadhan
M. Adi Firmansyah
PPDS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia /
RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

ABSTRAK
Diperkirakan terdapat 40-50 juta orang dengan diabetes (diabetesi) di seluruh dunia yang menjalani puasa Ramadhan setiap tahunnya. Studi
EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) yang meneliti 12.243 pasien diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan 43% pasien diabetes
melitus tipe 1 dan 79% pasien diabetes tipe 2 berpuasa selama Ramadhan. Diabetesi yang berpuasa berisiko mengalami efek samping seperti
hipoglikemia, hiperglikemia dengan atau tanpa ketoasidosis dan dehidrasi sehingga pengetahuan tata kelola yang baik sangat diperlukan.
Lima hal penting yang perlu diperhatikan yakni (1) tata laksana bersifat individual; (2) pemantauan kadar glukosa darah secara teratur; (3) nutrisi
tidak boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian; (4) olahraga tidak boleh berlebihan dan (5) pasien harus tahu kapan membatalkan puasa.

Kata kunci: diabetes melitus, puasa Ramadhan, diabetesi

ABSTRACT
It is estimated that there are 40-50 million people with diabetes (called as diabetics) worldwide fasting during Ramadhan every year. A large
epidemiological study, EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Ramadhan) conducted in 13 Islamic countries on 12,243 diabetic individuals
who fasted during Ramadhan showed 43% of patients with type 1 diabetes mellitus and 79% of patients with type 2 diabetes fasted during
Ramadhan. Diabetics had major potential complications associated with fasting such as hypoglycemia, hyperglycemia with or without
ketoacidosis and dehydration. Five important things are (1) individual management; (2) regular blood glucose monitoring; (3) diet should not
differ from the daily nutritional requirements; (4) no excessive sports, and (5) the patient must know when to break the fast. M. Adi Firmansyah.
Management at Diabetes Mellitus on Ramadhan Fasting.

Key words: diabetes mellitus, Ramadhan fasting, diabetics

PENDAHULUAN Studi EPIDIAR (Epidemiology of Diabetes and Islam Al-Quran dijelaskan bahwa berpuasa
Berpuasa dalam bulan Ramadhan merupakan Ramadhan) yang meneliti 12.243 pasien tidak diwajibkan pada anak-anak, perempuan
kewajiban bagi seorang muslim dewasa. diabetes dari 13 negara Islam mendapatkan dalam masa menstruasi, orang sakit, orang
Puasa diartikan sebagai ibadah menahan diri 43% pasien diabetes melitus (DM) tipe 1 yang dalam perjalanan, perempuan hamil dan
atau berpantang makan, minum, dan segala dan 79% pasien DM tipe 2 berpuasa selama menyusui.5
hal yang membatalkannya, dimulai dari terbit Ramadhan. Diperkirakan terdapat 1,1 hingga
fajar sampai terbenam matahari.1 Selama 1,5 milyar penduduk muslim di seluruh dunia. Diabetesi yang berpuasa berisiko mengalami
puasa Ramadhan, mayoritas umat muslim Angka prevalensi diabetes di seluruh dunia efek samping seperti hipoglikemia, hiper-
akan memiliki dua waktu makan, yakni segera sekitar 4,6%,3 dan bila diproyeksikan ke hasil glikemia dengan atau tanpa ketoasidosis
saat tenggelamnya matahari yang ditandai studi EPIDIAR ini maka diperkirakan 40 – 50 dan dehidrasi. Risiko ini akan meningkat
de-ngan masuknya waktu sholat maghrib juta diabetesi di seluruh dunia menjalankan pada periode berpuasa yang lama.3 Namun,
(dikenal dengan istilah ifthar atau berbuka puasa Ramadhan setiap tahunnya.4 tidak sedikit yang tetap ingin menjalani
puasa) dan makan saat sebelum fajar terbit puasa Ramadhan dan meminta saran terkait
(dikenal dengan istilah sahur) sehingga Puasa sejatinya tidak dimaksudkan untuk kondisi medisnya. Hal penting yang tidak
lamanya waktu berpuasa adalah berkisar menyulitkan dan mencelakakan individu boleh dilupakan adalah bahwa peranan
antara 11 jam hingga 18 jam setiap harinya.2 muslim. Secara tegas, dalam kitab suci umat dokter bukan sebagai penentu atau pemberi

Alamat korespondensi email: madif12@gmail.com

342 CDK-204/ vol. 40 no. 5, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

fatwa apakah seorang pasien boleh berpuasa


atau tidak. Dokter hanya berperan memberi
pandangan dan panduan mengenai dampak
puasa terhadap kondisi medis pasien.
Keputusan akhir apakah berpuasa atau tidak,
dikembalikan kepada pasien sendiri.

EFEK PUASA PADA INDIVIDU NORMAL


Banyak studi telah meneliti efek berpuasa
Ramadhan yang dilakukan individu muslim
terhadap metabolisme tubuh, antara lain
terhadap berat badan, metabolisme glukosa,
dan metabolisme lipid.

Efek terhadap Berat Badan


Beberapa studi mendapati bahwa individu
sehat yang menjalani puasa Ramadhan Gambar 1 Patofisiologi Puasa pada Individu Normal
mengalami penurunan berat badan.6 Studi (Diadaptasi dari: Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during Ramadan. J R Soc
pada 81 orang mahasiswa sehat di sebuah Med. 2010:103:139-47)
universitas Teheran mendapati penurunan
berat badan setelah berpuasa Ramadhan baik
pada lelaki ataupun perempuan.7 Hasil yang
sama juga didapatkan oleh Sadiya dkk.8

Efek terhadap Metabolisme Glukosa


Pada individu normal, proses makan
akan merangsang sekresi insulin dari sel
beta pankreas. Proses ini pada akhirnya
menghasilkan glikogenesis dan penyimpanan
glukosa dalam bentuk glikogen di hati
dan otot. Sebaliknya, pada kondisi puasa,
sekresi insulin akan berkurang sementara
hormon kontra-regulator seperti glukagon
dan katekolamin akan meningkat. Kondisi
ini akan menyebabkan glikogenolisis dan
glukoneogenesis. Gambar 2 Patofisiologi Puasa pada Individu dengan Diabetes
(Diadaptasi dari: Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during Ramadan. J R Soc
Selama puasa berlangsung, simpanan Med. 2010:103:139-47)
glikogen akan berkurang dan rendahnya
kadar insulin plasma memicu pelepasan selama Ramadhan. Kondisi ini diperkirakan tidak berubah, dan didapatkan penurunan
asam lemak dari sel adiposit. Oksidasi asam akibat konsumsi diet tinggi karbohidrat berat badan selama puasa. Selain itu, tidak
lemak ini menghasilkan keton sebagai bahan terutama konsumsi gula7,9 Penyebab lain ditemukan perubahan berarti kadar glukosa
bakar metabolisme oleh otot rangka, otot adalah perubahan pola konsumsi sumber puasa dan HbA1c 10,11.
jantung, hati, ginjal dan jaringan adipose. Hal karbohidrat dari karbohidrat kompleks
ini menghemat penggunaan glukosa yang (seperti sereal, buah, sayuran) menjadi Efek Puasa terhadap Metabolisme
memang terutama ditujukan untuk otak dan karbohidrat sederhana seperti minuman Pasien Diabetes
eritrosit (lihat gambar 1).4,6 manis atau dengan pemanis buatan selama Pada pasien DM tipe 1 dan kondisi defisiensi
Ramadhan.8 insulin berat akan terjadi proses glikogenolisis,
Efek terhadap Metabolisme Lipid glukoneogenesis dan ketogenesis yang
Efek puasa Ramadhan terhadap profil lipid PERUBAHAN PADA DIABETESI SAAT berlebihan. Kondisi ini pada akhirnya
bervariasi dalam banyak studi, mungkin BERPUASA menyebabkan hiperglikemia dan ketoasidosis
disebabkan perubahan menu diet dan Banyak penelitian umumnya tidak yang dapat mengancam nyawa (Gambar 2).
berkurangnya aktivitas. Ziaee dkk tidak mendapatkan masalah besar pada pasien Selain itu, pasien-pasien diabetes memiliki
mendapatkan adanya perbedaan kadar diabetes, baik DM tipe 2 maupun tipe 1 neuropati otonom yang dapat menyebabkan
trigliserida (TG) yang signifikan sebelum dan yang menjalani puasa.2,4,6,10 Asupan kalori respons tidak adekuat terhadap kondisi
sesudah Ramadhan meski kadar TG meningkat umumnya berkurang meski ada juga yang hipoglikemia.

CDK-204/ vol. 40 no. 5, th. 2013 343


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Efek terhadap Berat Badan Tabel 1 Kategori Risiko Pasien Diabetes tipe 1 atau 2 yang Berpuasa Ramadhan
Studi EPIDIAR menunjukkan bahwa secara
umum tidak terdapat perubahan berat
badan bermakna pada pasien diabetes
yang berpuasa.10 Namun, ada laporan yang
menyebutkan peningkatan atau penurunan
berat badan setelah berpuasa Ramadhan.11
Tidak adanya asupan makanan atau minuman
antara waktu sahur dan waktu berbuka;
seringnya pasien tidak membatasi jumlah
atau jenis asupan makanan saat malam; juga
akibat pembatasan aktivitas harian selama
berpuasa karena kekawatiran hipoglikemia,
tampaknya mungkin menjadi penyebab tidak
hanya menurunnya berat badan tetapi juga
peningkatan berat badan.11

Efek terhadap Kadar Glukosa


Beberapa studi menunjukkan tidak ada
perubahan signifikan terhadap kendali kadar
glukosa. Variasi kadar glukosa mungkin
disebabkan dari jumlah atau jenis makanan Sumber: Al-Arouj M, Bouguerra R, Buse J, et al. American Diabetes Association recommendations for management of diabetes dur-
yang dikonsumsi, keteraturan mengonsumsi ing Ramadan: update 2010. Diabetes Care. 2010;33:1895-1902.
obat, pola makan yang tidak terkendali saat
berbuka, atau menurunnya aktivitas fisik.11 Tabel 2 Kelompok Pasien DM yang Boleh dan Tidak Boleh (Tidak Dianjurkan) Berpuasa13
Meski begitu, pasien diabetes yang berpuasa Kelompok I
tetap berisiko mengalami hipoglikemia, Pasien DM yang kadar gula darahnya terkontrol dengan Dapat berpuasa tanpa masalah dengan tetap
hiperglikemia ataupun ketoasidosis.4,6,11 Studi perencanaan makanan dan olah raga saja. memperhatikan pengaturan makan dan aktivitas fisik
Kelompok II
EPIDIAR menunjukkan peningkatan risiko Pasein DM yang selain melaksanakan perencanaan makan dan olah raga juga memerlukan obat hipoglikemik oral
hipoglikemia berat yang membutuhkan (OHO) untuk mengontrol kadar gula darahnya.
perawatan sekitar 4,7 kali lipat pada pasien DM IIa Membutuhkan dosis tunggal dan kecil, misalnya Boleh berpuasa dengan menggeser obat pagi ke sore
glibenklamid 1 x 1 tablet sehari, pagi saat berbuka puasa.
tipe 1 dan 7,5 kali lipat pada DM tipe 2.6,10 Di IIb Membutuhkan OHO dengan dosis lebih tinggi dan Dapat berpuasa dengan menggeser obat pagi ke saat
sisi lain, risiko hiperglikemia berat meningkat terbagi, misalnya glibenklamid pagi 2 tablet dan berbuka dan obat sore ke saat makan sahur dengan
sore 1 tablet. dosis setengahnya.
sekitar 5 kali lipat pada pasien DM tipe 2 dan 3 Jika minum obat 3 kali sehari Berpuasa dengan obat pagi dan siang diminum pada
kali lipat pada tipe 1.10 saat berbuka, dan obat sore digeser ke saat makan
sahur dengan dosis setengahnya
Kelompok III
Efek terhadap Profil Lipid Pasien DM yang selain perencanaan makan dan olahraga juga membutuhkan / tergantung insulin atau kombinasi
Beberapa studi menunjukkan tidak ada dengan OHO.
perubahan signifikan profil lipid. Dilaporkan IIIa Membutuhkan insulin satu kali sehari. Dapat berpuasa dengan motiviasi yang kuat dan harus
Misalnya NPH 20U 1 x sehari dengan pengawasan yang ekstra ketat. Suntikan insulin
terdapat penurunan ringan kadar kolestrol digeser ke saat berbuka.
total dan trigliserida dan peningkatan kadar IIIb Membutuhkan insulin dua kali sehari atau lebih Tidak dianjurkan berpuasa karena dianggap kadar
sehari. glukosa darah tidak stabil.
HDL, yang menunjukkan penurunan risiko Misalnya RI 3 x 12 U sehari
kejadian kardiovaskular.6 IIIc Membutuhkan kombinasi OHO dengan insulin Boleh berpuasa dengan pengaturan OHO seperti
satu kali sehari. kelompok II dan suntik insulin saat berbuka
IIId Membutuhkan kombinasi OHO dengan insulin dua Tidak dianjurkan berpuasa karena dianggap kadar
RISIKO TERKAIT PUASA PADA kali sehari atau lebih. glukosa darah tidak stabil.
DIABETESI
Studi EPIDIAR menemukan peningkatan Subekti I. Berpuasa bagi pasien diabetes. Dalam: Syam AF, Setiati S, Subekti I. Tips berpuasa Ramadhan pada berbagai penyakit
komplikasi saat berpuasa.4,10 Beberapa risiko kronis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p. 27-37.
yang sering timbul pada diabetesi saat puasa
antara lain hipoglikemia, hiperglikemia,
ketoasidosis diabetikum, dan dehidrasi serta lipat pada pasien DM tipe 1 dan 7,5 kali lipat Hiperglikemia
trombosis. pada pasien DM tipe 2. Hipoglikemia terjadi Kondisi hiperglikemia sangat erat kaitannya
lebih sering pada pasien dengan perubahan dengan beragam komplikasi baik
Hipoglikemia dosis antidiabetik oral dan insulin, dan pada mikrovaskular maupun makrovaskular. Banyak
Menurut studi EPIDIAR dikatakan bahwa risiko pasien yang melakukan perubahan gaya penelitian menemukan bahwa pada pasien
hipoglikemia berat meningkat sebesar 4,7 kali hidup signifikan selama puasa.4,10 diabetes yang menjalani puasa, pengendalian

344 CDK-204/ vol. 40 no. 5, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

kadar glukosa darah dapat memburuk, Ramadhan, hendaknya menjalani penilaian 2. Makan sahur sebaiknya dilambatkan.
membaik atau tidak berubah. Studi EPIDIAR medis 1 – 2 bulan sebelumnya. Pasien diabetes 3. Lakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan
menunjukkan peningkatan lima kali lipat sering tetap ingin berpuasa meskipun secara wajar seperti biasa. Dianjurkan beristirahat
risiko hiperglikemia berat pada pasien DM medis tidak memungkinkan. Peranan dokter, setelah sholat dzuhur (siang hari).
tipe 2 dan tiga kali lipat pada pasien DM sekali lagi, bukan sebagai pemberi fatwa
tipe 1 yang menjalani puasa Ramadhan10. apakah seseorang pasien boleh berpuasa atau Tata Laksana Puasa Pasien DM Tipe 1
Diperkirakan kondisi hiperglikemi ini terjadi tidak. Dokter hanya berperan memberikan Pasien DM tipe 1 memiliki risiko sangat tinggi
akibat pengurangan dosis pengobatan yang pandangan dan panduan mengenai dampak saat berpuasa Ramadhan. Risiko ini makin
berlebihan, yang sebenarnya dimaksudkan puasa terhadap kondisi medis pasien dan meningkat pada pasien dengan kadar glukosa
untuk mencegah hipoglikemia. Juga pada bagaimana mengurangi risiko komplikasi. buruk, atau mereka yang terbatas aksesnya ke
pasien diabetes yang meningkatkan pola Untuk itu, pengenalan risiko berpuasa bagi pelayanan kesehatan, adanya hipoglikemia
konsumsi selama bulan puasa.10 pasien penting dilakukan (tabel 1 dan tabel 2). yang tidak disadari, atau riwayat perawatan
di rumah sakit yang berulang.4 Saran tepat
Ketoasidosis diabetikum Pada prinsipnya, penilaian sebelum bagi mereka dengan diabetes tipe 1 adalah
Pasien diabetes tipe 1, yang menjalankan Ramadhan meliputi: 1) kondisi fisik; 2) anjuran untuk tidak berpuasa,4,6,11 namun
puasa Ramadhan, mengalami peningkatan parameter metabolik; 3) penyesuaian diperkirakan sekitar 43% pasien DM tipe 1
risiko komplikasi ini, khususnya mereka terhadap perubahan pola asupan selama tetap berpuasa Ramadhan.4,10 Jika pasien
dengan pengendalian glukosa yang buruk Ramadhan; 4) penyesuaian regmen dan memutuskan untuk berpuasa Ramadhan,
sebelum Ramadhan. Risiko ini makin dosis obat; 5) penyesuaian aktivitas fisik; dan sebaiknya mereka menggunakan terapi
meningkat dengan pengurangan dosis 6) pengenalan tanda dehidrasi, hipoglikemia insulin dalam rejimen basal bolus dan rutin
pengobatan yang berlebihan.4,10 atau hiperglikemia. memeriksa kadar glukosa darah. Laporan 15
orang pasien diabetes tipe 1 yang menjalani
Dehidrasi dan Trombosis Ada lima hal penting yang perlu diperhatikan puasa menyebutkan penggunaan insulin
Saat puasa, terjadi pengurangan asupan cairan dalam pengelolaan pasien diabetes yang glargin hanya menyebabkan sedikit kasus
jangka panjang (11 – 16 jam) yang berisiko menjalankan puasa, yakni (1) Tata laksana hipoglikemia.14 Perbaikan kendali kadar
menimbulkan dehidrasi. Kondisi dehidrasi bersifat individual; (2) Pemantauan teratur glukosa dan penurunan risiko hipoglikemia
ini dapat diperberat dengan perspirasi kadar glukosa darah; (3) Nutrisi tidak boleh ber- lebih banyak dijumpai pada penggunaan
(pengeluaran keringat) berlebihan dikaitkan beda dari kebutuhan nutrisi harian; (4) Olah- insulin lispro bila dibandingkan dengan
dengan kondisi cuaca terik dan aktivitas fisik raga tidak boleh berlebihan. Sholat tarawih regular human insulin.6
yang berat.4,10 Selain itu, hiperglikemia dapat (sholat dengan jumlah rakaat yang cukup
mencetuskan terjadinya diuresis osmosis banyak) yang dilakukan setiap malam di bulan Tata Laksana Puasa pada Pasien DM Tipe 2
yang dapat menyebabkan deplesi cairan dan Ramadhan, dapat dipertimbangkan sebagai • Pasien Terkendali dengan Diet
elektrolit. Hipotensi ortostatik dapat terjadi, bagian dari bentuk olahraga yang dianjurkan; Kelompok pasien ini merupakan kelompok
khususnya pada mereka dengan neuropati dan (5) Membatalkan puasa. Pasien harus risiko rendah yang diharapkan dapat menjalani
otonom sehingga risiko sinkop, jatuh atau selalu diajarkan agar segera membatalkan puasa Ramadhan tanpa masalah. Asupan kalori
fraktur tulang penting diperhatikan. Adanya puasa jika terdapat gejala hipoglikemia (kadar dalam beberapa porsi kecil daripada hanya
kontraksi ruang intravaskular dapat memicu glukosa darah < 60 mg/dL) atau bila dalam satu porsi besar akan membantu mengurangi
kondisi hiperkoagulabel. Peningkatan viskositas kondisi hiperglikemia.4 Pasien hendaknya hiperglikemia post-prandial. Kebutuhan cairan
darah akibat dehidrasi ini meningkatkan risiko lebih sering memeriksa kadar glukosa darah, hendaknya dicukupi untuk mencegah risiko
trombosis dan stroke. Tetapi Temizhan dkk misalnya dalam 2 jam sesudah makan sahur. dehidrasi dan risiko trombosis.4,6
melaporkan bahwa insiden perawatan rumah Puasa sebaiknya dibatalkan jika kadar glukosa
sakit akibat penyakit koroner atau stroke tidak darah < 70 mg/dL dalam 1-2 jam awal puasa, • Pasien dalam Terapi Obat Hipogli-
meningkat selama Ramadhan.12 terutama bagi pasien yang menggunakan kemik Oral
insulin, sulfonilurea pada saat sahur.4 Metformin
TATA LAKSANA PASIEN DIABETES YANG Pasien dengan terapi metformin diharapkan
BERPUASA Beberapa petunjuk umum yang perlu dapat menjalani puasa mengingat risiko
Mengingat banyaknya risiko pada pasien diperhatikan bagi pasien diabetes yang hipoglikemianya kecil. Namun, pasien
diabetes saat menjalankan puasa, sangat berpuasa adalah11,13: dianjurkan mengubah waktu mengonsumsi
diperlukan pengetahuan pengelolaan yang 1. Perencanaan makan, jumlah asupan obat dengan saran sepertiga dosis diberikan
baik. American Diabetes Association (ADA) kalori sehari selama bulan puasa kira-kira saat sahur dan dua pertiga dosis saat
mengeluarkan rekomendasi tata laksana sama dengan jumlah asupan sehari-hari yang berbuka.4,6
puasa pada pasien diabetes pada tahun 2005 dianjurkan sebelum puasa. Pengaturan selama
yang telah diperbaharui pada tahun 2010. bulan Ramadhan adalah dalam hal pembagian Tiazolidinedion
porsi, 40% dikonsumsi saat makan sahur, 50% Penggunaan kelompok obat ini diketahui
Penilaian Sebelum Ramadhan saat berbuka dan 10% malam sebelum tidur tidak menyebabkan kejadian hipoglikemia
Semua pasien diabetes yang hendak berpuasa (sesudah sholat tarawih). meski dapat memperkuat efek hipoglikemik

CDK-204/ vol. 40 no. 5, th. 2013 345


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

Tabel 3 Rekomendasi Regimen Terapi Pasien Diabetes Tipe 2 yang Menjalankan Puasa bila dikombinasikan dengan sulfonilurea.6

• Pasien dalam Terapi Insulin


Saran umum bagi pasien pengguna insulin
kerja panjang (misalnya, glargin dan detemir)
adalah mengurangi dosis sebesar 20% untuk
mengurangi risiko hipoglikemia. Kelompok
insulin kerja panjang ini disarankan diberikan
saat makan besar saat berbuka puasa.6 Insulin
kerja cepat preprandial tetap dapat diberikan
selama berpuasa, tanpa dosis siang hari.
Untuk insulin kerja campuran (premix), dosis
pagi hari diberikan pada saat berbuka dan
setengah dosis malam hari diberikan pada
saat sahur.4,6

Tabel 3 meringkas panduan tata laksana


pasien diabetes selama berpuasa Ramadhan.
Hal penting yang harus diperhatikan,
bahwa pengelolaan pasien diabetes bersifat
individual sehingga penilaian yang didasarkan
dari kendali kadar glukosa darah dan risiko
hipoglikemia tetap memegang peranan
penting.

Sumber: Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during Ramadan. J R Soc Med. SIMPULAN
2010:103:139-47. Kebudayaan dan agama memberikan dampak
terhadap tata laksana penyakit kronik seperti
golongan sulfonilurea, glinid, dan insulin.4 disesuaikan dengan penilaian terhadap kadar diabetes. Puasa Ramadhan merupakan salah
Tidak diperlukan penyesuaian dosis selama glukosa darah pasien dan risiko hipoglikemia.4 satu pilar (rukun) Islam bagi umat muslim
berpuasa Ramadhan.4 Pada penggunaan sulfonilurea dua kali sehari, di seluruh dunia. Banyak pasien DM tetap
disarankan setengah dosis diberikan pada ingin menjalankan ibadahnya meski secara
Sulfonilurea saat sahur, dan dosis biasa pada saat berbuka. medis tidak dianjurkan, misalnya mereka
Kelompok obat ini diketahui sering berkaitan dengan kadar glukosa belum terkendali,
dengan kejadian hipoglikemia sehingga perlu Glinid perempuan diabetes hamil, mereka dengan
hati-hati digunakan selama puasa Ramadhan. Kelompok obat ini diketahui memiliki risiko riwayat ketoasidosis atau koma hiperosmolar,
Penggunaan glibenklamid dikaitkan de- hipoglikemia rendah karena sifat kerjanya dan pasien dengan komplikasi serius seperti
ngan risiko hipoglikemia yang lebih besar yang pendek. Dapat digunakan dua kali penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronik,
dibandingkan sulfonilurea generasi kedua sehari yakni pada saat sahur dan saat berbuka pasien diabetes usia lanjut, dan pasien
lain seperti gliklazid, glimepirid dan glipizid.4 puasa. dengan riwayat berulang hipoglikemia atau
Belkhadir dkk mendapati penggunaan hiperglikemia sebelum dan selama puasa
glibenklamid aman pada 591 pasien diabetes Penghambat alfa glukosidase Ramadhan.
yang berpuasa.15 Laporan lain menyebutkan Kelompok obat ini tidak dikaitkan dengan
penggunaan glimepirid pada 332 pasien kejadian hipoglikemia sehingga aman Peranan dokter adalah bersikap bijak
diabetes yang berpuasa Ramadhan hanya digunakan selama puasa Ramadhan yakni memberikan panduan, menentukan
menyebabkan kejadian hipoglikemia sebesar pada saat sahur dan pada saat berbuka stratifikasi risiko pasien, mengatur regimen
3% pada pasien yang baru terdiagnosis dan puasa.4 yang sesuai yang tetap bertujuan mengurangi
3,7% pada pasien yang telah diterapi.16 risiko komplikasi. Lima hal penting yang perlu
Terapi berbasis inkretin diperhatikan dalam pengelolaan pasien
Penyesuaian dosis bersifat individual Kelompok obat ini misalnya penghambat diabetes yang menjalankan puasa yakni (1)
dengan menimbang besar kecilnya risiko enzim DPP-4 (dipeptidyl peptidase-4) dan tata laksana bersifat individual; (2) pemantauan
hipoglikemia. Misalnya, pasien dengan analog GLP-1 (glucagon-like peptide-1) tidak kadar teratur glukosa darah; (3) nutrisi tidak
sulfonilurea kerja panjang misalnya glimepirid dikaitkan dengan kejadian hipoglikemia boleh berbeda dari kebutuhan nutrisi harian;
sekali sehari, selama puasa Ramadhan sehingga aman digunakan selama puasa (4) olahraga tidak boleh berlebihan dan
dianjurkan mengubah waktu minum Ramadhan.4,6 Tidak dibutuhkan penyesuaian (5) pasien harus tahu kapan membatalkan
obatnya menjadi saat berbuka puasa. Dosis dosis namun risiko hipoglikemia akan tinggi puasa.

346 CDK-204/ vol. 40 no. 5, th. 2013


CONTINUING MEDICAL EDUCATION

DAFTAR PUSTAKA
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit; 2000.
2. Azizi F. Islamic fasting and health. Ann Nutr Metab. 2010;56:273-82.
3. Wild S, Roglic G, Green A, Sicree R, King H. Global prevalence of diabetes, estimates for the year 2000 and projections for 2030. Diabetes Care. 2004; 27:1047–53.
4. Al-Arouj M, Bouguerra R, Buse J, Hafez S, Hassanein M, Ibrahim MA, et al. American Diabetes Association recommendations for management of diabetes during Ramadan: update 2010.
Diabetes Care. 2010;33: 1895-902.
5. Al-Quran surah 2, ayat 183-5.
6. Karamat MA, Syed A, Hanif W. Review of diabetes management and guidelines during Ramadan. J R Soc Med. 2010: 103: 139–47.
7. Ziaee V, Razaei M, Ahmadinejad Z, Shaikh H, Yousefi R,Yarmohammadi L, et al. The changes of metabolic profile and weight during Ramadan fasting. Singapore Med J. 2006;47:409–14.
8. Sadiya A, Ahmed S, Siddieq HH, Babas J, Carlsson M. Effect of Ramadan fasting on metabolic markers, body composition, and dietary intake in Emiratis of Ajman (UAE) with metabolic
syndrome. Diabetes Metab Syndr Obes. 2011;4:409-1.
9. Hallak MH, Nomani MZA. Body weight loss and changes in blood lipid levels in normal men on hypocaloric diets during Ramadan fasting. Am J Clin Nutr. 1988; 48:1197-210.
10. Salti I, Be´nard E, Detournay B, Bianchi-Biscay M, Le Brigand C, Voinet C, et al. EPIDIAR study group. A population based study of diabetes and its characteristics during the fasting month
of Ramadan in 13 countries: Results of the epidemiology of diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) study. Diabetes Care. 2004;27:2306–11.
11. Azizi F, Siahkolah B. Ramadan fasting and diabetes mellitus. Arch Iranian Med. 2003; 6 (4): 237 – 42.
12. Temizhan A, Donderici O, Ouz D, Demirbas B. Is there any effect of Ramadan fasting on acute coronary heart disease events? [abstract]. Int J Cardiol. 1999;70:149-53.
13. Subekti I. Berpuasa bagi pasien diabetes. Dalam: Syam AF, Setiati S, Subekti I. Tips berpuasa Ramadan pada berbagai penyakit kronis. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI;2006:27-37.
14. Mucha GT, Merkel S, Thomas W, Bantle JP. Fasting and insulin glargine in individuals with type 1 diabetes. Diabetes Care. 2004;27:1209-10.
15. Belkhadir J, el Ghomari H, Klöcker N, et al. Muslims with non-insulin dependent diabetes fasting during Ramadan: treatment with glibenclamide. BMJ. 1993;307:292-5.
16. Glimepiride in Ramadan (GLIRA) Study Group. The efficacy and safety of glimepiride in the management of type 2 diabetes in Muslim patients during Ramadan. Diabetes Care.
2005;28:421-2.

CDK-204/ vol. 40 no. 5, th. 2013 347

View publication stats

You might also like