You are on page 1of 2

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena penyalahgunaan zat banyak berdampak pada penelitian otak
dan psikiatri klinis. Beberapa zat dapat mempengaruhi baik keadaan mental yang
dirasakan secara internal, seperti mood, maupun aktivitas yang dapat diamati
secara eksternal, seperti perilaku. Zat dapat menyebabkan gejala neuropsikiatri
yang tidak dapat dibedakan dengan gejala gangguan psikiatri umum tanpa kausa
yang diketahui (contohnya skizofrenia dan gangguan mood), dan oleh karena itu,
gangguan psikiatri primer dan gangguan yang melibatkan penggunaan zat
mungkin berkaitan. Bila gejala depresi yang tampak pada beberapa orang yang
tidak mengonsumsi zat yang dapat mengubah otak tidak dapat dibedakan dengan
gejala depresi pada orang yang pernah mengonsumsi zat yang dapat mengubah
otak, mungkin terdapat kesamaan berbasis otak antara perilaku mengonsumsi zat
dengan depresi. Adanya zat yang dapat mengubah otak merupakan petunjuk
mendasar untuk mengetahui cara otak berkerja baik pada keadaan normal maupun
abnormal.1
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. NAPZA sering
disebut zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan
perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.2
Di Indonesia, Badan Narkotika Nasional (BNN), menyatakan pengguna
penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA sekitar 1,5 jumlah penduduk. Polda
metrojaya mengatakan bahwa dalam 5 tahun terakhir sampai tahun 2010 ini
narkotika ada 37.000 kasus. Data RSKO hasil observasi pada juni 2011, pasien
rawat jalan pada bulai mei berjumlah 109 orang. Ketergantungan napza
menyebabkan orang tidak dapat lagi berfikir dan berperilaku normal. Persaan,
pikiran dan perilaku dipengaruhi oleh NAPZA. Berbagai gangguan kejiwaan yang
2

sering dialami oleh mereka antara lain tertekan, cemas, ketakutan, ingin bunuh
diri, kasar, marah, agresif, dan sebagainya.3
1.2 Tujuan
Laporan kasus ini disusun untuk membantu penulis mengetahui dan
memahami tentang:
1. Penegakan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
2. Penatalaksanaan diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini dapat dimanfaatkan penulis dan pembaca sebagai:
1. Ringkasan dari kasus dan beberapa tinjauan pustaka diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan zat
2. Mempermudah pemahaman penulis dan pembaca tentang diagnosis
gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

You might also like