You are on page 1of 13

REFERAT

TINEA KAPITIS

Pembimbing:
dr. Andi Fauziah, Sp.KK

Oleh :
Putri Justicarici N
1102014213

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI


Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten Subang
Periode 16 April – 18 Mei 2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur senantiasa penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga referat yang
berjudul “Tinea Kapitis” ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan dan penyusunan referat ini bertujuan untuk memenuhi tugas


kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Selain itu, tujuan
lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi pembaca, terutama
pengetahuan mengenaik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, sehingga dapat
memberikan manfaat.

Penghargaan dan rasa terimakasih disampaikan kepada dr. Andi Fauziah,


Sp.KK yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan dalam
membuat referat ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


referat ini. Oleh karena itu, penyusun menerima kritik dan saran yang membangun
sebagai perbaikan. Penyusun mengharapkan laporan ini memberikan manfaat bagi
seluruh pihak terkait.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Subang, 7 Mei 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ..1


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..2
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Definisi .......................................................................................................... 4
2.2 Etiologi .......................................................................................................... 4
2.3 Patogenesis .................................................................................................... 5
2.4 Gambaran Klinis ........................................................................................... 5
2.5 Diagnosis ....................................................................................................... 8
2.6 Diagnosis Banding ........................................................................................ 9
2.7 Terapi ........................................................................................................... 10
2.8 Prognosis ..................................................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

Dermatofitosis mempunyai beberapa gejala klinik yang nyata, tergantung


pada letak anatomi dan etiologi agen. Secara klinis dermatofitosis terdiri atas tinea
kapitis, tinea corporis, tinea unguium, tinea pedis, tinea manum, dan tinea
barbae,dll.1

Tinea kapitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur


superfisial pada kulit kepala, bulu mata dengan kecenderungan menyerang tangkai
rambut dan folikel – folikel rambut. Penyakit ini termasuk kepada mikosis
superfisialis atau dermatofitosis. Beberapa sinonim yang digunakan termasuk
ringworm of the scalp dan tinea tonsurans. Gejala klinis tinea kapitis ditemukan
berbeda – beda dari dermatofitosis non inflamasi dengan sisik mirip dermatitis
seboroik sampai inflamasi dengan lesi bersisik yang eritematous dan kerontokan
rambut atau alopesia dan dapat berkembang menjadi inflamasi yang berat berupa
abses yang dalam disebut kerion, yang mempunyai potensi menjadi jaringan parut
dan menyebabkan alopesia yang menetap. Keadaan penyakit ini tergantung pada
interaksi antara host dan agen penyebab.2

Tinea kapitis terkadang dikelirukan dengan diagnosa lainnya yang


mempunyai gambaran klinis yang mirip. Tujuan penulisan referat ini adalah untuk
menambah pengetahuan tentang tinea kapitis sehingga kita dapat memahami
tentang penyakit tinea kapitis. Dengan demikian, maka diharapkan dapat
mendiagnosa tinea kapitis dengan tepat serta bisa memberikan penatalaksanaan
yang optimal.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Tinea kapitis adalah penyakit yang termasuk kepada mikosis superfisialis
atau dermatofitosis. Infeksi biasanya terjadi pada kulit kepala, alis mata dan bulu
mata dengan kecenderungan menyerang tangkai rambut dan folikel – folikel
rambut yang disebabkan oleh spesies dari genus Microsporum dan Trichophyton.2
Sinonim: Ringworm of the scalp and hair, tinea tonsurans, herpes tonsurans.1

2.2 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton
dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T.
tonsurans, M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.1
- Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh manusia
(antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual dari
jamur. Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau
powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm setelah
7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis itu.
Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning sampai
cinamon2

- Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau
manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan
geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian
tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi
pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.2

4
2.3 Patogenesis
 Infeksi ektotrik ( diluar rambut )
Infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar
batang rambut dan di batang rambut bawah kutikula dari pertengahan sampai
akhir anagen saja. Sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek
rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana
rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah
memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut
Adamson’s fringe, dan dari sini hifa berpolifrasi dan membagi menjadi
atrokonidia yang mencapai korteks rambut dan dibawa keatas pada permukaan
rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana
rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya
atrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa
intrapilari ada juga.3

 Infeksi Endotrik ( didalam rambut )


Kurang lebih sama dengan ektotrik kecuali kutikula tidak terkena dan
atrokonodia hanya tinggal di dalam batang rambut menggantikan keratin
intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat
rapuh dan patah pada permukaan kepala dimana penyanggah dan dinding
folikular hilang meninggalkan black dot. Infeksi endotrik juga lebih kronis
karena kemampuannya tetap berlangsung di fase anagen ke fase telogen.3

2.4 Gambaran Klinis


Di dalam klinik tinea kapitis dapat di lihat sebagai 3 bentuk yang jelas :2
1. Grey patch ringworm.
Grey patch ringworm merupakan tinea kapitis yang biasanya
disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak – anak.
Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini
melebar dan membentuk bercak yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan
penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu – abu dan tidak berkilat

5
lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga mudah dicabut
dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di daerah tersebut terserang oleh
jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat.1,2

Tempat – tempat ini terlihat sebagai grey patch. Grey patch yang di lihat
dalam klinik tidak menunjukkan batas – batas daerah sakit dengan pasti. Pada
pemeriksaan dengan lampu wood dapat di lihat flouresensi hijau kekuningan
pada rambut yang sakit melampaui batas – batas grey tersebut. Pada kasus –
kasus tanpa keluahan pemeriksaan dengan lampu wood ini banyak membantu
diagnosis. Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouinii biasanya
disertai tanda peradangan ringan, hanya sekali – sekali dapat terbentuk kerion.2

Gambar 1. Grey path ringworm

2. Kerion

Kerion adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis, berupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang
yang padat disekitarnya. Bila penyebabnya Microsporum caniis dan
Microsporum gypseum, pembentukan kerion ini lebih sering dilihat, agak
kurang bila penyebabnya adalah Trichophyto violaceum. Kelainan ini dapat
menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap, parut yang
menonjol kadang – kadang dapat terbentuk.1

6
Gambar 2. Kerion

3. Black dot ringworm

Black dot ringworm terutama disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan


Trichophyton violaceum. Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya
menyerupai kelainan yang di sebabkan oleh genus Microsporum. Rambut yang
terkena infeksi patah, tepat pada rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang
hitam di dalam folikel rambut ini memberi gambaran khas, yaitu black dot,
Ujung rambut yang patah kalau tumbuh kadang – kadang masuk ke bawah
permukaan kulit.1

Dalam hal ini perlu dilakukan irisan kulit untuk mendapatkan bahan
biakan jamur Tinea kapitis juga akan menunjukkan reaksi peradangan yang
lebih berat, bila disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan
Trichophyton verrucosum, yang keduanya bersifat zoofilik. Trichophyton
rubrum sangat jarang menyebabkan tinea kapitis, walaupun demikian bentuk
klinis granuloma, kerion , alopesia dan black dot yang disebabkan
Trichophyton rubrum pernah di tulis.1,2

7
Gambar 3. Black dot ringworm

2.5 Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan
lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH. Pada
pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut ( ektotriks ) atau di
dalam rambut ( endotriks ).3

Diagnosis laboratorium dari dermatofitosis tergantung pada pemeriksaan


dan kultur dari kikisan lesi. Infeksi pada rambut ditandai dengan kerusakan yang
ditemukan pada pemeriksaan. Lesi dapat dilepaskan dengan forsep tanpa disertai
dengan trauma atau dikumpulkan dengan potongan – potongan yang halus dengan
ayakan halus atau sikat gigi.3

Sampel rambut terpilih di kultur atau dilembutkan dalam 10 – 20 %


potassium hydroxide ( KOH ) sebelum pemeriksaan di bawah mikroskop.
Pemeriksaan dengan preparat KOH ( KOH mount ) selalu menghasilkan diagnosa
yang tepat adanya infeksi tinea.1,2

Pada pemeriksaan lampu wood didapatkan infeksi rambut oleh M. canis,


M.ferrugineum, akan memberikan flouresensi cahaya hijau terang hingga kuning
kehijauan. Infeksi rambut oleh T. schoeiileinii akan terlihat warna hijau pudar atau
biru keputihan, dan hifa didapatkan di dalam batang rambut. Pada rambut sapi T.
verrucosum memperlihatkan fluoresensi hijau tetapi pada manusia tidak
berfluoresensi.2

8
Ketika diagnosa ringworm dalam pertimbangan, kulit kepala diperiksa di
bawah lampu wood. Jika fluoresensi rambut yang terinfeksi biasa, pemeriksaan
mikroskopik cahaya dan kultur. Infeksi yang disebabkan oleh spesies
microsporum memberikan fluoresensi warna hijau.1

2.6 Diagnosis Banding


Diagnosa banding untuk tinea kapitis terdapat dalam beberapa kondisi,
tergantung dari presentasi klinisnya. Dibawah ini tabel untuk mempermudah
memilah diagnosis banding tinea kapitis sesuai dengan gambaran klinisnya.6

Gambaran Klinis Diagnosa Banding


Grey patch Ringworm Psoriasis scalp Dermatitis
Atopik
- Papul atau plak - Plak eritematosa - plak
hipopigmentasi eritematosa
- Plak berskuama - Skuama tebal berwarna putih - Berskuama
- Bentuk kelainan oval atau perak
- Rambut berwarna abu- - Gatal - Linkenifikasi
abu, dan mudah patah - Rambut dapat rontok
serta lepas dari akarnya
- Keluhan rasa gatal
Blackdots Alopecia areata Trichotilomania
- Bentuk kelainan oval - Bentuk kelainan oval - Bentuk
- Rambut patah - Gambaran kulit normal atau kelainan oval
- Terdapat sisa ujung sedikit kemerehan - Rambut hilang
rambut yang patah - Tidak ada keluhan gatal - Kulit dasar
normal
Kerion Karbunkel
- Radang luas - Nyeri
- Radang luas eritematosa
- abses berisi pus

9
- Fistul

2.7 Terapi
1. Terapi topikal
Sampo yang mengandung selenium sulfide 2% yang diterapi pararel
dengan griseofulin, sampo yang mengandung ketoconazole 2%

2. Terapi sistemik
 Griseofulvin
 Terbinafine
 Golongan Azole:
 Ketokonazole
 Itrakonazole
 Flukonazole
 Kortikosteroid5

2.8 Prognosis
Proses penyebaran spora jamur mungkin bertahan beberapa bulan
meskipun sedang dilakukan terapi; oleh karena itu sangat perlu untuk terus
memantau keadaan pasien. Penyebab terjadinya kegagalan terapi yang termasuk
didalamnya yaitu reinfeksi, organisme jamur yang relatif tidak sensitif terhadap
obat, absorbsi obat yang tidak terlalu optimal dan kurangnya kepatuhan pasien
karena pengobatan yang lama. T.tonsurans dan Microsporum adalah spesies jamur
yang seringkali pesisten terhadap terapi. Jika jamur masih dapat diisolasi dari lesi
pada kulit yang telah diterapi dengan maksimal, tetapi secara klinis ada
perbaikan, yang direkomendasikan dari keadaan ini adalah terus memberikan
terapi yang sama selama satu bulan lagi.

10
BAB III
KESIMPULAN

Tinea kapitis yang disebut juga Ringworm of the scalp and hair/tinea
tonsurans/herpes tonsurans, adalah penyakit dermatofit yang yang menyerang
kulit kepala dan rambut. Penyakit ini ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-
merahan, alopesia dan bila terjadi keadaan klinis yang berat disebut kerion. Secara
klinis tinea kapitis terbagi menjadi tiga bentukan khas yaitu Grey patch ringworm,
kerion dan black dot ringworm.
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton
dan Microsporum, misalnya T. violaceum, T. gourvilii, T. mentagrophytes, T.
tonsurans, M. audoinii, M. canis, M. ferrugineum.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan
lampu wood dan pemeriksaan mikroskopik rambut langsung dengan KOH atau
kultur jamur. Pada pemeriksaan mikroskopik akan terlihat spora di luar rambut
atau di dalam rambut.
Secara garis besar pengobatan Tinea kapitis membutuhkan waktu yang
lama dan ketelatenan pasien. Obat-obat yang digunakan yaitu topikal dan
sistemik. Penggunaan topikal saja akan sulit sekali menyembuhkan penyakit ini,
jadi biasanya preparat topikal dikombinasikan dengan sistemik. Contoh obat
topikal seperti shampoo selenium sulfat, dan ketokonazole sedangkan preparat
sistemik dapat berupa griseovulfn, ketokonazole, terbinafrin dan lain.lain.
Prognosis penyakit ini tergantung keadaan klinis, keparahan, dan
ketelatenan terapi. Terapi yang non adekuat dapat mengakibatkan reaktivasi dari
penyakit ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin. Edisi kelima. Balai penerbitan FKUI. Jakarta: Universitas Indonesia
2009
2. Wolff, Klaus. Fitzpatrick dermatology in general medicine. edisi ketujuh. The
McGraw-Hill companies US. 2008
3. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Penyakit kulit. EGC: Jakarta 2004
4. Rebollo, López-Barcenas, and Arenas. Tinea capitis. Review artikel.
Departamento de Dermatología. Actas Dermosifiliogr. 2008;99:91-100
5. Fakultas Kedokteran Unair. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kedua.
AUP. Surabaya: Universitas Airlangga 2013

6. Muller SA, Winkelmann RK. Alopecia areata. An evaluation of 736


patients. Arch Dermatol. Sep 1963;88:290-7.

7. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: an


overview. Am Fam Physician. Jul 1 2006;74(1):125-30.

8. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of


Mental Disorders, Fourth Edition. 4th ed. Washington, DC: American
Psychiatric Publishing; 2000.

12

You might also like