You are on page 1of 2

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka memasuki pembangunan jangka panjang, pemerintah
menitikberatkan pembangunan nasional pada sektor industri. Dengan berbagai
kebijakan yang diambil, pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim
segar bagi pertumbuhan industri, khususnya industri kimia. Pembangunan
industri kimia ini ditekankan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,
pemanfaatan sumber daya alam yang ada, menciptakan lapangan kerja,
mendorong perkembangan industri lain dan ekspor.

Stirena (C6H5C2H3) merupakan salah satu produk senyawa aromatik


monomer yang saat ini semakin dibutuhkan. Hal ini terutama disebabkan oleh
semakin meningkatnya permintaan produk – produk plastik yang menggunakan
bahan dasar stirena. Kegunaan utamanya sebagai zat antara (intermediet) untuk
pembuatan senyawa kimia lainnya dan untuk memperkuat industri hilir seperti
:PolyStyrene (PS), Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Styrene Acrylonitrile
(SAN), Styrene Butadiena Latex (SBL), Styrene Butadiene Rubber (SBR),
Unsaturated Polyester Resins (UPR). Kebutuhan dunia akan stirena tiap tahunnya
mengalami kenaikan seiring dengan peningkatan kebutuhan sebagai bahan baku
untuk polystirena (+50%), ABS (+ 11 %), SAN (+ 1 %), SBR (+ 15 %), SBL (+
12%), UPR (+ 11%) (anonim,2009).

Permintaan stirena dalam negeri terus meningkat hal ini dapat dilihat dari
data permintaan impor stirena selain itu produksi stirena dalam negeri belum
mampu sepenuhnya memenuhi kebutuhan konsumsi stirena akibat keterbatasan
kapasitas pabrik yang telah berdiri. Khususnya di Indonesia saat ini pabrik stirena
masih sangat terbatas hanya ada satu pabrik untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri yaitu PT. Styrindo Mono Indonesia, Kapasitas produksi PT. Styrindo Mono
Indonesia 340.000 ton/tahun kebutuhan akan stirena di Indonesia sebagian sudah
dapat terpenuhi oleh pabrik tersebut.
Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1) Pendirian pabrik stirena dapat diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan
stirena dalam negeri megingat kebutuhan stirena masih tergantung import.
2) Mendukung berkembangnya pabrik hilir industri lain yang menggunakan
stirena sebagai bahan pembantu maupun bahan baku.
3) Membuka kesempatan lapangan kerja baru sehingga dapat menurunkan
tingkat pengangguran di Indonesia.
Dengan mendasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas maka
pendirian pabrik stirena di Indonesia dipandang masih cukup strategis.

You might also like