Professional Documents
Culture Documents
Kajian Teori PKN
Kajian Teori PKN
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Perjalanan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa ditandai oleh periode transisisonal panjang yang dikenal dengan masa remaja. Masa
remaja secara umum dimulai dengan pubertas, proses yang mengarah kepada kematangan
seksual atau fertilitas, yaitu kemampuan untuk bereproduksi. Sarwono (2001) menyatakan
bahwa remaja berada dalam periode transisi antara anakanak dan orang dewasa dengan segala
perkembangan biologis, kognitif, dan psikososial. Universitas Sumatera Utara 2. Usia Masa
Remaja Masa remaja menawarkan peluang untuk tumbuh, bukan hanya dalam dimensi fisik,
tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial. Periode remaja merupakan periode yang
penting karena pada masa ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang pesat (Atkinson
dkk, 1993). Santrock (1995) berpendapat bahwa masa remaja di awali pada usia yang
berkisar 10 tahun – 13 tahun dan berahir di usia 18 tahun 22 tahun. Menurut Hurlock (1999)
batasan usia masa remaja adalah 13 tahun – 17 tahun. Monks (2002) membagi masa remaja
menjadi tiga bagian, yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan dan masa remaja
akhir. Masa remaja awal berlangsung kira-kira dari 12 tahun sampai 14 tahun. Masa remaja
pertengahan berlangsung kira-kira dari 15 tahun sampai 17 tahun. Masa remaja akhir
berlangsung kira-kira 18 tahun sampai 21 tahun. D. Gambaran Pembentukan Identitas Diri
Remaja Korban Kekerasan Seksual Kekerasan yang mewarnai berbagai media massa menjadi
suatu perhatian besar sekarang ini. Melalui data yang diperoleh bahwa kekerasan seksual
menjadi salah satu bentuk kekerasan yang sering terjadi. Hal menarik yang perlu disoroti
adalah sebagian besar pelakunya berasal dari lingkungan keluarga, dan tidak menutup
kemungkinan juga orang lain yang dekat dengan korban. Seringkali yang menjadi korban
perilaku tak terpuji itu adalah kaum yang dianggap lemah, dan tidak terbatas pada usianya.
Tower (2002) mengungkapkan bahwa mayoritas korban kekerasan seksual adalah
perempuan. Anak perempuan empat kali lebih besar kemungkinannya untuk dilecehkan
dibanding anak laki-laki (Papalia, 2004). Sesuai dengan Hukum Perlindungan Anak, rentang
usia dikatakan sebagai anak adalah usia 8 hingga 18 tahun. Berdasarkan teori Psikologi
Perkembangan, usia belasan tahun tergolong usia remaja. Santrock (1995) berpendapat
bahwa masa remaja di awali pada usia yang berkisar 10 tahunUniversitas Sumatera Utara 13
tahun dan berakhir di usia 18 tahun-22 tahun. Monks (2002) membagi masa remaja menjadi
tiga bagian, yaitu masa remaja awal (12 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (15
sampai 17 tahun), dan masa remaja akhir (18 sampai 21 tahun). Remaja perempuan seringkali
menjadi korban merasa tidak mampu melawan pelaku, dan bersikap pasrah. Hingga pada
akhirnya korban mengalami berbagai dampak setelah kekerasan secara seksual terjadi.
Sarwono (2001) menyatakan bahwa remaja berada dalam periode transisi antara anak-anak
dan orang dewasa dengan segala perkembangan biologis, kognitif, dan psikososial. Dampak
yang diakibatkan peristiwa kekerasan tentu saja mempengaruhi remaja secara psikologis,
kognitif, emosi, sosial, dan perilakunya. Menurut Maschi (2009), dampak yang ditimbulkan
mempengaruhi masa remaja hingga dewasa. Korban perkosaan memiliki kemungkinan
mengalami stres dan trauma setelah perkosaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ekandari, dkk
(2001) bahwa korban perkosaan mengalami stres yang langsung terjadi dan stres jangka
panjang. Sebagai seorang individu yang berada pada masa peralihan, remaja memiliki tugas
dalam perkembangannya, dan tugas yang utama adalah memecahkan krisis identitas versus
kebingungan identitas (atau identitas versus kebingungan peran), untuk dapat menjadi orang
dewasa unik dengan pemahaman akan diri yang utuh dan memahami peran nilai dalam
masyarakat. Apabila krisis identitas dapat diselesaikan, timbul suatu bentuk identitas yang
terintegrasi, koheren, dan jelas (Erikson, 1989). Remaja yang mengalami kekerasan
merasakan dampak kekerasan tersebut. Dampak yang terjadi adalah remaja gagal
mengintegrasikan diri, memiliki gambaran diri yang negatif, mendapat stigma negatif dari
lingkungan sehingga merasa takut ditolak dari pergaulan dengan teman sebaya. Berbagai
dampak yang dirasakan akan mempengaruhi dalam memenuhi tugas perkembangan,
khususnya tugas perkembangan yang utama. Kegagalan dalam menyelesaikan tugas
Universitas Sumatera Utara perkembangan tersebut mengakibatkan remaja mengalami
kebingungan identitas atau krisis identitas. Archer & Waterman, Marcia dalam Bosma,dkk,
(1994) menggunakan eksplorasi dan komitmen untuk menjelaskan mengenai empat status
identitas, yaitu identity achievement (pencapaian identitas), foreclosure (penutupan),
moratorium (penundaan), dan identity diffusion (difusi identitas). Identity achievement
merupakan periode dari eksplorasi sebelumnya dalam membentuk identitas dengan
menguraikan nilai dan komitmen. Moratorium merupakan proses yang menjelaskan
mengenai keadaan remaja yang telah mengalami krisis tetapi belum memiliki komitmen, atau
tampak samar. Foreclosure merupakan keadaan remaja yang menerima nilai dan komitmen
tanpa eksplorasi, misalnya komitmen berasal dari orang tua atau orang-orang yang berarti
dalam hidupnya. Sedangkan diffusion merupakan ketidakmampuan dalam membuat
komitmen, dan sebelumnya juga tidak mengalami eksplorasi (Kroger, 1947). Berdasarkan
pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana gambaran pembentukan
identitas diri pada remaja perempuan korban kekerasan seksual mulai dari status identitas
korban hingga pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan identitas diri
korban.
A. Hak Seorang Pelajar
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Setiap warga
negara berhak atas kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,
kemampuan, dan ketrampilan tamatan pendidikan dasar. Setiap peserta didik pada suatu satuan
pendidikan mempunyai hak-hak berikut.
1. Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
2. Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan.
3. Berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untukmemperoleh
pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan.
4. Mendapat bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan persyaratan yang
berlaku.
5. Pindah ke satuan pendidikan yang sejajar atau yang tingkatnya lebih tinggi.
6. Sesuai dengan persyaratan penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan yang hendak
dimasuki.
7. Memperoleh penuaian hasil belajarnya.
8. Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan.
9. Mendapat pelayanan khusus bagi yang menyandang cacat.
Secara umum dalam proses belajar mengajar siswa mempunyai hak-hak sebagai berikut.
1. Hak Pelajar
Belajar merupakan kebutuhan pokok seorang pelajar. Siswa berhak mendapatkan proses belajar
mengajardi kelas dan di luar kelas, pengajaran untuk perbaikan, pengayaan, kegiatan ekstrakurikuler,
mengikuti ulangan harian, ulangan umum, dan ujian nasional.
2. Hak Pelayanan
Dengan adanya pelayanan diharapkan memberi kemudahan bagi siswa meraih harapan memperoleh
sukses. Siswa berhak mendapatkan pelayanan yang berhubungan dengan administrasi sekolah.
Pelayanan melalui bimbingan konseling akan membantu keberhasilan siswa.
3. Hak Pembinaan
Bentuk pembinaan dapatdilaksanakan pada saat upacara bendera, pembinaan wali kelas, saat
mengajar bahkan saat bimbingan dan layanan konseling.
4. Hak Memakai Sarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan alat untuk mempermudah siswa melakukan berbagi
aktivitas belajar.
5. Hak Berbicara dan Berpendapat
Hak ini digunakan secara demokratis untuk melatih siswa mengemukakan pendapatnya. Tapi perlu
diingat hak ini harus digunakan dengan cara-cara yang sopan, tidak menimbulkan anarki dan
berujung pada kerusuhan.
6. Hak Berorganisasi
Berkumpul dengan teman sebaya memang diperlukan oleh anak-anak remaja. Jika bertujuan baik
maka berorganisasi sah-sah saja dilakukan. Organisasi juga dapat menjadi ajang penyalur bakat dan
kreativitas para remaja.
7. Hak Bantuan Biaya Sekolah
Bantuan biaya sekolah atau sering disebut beasiswa merupakan kebutuhan wajib yang diterima
siswa. Pemberian bantuan ini juga harus memenuhi persyaratan tertentu yang telah diatur dalam
ketentuan-ketentuan pemberian beasiswa.
B. Kewajiban Seorang Pelajar
Siswa selain memiliki hak yang harus diterima, juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhinya.
Setiap peserta didik berkewajiban untuk:
1. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan
dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku;
2. mematuhi semua peraturan yang berlaku;
3. menghormati tenaga kependidikan;
4. ikut memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan, ketertiban dan keamanan satuan
pendidikan yang bersangkutan.
Secara umum kewajiban siswa dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Kewajiban Belajar
Belajar merupakan tugas utama seorang pelajar. Siswa diwajibkan belajar dengan baik di dalam
maupun di luar sekolah. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru termasuk juga kewajiban
pelajar.
2. Kewajiban Menjaga Nama Baik Sekolah
Menjaga nama baik sekolah baik di luar maupun di dalam sekolah merupakan perwujudan terhadap
ketahanan sekolah beserta Wawasan Wiyata Mandala.
3. Kewajiban Taat Tata Tertib
Aturan-aturan yang mengarahkan siswa bertingkah laku di sekolah merupakan tata tertib yang wajib
ditaati oleh seluruh siswa. Dengan tata tertib diupayakan siswa memiliki kedisiplinan sehingga
mampu menunjang dalam kehidupan bermasyarakatnya.
4. Kewajiban Biaya Sekolah
BOS atau biaya operasional sekolah adalah biaya sekolah yang berasal dari pemerintah yang
merupakan pendukung operasional kegiatan harian di sekolah agar sekolah dapat berjalan lancar.
Biaya ini hanya untuk membantu meringankan biaya sekolah bukan berarti sekolah bebas ongkos
atau gratis.
5. Kewajiban Kerja Sama
Kerja sama antara sekolah dengan pihak masyarakat dalam hal ini wali murid wajib dilaksanakan
untuk mendukung seluruh kegiatan sekolah. Kerja sama yang terjalin dengan baik akan mampu
memecahkan setiap permasalahan yang ada.
Hak dan Kewajiban Guru sebagai pegawai Negeri sipil menurut UU no. 8 tahun 1974
1. Kewajiban Guru
a. Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.
(pasal 4)
b. Wajib menaati segala peraturan perundang undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas
kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung
jawab. (pasal 5)
c. Wajib menyimpan rahasia jabatan. (pasal 6)
d. Pegawai Negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah yang
berwajib atas kuasa undang-undang. (pasal 6).
2. Hak Guru
a. Berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. (pasal
7)
b. Berhak atas cuti. (pasal 8)
c. Bagi mereka yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan karena tugas kewajibannya,
berhak memperoleh perawatan. (pasal 9)
d. Bagi mereka yang menderita cacat jasmani dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi, berhak memperoleh tunjangan.
(pasal 9)
e. Pegawai negeri yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, berhak atas pensiun. (pasal 10)
Hak dan Kewajiban guru sebagai pendidik menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun
2003
1. Kewajiban Guru
a. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis.
b. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
2. Hak Guru
a. Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
b. Memperoleh penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas.
d. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
e. Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.[5]