You are on page 1of 17

Dimensi Internasional dari Transisi Spanyol

Pada acara pembukaan dari Kongres yang merayakan transisi Spanyol di Madrid pada
1995, Profesor Juan Jose Linz membuka pidatonya yang berbunyi:

Ini adalah sebuah pertemuan antara sejarah dan sejarawan:transisi telah menjadi sebuah
sejarah,transisi bukanlah sesuatu yang bisa diperdebatkan atau digugat secara politik
masa sekarang ini, transisi adalah objek akademis dan ada resiko bagi mereka yang tidak
menjadi saksi akan mengabaikan, dan menganggapnya nyata bagaikan sesuatu yang tidak
bermasalah.Bagi kita yang mengalami akan mengingat ketidakpastian, resiko dan
kesulitan dan juga keseruan dan harapan yang datang bersamaan dengan transisi1

Kalimat ini disampaikan oleh salah satu ahli dunia tentang transisi, yang bekerja pada
lingkungan rezim Franco dan diterbitkan setelah 1964 yang kemudian mempunyai pengaruh
besar bagi sejarawan Spanyol.Ramon Cotarelo,seorang ahli Spanyol di bidang transisi juga
mengemukakan hal yang hampir sama yaitu,”the transition itself, as an already historical
political phenomenon, cannot be interpreted unilaterally”2 yang kemudian memiliki makna bawa
transisi sendiri adalah suatu fenomena politik yang historis dan tidak bisa ditafsirkan sebelah
mata.

Transisi Spanyol menuju demokrasi adalah bagian dari sejarah kontemporer Spanyol.Ini
adalah suatu sejarah yang berciri-ciri politik permanen dan ketidakpastian konstitusi, dan hampir
tidak adanya sebuah rezim demokrasi, lambatnya modernisasi ekonomi, dan sebuah struktur
sosial yang kaku serta sebuah kebijakan internasional yang berada ditengah-tengah isolasi dan
netralitas yang terpaksa.Maka dari itulah Spanyol kemudian dijuluki sebagai ‘berbeda’;’tidak
sukses’ dan ‘belum modern’

Kematian dari Jendral Franco pada 20 November 1975 tanpa keraguan membuka sebuah
lembaran baru pada sejarah yang kelam.Franco sebagai seorang diktator telah memerintah
dengan rezim otoriter dari 1939 dan menjauhkan diri dari Eropa dan gelombang demokratisasi
pasca perang.Pada 1969, Franco menunjuk Pangeran Juan Carlos dari Bourbon sebagai
penerusnya.Ketika Juan Carlos dinobatkan sebagai Raja pada 22 November 1975,sebuah masa
baru dari harapan dan keraguan terhadap tujuan politiknya pun dimulai.Sekarang ini nyatalah,
dengan tekad dan tujuan jelas yaitu Raja Juan Carlos ingin membuat Spanyol sebagai negara
demokrasi, negara modern yang terbuka pada Eropa dan dunia.Beberapa kunci utama dari rezim
Franco dan penentangan yang juga terlibat dalam ini.Apa yang sekarang kita ketahui sebagai
transisi politik berlangsung antara kematian dari rezim Franco dan kemunculan dari demokrasi
Spanyol.

Pada 1997,Spanish Centre of Sociological Investigations(CIS) mengadakan survey yang


berjudul “Memory of Spanish Transisition” dimana koresponden menekankan tiga poin:

1. Masyarakat Spanyol telah berubah secara besar-besaran dari 1975,


2. Dan perubahan tersebut membawa dampak positif,,dan semua masyarakat Spanyol
seharusnya berbangga karena perubahan yang datang bersamaan dengan transisi.Pada
tahun 2000,pada peringatann 25 tahun penobatan Raja Juan Carlos,tingkat kepuasan
masyarakat Spanyol bertahan dalam angka yang tinggi dan merupakan pembuktian dari
pandangan bahwa ini adalah satu dari sebagian kecil periode sejarah dimana masyarakat
Spanyol merasa bangga.
3. Citra Spanyol di dunia internasional juga telah berubah.Hubungan antara Spanyol dan
rkekerasan, ketidakstabilan, perang, keterbelakangan diakhiri dengan transisi damai
menuju demokrasi dari hampir 40 tahun dibawah rezim otoriter.

Banyak juga ahli dan pengamat baik dari Spanyol maupun negara tetangga bertanya-
tanya bagaiamana Spanyol mampu mengalami transisi pada waktu singkat tanpa adanya
kekerasan.Faktanya transitologis seperti Pridham dan Di Palam telah menjelaskan bawa
transisi Spanyol sebagai “terskema”, “patut di contoh” dan “ideal”

Tiga kesimpulan yang dapat diambil dari hasil survey diatas:

1. Transisi Spanyol bukanlah lagi pusat perhatian dari ahli ilmu pengetahuan sosial
terkemuka, karena telah menjadi sebuah sejarah dan bagian dari masa lalu.
2. Sejarawan Spanyol mulai mempelajari transisi sedikit terlambat dan lumayan
sembrono, dimana pekerjaan pertama muncul antara tahun 1979 dan
1990.Kemudian yang lainnya muncul antara tahun 1991-1996, dan dengan
perubahan siklus politik, hasil seperti itu menjadi lebih selektif dalam focus.
3. Tulisan yang mengindikasikan bahwa pengaruh internasional dalam transisi
sangat terbatas,walaupun konteks internasional berhubungan baik.
Sebuah tinjauan dalam studi tentang tansisi menjelaskan bahwa konsesus secara luas
yang mana menyatakan bahwa konteks internasional sangat baik dari awal transisi
Spanyol,dimana pengaruhnya tidak dalam tahap pengambilan keputusan dan kebijakan luar negri
bukanlah masalah utama, dengan pengecualian dampak dari pengesahan European Economis
Community(EEC) dan polemik yang ditimbulkan oleh pengesahan North Atlantic Treaty
Organization(NATO) yang terkesan terburu-buru.

APA YANG DIJELASKAN OLEH KONSESUS INI?

Roberto Mesa,seorang ahli ilmu politik menyatakan bahwa konsesus diadakan karena
alasan akedemik institusional,dan karena pengasingan dokumen dan laporan ilmiah, dan
perbedaan parlementer sampai topic internasional.Argumen yang dibuat disini adalah kurangnya
focus dari faktor internasional yang merupakan hasil dari tiga faktor:

1. Penerimaan dengan hampir tidak adanya diskusi siapakah yang akan mengambil
posisi sebagai ahli utama pada proses transisi, yang mengusulkan sebagai fakta
bahawa pelaku nasional adalah kunci dan demikian menyumbangkan itu agar
terlihat tidak diperlukan untuk mempelajari pengaruh internasioan dalam
liberalisasi dan transisi.Interpretasi seperti ini telah berubah secara radikal selama
beberapa tahun belakangan ini,dan berkecenderungan menempatkan faktor
nasional di atas segalanya.
2. Adanya pengulangan pernyataan dugaan bahwa transisi dipengaruhi oleh konteks
internasional yang menguntungkan.Jurnalis,Justion Sinova,menekankan bahwa
normalitas dari proses sisipan internasional pada Spanyol, terutama keanggotaan
NATO dan pengesahan EEC, yang kemudian membuat Spanyol menjadi dapat
dibandingkan kepada “demokrasi tertua dan mendapatkan tempat di Spanyol dan
di dunia yang mana disangkal pada rezim Franco”.Tapi apakah sisipan itu mudah?
Ini adalah kesan yang bisa didapatkan dari sejarawan Carlos Seco
Serrano:kepositifan dari “pengertian militer dan ekonomi dengan Amerika Serikat
tidak hanya diikat dengan ketat pasca meninggalnya Franco, tetapi juga dikuatkan
sampai pemenuhan keanggotaan NATO” dan sebaga hasil dari aliansi US-Spanyol
antara tahun 1953-1982, “transisi mengembangkan dengan damai integrasi
Spanyol dengan dunia”
3. Kurangnya perhatian kerpada dunia internasional dan topik politik luar negri
berhutang banyak pada perbedaan tradisional terhadap subjek antar ahli ilmu
sosial Spanyol walaupun terjadi perubahan signifikan pada posisi internasional
Spanyol setelah 1975, pengaruh tegas dari konteks internasional dalam masalah
nasional ,walaupun keingintahuan masyarakat yang besar pada masalah
internasional yang mana globalisasi dan masyarakat berbasis media

Roberto Mesa mengungkapkan bahwa tidak cukup untuk mengadakan sensus


terpaku hanya pada tokoh Spanyol, penting juga disebutkan tokoh internasional
dan kepentingan dari dukungan material yang di berikan oleh pemerintah, partai
dan persatuan.

Grugel menyampaikan reinterpretasi dari hubungan antara sistem internasional,


konteks internasional, dan proses transisi.Grugel menyatakan ada tiga faktor
utama yang menjelaskan pengaruh berkembangnya dari faktor internasional:
1) Perkembangan dari ekonomi global dimulai tahun 1944 dengan globalisasi
produksi, perdagangan, dan keuangan yang akan mendorong bertumbuhnya
ketergantungan tetapi juga hilangnya kedaulatan ekonomi, dan pemusatan antara
politik dan bidang eknomi, serta sebuah proses dan integrasi regional dan
perkembangan dari strategi dari liberalisasi global di antara berbagai negara
2) Meningkatnya demokratisasi yang kemudian diikuti dengan sebuah pemerintah
yang lebih global, dimana mengurangi otonomi negara dengan sebuah sebutan
“post-Westphalian” perintah, yang memberikan contoh oleh kekuatan organisasi
seperti International Money Fund(IMF), the World Bank(WB), the United
Nations(UN) atau Organization for Economic Coorperation Development(OECD)
yang mempromosikan demokrasi secar global sesuai dengan paradgima
“Western”
3) Sebuah penyebaran progresif dari nilai demokrasi sebagai hasil dari munculnya
dari komunikasi global, perkembangan teknologi dan media massa.Seperti yang
dikatakan Giddens,”tidak ada lagi kebudayaan nasional tetapi kebudayaan global
pada sebuah dunia yang saling berhubungan, dan bahasa umum mereka adalah
demokrasi
Perkembangan demokrasi global telah berhasil mempromosikan paradigma
“Westernisasi” dan menyebarkannya secara cepat yaitu mengenai nilai demokrasi seperti hasil
dari kemunculan komunikasi global, kemajuan teknologi dan media massa. Menurut Giddens,
tidak ada lagi budaya-budaya nasional tetapi yang ada adalah budaya global di dunia yang saling
berhubungan ini, dan bahasa umum mereka adalah Demokrasi.

Transisi Spanyol

Proyek penelitian yang dilakukan di Universitas Madrid adalah bagian dari perubahan
yang difokuskan dan ini berdasarkan hasil dari pekerjaan yang dijalankan dalam proyek ini.
Proyek penelitian ini memfokuskan pada faktor perubahan internasional dalam demokrasi dan
spesifikasinya, Transisi Spanyol dan dampak dari banyak faktor globalisasi dalam perubahan
internal politik, termasuk kebijakan luar negeri . Faktor-faktor Internasional bisa dilihat atas dua
macam :

1) Faktor Internal ( Dampak konteks Internasional pada luar negeri,berupa perilaku


mereka dan hasilnya) dan
2) Faktor Luar (Kebijakan luar negeri yang mencerminkan perubahan politik dalam
negeri dan perubahan kebijakan luar negeri ke arah yang lebih demokratis).

Proyek ini terdiri atas revisi dari informasi dan ide dalam ilmu politik dan bacaan dalam
ilmu hubungan internasional di Spanyol dan luar negeri.

Hasil dari pekerjaan tersebut telah di perluas berdasarkan 6 hipotesis berikut ini:

1. Faktor-faktor internasional memainkan sebuah peran pada awal perkembangan transisi


Spanyol dan hasil akhir dari perkembangan tersebut

2.Faktor-faktor Transisi tersebut berubah-ubah berdasarkan lingkungan sejarahnya

3.Perubahan transisi dari otoriter ke demokrasi dan berujung pada pembentukan negara
demokrasi , yaitu sebuah perubahan kebijakan asing juga terjadi secara berbarengan

4. Transisi kebijakan asing harus ditempatkan pada tempat yang sama

5. Secara konteks Internasional terjadinya Transisi Spanyol sangat penting seperti pada tahap
perkembangan dan hasilnya, tetapi juga selama fase konsolidasi , kondisi proses perubahan
politik dan integrasi di dunia internasional, dan termasuk di dunia perpolitikan Eropa
6. Pada transisi kebjakan asing di Spanyol yang terinspirasi dari otoriktasi Perancis menuju
demokrasi, yang mana berujung pada formulasi kebijakan luar negeri yang demokratis

Perlu dicatat bahwa proyek penelitian dikembangkan secara persprektif dan sudah tidak
relevan pada lingkungan sejarah Spanyol saja, karena sudah menggunakan teori politik luar
negeri yang juga sangat penting karena mempunyai konsep, metode kerangka dan penelitian
seperti teori dalam ilmu politik dan hubungan internasional. Prioritas yang sudah di seleksi juga
mempunyai kontribusi yang besar sekali seperti pengaruh faktor internasional dalam proses
transisi . Mengingat tidak hanya kemampuan dan model persetujuan yang penting ke contoh
yang rumit dari kedua penerapan dalam kasus transisi Spanyol. Karena kehadiran dari definisi
dari konsep “ Kebijakan Demokrasi Luar Negeri” adalah sebuah model yang telah
dikembangkan secara baik. Seleksi dan prioritas umum dan pencarian kedua yang mungkin
sangat berguna bagi proyek di Spanyol dan luar negeri yang sangat penting. Terakhir, metodologi
dan pendekatan yang diambil telah mencerminkan persyaratan dari segi studi sejarah,
sebagaimana studi secara kontemporer dalam dunia sejarah dan selanjutnya akan datang sejarah
baru yang telah dimengerti sebagai periode generasi yang akan datang.

Konteks Internasional dan Transisi Spanyol

Sebagaimana yang telah dicatat, kejadian di daerah pusat dan timur Eropa setelah
radikalisme dan berakhir di tahun 1989 mengubah konteks internasional di masa transisi. Para
pemikir menyadari bahwa bagian proses tidak bisa dijelaskan dari segi domestik saja seperti,
fungsi dari kejadian tersebut, pandangan secara keseluruhan, dan faktor internasional dan
hubungan antara perubahan politik domestik dan luar negeri (theory linkage). Isu yang
dikomandokan sangat penting karena tidak hanya menerapkan pada kondisi demokrasi Dunia
Ketiga, sebagimana pandangan huntington tetapi juga berpengaruh terhadap perubahan
demokrasi di Spanyol di masa lalu dan sekarang. Para Transiologi memulai konsep skema
perkembangan dengan metodologi terbaru dan persprektif komperatif untuk mencoba
menjelaskannya, mengapa atau kapan faktor internasional memengaruhi proses transisi. Para ahli
juga menyadari bahwa transisi tidak sesederhana mengenai perubahan poltik di suatu negara
(dari otoriter atau totaliter menuju demokrasi), tetapi juga terlibat dalam sosial, ekonomi,
institusi dan para pembuat dan pengubah keputusan dalam negara itu, sebagaimana perubahan
pada aktor, kekuatan hubungan, kejadian mentalitas dan perilaku. Pada konteks ini, para
Transiologi mulai untuk bicara tentang perubahan dalam transisi tersebut.

Mengenai tentang Spanyol, dua pertanyaan sulit yang sangat menonjol yaitu mengingat
sifat masyarakat internasional terhadap kejadian di tahun 1945, tentang posisi strategi Spanyol
dan ciri khas yang menarik dari beberapa negara, bagaimana mungkin faktor kejadian luar tidak
mengintervesi transisi Spanyol? Pertanyaan ini menyerukan jawaban yang tepat paling tidak
seperti yang telah ditujukkan penulis bahwa pengalaman sayap kiri (leftwing) di Portugal setelah
1974 telah memaksa beberapa aktor seperti US,NATO,EEC yang mengintervensi diri mereka
sendiri, dan memberikan pengaruh atau kontrol dari proses transisi tersebut. Dan, jika sebuah
politik demokrasi telah diubah seperti aturan,institusi, dan tingkah laku di Spanyol, tidak seperti
keputusan dan tingkah laku dari aktor domestik seperti pembentukan negara demokrasi juga
yang terpenting perkembangan sebuah interpretasi dan model untuk mengeavaluasi dampak
konteks internasional pada proses transisi. Inilah sebab timbulnya pertimbangan sebanyak 7
topik.

Pertama, ciri khas dari sistem internasional yang sedang berkembang.Pengaruh dari
konteks internasional tidak hanya dilakukan dengan sistem internasional yang mana terjadinya
proses transisi,tetapi juga dari lingkungan sejarah dimana negara itu berada. Observasi dari
perbedaan transisi di Eropa,Amerika Latin,dan Asia terutama di Eropa,EEC yaitu tentang
identitas Eropa yang mempengaruhi transisi pada Dunia Ketiga. Semenjak 1950 EEC sudah
melakukan tindakan luar biasa baik di Eropa maupun di dunia Internasional , seperti
mendunianya paham demokrasi. Karena itulah, kemungkinan mengabaikan dampak dari EEC
pada proses transisi Eropa.

Kedua,ada actor internasional dengan kapasitas atau kekuataan untuk mengintervensi,


memaksa atau mempengaruhi negara-negara yaitu negara, pemerintah internasional , tokoh
internasional non-pemerintahan, tokoh-tokoh luar biasa.Ada beberapa karya dengan subjek (yang
biasa dikutip dengan pengecualian Pridham, Schmitter, Whitehead dan belakangan Tovias serta
Gurgel).Semua tokoh tersebut telah mengembangkan konsep untuk menjelaskan pengaruh dari
luar dalam proses demokratisasi seperti penyebaran, infeksi, penetrasi, pengaruh demonstrasi,
emulasi, reaksi, kontrol, inkoporasi, saling bergantung dan kondisionalitas.Semuanya
menyarakan bahwa ada beberapa bentuk pengaruh yang pasif dan aktif, termasuk beberapa
otonomi sosial-ekonomi atau pengaruh budaya transnasional.Sebuah aspek yang lebih lanjur
diuji mengenadi alasan kenapa intervensi tokoh internasional yang paling menonjol dari yang
lain.

Pada saat Perang Dingin dan konfrontasi bipolar global, intervensi bertujuan untuk
mempromosikan demokratisasi yang progresif oleh kekuatan Barat yang memiliki keamanan
dunia, karena itu UU Bantuan Luar Negri AS pada 1961 untuk membantu sepenuhnya tokoh dan
parta anti-komunis.Pada 1970-an, tekanan ekonmi dan kemudian tuntutan untuk menghormati
HAM digunakan untuk keadaan bantuan.EEC juga berusaha untuk mempromosikan demokrasi
sebagai bagian dari “Identitas Eropa”, dan bahwa di luar dari perbatasan seperti Program Fourth
Lome.

Selanjutnya kunci utama adalah sebuah hubungan istimewa dengan daerah dimana
sebuah negara sedang menghadapi transisi diharuskan untuk mempertahankan strategi dan
kebutuhan keamanan, bahkan sampai pada kerusakan dari promosi demokrasi.

Selanjutnya, intervensi internasinal bisa menjadi hal dimana timbulnya ketidakpastian


ketika diktator dikucilkan dan ketika adanya kekosongan kekuatan internal dikarenakan perang
atau kekalahan dalam perang.Ini diperlihatkan dalam kasus Portugal, Yunani, Argentina, dimana
ada pemerhati dari kegagalalan pemerintah otoriter untuk merancang kekuataan militer diluar
batas negara.Dukungan eksternal juga penting ketika adanya kekuataan hegemonis dalam suatu
wilayah conothnya ketika USSR pasca 1989,yang mana dulu memaksakan kekuatan dan
pengaruhnya untuk menciptakan rezim ototriter.

Adanya kelemahan diantara kekuasaan yang dominan juga bisa menyebabkan adanya
liberalisasi negara sebagai bagian dari zona yang berpengaruh.Proses sejarah dari dekolonisasi,
terutama pasca 1960, juga mendorong penyebaran dari model demokrasi(India pasca 1947,
sebagai contohnya) dan mendorong organisasi internasional untuk medukung pasca-kolonial
demokratisasi.Salah satu penyebabnya adalah tekanan dari organisasi keuangan internasional
seperti (IMF, Bank Dunia) untuk tidak hanya mempromosikan liberalisasi ekonomi tetapi juga
reformasi politik sebagai syarat untuk menawarkan bantuan material.Organisasi regional bisa
juga membentuk peristiwa lokal yang terjadi karena pengaruh sebagai tokoh teladan, dan
menggunakan sebuah keanekaragaman yang luas sebagai sumber, dan selalu dengan prospek
pencatuman jika syarat demokratisasi terpenuhi (CoE dan EU adalah skema kasus)
Ketiga,adanya masalah tentang bagaimana intervensi, pengaruh, pemaksaan dari tokoh.Di
antara mereka, hal ini harus digarisbawahi, mengikuti Whitehead: asalnya ada sebuah
penularan, yang kemudian membutuhkan sebuah pengertian baik dari negara dan tokoh tidak
hanya dalam konteks kelompok mana yang mengalami transisi dalam periode tertentu dan
distribusi geografis mereka.ITu bisa menjadi “infeksi dari sekitar” seperti di Eropa Tengah dan
Timur setelah 1989, Spanyol dan Portugal 1974-1975, atau Afrika antara 1990-1994. Setelah
1974, telah terjadi setidaknya 40 demokratisasi model ini.
Selanjutnya, adanya kontrol dimana kekuasaan mengontol situasi internal negara yang mana
peraturan demokratisasi seperti vaksi melawan otoriterisme atau anti-komunisme, seperti
beberapa intervensi Amerika di Amerika Latin dan Inggirs setelah dekolonisasi. Setidaknya 2/3
dari demokrasi yang ada pada 1990 sebagain paling tidak berasal dari hasil pemaksaan dan
intervensi.Ini menyebabkan analisa terhadap peran kekuasaan asing pada proses.Ada contoh
kasus seperti Inggris di Commonwealth pada 1945, dimana dua sub-sistem atau krisis dari
USSR dalam konteks Perang Dingin.Akhirnya ada izin yang merujuk pada sikap dari
kelompok lokal di negara dimana sebua hubungan langsung yang tercipta antara politik dalam
dan luar negri dimana Pridham menyebutnya sebagai “hubungan politik”
Ada sebuah debat terbuka tetang “apakah pantas perspektif untuk mempelajari sebuah isu
yang ada sebagai sebuah kontrol, penularan, izin” dan “itu bisa menjadi tiruan untuk membagi
dua alias menjadi elemen dalam dan luar negri dan beberapa faktor internasional eksklusif
yang terlibat, dimana ada analisa yang mengadung sebuah kekacauan dari kedua
elemen.Sebagai referensi kepada Whitehead, Schmitter menanyakan pertanyaan berikut:
“mungkin, ini adalah waktu untuk menimbang kembali dampak dari konteks internasional
terhadap perubahan rezim tanpa mencari untuk menaikkannya ke status pemindah utama,
ataukah apa tidak mungkin menjadi lebih signifikan dari apa yang sebenarnya dipikirkan?” Dia
menambahkan dua bentuk dari pengaruh internsional:
1. Kondisionalitas, atau pemaksaan secara sengaja melalu institusi atau organisasi
multilateral(IMF, EBRD, EEC,Commonwealth)
2. Ketergantungan yang mempromosikan sebuah jangkauan yang lebih luas dari
pertukaran yang mengarah pada demokratisasi konstitusi nasional dan mematahkan
teori ketergantungan Marxis.
Dalam daftar faktor-faktor, Grugel menambahkan perpanjangan dari kewarganegaraan dan
aktivitas transnasional oleh organisasi non-pemerintah, organisasi politik internasional, institusi
pemerintah atau organisasi politik yang menyebarkan solidaritas, dukungan teknis, dan nasehat
politik serta mempromosikan demokratisasi.Tentu saja, sejalan dengan jalan damai ada juga
metode tidak dama seperti , invasi, kontrol ataupun perang seperti Iraq atau pada zaman dahulu
Jerman, Itali, dan Austria.
Keempat, adanya waktu untuk proses intervensi.Untuk beberapa penulis, keanekaragaman
waktu menurut keadaan, tetapi tokoh internasional secara umum mengintervensi pada salah satu
dari tiga poin yaitu:
1. Fase awal/pengesahan, dimana ketika putusan perama didopsi untuk merubah sebuah
rezim dan meniru struktu demokrasi
2. Fase konstituante, dimana ketika ada tugas utama yang merupakan perumusan dari
konstitusi diikuti oleh keputusan lain yang merupakan bantuan untuk membuat sebuah
bentuk dari demokrasi atau hukum perundang-undangan.
3. Fase terminasi, ketika sudah digambarkan, sistem mulai membutuhkan gambaran kontur
politik, diantara elaborasi dari sebuah kebijakan luar negri yang baru, yang terbentuk
oleh pengaruh eksternal
Inilah disebut Pridham sebagai ‘perkembangan-transisi’ dan peristiwa-transisi.Yang lainnya
mengatakan bahwa pengaruh internasional akan lebih besar jika terjadi pada saat konsolidadi
daripadai fase transisi, sebagai besar karena struktur kesempatan, seperti fase awal dari
improvisasi atau ketidakpastian tidak memberikan sebuah pengaruh tegas atau pengaruh
mungkin tidak diterima dengan baik.
Dengan konsolidasi, situasi menjadi lebih jelas, dan angka dari tokoh nasional menurun,
identitas serta batas territorial telah pasti dan tokoh dari luar lebih bisa mengintervensi secara
sengaja dan selektif, bahkan untuk melakukan penetrasi masyarakat sipil.
Inilah adalah waktu untuk kondisionalitas yang melalu diplomasi multilateral atau
organisasi internasional, menjadi memungkinkan bagi politisi untuk menyalahkan
“kondisionalitas eksternal” untuk perbaikan kurang terkenal yang diimplementasikan. Aliansi
militer mungkin melembutkan perilaku seperti kasus Portugal dan NATO, membatasi
ketidakpastian dan pengaruh dari “kekuasaan musuh.”Ini merupakan kecenderungan yang bisa
meningkatkan hasil dari ketergantungan dan internasionalisasi.
Yang kelima adalah kecepatan dari proses transisi.Sebuah transisi yang cepat mungkin
menyisakan sedikit waktu untuk pengaruh internasional, sementara proses yang berlarut-larut
dan kontorversial bisa menyediakan kesempatan yang lebih besar bagi intervensi eksternal.
Enam, ada faktor-faktor pengaruh keadaan atau batas operasional,termasuk:
1. Variabel pengaruh keadaan seperti komitmen internasional(perjanjian, aliansi) yang
bertahan sebagai efek dari otoriterisme dan aliansi baru yang terbentu sebagai hasil
transisi
2. Batasan eksternal dari tokoh nasional , seperti ubungan dengan ekonomi, politik, militer,
agama dan budaya, dengan perilaku dari bermacam-macam sebelumnya sesuai dengan
sudut pandang dan kebutuhan
3. Peraturan terbuka dalam negri, termasuk peran dari opinin masyarakat dan media masa,
juga izin terhadap masalah internasional khusus
4. Konteks geo-strategi yang bisa mempengaruhi rezim demokrasi secara istimewa,
mendorong mereka untuk menyaingi dan menjadi bagian dari sistem dominan dan
konteks non-demokratis
Sebuah konteks internasional bisa memiliki efek negative untuk demokrasi atau
menghalangi transisi, seperti bisa menjadi pemerintah yang ‘kebablasan’.Dengan kata lain
beberap peristiwa eksternal bisa membuat tidak stabil sebuah sistem yang rapuh yang sedan
diperbaiki.Sejarah menunjukkan bawa ada juga transisi dari demokrasi menuju keotoriteran
(Itali 1992, Portugal 1926, Spanyol 1939, Yunain 1976) atau dari demokrasi menuju
totaliterisme (Jerman 1933) atau apa yang disebut Hungtinton sebagai “arus balik demokrasi”
Bagaimana ini kemudian diterapkan pada kasus Spanyol?
Hipotesa umum mennyatakan bahwa adanya sebuah jangkauanyang luas bagi tokoh
internasional untuk mengintervensi pada transisi Spanyol, pada level yang berbeda, dengan
hasil khusus yang mempengaruhi proses dari perubahan politik.Tingkat dari pengaruh
internasional tidak boleh disepelekan, tetapi pengaruh tersebut tidak selalu positif.Penilitian
yang diambil untuk proyek ini dimana bab ini berdasarkan konfirmasi dari hipotesa diatas.Ada
sebuah kelompok negara(terutama Prancis, Jerman, USSR, Portugal, Itali dan Amerika) yang
mana memiliki peran permanen pada masa konsolidasi walaupun mereka tidak mengintervensi
secar langsung.Mereka mempunyai dua tujuan tepat yaitu:
1. Untuk menghindari transisi Portugal yang kedua
2. Dan untuk Amerika,untuk memelihara kebutuhan pertahanan Amerika.
Selanjutnya ada tiga organisasi dan institusi internasional:
1. EEC menuju tokoh nasional mana yang terlihat terus-terusan dan berdasarkan
persetujuan mencari paradgima dari “Eropanisasi,” “modernisasi,” dan “demokratisasi”
2. CoE yang dengan jelas bertaruh pada demokratisasi dan bekerjasama pada November
1977 sebelum mereka memiliki Konstitusi.NATO juga terus-terusan mempengaruhi
tokoh nasional bahkan menekankan partisipasi untuk pertama kalinya dalam sejarah
Spanyol dalam referendum untuk masalah internasional.
Organisasi internasional non-pemerintah, partai politik internasional dan perserikatan
perdagangan, terutama Sosialis Internasional, partai Jerman dan bermacam-macam tokoh
individual seperti Brandt, Schmidt, Kohl, Palme, Giscard d’Estaing, Mitterrand and
Kissinger.Seluruh tokoh ini mengintervensi untuk berbagai alasan seperti rasa bersalah karena
telah menelantarkan atau telah berkhianat pada Soanyol pada akhir PD II dan membiarkan
berlangsungnya kedikatatoran Franco, dilain hal karena keinginan untuk terjadinya transisi.
Metode dari intervensi juga bermacam, adanya yang secara mendasar ekonomi tetapi
menyangkut juga tekanan politik dan dampaknya yang dirasakan selama proses transisi baik
pada kebijakan dalam dan luar negri.Penggabungan dari hasil yang merupakan pembentukan
dari negara demokrasi yang stabil, modern dan gabungan serta mampu menghadapi ancaman
serius seperti kudeta pada 23 Februari 1981 dan menghadapi transformasi ekonomi yang
mengarah pada perjanjian Eropa dan ketiadaan dari kekerasan dan konflik sipi dan sebuah
iklim konflik yang diinginkan oleh negara lain yang sedang mengalami transisi.
Transisi dari otoriter menuju kebijakan luar negri yang demokratis
Seperti yang telah disampaikan diatas, pertanyaan kedua diajukan oleh peneliti kami terkait
perubaha pada kebijakan luar negri seiring dengan perubahan politik dan dalam negri yang
telah diacuhkan oleh ahli ilmu politik Spanyol dan penulisan sejarah.
Apakah posisi Spanyol dimata internasional pasca meninggalnya Franco, dan apa posisi
demokrasi Spanyol?Setelah 1973, Spanyol mengalaim masa krisis global hebat, menyusul
pembunuhan dari presiden ETA, Presiden Lusi Carreo Blanco.Inilah mengapa Francoimse
berakhir karena mulai tenggelam dalam isolasi dan terkepung oleh penghukuman
internasional, yang meliputi penarikan kembali duta besar dan pengskorsan dari hubungan
bahkan penerbangan oleh beberapa negara.
Setelah 1974, Franco menjadi satu-satunya diktator di Eropa Barat. Presiden baru, Arias
Navarro, hanya membolehkan satu kunjungan kerja selama 1975, dan hanya satu pengunjung
luar negri penting yaitu , Maltese Dom Mintoff yang berkunjung ke Spanyol.Mentri Luar
Negri hanya memiliki enam kunjungan kerja, dan menuju negara dengan impor kecil.Satu-
satunya Kepala Negara yang berkunjung adalah Gerald Ford, yang melawan nasehat dari duta
besarnya sendiri dan oposisi demokratis Spanyol.Mexico secara resmi meminta pengusiran
Spanyol dari PBB dan negosiasi dengan EEC ditunda.
Kesepakatan dengan EEC adalah suatu ketergantungan. COE mengeluarkan deklarasi untuk
menentang Spanyol, dan dunia dengan tujuan memojokkan presiden spanyol, Carlos Arias,
selama kunjungannya ke Helsinki untuk keamanan Eropa dan kerjasama dalam sebuah
konferensi tidak disetujui oleh keputusan pemerintah Spanyol. Franco meninggal pada 20
November 1975 dalam suasana pengasingan dan kritikan internasional, sebagai pernyataan
dengan tingkat senioritas dari pegawai internasional yang menghadiri pemakamannya. Pada 22
November 1975 Juan Carlos dilantik oleh kerajaan. Penting untuk diketahui, ini dihadiri oleh
presiden Prancis, Republik Federal Jerman, dan Irlandia, sebagai putri dari pemerintahan yang
mewah, termasuk juga pangeran Philip dari Inggris, sebagai wakil dari organisasi
internasional, dan sebagai perpanjangan tangan delegasi asing. Disana semua kerjasama
internasional dipercayakan pada kepala negara yang baru dan keinginan yang cepat untuk
proses demokratisasi.Kebijakan asing bukanlah prioritas dalam perdebatan politik selama masa
perubahan, sebagai kekuatan untuk fokus pada perluasan konstitusi dan membangun sebuah
kekuatan demokrasi dengan dukungan sosial. Dalam konteksnya faktor eksternal dikondisikan
seperti aturan Roberto Mesa, evolusi perubahan konstitusi.
Dengan cara yang sama, teknik kesepakatan domestik dibangun yang berpengaruh pada
tindakan keluar antara 1976 dan 1980, memimpin Spanyol untuk mengabaikan beberapa
pertanyaan polemik internasional ( contohnya bersatu kedalam NATO, dan masalah Sahara Barat
) dan untuk mencegah hal yang bersifat memecah-belah serta memastikan pemahaman
pentingnya persetujuan dalam konstitusi. Seperti catatan dari Celestino del Arenal, kesepakatan
yang menghalangi ketepatan dan defenisi sesungguhnya dari petunjuk terbaik kebijakan luar
negeri. Dengan pengecualian dari dimensi Eropa itu sendiri. Kebijakan luar negeri dikondisikan
oleh sifat dominan kekuatan politik ( heterogenitas dari partai pemerintah, UCD, yang mana
memiliki mayoritas parlemen yang sederhana dan secara ideologis berpadu dengan partai
sosialis, PSOE, yang mana memiliki mayoritas parlemen yang nyata dalam kekuasaannya ).
Masyarakat yang berpikir maju, terlibat dalam kerjasama internasional (seperti pengikut NATO)
dan aturan bagaimana konstitusi 1978 dalam kebijakan luar negeri ( tidak cukup jika hanya
tercatat ). Antara November 1975 dan pembentukan pemerintahan Suarez pada 6 Juli 1976, yang
mana Marcelinno Oreja sibuk dalam urusan kementrian luar negeri, waktu dan tenaga hilang dan
itu dimulai Juni-Juli 1976 sebelum kebijakan luar negeri Spanyol diberlakukan, ketika hal
tersebut menjadi mungkin untuk mengubah kebijakan luar negeri sesuai dengan tujuan rencana
bahwa objek dan sebuah filosopi yang menginspirasi isi dari demokrasi yang jelas, dan untuk
mencapai penghargaan internasional pertama ( akhir dari hutang bahwa pemberlakuan arah
normalisasi ekternal).

Kebijakan luar negeri menganggap bahwa satu diantara banyak elemen dari sistem
demokrasi, dan dimasukkan dalam peraturan yang sama, perluasan dan mekanisme kontrol yang
ditemukan di demokrasi Barat lainnya sebagai produk dari partisipasi aktif masyarakat sekolah
diplomasi di Spanyol, menteri Marcelino Oreja menyatakan tujuan baru pemerintahan
demokratis. Keterlibatan wakil populer dan konsekuensi kebijakan luar negeri dari Spanyol.
Oreja juga menggarisbawahi kebijakan khususnya. Spanyol melihatnya sebagai alat kekuasaan
yang dapat memainkan kepentingan dalam sistem geopolitik. Dalam teks ini, khususnya Eropa
Barat ( hubungannya ke EEC dan hasil kebijakan dan kemauan yang dalam terhubung dengan
US, kebijakan keamanan dan pertahanan, dan keseimbangan hubungan dengan Vatikan. Peran
raja Juan Carlos dalam proses kebijakan luar negeri penting tidak hanya sebagai kepala negara
atau duta besar pertama dari Spanyol, tetapi juga karena kekuatan politik yang diwarisi dari
Franco dan hasil dari persetujuan dalam konstitusi di Desember 1978. Tugas pertama raja
berkunjung di bulan Mei-Juni 1976 ke Republik Dominika dan US, dimana dia memberikan inti
pidatonya bahwa dapat dikatakan tanda dari permulaan kebijakan luar negeri serta perubahannya.

1.Masa Peralihan Spanyol

Di sini: kebijakan luar negeri adalah aktivitas politik yang mana tidak termasuk dalam
keahlian negara; bahwa hubungannya dengan konsep kenegaraan dan sistem politik; bahwa
disana ada pertumbuhan antara hubungan domestik dan kebijakan luar negeri; dan bahwa negara
demokrasi harus mempunyai sebuah kebijakan luar negeri dalam hal demokrasi. Lebih jauh,
walaupun disana kesepakatan yang jelas memandang apa defenisi sebenarnya, penting untuk
bekerja keras dalam siklus yang alami ( perumusan membuat keputusan eksekusi dan
pengawasan ), tujuan pembuat keputusan dan teknik administrasi harus dibuktikan dan
diperbaharui untuk membuktikan pelaksanaan dan tujuan kebijakan. Untuk sebuah negara, untuk
sebuah negara harus keluar dari kebijakan asing, dia hanrus mempunyai kriterianya sendiri,
mengembangkan strategi yang tepat, membuktikan waktu yang pasti dan mendekati sumber yang
sebanding, mempertahankan sesuatu yang menarik dan mengejar tujuan yang berkelanjutan,
menghormati kesetiaan dan persekutuan yang ada, dan mengadopsi keputusan yang bertalian
dengan kebijakan umum negara.

Hasil penelitian menyarankan untuk masa peralihan pada kebijakan luar negeri tidak
terjadi bertepatan dengan pengalihan internal diperpanjang dari musim panas tahun 1976 ( Mei-
Juni) hingga akhir dari tahun1976. Dimana kebijakan luar neger telah sepenuhnya menjadi
demokratisasi. Sangat diperlukan untuk menjelaskan model peralihan dari kebijakan luar negeri
yang otoriter sebagai karakter dari sistem pemerintahan Franco untuk demokrasi luar negeri. Ada
beberapa wacana pada judul ini, di Spanyol dan luar negeri dan setelah perpanjangan debat
diantara kronologi tim peneliti telah dibuktikan; Otoritas sistem pemerintahan Franco (1939-75)
otoritas kebijakan luar negeri dan teori kekuasaan luar, krisis otoritas sistem pemerintahan
( 1973-5) krisis kebijakan luar negeri ( 1973-5); awal mula peralihan dari kebijakan luar negeri
( Mei-Juni 1976); penelitian dari pengesahan internasional dari sistem pemerintahan yang baru
dan pemeran bangsa (1976-7); struktur demokratisasi, proses pembuatan keputusan dan
pengurangan lembaga; tahapan baru dalam kebijakan luar negeri (1978-82); normalisasi
kebijakan domestik vis-a-vis dari permasalahan kebijakan luar negeri; persetujuan dari negara
sekeliling (1982-6) pengukuhan kebijakan luar negeri (1986) negara demokrasi dalam kebijakan
luar negeri (sesudah itu). Jadi, dengan demikian, karena kebijakan luar negeri 1986 selama
perluasan dari sebuah kebijakan luar negeri yang baru, yang mana dibentuk oleh pengaruh
eksternal. Pridham membedakan antara apa yang dia sebut perubahan – perkembangan ( dimana
pengaruh internasional adalah hal yang umum dan berkelanjutan ) dan perubahan peristiwa
( dimana pengaruh internasional dirasakan penting sekali atau melalui tindakan tertentu ).
Argumen lain mengatakan bahwa pengaruh internasional akan menjadi besar jika itu terjadi
selama konsolidasi daripada tahapan perubahannya, karena struktur dari kesempatan yang
diberikan, sebagai awal tahapan dari improvisasi atau keadaan yang tidak menentu tidak
diizinkan untuk pengaruh yang menentukan jalannya keputusan, atau pengaruh mungkin saja
tidak diterima dengan baik.

dengan konsolidasi situasi menjadi lebih jelas, jumlah pelaku domestik menurun,
identitas dan batas-batas teritorial yang tetap, dan aktor eksternal dapat campur tangan lebih
bebas dan selektif dan bahkan untuk menembus masyarakat sipil. Ini adalah saat untuk
mengkondisikan melalui diplomasi multilateral atau organisasi internasional, ketika itu menjadi
mungkin untuk politisi untuk menyalahkan persyaratan eksternal untuk tidak populer dalam
perubahan yang dilaksanakan di negara. Aliansi militer juga mungkin melunakkan perilaku,
seperti dalam kasus portugal dan NATO, membatasi ketidakpastian atau pengaruh kekuatan
musuh. kecenderungan ini bisa timbul sebagai akibat dari ketergantungan dan internasionalisasi.
Kelima, ada kecepatan dari proses transisi. Kecepatan transisi mungkin meninggalkan sedikit
waktu untuk pengaruh internasional, sementara proses yang berkepanjangan dan kontroversial
dapat menghasilkan lebih besar peluang intervensi eksternal. Keenam, ada faktor-faktor yang
dikondisikan atau keterbatasan pengoperasian (beberapa istilah penulis ), yang meliputi:
(variabel yang dikondisikan seperti komitmen internasional (perjanjian, Aliansi) yang tetap
berlaku setelah otoriter, dan aliansi baru didirikan sebagai hasil dari proses transisi;) eksternal
keterbatasan pelaku nasional, seperti hubungan dengan ekonomi, politik dan militer, agama atau
kultur eksternal kelompok, dengan sikap mantan bervariasi menurut sudut pandang dan
kepentingan; pengaturan domestik yang luas, termasuk peran opini publik dan media massa,
benda tingkat fragmentasi atau persetujuan atas isu-isu internasional khususnya; dan konteks
geo-strategis, yang dapat mempengaruhi rezim demokratis sangat spesifik, mendukung mereka
untuk meniru dan menjadi bagian dari sistem yang dominan atau, jika konteks non demokratis,
dapat menghambat transisi dan stabilitas rezim yang baru. Akhirnya, ada hasil intervensi aktor
berbeda. pengaruh internasional tergantung pada tujuan, dan bervariasi sesuai dengan cara di
mana rezim konsolidasi setelah transisi. konteks internasional dapat memiliki efek negatif atau
beralasan pada demokrasi, atau menghalangi transisi, seperti itu dapat membebani spesifikasi
yang saat ini sedang sibuk dengan tugas prioritas membangun demokrasi baru. sama-sama,
beberapa faktor luar dapat mengganggu sistem yang sensitif terhadap perubahan.

2. Peralihan dari masa otoriter kepada sebuah kebijakan luar negeri dalam demokrasi
Seperti hal diatas, pertanyaan kedua ditunjukkan oleh penelitian kita menganggap
perubahan dalam kebijakan luar negeri terjadi bersamaan dengan sosial domestik dan perubahan
politik, yang mana sebagian besar diabaikan oleh ilmuwan politik Spanyol dan sejarah. Apa
posisi internasionalnya Spanyol ketika Franco mati, dan apa posisi dari demokrasi Spanyol ?
Setelah 1973, Spanyol mengalami sebuah periode singkat krisis global, diikuti kerusakan ETA
oleh Presiden Luis Carrero Blanco. Ini mengapa paham Franco diakhiri seperti saat dimulai,
tenggelam dalam pengasingan dan dikelilingi oleh kutukan internasional, yang mana termasuk
dalam penarikan kembali duta besar, dan penghentian secara resmi hubungan dan penerbangan
ke tiap negara. Setelah 1974, Franco satu-satunya diktator yang tertinggal di Eropa Barat.
Presiden baru, Arias Navarro, hanya mampu membawa satu sistem yang berlaku selama 1975,
dan hanya satu pengunjung asing , Maltese Dom Mintoff, datang ke Spanyol. Kementerian luar
negeri hanya membuat enam perjalanan kenegaraan, ke negara pengimpor kecil. Hanya kepala
negara yang berhak untuk sebuah kunjungan kenegaraan dari US Presiden Gerald Ford,
memmberikan saran dari kedutaan besarnya dan partai oposisi demokrasi Spanyol.

You might also like