Professional Documents
Culture Documents
Lapres Kristalisasi PDF
Lapres Kristalisasi PDF
MATERI : KRISTALISASI
KELOMPOK : 2 / SELASA
PENYUSUN : 1. KURNIAWAN BANGKIT (21030114120015)
2. SURYA PANDU PUTRA (21030114120020)
3. VIA DOLOROSA N.G TAMBUNAN (21030114120026)
Materi : Kristalisasi
Kelompok : 2 / Selasa
Penyusun : 1. Kurniawan Bangkit (21030114120015)
2. Surya Pandu Putra (21030114120020)
3. Via Dolorosa N.G Tambunan (21030114130143)
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Unit Operasi Teknik Kimia
serta kami pun dapat menyelesaikan sembilan materi praktikum dengan baik dan lancar tanpa
suatu hambatan yang berarti. Laporan resmi praktikum Kristalisasi dibuat berdasarkan data
hasil percobaan yang dilakukan di Laboratorium Unit Operasi Teknik Kimia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka laporan
ini tidak akan terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ir. Danny Soetrisno, M.Eng. selaku dosen pembimbing materi Kristalisasi.
2. Wahyu Zuli Pratiwi selaku asisten pengampu materi Kristalisasi
3. Segenap teman-teman yang telah memberikan dukungan baik materil maupun
spiritual.
Laporan resmi ini merupakan laporan resmi terbaik saat ini yang dapat kami ajukan, dan
kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun kami harapkan. Besar harapan kami laporan resmi ini dapat memberi
manfaat dan pengetahuan bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Tabel 4.1. Hubungan Flowrate dengan Massa Kristal Teoritis dan Praktis ............................. 15
Tabel 4.2. Massa Kristal setiap Tray sebagai Fungsi Flowrate ................................................ 16
Tabel 4.3. Pengaruh Flowrate terhadap Massa Kristal Setiap Tray ......................................... 17
DAFTAR GAMBAR
Kristalisasi dari larutan sangat penting dalam industri karena banyaknya ragam
bahan yang diperlukan dalam bentuk kristal. Kristalisasi adalah proses separasi dimana
suatu solute terkristalkan dari larutan multikomponennya sehingga bila dilakukan
dengan benar akan dapat diperoleh kristal yang realtif murni. Oleh karena itu,
kristalisasi merupakan salah satu metode yang praktis untuk mendapatkan bahan kimia
murni dalam kondisi yang sangat memenuhi syarat untuk pemasaran. Dalam kristalisasi
suatu larutan, solute akan terkristalkan sehingga terbentuk campuran dua fasa yang
disebut magma, fasa cair yang disebut mother liquor atau larutan induk dan fasa padat
kristalin.
4. Mampu mengambil data – data percobaan secara benar dan mengolahnya serta
menyajikan dalam bentuk grafik hubungan flowrate dengan massa kristal, diameter
partikel dengan jumlah kristal yang dihasilkan (CSD)
2.1 Pengertian
a. Pendinginan larutan
b. Penguapan solven
Homogen Nukleus
Primary Nukleus
Nukleus Heterogen
Nukleus
Secondary
Nukleus
Proses pembentukan inti kristal ini dapat terjadi pada saat larutan
telah mencapai derajat saturasi yang cukup tinggi. Nukleasi primer
dapat terjadi lewat 2 cara:
- Homogen Nukleus
- Heterogen Nukleus
Jika
a. L >>> maka jumlah kristal yang terbentuk juga semakin
besar, kristal makin besar menyebabkan kemungkinan tumbukan
semakin banyak. Pecahan bagian kecil dari kristal menyebabkan
terbentuknya inti kristal.
Cs
( ∆ C -)
CL2* CL1*
Dengan
N: jumlah kristal
D: diameter
Dengan
N: jumlah kristal
D: diameter
Untuk jenis MSMPR, kristal yang diperoleh mempunyai ukuran yang tidak seragam
sehingga diameter bervariasi mulai dari ukuran yang tidak terlihat sampai diameter besar.
Feed
CW out
Produk keluar
outlet
Feed
sebagai berikut
Persiapan Alat
Pengeringan
Proses Sieving
1. Membuat larutan jenuh tawas pada suatu suhu tertentu di dalam tangki saturator
4. Cek kondisi apakah jenuh atau belum dengan mengukur densitas larutan dengan
picnometer. Berat picnometer dan larutan sudah konstan berarti sudah jenuh
(tawas tidak bisa larut lagi)
5. Jalankan sistem pendingin tangki kristaliser dengan air yang dialirkan kontinyu,
atur jepitan selang air pendingin sedemikian rupa sehingga input – output yang
ditandai dengan konstannya ketinggian permukaan air pendingin di dalam tangki
pendingin kristaliser. Tangki kristaliser diberi tanda untuk volume tertentu,
missal 2 L.
6. Atur flowrate yang menuju menuju tangki kristaliser dan yang keluar, sesuai
dengan yang diinginkan dengan mengatur jepitan pada selang. Cek (kalibrasi)
flowrate dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Pengaliran dilakukan
dengan cara sifoning.
7. Siapkan sistem vakum pengeluaran produk slurry: pompa vakum, buffer tank
dikosongkan. Cek apakah tidak bocor (lewat ujung selang penghisap apakah
terasa bila menghisap.
9. Jalankan sistem kristalisasi ini sampai dicapai kondisi tunak (steady state)
dengan perkiraan dari start awal 3 kali waktu tinggal cairan di dalam kristaliser
10. Sebelum tercapai kondisi tunak, kristal dan cairan yang dikeluarkan tidak
dipakai sebagi produk tetapi dikembalikan ke saturator tank lagi. Setelah
tercapai kondisi tunak, kristal dan cairan dikeluarkan untuk jangka waktu
tertentu misalnya 20 menit, tamping dan saring kristalnya, keringkan kristalnya
dengan diangin – anginkan (penyaringan kristal diupayakan saat larutannya
belum mendingin agar produk kristal tidak bertambah).
11. Ulangi langkah kerja di atas dari awal untuk masing – masing flowrate sehingga
diperoleh minimal 2 titik agar bisa dibuat grafik yang baik
12. Timbang produk kristal, kemudian dilakukan analisa ayak untuk masing –
masing variasi flowrate
13. Hitung berat 1 kristal untuk ukuran ayakan tertentu dengan mengasumsi
kristalnya berbentuk bola, kemudian hitunglah jumlah butir kristal yang ada
dalam 1 ayakan
14. Buat grafik kelarutan tawas dalam air sebagai fungsi suhu dari data di Perry
15. Hitung derajat supersaturasi yang terjadi untuk masing – masing flowrate
dengan melihat data kelarutan tawas dari suhu saturator dan suhu kristaliser
16. Buat grafik hubungan berat kristal versus derajat supersaturasi dan grafik CSD
untuk masing – masing variasi flowrate.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1000
900
800
700
Massa Kristal (gr)
600
500
W teoritis
400
W praktis
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Flowrate (mL/s)
Gambar 4.1 Hubungan Flowrate dengan Massa Kristal Teoritis dan Praktis
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa semakin besar flowrate,maka massa Kristal
akan meningkat. Fenomena ini sesuai dengan persamaan :
W teoritis = (∆C).(Flowrate).(t).(ρ larutan)
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa flowrate berbanding lurus dengan massa
teoritis kristal. Fenomena serupa juga ditemui pada hasil percobaan. Berat kristal yang
diperoleh dari hasil percobaan juga meningkat seiring dengan meningkatnya flowrate.
Dari sisi lain, meskipun fenomena yang terjadi pada berat teoritis dan percobaan serupa,
akan tetapi hasil yang diperoleh memiliki persen error yang cukup besar. Banyak kristal yang
seharusnya diperoleh tetapi hilang. Hal ini disebabkan karena banyak kristal yang tertinggal
pada kertas saring. Saat penguapan larutan kristal terserap kertas saring, saat airnya menguap
kristal terperangkap pada kertas saring menjadi fouling.
180
160
140
Massa kristal (gr)
120
100
80
60
40
20
0
2 2.5 3 3.5 4
Flowrate (mL/s)
Berdasarkan persamaan tersebut, jumlah Kristal yang diperoleh berbanding terbalik dengan
diameter partikel Kristal. Hal ini disebabkan oleh pembentukan inti kristal lebih banyak
terbentuk inti sekunder akibat adanya tubukan antara dinding kristalliser dengan permukaan
larutan, tumbukan antar kristal induk ataupun tumbukan antara kristal induk dengan impeler
pengaduk sehingga inti kristal yang terbentuk relatif kecil dan jumlahnya banyak. Selain itu
proses pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal berlangsung secara simultan. Kedua
proses ini seolah berkompetisi dalam mengontrol distribusi ukuran kristal yang diperoleh
(Setyopratomo dkk, 2013). Karena proses nuleasi terjadi lebih dahulu (mengawali proses
pertumbuhan kristal) maka laju pertumbuhan baru akan terjadi setelah proses nukleasi
berlangsung kondisi inilah yang membuat kristal yang dihasilkan relatif dominasi oleh kristal
berukuran kecil.
18
16
14
ln N
12
10
8
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Diameter (mm)
4.4 Scale Up
Pada perhitungan scale up digunakan flowrate 3.8 ml/s karena memiliki tingkat
kesalahan paling kecil.
Q= 3.8 ml/s = 3.8ml/s x 60s/menit = 228 ml/menit
Output Kristal
Untuk Q = 228 ml/menit akan diperoleh 519.07 gram Kristal tiap 20 menit, atau
setara dengan 25.95 gram tiap menit.
= 1464354.528 ml/menit
= 1464.36 L/menit
T(OC) kristaliser = 40 oC
T(OC) Saturator tank = 55 oC
Waktu tinggal (Skala lab percobaan)
𝑉 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑖
=𝑓𝑙𝑜𝑤𝑟𝑎𝑡𝑒
2500 𝑚𝑙
=3.8 𝑚𝑙/𝑠
2. Semakin besar diameter Kristal maka semakin sedikit jumlah Kristal yang
diperoleh karena terbentuknya inti Kristal sekunder selama proses kristalisasi.
3. Semakin besar flowrate feed massa Kristal yang dihasilkan pada masing-masing
tray juga semakin besar.
5.2 Saran
1. Pastikan suhu tangki saturasi sesuai dengan variable percobaan yaitu 55OC
2. Pastikan larutan tawas sudah jenuh sebelum kristalisasi dilakukan
3. Pastikan flowrate input dan output sudah sesuai dengan variable pecobaan dan
dijaga steady.
DAFTAR PUSTAKA
Tokyokura, K. and Aoyama, Y.1982. Jace Design Manual Series Crystallization vol I.
Osaka:
Jace I Research Center.
Tokyokura, K. and Aoyama, Y.1984. Jace Design Manual Series Crystallization vol III.
Osaka: Jace I Research Center
APORAN SEMENTARA
Materi :
KRISTALISASI
Disusun oleh :
Kurniawan Bangkit (21030114120015)
Surya Pandu Putra (21030114120020)
Via Dolorosa N.G Tambunan (21030114130143)
(52.26−21.85)𝑔𝑟𝑎𝑚
= 25𝑚𝑙
= 1,2164 𝑔𝑟/𝑚𝑙
• Flowrate 3.2 m/s •
Berat picno kosong = 21.85 gram
Berat picno + tawas = 51.93 gram
(51.93−21.85)𝑔𝑟𝑎𝑚
= 25𝑚𝑙
= 1.2028 gr/ml
A. Densitas (ρ ) rata-rata
a. Pada flowrate 2,4 mL/s dan 3,2 mL/s
rata-rata = 1,2164 gr/mL
b. Pada flowrate 2,8 mL/s dan 3,6 mL/s
rata-rata = 1,223 gr/mL
c. Pada flowrate 2,9 mL/s dan 3,4 mL/s
rata-rata = 1,266 gr/mL
d. Pada flowrate 3 mL/s dan 3,8 mL/s
rata-rata = 1,259 gr/mL
a. Q = 2,4 mL/s
Waktu tinggal = 2500 mL/2,4 mL/s = 1041,67 s = 17,36 menit
Waktu steady state = 3 x waktu tinggal = 3 x 17,36 menit = 52,083 menit
b. Q = 2,8 mL/s
Waktu tinggal=892,86 detik = 14,88 menit
Waktu steady state= 3x wkt tinggal= 44,64 menit
c. Q = 2.9 mL/s
Waktu tinggal=862,07 detik= 14,37 menit
Waktu steady state= 3x wkt tinggal=43,103 menit
d. Q = 3 mL/s
Waktu tinggal = 833,33 detik= 13,89 menit
Waktu steady state= 3x wkt tinggal=41,67 menit
e. Q = 3,2 mL/s
Waktu tinggal= 781,25 detik= 13,02 mn
Waktu steady state= 3x wkt tinggal= 39,06 menit
f. Q = 3,4 mL/s
Waktu tinggal= 735,29 detik= 12,25 menit
Waktu steady state= 3x wkt tinggal= 36,76 menit
1.0084 𝑥 15.8
= 𝑥0.008
1.007 𝑥 12.2
= 0.010 gram/cm.s
g. Q = 3,6 mL/s
Waktu tinggal= 694,44 detik= 11,57 mn
Waktu steady state= 3x wkt tinggal=34,72 menit
h. Q = 3,8 mL/s
Waktu tinggal= 657,89 detik= 10,96 mnt
Waktu steady state= 3x wkt tinggal= 32,89 menit
Diameter rata-rata
D1= 0.425√2 = 0.601 mm
0.425−0.35
D2= = 0.3375 𝑚𝑚
2
0.25+0.25
D3 = = 0.25 𝑚𝑚
2
0.15
D4= = 0.106 mm
√2
Jumlah Kristal (N)
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
N=4
𝑥 𝜋 𝑥 𝜌𝑘𝑟𝑖𝑠𝑡𝑎𝑙
3
2,4 2,8 2,9 3
diamter diameter rata-
partikel rata W N W N W N W N
109,7 69,
>0,425 0,601 93 302073 9 356608 92,3 299799 1 224443
23,7 45,4 50,
0,25-0,425 0,3375 3 435240 24,77 454315 5 833614 7 929906
25,1 113628 136733 51, 233304
0,15-0,25 0,25 8 7 21,39 965257 30,3 5 7 3
11,2 664243 924731 485454 28, 1,7E+0
<0,15 0,106 2 9 15,62 7 8,2 5 9 7
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL