You are on page 1of 19

KI :

-G4P2A1 Fit

Sedang hamil anak keempat, pernah melahirkan dua kali, keguguran satu kali

-Abortus Guh Wir

berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008)

-Prematur Yas Yun

Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada tiga minggu atau lebih sebelum
waktu kelahiran normal. Pada kondisi normal, kelahiran akan terjadi setelah kandungan berusia
40 minggu. Dengan kata lain, sebuah kelahiran disebut prematur jika kelahiran itu terjadi pada
minggu ke-37 kehamilan atau lebih awal.
RM :

1. Apakah yang menyebabkan keluar darah yang banyak dari kemaluan perempuan? Dev
Wils Tut
 Menstruasi, saat masuk ke Fase Luteal
o Sel granulosa menjadi korpus luteum
o Tidak ada konsepsi  corpus luteum regresi menjadi corpus albicans 
kadar progesterone turun  dinding endometrium luruh  MENSTRUASI
2. Apakah yang menyebabkan abortus pada kehamilan? Yun Fit Nan

Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu pertama, dan setelah itu angka ini
cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab, pada paling sedikit seperuh
dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidennya juga menurun. Faktor penyebab
terjadinya abortus dibagi menjadi beberapa faktor yaitu :

a. Faktor janin

1. Perkembangan zigot abnormal


Temuan morfologis tersering pada abortus spontan dini adalah kelainan
perkembangan zigot, mudigah, janin bentuk awal, atau kadang-kadang plasenta.

2. Abortus aneuploidi
Sekitar seperempat dari kelainan kromosom disebabkan oleh kesalahan
gametogenesis ibu dan 5% oleh kesalahan ayah. Dalam suatu studi terhadap
janin dan neonatus dengan trisomi 13, pada 21 dari 23 kasus, kromosom
tambahan berasal dari ibu.

3. Trisomi autosom
Merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai pada abortus trimester
pertama. Trisomi dapat diebabkan oleh nondisjunction tersendiri, translokasi
seimbang materal atau paternal, atau inversi kromosom seimbang. Trisomi
untuk semua autosom kecuali kromosom nomor 1 pernah dijumpai pada
abortus, tetapi yang tersering adalah autosom 13, 16, 18,21 dan 22.

4. Monosomi X
Merupakan kelainan kromosom tersering berikutnya dan memungkinkan
lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner). Triploidi sering dikaitkan
dengan degenerasi hidropik pada plasenta. Janin yang memperlihatkan kelainan
ini sering mengalami abortus dini, dan beberapa mampu bertahan hidup lebih
lama mengalami malformasi berat.

5. Kelainan struktural kromosom


Sebagian bayi lahir hidup dengan dengan translokasi seimbang dan mungkin
normal.

6. Abortus euploid
Abortus euploid memuncak pada usia gestasi sekitar 13 minggu. Insiden abortus
euploid meningkat secara drastis setelah usia ibu 35 tahun.

b. Faktor maternal

1. Usia ibu
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30 sampai 35 tahun.11
2. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu, hal ini
mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut pada uterus akibat kehamilan
berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan tidak adekuatnya persedian darah
ke plasenta yang dapat pula berpengaruh pada janin.3

3. Infeksi
Adanya infeksi pada kehamilan dapat membahayakan keadaan janin dan ibu.
Infeksi dapat menyebabkan abortus, dan apabila kehamilan dapat berlanjut
maka dapat menyebabkan kelahiran prematur, BBLR, dan eklamsia pada ibu.5,14

4. Anemia
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar
oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu
dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi
dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.6,8

5. Faktor aloimun
Kematian janin berulang pada sejumlah wanita didiagnosis sebagai akibat
faktor-faktor aloimun. Diagnosis faktor aloimun berpusat pada beberapa
pemeriksaan yaitu perbandingan HLA ibu dan ayah, pemeriksaan serum ibu
untuk mendeteksi keberadaan antibodi sitotoksik terhadap leukosit ayah dan
pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi faktor-faktor penyekat pada reaksi
pencampuran limfosit ibu-ayah.5

6. Faktor hormonal
Salah satu dari penyakit hormonal ibu hamil yang dapat menyebabkan abortus
adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus pada saat hamil dikenal
dengan diabetes meliitus gestasional (DMG). DMG didefinisikan sebagai
intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil.
Dinyatakan DMG bila glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl atau 2 jam setelah
beban glukosa 75 gram ≥ 200 mg/dl atau toleransi glukosa terganggu.13,15

Pada DMG akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi insulin
menjadi tidak normal, yang mengakibatkan sumber energi dalam plasma ibu
bertambah. Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal yang
menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi yang salah satunya
adalah abortus spontan.15

7. Gamet yang menua


Didapatkan peningkatan insidensi abortus yang relatif terhadap kehamilan
normal apabila inseminasi terjadi 4 hari sebelum atau 3 hari sesudah saat
pergeseran suhu tubuh basal. Dengan demikian, mereka menyimpulkan bahwa
penuaan gamet di dalam saluran genitalia wanita sebelum pembuahan
meningkatkan kemungkinan abortus.5
8. Kelainan anatomi uterus
o Leiomioma uterus, bahkan yang besar dan multipel, biasanya tidak
menyebabkan abortus. Apabila menyebabkan abortus, lokasi leiomioma
tampaknya lebih penting daripada ukurannya.
o Sinekie uterus disebabkan oleh destruksi endometrium luas akibat
kuretase. Hal ini akhirnya menyebabkan amenore dan abortus rekuren
yang dipercaya disebabkan oleh kurang memadainya endometrium untuk
menunjang implantasi.
o Defek perkembangan uterus, cacat ini terjadi karena kelainan
pembentukan atau fusi duktus Mülleri atau terjadi secara spontan atau
diinduksi oleh pajanan dietilstilbestrol in utero.
o Serviks inkompeten ditandai oleh pembukaan serviks tanpa nyeri pada
trimester kedua disertai prolaps dan menggembungnya selaput ketuban
pada vagina, diikuti oleh pecahnya selaput ketuban dan ekspulsi janin
imatur.2,5

9. Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali dilupakan.
Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan abortus.
Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah
kematian mudigah atau janin.5

c. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam terjadinya
abortus spontan. yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat
menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks ditemukan pada
hampir 40% sampel semen yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam
bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama dijumpai pada abortus.5

Patologi

Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis dan nekrosis di
jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas, dan hal ini memicu
kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Sebelum minggu ke-10, ovum biasanya
dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan karena sebelum minggu ke-10 vili
korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua, hingga ovum mudah
terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan
hubungan vili korialis dengan desidua makin erat, hingga mulai saat tersebut sering sisa-
sisa korion (plasenta) tertinggal jika terjadi abortus. Apabila kantung dibuka, biasanya
dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin
tidak tampak janin didalam kantung dan disebut “blighted ovum”.

Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah.
Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah berdegenarsi
tersebar diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan
terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.

Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin yang
tertahan dapat mengalami maserasi. Cairan amnion mungkin terserap saat janin
tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus. Kadang-kadang, janin
akhirnya menjadi sedemikian kering dan tertekan sehingga mirip dengan perkamen,
yang sering disebut juga sebagai fetus papiraseus.5,7

3. Apakah penyebab bayi lahir tanpa tempurung kepala? Dar Wir Sin

Penyebab anencefalus antara lain :

1. Faktor teratogenik
Teratogen adalah setiap factor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko
suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Infeksi pada
ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella congenital dan infeksi
toksoplasmosis pada ibu hamil. Infeksi Toksoplasma yang merupakan salah satu penyebab
anencephalus merupakan penyakit infeksi yang ditemukan pada hewan di peternakan atau
binatang peliharaan. Kucing merupakan pembawa (carrier) penyakit ini dan dapat menularkan
kepada manusia melalui tinja, terutama bila sudah kering dan terhirup oleh manusia. Ciri-ciri
terinfeksi toksoplasma yang mudah di kenali adalah dengan seringnya gejala flu, seperti bersin-
bersin

2. Faktor gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam
folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
Karena spina bifida bisa terjadi sebelum wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap
wanita subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.

3. Faktor fisik pada rahim


Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap
cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal, yang bisa menyebabkan atau menunjukkan
kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa memperngaruhi pertumbuhan paru-
paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang
memperlambat proses pembentukan air kemih. Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin
mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat misalnya
anensefalus atau atresia esophagus.

4. Faktor genetik dan kromosom


Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang
abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang
terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika satu gen hilang atau
cacat, bisa terjadi kelainan bawaan. Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga
bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel
telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau
sedikit, atau bayi terlahir dengan kromosom yang telah mengalami kerusakan. Semakin tua
seorang wanita ketika hamil terutama diatas 35 tahun maka semakin besar kemungkinan
terjadinya kelainan kromosom pada janin yang dikandungnya. Kelainan bawaan yang lainnya
disebabkan oleh mutasi genetic (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat
dijelaskan).

Faktor resiko terjadinya anensefalus adalah :


a) Faktor ibu usia resti
b) Hamil dengan kadar asam folat rendah
c) Mengkonsumsi kafein, alkohol selama masa kehamilan.
d) Riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya

Gejala
 Ibu : polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak akibat cairan
otak). Pada anencephalus polihidramnion terjadi karena transudasi cairan dari
selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephaly
tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna
hingga anak ini kencing berlebihan.)
 Bayi :
o Tidak adanya tengkorak
o Tidak adanya otak ( belahan otak dan otak kecil )
o Wajah fitur abnormal
o Jantung cacat

Pengaruh pada Kehamilan


Sering menimbulkan kehamilan serotin, biasanya disertai hydramnion, anak sering lahir dengan
letak muka, badan anak kadang - kadang besar dan menimbulkan kesulitan waktu baru
lahir. Pada bayi anencephaly kelenjar di bawah otak dan kelenjar ginjal ini tidak ada, atau
terhambat pertumbuhannya, sehingga gejala-gejala akan melahirkan sering tidak muncul
dengan sendirinya. Hal ini bisa mengakibatkan ibunya meminta perangsang persalinan pada
masa kehamilannya sudah genap. Berhubung bayi tidak memiliki tempurung kepala, pada saat
melahirkan penting agar air ketuban tidak pecah selama memungkinkan, sehingga leher rahim
bisa membuka dengan tekanan air ketuban. Kalau air ketuban tidak pecah, proses melahirkan
seorang bayi anencephaly hampir sama dan sama lamanya dengan halnya kelahiran bayi
normal. Hasil pengalaman menunjukkan, bahwa kalau air ketuban sengaja dipecahkan, maka
kemungkinan bayinya lahir dalam keadaan hidup menurun drastis (Jaquier 2006).

4. Apakah yang menyebabkan air ketuban pecah sebelum waktunya? Yas Sin

Ciri / tanda KPD (keluar air Ketuban Pecah Dini)

Cairan ketuban keluar secara tiba-tiba dari liang vagina dalam jumlah sedikit maupun banyak,
tak dapat ditahan atau dihentikan. Cairan ketuban bisa warna putih agak keruh, mirip air kelapa
muda karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin dan mengandung verniks
caseosa , yaitu lemak pada kulit bayi.
Umumnya, ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit, pegal-pegal, mulas, dan
sebagainya. Tapi kalau Anda mengalaminya, sebaiknya segera cari pertolongan. Semakin cepat
ditangani, semakin kecil risiko terjadinya komplikasi, seperti infeksi kuman dari luar, persalinan
prematur atau kurang bulan, gangguan peredaran darah atau tali pusat yang bisa
menyebabkan kondisi gawat janin dan kematian janin akibat tali pusat yang tertekan,
Oligohidramnion, yakni cairan ketuban kurang dari jumlah yang dibutuhkan, atau bahkan habis.

Penyebab KPD (keluar air Ketuban Pecah Dini) belum pasti, tapi sebagian besar berkaitan
dengan:

 infeksi (sampai 65%).


Misalnya, infeksi kuman, terutama infeksi bakteri, yang dapat menyebabkan selaput
ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah pecah.
 kehamilan kembar
 ada riwayat persalinan kurang bulan sebelumnya
 hubungan seksual yang kebersihannya tidak dijaga
 perdarahan lewat jalan lahir
 pH (tingkat keasaman) vagina di atas 4,5
 selaput ketuban tipis kurang dari 39 mm
 kadar CRH (corticotropin releasing hormone) maternal tinggi, misalnya pada ibuhamil
yang stress
 higiene yang kurang baik, misalnya keputihan dan infeksi vagina
 jumlah cairan ketuban sangat banyak (hidroamnion)
 kelainan mulut rahim seperti inkompeten serviks

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Faktor – faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD) Menurut Morgan (2009),
Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :

a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di
atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003).
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan.

b. Sosial ekonomi (Pendapatan)


Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di
suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi seseorang
dalam memenuhi kehidupan hidupnya. Pendapatan yang meningkat tidak merupakan
kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya
pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu
memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan (BPS, 2005).

c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan
grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan
dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang
wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu
dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara
adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007).
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih
beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat
besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu
hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30%
sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil
yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata
berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu,
saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena
atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10
gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.

e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia
yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan
lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan
seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi
(Sinclair, 2003).

f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat
berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD
sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka
pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008)

g. Serviks yang inkompetensik


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher
atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin
besar. Inkompetensia serviks adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2009).
h. Tekanan intra uterm yang meninggi atau meningkat secara berlebihan Tekanan intra
uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini, misalnya

1) Trauma; berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis


2) Gemelli; Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang
menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah
pecah (Saifudin. 2002)

5. Apakah ada hubungan riwayat persalinan kesatu kedua dan ketiga dari pasien tsb? Guh
Nand

6. Apa sajakah kemungkinan masalah dalam persalinan? Aff Tut Dar


7. Apakah hubungan kebiasaan pasien yg mengonsumsi obat-obatan bebas dari warung dan
memelihara kucing dan burung di rumah? Mir Dev

Dewasa ini banyak sekali produk-produk kesehatan yang ditawarkan kepada


masyarakat. Dan tidak sedikit pula yang menyasar ibu-ibu hamil. Sekiranya muncul
pertanyaan dalam benak ibu-ibu hamil tersebut, apakah produk ini aman untuk mereka
dan apa bahayanya mengkonsumsi obat tanpa seijin dokter. Berikut ini akan dibahas
mengenai obat-obat yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehamilan, baik itu
terhadap ibu maupun janinnya, jika digunakan tanpa petunjuk dokter.
Pada wanita hamil, adalah penting untuk menjaga kesehatannya dengan jalan
mengkonsumsi makanan yang bergizi, istirahat yang cukup serta melakukan olahraga
secara teratur. Dan yang tidak kalah penting adalah menghindari berbagai zat yang dapat
membahayakan dirinya maupun janinnya. Zat-zat yang dimaksud seperti: obat-obatan,
alkohol, dan rokok.
Sekitar lebih dari 90% wanita hamil menggunakan obat-obatan, baik yang diresepkan
oleh dokter ataupun tanpa resep. Secara umum, kecuali benar-benar dibutuhkan dan
dengan ijin dokter, penggunaan obat-obatan bebas sebaiknya dihindari karena akan
berdampak buruk pada janin yang dikandung. Diketahui pula bahwa di Amerika Serikat
sekitar 2-3% dari seluruh kelainan yang muncul pada bayi baru lahir disebabkan karena
penggunaan obat yang tidak sesuai.
Pada beberapa kasus, pemberian obat dapat memberikan dampak yang baik pada
ibu dan janinnya. Walaupun demikian, seorang ibu seharusnya berkonsultasi dahulu
dengan dokter mengenai resiko dan keuntungan menggunakan obat-obat tersebut.
Obat-obatan yang diminum oleh wanita hamil dapat sampai ke janin dengan
melewati plasenta/ari-ari, yang juga merupakan jalur yang digunakan untuk menyalurkan
oksigen dan nutrisi guna pertumbuhan dan perkembangan janin. Obat-obatan yang
dikonsumsi wanita hamil tanpa petunjuk dokter dapat berdampak buruk pada janinnya
oleh karena disebabkan oleh hal-hal berikut ini:

 Secara langsung berdampak pada janin, menyebabkan kerusakan, perkembangan


dan pertumbuhan janin yang abnormal, sampai dengan menyebabkan kematian.
 Mengubah fungsi plasenta (ari-ari) dengan jalan mengecilkan atau mempersempit
pembuluh darah sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin.
Hal ini selanjutnya akan menyebabkan bayi menjadi kurang berat badannya dan
perkembangannya juga terganggu.
 Menyebabkan otot rahim berkontraksi secara dini, sehingga menurunkan suplai
darah ke janin atau memicu kelahiran prematur.

Bagaimana suatu obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan


janin tergantung pada tahap perkembangan janin itu sendiri dan juga pada kekuatan dan
dosis obat yang dikonsumsi. Obat tertentu yang dikonsumsi pada awal masa kehamilan
(dalam 20 hari setelah pembuahan) dapat berdampak negatif atau malah tidak
berdampak sama sekali pada janin. Pada masa tiga sampai delapan minggu setelah
pembuahan, janin sangat rentan mengalami defek pada pertumbuhannya karena pada
masa tersebut organ-organ sedang dibentuk (organogenesis). Pada periode ini, obat-
obatan yang dikonsumsi tidak dengan petunjuk dokter bisa jadi tidak berdampak apa pun
pada janin, atau malah menyebabkan keguguran, defek pertumbuhan yang nyata, atau
pun defek yang permanen yang baru terlihat setelah bayi lahir. Sedangkan apabila obat-
obatan tersebut dikonsumsi setelah proses organogenesis selesai akan dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin.
Food and Drug Administration (FDA), yang berpusat di Amerika Serikat
mengklasifikasikan obat menurut derajat resiko yang dapat ditimbulkan pada janin jika
obat-obat tersebut digunakan secara bebas. Beberapa obat tergolong sangat toksik
(highly toxic) dan sangat dilarang penggunaannya pada wanita hamil. Sebagai contoh
adalah thalidomide. Beberapa dekade yang lalu, obat ini diketahui dapat menyebabkan
gangguan pembentukan lengan atas dan tungkai bawah, serta defek pada usus halus,
jantung dan pembuluh darah.
Seringpula beberapa jenis obat disubstitusi dengan obat jenis lainnya karena
lebih aman digunakan selama kehamilan, sebagai contoh: untuk jenis antibiotika,
golongan penicillin cenderung aman digunakan pada masa kehamilan. Kemudian apabila
harus memberikan obat-obatan antihipertensi (pada wanita hamil yang menderita
preeklampsia dan atas petunjuk dokter) juga harus diperhatikan secara ketat, dan
dihindari pemberian obat angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan
diuretik thiazide, karena kedua obat ini dapat menyebabkan masalah yang serius pada
janin.
Berikut ini beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan masalah jika digunakan
pada masa kehamilan:
1. Antibiotika:

 Kanamycin, streptomycin: merusak pendengaran sehingga dapat menyebabkan ketulian


pada bayi.
 Sulfonamide: menyebabkan kuning dan kerusakan otak pada bayi baru lahir.
 Tetracycline: menyebabkan pertumbuhan tulang menjadi lambat, warna kuning pada gigi.
 Chloramphenicol: gray baby sindrom.

2. Obat antianxietas (Diazepam): obat golongan ini dapat menyebabkan depresi, iritabilitas
pada bayi baru lahir.

3. Antikoagulan (Warfarin): menyebabkan perdarahan pada janin dan ibunya.

4. Antikonvulsi:

 Carbamazepine, phenobarbital, phenytoin: menyebabkan perdarahan pada bayi baru lahir.


Namun dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi vitamin K setiap hari sebelum persalinan
berlangsung atau dengan memberikan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
 Valproate: dapat menyebabkan bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak, tulang
belakang.
 Trimethadione: menyebabkan keguguran, bibir sumbing dan defek pada jantung,
tengkorak, maupun pada organ abdomen.

5. Antihipertensi:

 ACE inhibitors: dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal janin, menurunkan jumlah cairan
amnion (air ketuban), dan defek pada wajah dan paru.
 Beta blockers: dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan juga menurunkan
kadar gula janin.
 Diuretik thiazide: menurunkan kadar oksigen, natrium, dan kalsium janin

6. Antimania (lithium): dapat menyebabkan defek pada jantung, menurunkan tonus otot,
menurunkan aktivitas kelenjar tiroid, dan menyebabkan diabetes insipidus pada bayi baru
lahir.

7. NSAIDs (Nonsteroidal anti-inflammatory drugs): Aspirin, ibuprofen, naproxen: jika obat


diminum dalam dosis besar dapat menyebabkan perpanjangan waktu mulai persalinan,
penutupan hubungan antara aorta dan arteri yang menuju paru secara prematur (ductus
arteriosus), kadang-kadang menyebabkan kerusakan otak, serta masalah perdarahan pada ibu
selama dan sesudah persalinan berlangsung. Di samping itu jika dikonsumsi pada masa-masa
akhir kehamilan dapat menurunkan jumlah cairan amnion (air ketuban).

Di samping obat-obat seperti tersebut di atas, terdapat pula zat-zat lainnya yang jika
digunakan selama masa kehamilan dapat menyebabkan masalah, baik pada janin maupun
ibunya. Di antaranya adalah:

1. Tembakau (merokok): efek yang ditimbulkan oleh merokok selama masa kehamilan adalah
bayi berat lahir rendah dan penurunan berat badan bayi ini lebih tinggi pada ibu-ibu
dengan usia tua yang merokok.

Di samping itu, dapat pula terjadi defek pada jantung, otak, serta wajah bayi akibat
merokok selama masa kehamilan. Kemudian resiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
juga meningkat apabila ibu merokok. Bahaya lainnya yang ditimbulkan pada ibu yang
merokok adalah plasenta previa (letak plasenta yang menghalangi jalan lahir), abruptio
plasenta (pelepasan plasenta secara prematur), ruptur membran yang prematur,
persalinan prematur, infeksi rahim (uterus), dan keguguran. Yang juga tidak dapat
diabaikan adalah anak-anak yang dilahirkan oleh wanita yang merokok selama masa
kehamilan akan cenderung mengalami kemunduran dalam pertumbuhan dan
perkembangan intelektualnya. Semua dampak buruk merokok selama masa kehamilan ini
disebabkan oleh nikotin. Di mana nikotin menyebabkan pelepasan hormon yang
menyebabkan kontriksi pembuluh darah yang mensuplai darah ke rahim (uterus) dan ari-
ari (plasenta) sehingga hanya sedikit oksigen dan nutrisi yang diteruskan kepada janin.
Penting juga bagi wanita hamil untuk menghindari asap rokok yang berasal dari lingkungan
sekitarnya demi terjaganya kesehatan dan kesejahteraan janin selama masa kehamilan.

2. Alkohol: bagaimana mekanisme alkohol menyebabkan defek pada bayi yang dilahirkan
sampai saat ini belum banyak diketahui. Juga sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
mengenai jumlah alkohol yang dapat menyebabkan kelainan pada janin yang dilahirkan.
Pada beberapa literatur disebutkan bahwa resiko keguguran meningkat dua kali pada
wanita yang mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilan. Biasanya bayi-bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi alkohol memiliki berat badan lahir sekitar 2
kilogram atau kurang. Fetal Alcohol Syndrome merupakan salah satu komplikasi serius pada
ibu-ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol. Sindrom ini mencakup pertumbuhan yang
terhambat selama dalam kandungan maupun setelah lahir, defek pada wajah, ukuran
kepala yang kecil, retardasi mental, dan gangguan perkembangan sosial.

3. Kafein: kafein yang biasanya terdapat pada kopi, teh, beberapa jenis soda, coklat, dan
beberapa obat, merupakan stimulan yang dapat melewati plasenta menuju janin.
Kemudian akan dapat meningkatkan denyut jantung janin, serta menurunkan aliran darah
yang melewati plasenta dan menurunkan absorpsi zat besi. Berdasarkan data beberapa
literatur, disebutkan bahwa meminum lebih dari 7 cangkir kopi dalam satu hari dapat
meningkatkan kejadian lahir prematur, bayi dengan berat lahir rendah, ataupun keguguran.
4. Kokain dan Methamphetamine: merupakan stimulan sistem saraf pusat yang kuat. Obat-
obatan golongan ini menyebabkan pembuluh darah ibu mengalami konstriksi, jantung
berdenyut lebih cepat, dan tekanan darah yang meningkat dari normal. Dengan demikian,
akan berpengaruh pula terhadap janin yang dikandung di mana dapat terjadi pertumbuhan
yang terhambat, resiko keguguran, lahir prematur, dan juga abruptio plasenta. Jika obat-
obatan ini dikonsumsi pada masa akhir kehamilan, bayi yang dilahirkan dapat mengalami
ketergantungan, dan menderita sindrom withdrawal, yakni sekumpulan gejala seperti
tremor (bergetar), spasme otot, dan kesulitan dalam menetek.

5. Heroin dan narkotika lainnya: penggunaan narkotika dapat meningkatkan kejadian lahir
prematur dengan disertai komplikasi seperti berat badan bayi lahir rendah, kesulitan
bernafas, dan perdarahan intrakranial. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami
ketergantungan terhadap narkotika akan menderita sindrom withdrawal, seperti: muntah
dan diare, serta kekakuan pada sendi. Dan pada wanita yang menggunakan narkotika
suntik secara bersama-sama, kemungkinan akan dapat terkena infeksi HIV dan memiliki
kemungkinan yang besar pula untuk ditularkan kepada bayinya selama masa kehamilan.

Sebenarnya, yang dapat menyebabkan kemandulan adalah parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Parasit ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut toxoplasmosis. Toxoplasma merupakan
penyakit yang menyerang hewan dan manusia, laki-laki maupun perempuan.Pada hewan,
toxoplasma ini dapat menyerang hewan-hewan berdarah panas, seperti: kucing, anjing, ayam,
burung, sapi, kuda, tikus, domba, babi, harimau, dan lain-lain.

Lalu, mengapa kucing saja yang selama ini dijadikan sebagai "kambing hitam"?

Hal ini dikarenakan di dalam tubuh kucing, toxoplasma dapat berkembang biak dengan dua cara,
yaitu seksual (mikro dan makro gamet) dan aseksual (membelah diri). Sementara itu, pada hewan
selain kucing, toxoplasma hanya dapat berkembang biak dengan cara aseksual. Pada manusia yang
terkena penyakit toxoplasmosis, mayoritas tidak mengalami gejala klinis yang dominan. Gejala bisa
timbul pada infeksi akut, yaitu berupa pembesaran kelenjar getah bening di sekitar leher atau
ketiak. Namun lama-kelamaan, toxoplasma dapat menyebabkan kemandulan. Pada pria,
kemandulan disebabkan karena toxoplasma dapat menginfeksi saluran sperma dan menyebabkan
peradangan. Peradangan pada saluran sperma ini dapat menyebabkan penyempitan atau
penutupan saluran sperma. Akibatnya, pria tersebut tidak dapat mengeluarkan sperma dan
membuahi sel telur.

Pada perempuan, efek yang ditimbulkan pun hampir sama. Infeksi toxoplasma dapat mengebabkan
peradangan dan penyempitan saluran telur. Akibatnya, ovarium tidak dapat sampai ke rahim dan
tidak dibuahi oleh sperma. Selain itu, toxoplasma dapat berpengaruh terhadap janin. Kista
toxoplasma dapat masuk hingga otak janin dan menyebabkan cacat serta berbagai gangguan saraf.
Selain itu, kepala janin dapat terisi oleh cairan sehingga kepalanya menjadi besar (hidrosefalus).
Bagaimana Cara Toxoplasma dapat Menular kepada Manusia?

Toxoplasma dalam tubuh kucing dapat menyebarkan ookista selama kira-kira 10 hari. Penyebaran
ini biasa terjadi pada kucing muda yang kekebalan tubuhnya kurang baik. Manusia atau hewan
berdarah panas lainnya dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma dan ‘menetas’
seta berkembang dalam tubuh hewan atau manusia.

Kista tersebut tinggal dalam otot manusia dan hewan, sehingga penularannya dapat juga terjadi
melalui makanan, yaitu apabila manusia atau hewan memakan daging mentah atau daging
setengah matang yang mengandung kista toxoplasma. Kista juga dapat hidup di tanah selama
waktu tertentu, sehingga dapat menular kepada manusia atau hewan lain melalui kontak dengan
kista tersebut.

Jadi, Apa Benar Toxoplasma Menular Melalui Bulu Kucing?

"Salah BESAR ".

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa toxoplasma menular melalui kista yang masuk ke
dalam tubuh dengan dua cara, yaitu menelan atau kontak dengan kista. Pada kucing, kista dapat
keluar melaui feces atau kotoran kucing. Jadi tidak benar bahwa bulu kucing dapat menyebabkan
mandul. Pun demikian dengan liur kucing. Bulu dan liur kucing dapat menyebabkan kemandulan
hanya bila pada bulu dan liur tersebut terdapat kista toxoplasma. Jadi dalam hal ini, yang penting
untuk diperhatikan adalah jangan berkontak dengan feces kucing.

8. Apakah interpretasi pemfis dan lab pada pasien dan janinnya? Aff Wils
KEMUNGKINAN SI IBU PRE EKLAMPSIA, PENJELASANNYA DI BAWAH

a. Tekanan darah 140/90 mmHg = HIPERTENSI STAGE 1


b. Denyut nadi 120x/menit = TAKIKARDI (N=60-100X/MNT)
c. frekuensi napas 28x/menit = TAKIPNEA
d. edema pada kedua tungkai
e. TFU lebih kecil dari usia kehamilan
f. DJJ 128x/menit = NORMAL
g. SGOT dan SGPT meningkat = KEMUNGKINAN PENYAKITNYA DI BAWAH
h. Proteinuria
i. Leukosituria
j. cairan amnion sedikit
 Hiperemis gravidarum
Hiperemis gravidarum ditandai dengan mual dan muntah yang berat dan terus- menerus sehingga
dapat berakibat dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit, serta kekurangan nutrisi, umumnya terjadi
pada trimester I kehamilan dan akan membaik pada usia kehamilan 12-16 minggu. Hal ini terjadi karena
perubahan fisiologis hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin), progesteron, dan estrogen selama
kehamilan. Serum transaminase (SGOT, SGPT) dapat sedikit meningkat. Penatalaksaan suportif
dilakukan untuk mengatasi mual, muntah, serta keadaan dehidrasi (Dapat dibaca di artikel sebelumnya :
Mual muntah pada kehamilan).

 Perlemakan hati akut pada kehamilan (AFLP)


AFLP merupakan penyakit yang jarang (1: 13.000 persalinan) tetapi bisa berkembang menjadi gagal
hati akut yang membahayakan nyawa ibu (tingkat kematian 15%) dan bayi (tingkat kematian 40-
50%) dimana terjadi infiltrasi lemak pada sel hati. Risiko meningkat pada ibu yang baru pertama kali
melahirkan (primipara), bayi laku- laki, atau bayi kembar. Gejala dapat bervariasi antara lain muntah,
nyeri perut, nyeri kepala, serta perubahan warna kuning pada mata dan kulit. AFLP yang berat diatasi
dengan mempercepat persalinan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

 Toksemia gravidarum (pre-eklamsia dan eklamsia)


Pre-eklamsia ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan retensi cairan yang terjadi pada trimester
akhir kehamilan. Apabila gejala tersebut disertai kejang, maka diagnosisnya menjadi eklamsia.
Kerusakan hati dapat terjadi pada kondisi yang berat dan peningkatan serum transaminase (SGOT,
SGPT) bisa mencapai 10x lipat.

 Sindroma HELLP (varian pre-eklamsia)


Penyakit ini ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim hati, dan penurunan platelet yang sering
terjadi pada ibu yang sudah melahirkan kedua atau lebih (multipara). Persalinan secepatnya harus segera
dilakukan.

 Intrahepatic Cholestasis of Pregnancy


Keluhan yang muncul berupa kuning pada mata atau kulit (hilang dalam 1-2 minggu setelah
melahirkan) disertai dengan rasa gatal yang dapat mengganggu, umumnya terjadi pada trimester akhir
kehamilan dan tidak bersifat fatal bagi ibu dan bayi.

You might also like