You are on page 1of 19

1

KIMIA LINGKUNGAN
“Makalah Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit”

DISUSUN OLEH :
NELLY SARI MARTINI SIMBOLON
A1C115026

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Yusnelti, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
i

Kata Pengantar

Syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia
dan tuntunanNya jualah saya dapat menyelesaikan tugas individu kimia lingkungan
tentang “Makalah Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Yusnelti, M. Si selaku


dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Saya selaku penyusun menyadari dalam penulisan tugas ini masih sangat jauh
dari kata sempurna, hal itu dikarnakan kemampuan dan keterbatasan saya. Tetapi
saya telah berbuat maksimal untuk hasil yang dicapai ini. Untuk itu saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dalam penulisan tugas yang
akan datang akan lebih baik dan lebih sempurna.

Semoga apa yang saya hasilkan ini akan memberikan manfaat kepada semua
pembaca. Khususnya mahasiswa yang ingin mendapatkan informasi tentang
Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit.
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....i

DAFTAR ISI………………………………………………………….......................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...…….1

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….…….2

1.3 Tujuan Penulisan………………………………………...……….…...….….2

1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………...…2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kelapa Sawit ……………………………………………..……..…..3

2.2 Definisi Limbah Padat…………….. ………………………………......…….3

2.3 Manfaat dan Pengolahan Limbah Padat Kelapa Sawit………………..……..6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………..……...........15

3.2 Saran …………………………………………………..……........................15

DAFTAR PUSTAKA
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar kedua di
dunia setelah Mlaysia. Proyeksi beberapa tahun kedpan diperkirakan
Indonesia akan menempati posisi pertama. Prospek pasar bagi olahan kelapa
sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup besar, tidak hanya di dalam tetapi juga di luar negeri.
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman penghasil
utama minyak nabati yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama
kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1848.
Saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor
(Botanical Garden), dua berasal dari Bourbon (Mauritius), dua lainnya berasal
dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda). Beberapa pohon kelapa sawit
yang ditanam di Kebun Raya Bogor hingga tahun 2014 masih hidup dengan
ketinggian sekitar 12 m. Tanaman tersebut merupakan kelapa sawit tertua di
Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia. Kelapa
sawitmerupakan tanaman industri penghasil minyak. Dalam
perekonomianIndonesia, kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis.
Selainmerupakan bahan baku utama minyak goreng, dalam proses produksi
maupun pengolahannya juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun
dalampengolahannya, kelapa sawit tidak terlepas dari limbah
yangdihasilkannya. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
prosesproduksi baik industri maupun domestik (rumah tangga).
Pengolahankelapa sawit dapat menghasilkan limbah padat. Limbah padat
lebihdikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannyakarena tidak memiliki nilai ekonomis.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia. Kelapa
sawitmerupakan tanaman industri penghasil minyak. Dalam
perekonomianIndonesia, kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis.
Selainmerupakan bahan baku utama minyak goreng, dalam proses produksi
maupun pengolahannya juga mampu menciptakan kesempatan kerja dan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun
dalampengolahannya, kelapa sawit tidak terlepas dari limbah
yangdihasilkannya. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu
prosesproduksi baik industri maupun domestik (rumah tangga).
2

Pengolahankelapa sawit dapat menghasilkan limbah padat. Limbah padat


lebihdikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannyakarena tidak memiliki nilai ekonomis.
Dalam industry pengolahan minyak kelapa sawit atau CPO (Crude
Palm Oil) akan diperoleh limbah industri. Limbah ini digolongkan menjadi
limbah padat, cair dan gas. Limbah padat berupa tandan kosong dan
tempurung kelapa sawit. Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu
limbah yang jumlahnya mencapai 60% dari produksi minyak inti atau PKO .
Limbah tempurung kelapa sawit berwarna hitam keabuan, bentuk tidak
beraturan dan memiliki kekerasan cukup tinggi. Selama ini limbah tersebut
digunakan sebagai bahan pembangkit tenaga uap dan pengeras jalan.
Limbah yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit ini tentunya
memiliki dampak negative bagi lingkungan jika tidak sesgera mungkin untuk
dikelola secara berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam makalah in memaparkan
proses pengolahan limbah padat kelapa sawit sebagai usaha mengatasi
keberadaan limbah padat kelapa sawit. Hasil yang didapat menunjukkan
bahwa dari pengolahan limbah kelapa sawit ini dapat membantu mengurangi
timbunan limbah padat kelapa sawit.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah darii penulisan makah ini adalah antara lain:
1.2.1. Bagaimana definisi kelapa sawit.
1.2.2. Bagaimana definisi limbah padat industry kelapa sawit.
1.2.3. Bagaimana manfaat dan pengolahan limbah padat industry kelapa
sawit.
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.3.1. Untuk mengetahui definisi kelapa sawit.
1.3.2. Untuk mengetahui definisi limbah padat industry kelapa sawit.
1.3.3. Untuk mengetahui manfaat dan pengolahan limbah padat industry
kelapa sawit.

1.4. Manfaat Penulisan


Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1.4.1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengolahan limbah padat
industry kelapa sawit.
1.4.2. Memahami berbagai jenis limbah industry padat kelapa sawit.
1.4.3. Mengetahui pemanfaatan dari limbah industry padat kelapa sawit.
1.4.4. Memahami cara pengolahan limbah industry kelapa sawit.
3

BAB II

ISI

2.1 Definisi Kelapa Sawit


Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan tanaman
perkebunan yang memegang peranan penting dalam industri pangan. Produksi
kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2011 meningkat dibandingkan tahun
sebelumnya hingga mencapai 22.508.011 ton. Pengolahan kelapa sawit
menjadi minyak sawit menghasilkan beberapa jenis limbah padat yang
meliputi tandan kosong sawit, cangkang dan serat mesocarp.

Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak


masak, minyak industry, maupun bahan bakar (biodiesel). Tinggi kelapa sawit
dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang
banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman.
Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak.
Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goring, sabun, dan lilin.
Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah
satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai
bahan bakar dan arang.

2.2 Definisi Limbah Padat


Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah
tandan kosong, solid, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong
4

kadang-kadang mengandung buah tidak lepas di antara celah-celah di bagian


dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan bantingan yang tidak
sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Serat yang merupakan hasil
pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan
inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstaksi di screw press dan
pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant
yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan inti kelapa sawit).
Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang berpotensi sebagai
pakan, seperti bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan buah kosong, dan
solid. Bungkil inti sawit mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dibanding
Iimbah lainnya dengan kandungan protein kasar 15% dan energi kasar 4.230
Kkal/kg sehingga dapat berperan sebagai pakan penguat (konsentrat).
Beberapa limbah padat hasil pengolahan minyak kelapa sawit :
2.2.1 Tandan kosong
Tandan kosong merupakan produk dari pabrik minyak kelapa sawit
(PMKS) setelah TBS diproses sterilizer dan tippler. Tandan kosong kaya
akan unsur organik nutrisi bagi tanaman.
Tandan kosong merupakan limbah terbesar dibandingkan limbah padat
lainnya. Tandan kosong kelapa sawit (TKS) merupakan limbah yang
dihasilkan sebanyak 23 % dari tandan buah segar (TBS). TKS merupakan
bahan yang mengandung unsur N, P, K dan Mg. TKS sangat potensial
dimanfaatkan sebagai kompos karena jumlahnya yang melimpah dan kadar
haranya yang tinggi. Kandungan unsur hara 1 ton tandan kosong kelapa dan
fungsi tandan kosong kelapa sawit adalah :
Kandungan unsur hara 1 ton tandan kosong kelapa sawit :
1. 8 kg Urea
2. 2,90 kg TSP
3. 18,30 kg MOP
4. 5,00 kg Kieserit
Fungsi tandan kosong kelapa sawit :
5

1. Mengatur kelembaban tanah


2. Meningkatkan infiltrasi tanah
3. Menambah bahan organic tanah
4. Meningkatkan KTK tanah
5. Menstabilkan temperature tanah
6. Memperbaiki struktur tanah
7. Meningkatkan mikroba tanah
8. Mengendalikan laju aliran permukaan dan erosi tanah
2.2.2. Dried decanter solid
Dried decanter solid atau sering disebut dengan solid merupakan
limbah padat pabrik kelapa sawit. Solid sebenarnya berasal dari mesocarp
atau serabut berondolan sawit yang telah mengalami pengolahan di pabrik
kelapa sawit.
Rata-rata 1 ton solid mengandung unsur hara sebanding dengan :
1. 10,3 kg Urea
2. 3,3 kg TSP
3. 6,1 kg MOP
4. 4,5 kg Kieserit
Kandungan hara tersebut hampir sama dengan janjangan kosong, akan
tetapi kandungan MOP pada solid lebih rendah.
2.2.3. Cangkang
Cangkang sawit yang awalnya dari tempurung kelapa sawit,
merupakan bagian paling keras pada komponen yang terdapat pada kelapa
sawit. Saat ini pemanfaatan cangkang kelapa sawit di berbagai industri
pengolahan minyak CPO belum begitu maksimal. Cangkang memiliki
kegunaan sebagai bahan bahan arang, bahan bakar untuk boiler.
Kelebihan dari cangkang kelapa sawit dibandingkan dengan batu bara
adalah cangkang kelapa sawit lebih ramah bagi lingkungan dan orang sekitar.
Unsur batu bara mengandung sulfur dan nitrogen sehingga pembuangan uap
dari boiler akan menggangu kesehatan masyarakat. Saat ini pemanfaatan
6

cangkang sawit diberbagai industri pengolahan minyak CPO masih belum


digunakkan sepenuhnya, sehingga masih meninggalkan residu, yang akhirnya
cangkang ini dijual mentah ke pasaran.
2.2.4. Pelepah Kelapa Sawit
Pelepah kelapa sawit juga mempunyai kandungan nutrisi walaupun
dalam jumlah kecil. Setiap pelepah kelapa sawit yang terpotong mempunyai
kandungan 125 kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O dan 25 kg MgO dalam tiap
hektarnya selama setahun. Kandungan nutrisinya dalam persen adalah 0,5%
N, 0,1% P2O5, 0,8% K2O dan 0,1% MgO. Susunan pelepah yang rapi dan
berbentuk L pada lahan datar akan merangsang pertumbuhan akar serabut
pada tumpukan pelepah tersebut.

2.3 Manfaat dan Pengolahan Limbah Kelapa Sawit


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa limbah kelapa sawit dapat
dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Manfaat limbah kelapa sawit antara
lain :
2.3.1. Tandan kosong kelapa sawit untuk pupuk organik
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari
jumlah pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk
organik juga akan memberikan manfaat lain dari segi ekonomi. Pembuatan
kompos juga berpengaruh pada penambahan berbagai macam activator.
1. Pupuk kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami
proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Pada prinsipnya
pengomposan tandan kosong untuk menurunkan nisbah yang terkandung
dalam tandan agar mendekati standar nisbah c/n tanah. Nisbah yang mendekati
nisbah c/n tanah akan mudah diserap oleh tanaman. Kompos TKKS dapat
7

dimanfaatkan untuk memupuk semua jenis tanaman. Kompos TKKS memiliki


beberapa sifat yang menuntungkan antara lain :
a. Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan
b. Membantu kelarutan unsur-unsur hara
c. Bersifat homogen dan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman
mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanama
d. Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap
dalam tanah
e. Dapat diaplikasikan pada sembarang musim
2. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan
akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut memiliki kandungan 30 –
40 % K2O, 7 % P2P5, 9 % CaO dan 3 % MgO. Selain itu juga mengandung
unsur hara mikro yaitu 1.200 ppm Fe, 100 ppm Mn, 400 ppm Zn dan 100 ppm
Cu. Sebagai gambaran umum mengelola kelapa sawit dengan kapasitas 1200
ton TBS/hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8 % per hari. Setara
dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton Kiserit dan 0,7 ton TSP. Dengan penambahan
polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O
30-38 % dengan pH 8 – 9.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Jaka darma dkk, 2014), mereka
mengaplikasikan pembuatan kompos dengan penambahan activator EM-4 dan
mencampurkannya dengan variasi bahan yang beragam berupa pupuk
kandang, dedak air sumur, air kelapa dan TKKS. Berdasarkan hasil
pengamatan tekstur dan hasil pengomposan serta hasil pengaplikasian
terhadap tanaman cabe dan jagung, diketahui bahwa kompos dengan
komposisi pupuk kandang 0,5 kg, dedak 0,5 kg, air sumur 2 liter, air kelapa
0,1 liter, EM-4 0,1 liter, TKKS 10 kg adalah kompos terbaik karena
memenuhi dan bahkan melebihi standar kompos SNI 19-7030-2004 tentang
kandungan N total 0,40% dan P total 0,1%, sedangkan dari hasil pengujian
laboratorium terhadap kompos C menunjukkan bahwa kandungan N total
8

0,2725% dan P 1,30%. Dan pengaplikasian yang dilakukan juga dibandingkan


tanaman cabe dan jagung yang diberi pupuk kompos TKKS adalah lebih berat
dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk yang lain.
2.3.2. Tandan kosong kelapa sawit untuk bahan serat
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) juga menghasilkan serat kuat
yang dapat digunakan untuk berbagai hal diantaranya serat berkaret sebagai
bahan pengisi jok mobil dan matras, pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan
industri. Serat tandan kosong dapat diperoleh dengan cara mengepresnya
sehingga keluar air, minyak, dan kotoran yang terkandung didalamnya.
Selanjutnya tandan kosong tersebut diurai memakai mesin pengurai sehingga
seratnya terpisah komponen bukan serat seperti gabus, pati, dan kotoran.
Setelai terurai, serat diayak untuk memisahkan serat panjang, pendek, dan
debu yang menempel. Serat kelapa sawit memiliki diameter yang lebih besar,
lebih kaku, dan lebih lentur dibandingkan dengan serat kelapa. Pabrik dengan
kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam mampu mengahsilkan serat
sebanyak 30 ton per hari.
2.3.3. Tandan kosong kelapa sawit sebagai sumber karotenoid
Pemanfaatan TKKS sebagai sumber karotenoid merupakan suatu
inovasi yang bermanfaat bagi dunia industri makanan. Hasil penelitian
menunjukkan TKKS yang mengalami satu sterilisasi rata-rata mengandung
karotenoid total sebesar 37,8 ppm; sedangkan TKKS yang mengalami 2 kali
sterilisasi kandungnnya rata-rata sebesar 25,9 ppm. Komposisi karotenoid di
dalam TKKS didominsi oleh alpha-karoten (12,9) ppm, beta-karoten (6,4
ppm), lutein (4,1 ppm), dan zeakaroten (3,9 ppm), sedangkan karotenoid
lainnya sebesar 5,2 ppm. Senyawa beta-karoten bersifat lebih stabil dari pada
senyawa karotenoid lainnya.
2.3.4. Tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit
listrik tenaga biomassa
Limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat
yang dihasilkan dalam jumlah cukup besar yaitu sekitar 126.317,54 ton/tahun,
9

namun pemanfaatannya masih terbatas, sementara ini hanya dibakar dan


sebagian dihamparkan pada lahan kosong sebagai mulsa/pupuk, di kawasan
sekitar pabrik. Pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki
potensi besar untuk dijadikan bahan bakar nabati (BBN), bisa menjadi
bioetanol dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomasa (PLT
Biomassa). Hasil uji laboratorium terhadap limbah TKKS di Distrik Jair,
Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua memiliki jumlah kalor sebesar
4.492,7436 kalori/g (4.492,7436 Kkal/kg) atau 18.719,4656 joule/g serta
mengandung pati 11,550 % bb dan mengandung selullosa 41,392 % bb,
sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar tersebut. Bahkan TKKS hasil
perhitungan akan dapat membangkitkan listrik sebesat 7,33 MW.
2.3.5. Tandan kosong kelapa sawit sebagai bioetanol
Pengembangan bioethanol dari material lignoselulosa adalah dengan
mengkonversi seluruh polisakarida yang ada menjadi monosakarida dengan
memanfaatkan berbagai jenis enzim. Pada penelitian ini menggunakan metode
steaming dan enzimatis. Steaming bertujuan untuk menghilangkan lignin yang
dapat menghambat akses enzim dalam memecah polisakarida menjadi
monosakarida, sehingga menyebabkan hidrolisis tidak optimal. Metode
pengujian pada penelitian ini meliputi uji komposisi (uji lignin dan uji
selulosa) dan uji kadar glukosa. Pada pengujian lignin digunakan metode
Klason, sesuai SNI 0429,2008. Untuk pengujian selulase mengikuti metode
antrone, mengikuti metode AOAC,1984. Kadar glukosa tertinggi yang
diperoleh dari hidrolisis enzim selobiase adalah pada kondisi suhu 50oC, pH 5
dan ukuran TKKS 63 µM dengan % yield sebesar 6.808% dari berat kering
TKKS dan untuk enzim selulase pada kondisi 37 oC, pH 5 dan ukuran TKKS
63 µM dengan % yield sebesar 13.693% dari 0.5 gr berat kering TKKS. Dan
untuk kombinasi kedua enzim, % glukosa tertinggi yang diperoleh dari
kombinasi enzim selulase dan enzim selobiase dengan perbandingan 2:1 yang
memberikan % yield sebesar 23.561% dari 0.5 g berat kering TKKS.
2.3.6. Tempurung buah sawit sebagai karbon/arang aktif
10

Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan


minyak kelapa sawit yang cukup besar dapat mencapai 60 % dari produksi
minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri seperti
industri minyak, karet, gula dan farmasi. Selama ini tempurung kelapa sawit
digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap dan pengeras jalan. Arang
aktif dapat dibuat melalui proses karbonasi pada suhu 550○C selama kurang
lebih 3 jam. Karakteristik arang aktif yang dihasilkan melalui proses tersebut
memenuhi standar industri Indonesia, kecuali untuk kadar abu. Tingkat
keaktifan arang cukup tinggi. Hal ini terlihat dari daya serap larutan ionnya
sebesar 28,9 %.
2.3.7. Dried decanter solid untuk pupuk organik
Dried decanter solid adalah limbah padat pabrik pengolahan kelapa
sawit. Solid berasal dari bahan dasar daging buah (mesocarp) yang tampak
serabut-serabut berondolan dan telah mengalami serangkaian pengolahan di
pabrik. Dari total berat tandan buah segar yang diolah akan dihasilkan solid
basah sekitar 5 % dan solid kering sekitar 2 %. Solid mudah terurai oleh
mikroorganisme. Proses penguraiannya memakan waktu kurang lebih 6
minggu. Solid basah harus segera dipakai karena memang tidak dapat tahan
lama. Dalam berat yang sama, kandungan unsur-unsur hara solid lebih tinggi
dibandingkan dengan janjangan kosong. Kadar unsur-unsur hara ini
dipengaruhi oleh tingkat kadar airnya ( Nurhakim, 2014 ).
2.3.8. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi
dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup
besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan
tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan pulp kertas dan papan serat.
2.3.9. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi dapat
dimanfaatkan menjadi perabot yang bernilali tinggi. Batang kelapa sawit
dapat digunakan sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture
11

atau sebagai papan partikel. Dari setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh
kayu sebanyak 0,34 m3.
2.3.10. Batang dan pelepah sawit untuk pakan
Batang dan pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan
ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit
untuk dijadikan pakan ternak. Pertama pengolahan menjadi silase, kedua
dengan perlakuan NaOH dan ketiga pengolahan dengan menggunakan uap.
2.3.11. Cangkang sebagai asap cair hasil pirolisis
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memanfaatkan limbah
cangkang sawit untuk diolah menjadi asap cair grade I yang digunakan
sebagai pengawet alami tahu. Asap cair grade I yang dihasilkan kemudian
digunakan untuk mengawetkan tahu agar dapat meningkatkan masa simpan
tahu. Kandungan asap cair dari hasil pirolisis adalah senyawa fenol sebesar
4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2%, senyawa tersebut bersifat
antimikroba yang dapat mengawetkan makanan. Dari penelitian yang
dilakukan mendapatkan hasil bahwa yield asap cair yang dihasilkan pada suhu
300oC, 340oC dan 380oC adalah 44.85%, 45,81% dan 39,15%. Kondisi
terbaik untuk pengawetan tahu diperoleh pada temperatur 340oC konsentrasi
0,5% dengan nilai TVB 19,61 mgN%.
Asap cair hasil pirolisis dari cangkang kelapa sawit juga dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali hama yang bersifat antifeedant terutama
dalam menanggulangi hama perusak daun seperti larva P.Xylostella. Khaidun
dan Haji (2010) melakukan penelitian potensi asap cair hasil pirolisis
cangkang kelapa sawit sebagai biopestisida antifeedant, yang menghasilkan
rendeen fraksi metanol dari asap cair pada suhu 500oC sebanyak 52,64% yang
berpotensi sebagai pengendali hama yang bersifat antifeedant. Pirolisis
terhadap cangkang sawit tersebut akan diperoleh rendemen berupa asap cair
yang dapat digunakan sebagai biopreservatif baru pengganti presetvatif kimia.
Semakin lama waktu pembakaran cangkang kelapa sawit, semakin sedikit
12

volume asap cair yang dihasilkan, sehingga densitasnya dan viskositasnya


semakin rendah. Begitu juga dengan kadar yield nya semakin rendah.
2.3.12. Cangkang sebagai bahan bakar
Penelitian pemanfaatan limbah padat cangkang sawit sebagai bahan
bakar dilaksanakan di Baristand Industri Banda Aceh. Teknologi pembuatan
briket dari bahan baku cangkang sawit menggunakan bahan perekat tepung
kanji dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20%. Namun dari hasil uji
pendahuluan menunjukkan konsentrasi tepung kanji 10% memberikan hasil
yang lebih baik. Produk briket yang dihasilkan kemudian diuji mutu dan dari
hasil uji mutu menunjukkan produk briket dengan perlakuan bahan baku
cangkang sawit pada konsentrasi perekat 10% memberikan rata-rata hasil uji:
kadar air 5,51% ,kadar abu 2,82% ,hilang pijar 45,25% ,kuat tekan 2,71
kg/cm2 dan kalori 7374,31 kal/gr.
Dari hasil pengujian mutu menunjukan bahwa parameter uji sesuai
SNI Briket Arang Kayu telah memenuhi baku mutu, sedangkan untuk kadar
hilang pijar belum memenuhi persyaratan. Salah satu cara untuk mengurangi
konsumsi minyak tanah adalah pemanfaatan dan penggunaan limbah hasil
pengolahan kelapa sawit (PKS) menjadi briket bioarang, dimana bahan-bahan
penyusunnya berasal dari tandan kosong dan cangkang kelapa sawit. Hasil
pengamatan di uji dengan Analisis of Variance (ANOVA) dan untuk
mengetahui perlakuan yang berbeda, maka analisis dilanjutkan dengan
analisis regresi dan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5
%. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan konsentrasi perekat
kanji, dengan perbandingan komposisi bahan cangkang dan tandan kosong
kelapa sawit 1:20 menghasilkan nilai kalor bakar paling besar 5069 kal/g.
2.3.13. Sabut (fiber) sebagai bahan penguat sifat mekanik komposit fiber
glass
Komposit yang diperkuat dengan serat (fiber) buah kelapa sawit telah
diteliti dengan memberikan beberapa kondisi dan variasi alkali (NaOH)
sebagai perlakuannya. Preparasi serat (fiber) buah kelapa sawit dilakukan
13

dengan tahapan: dibilas dengan air berlebih, direndam dan diaduk dalam 5%
larutan NaOH dengan variasi waktu 2, 4, 6, dan 8 jam, dicuci dengan air
bersih hingga didapatkan serat dengan pH = 7, dikeringkan pada suhu 28oC.
Serat yang sudah bersih diuji kadar airnya dan digunakan sebagai bahan baku
utama kamposit yang ditambahkan resin poliester tidak jenuh Yukalac® 157
BQINEX dan katalis MEKPO (methyl ethyl keton peroxide) dengan kadar 1%
dari berat resin. Pembuatan komposit serat (fiber) buah kelapa sawit-paliester
dengan menggunakan metode hand lay up dengan kondisi benda uji mengacu
pada standar ASTM D 638, dipanaskan dengan oven pada suhu 60°C selama
4 jam dan diuji tarik dengan mesln uji tarik servopulser. Dari hasil pengujian
menunjukkan bahwa kekuatan tarik optimum komposit untuk perlakuan
NaOH selama 2 jam sebesar 20,94 MPa dengan fraksi berat serat 27%,
sedangkan kekuatan tarik kompasit tanpa perlakuan NaOH sebesar 14,21
MPa. Modulus elastisitas optimum komposit untuk perlakuan NaOH selama 4
jam sebesar 8,44 GPa dengan fraksi berat serat 32%, sedangkan regangan
optimum kamposit untuk perlakuan NaOH selama 2 jam sebesar 0,84%
dengan fraksi berat 27%.
2.3.14. Sabut (fiber) sebagai bahan pengolah limbah cair
Dalam pemanfaatan serat sabut kelapa sawit sebagai bahan pengolah
limbah cair dan juga pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai
mediator pertumbuhan mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang sangat
berperan aktif dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada limbah
kelapa sawit adalah bakteri hidrolik. Semakin tebal/berat sabut kelapa sawit
yang digunakan maka semakin tinggi prosentasi penurunan kandungan BOD,
COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit.
Pada penelitian dalam pemanfaatan serat sabut kelapa sawit sebagai
bahan pengolah limbah cair menyebutkan bahwa waktu kontak yang paling
optimal digunakan adalah pada waktu kontak 6 hari agar mendapatkan
prosentase penurunan BOD, COD dan TSS yang maksimal. Sabut kelapa
sawit mempunyai komposisi kimia yang cukup baik digunakan untuk
14

mengolah limbah cair kelapa sawit dimana komposisi tersebut banyak


mengandung selulosa yaitu sekitar 40%. Bahan yang mempunyai komponen
selulosa dan lignin memiliki daya serap 6000 kali lebih besar dari pada daya
serap karbon aktif.
2.3.15. Sabut (fiber) sebagai media tanaman alternative
Pemanfaatan serat sabut kelapa sawit dan kompos kiambang mampu
menggantikan posisi topsoil dalam mengoptimalkan pertumbuhan bibit
tanaman kelapa sawit dilihat dari parameter pertumbuhan tinggi bibit, jumlah
daun, diameter batang dan jumlah akar yang relatif sama untuk semua waktu
pengamatan. Hasil pengamatan dari penelitian menunjukkan bahwa seluruh
perlakuan media tanam : 100% topsoil, topsoil dan kompos kiambang (1:1),
topsoil dan sabut kelapa sawit (1:1), topsoil dan kompos kiambang (1:2),
topsoil dan sabut kelapa sawit (1:2), kompos kiambang dan sabut kelapa sawit
(1:1), serta topsoil, kompos kiambang, dan sabut kelapa sawit (1:1:1),
perlakuan yang memberikan nilai yang sama untuk variabel pengamatan
tinggi bibit, jumlah daun, dan diameter batang bibit. Pada variabel
pengamatan bobot kering berangkasan dan bobot kering akar, perlakuan
topsoil, kompos kiambang, dan sabut kelapa sawit (1:1:1) berpengaruh
signifikan. Berdasarkan data bobot kering total maupun bobot kering akar
bibit kelapa sawit, perlakuan media tanam topsoil, kompos kiambang, dan
sabut kelapa sawit menunjukkan pengaruh yang nyata. Pengamatan hasil
bobot kering sering digunakan pada pengukuran hasil pertanian, dikarenakan
dapat menghasilkan berat yang konstan. Semakin tinggi bobot kering tanaman
menunjukkan bahwa tanaman tersebut dapat menyerap unsur hara dengan
baik, sehingga efek pertumbuhannya pun akan baik. Bobot kering tanaman
berkorelasi positif dengan serapan unsur hara oleh tanaman terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit.
15

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Limbah padat kelapa sawit berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, bahan bakar pembangkit
listrik tenaga biomasa (PLT Biomassa) dan sebagai bahan baku
pembuatan bioetanol dengan berbagai proses.
2. Limbah padat kelapa sawit berupa cangkang kelapa sawit paling
umum dimanfaatkan sebagai arang/karbon aktif, namun dengan
penelitian yang dikembangkan bahwa cangkang kelapa sawit bisa
dimanfaatkan dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan pupuk cair
kalium sulfat, pengawet alami tahu, bahan bakar (biomassa), dan
briket.
3. Limbah padat kelapa sawit berupa sabut (fiber) buah kelapa sawit
dapat dimanfaatkan sebagai bahan penguat sifat mekanik komposit
Fiber Glass, bahan pengolah limbah cair, pembuatan pulp, media
tanaman alternatif, dan bahan bakar pembangkit listrik.
4. Limbah padat kelapa sawit belum maksimal untuk dimanfaatkan, oleh
karena itu masih banyak yang perlu dikembangkan dan dilakukan
untuk pemanfaatan limbah padat kelapa sawit dengan dilakukan
penelitian.
3.2. Saran
Penulisan makalah tentang pengolahan limbah padat sawit ini masih
memiliki kekurangan dalam isinya. Oleh karena itu harus lebih
dimantapkan dan ditambahkan lagi hal-hal yang berkaitan dengan
tulisan ini.
16

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2006. Land Aplication sebagai Alternative 3R pada Industri Kelapa Sawit.
Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia

Ditjen PPHP. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta:
Departemen Pertanian

Fauzi, Y., dkk. 2014. Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,
Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya

Loebis, B dan P.L., Tobing. 1992. Potensi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa
Sawit. Buletin Perkebunan. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Naibaho, P. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian


Kelapa Sawit

Nurhakim, Y.I. 2014. Perkebunan Kelapa Sawit Cepat Panen. Jakarta: Infra Pustaka

Pahan, I. 2012. Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar
Swadaya

Pardamean, M. 2011. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Sawit.


Jakarta: Agromedia Pustaka

Sasongko, Setia B. 1990. Beberapa Parameter Kimia sebagai Analisis Air. Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga

Said, G. 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Yogyakarta:


Ungarun Trubus Agriwidya

You might also like