You are on page 1of 2

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. KESIMPULAN

Frekuensi pemberian ASI mempunyai peranan dalam terjadinya bendungan ASI pada
Ibu nifas karena pada payudara terdapat vena limpatik yang mengalirkan produksi air susu,
jika frekuensi pemberian ASI sesuai, maka pengosongan payudara dapat secara sempurna
sehingga aliran vena limpatik lancar sehingga mencegah terjadinya payudara bengkak atau
bendungan ASI pada payudara. Durasi pemberian ASI juga mempunyai peranan terhadap
terjadinya bendungan ASI karena durasi menyusui berkaitan dengan adanya refleks
prolaktin yang merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan
mempertahankan sekresi ASI. Stimulus isapan bayi akan mengirim pesan ke hipotalamus
yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang
meningkatkan produksi ASI oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang
disekresikan dan jumlah ASI yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan,
yaitu frekuensi, intensitas dan lama bayi mengisap. Bendungan ASI pada Ibu nifas dapat
terjadi jika air susu yang di produksi oleh payudara tidak segera diberikan pada bayi atau
tidak segera dikosongkan. Untuk mencegah terjadinya bendungan ASI pada ibu nifas yaitu
dengan menyusui bayi secara adekuat tanpa jadwal (on demand), tidak membatasi waktu
pemberian ASI, dan perawatan payudara secara teratur.

3.2. SARAN

Bagi ibu nifas diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang bendungan ASI,
terutama cara mencegah dan penatalaksanaan bila terjadi bendungan ASI. Untuk itu
diharapkan kemauan dan keaktifan dari ibu nifas untuk menambah pengetahuan dengan cara
mengikuti penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang terkait yang diberikan oleh petugas
kesehatan, melalui media masa ataupun elektronik. Selain itu para ibu nifas pun harus mau
mempraktekkan pengetahuan yang sudah didapat terkait bendungan ASI sesuai dengan yang
seharusnya sehingga bendungan ASI dapat di atasi sehingga tidak menggangu proses
menyusui agar bayi bisa mendapat ASI sesuai dengan kebutuhannya.

Bagi tenaga kesehatan dituntut peran aktifnya dalam memberikan penyuluhan dan
edukasi yang tepat terkait masalah bendungan ASI pada para ibu nifas, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan ibu nifas. Disini tenaga kesehatan harus intensif membagi
informasi terkait masalah bendungan ASI dan mengevaluasi kembali sejauh mana
pemahaman dan penerapan penatalaksanaan yang tepat dalam menangani bendungan ASI.
Sehingga bisa diketahui sejauh mana penerimaan informasi dan edukasi kesehatan yang
telah diberikan oleh tenaga kesehatan. Dan akhirnya angka kejadian bendungan ASI dapat
menurun atau berkurang karena tingkat pengetahuan ibu nifas sudah lebih baik.

You might also like