Professional Documents
Culture Documents
2.1 Ki Dan RM
2.1 Ki Dan RM
-G4P2A1 Fit
Sedang hamil anak keempat, pernah melahirkan dua kali, keguguran satu kali
berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau umur
kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan (Sarwono, 2008)
Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi pada tiga minggu atau lebih sebelum
waktu kelahiran normal. Pada kondisi normal, kelahiran akan terjadi setelah kandungan berusia
40 minggu. Dengan kata lain, sebuah kelahiran disebut prematur jika kelahiran itu terjadi pada
minggu ke-37 kehamilan atau lebih awal.
RM :
1. Apakah yang menyebabkan keluar darah yang banyak dari kemaluan perempuan? Dev
Wils Tut
Menstruasi, saat masuk ke Fase Luteal
o Sel granulosa menjadi korpus luteum
o Tidak ada konsepsi corpus luteum regresi menjadi corpus albicans
kadar progesterone turun dinding endometrium luruh MENSTRUASI
2. Apakah yang menyebabkan abortus pada kehamilan? Yun Fit Nan
Lebih dari 80% abortus terjadi pada minggu pertama, dan setelah itu angka ini
cepat menurun. Kelainan kromosom merupakan penyebab, pada paling sedikit seperuh
dari kasus abortus dini ini, dan setelah itu insidennya juga menurun. Faktor penyebab
terjadinya abortus dibagi menjadi beberapa faktor yaitu :
a. Faktor janin
2. Abortus aneuploidi
Sekitar seperempat dari kelainan kromosom disebabkan oleh kesalahan
gametogenesis ibu dan 5% oleh kesalahan ayah. Dalam suatu studi terhadap
janin dan neonatus dengan trisomi 13, pada 21 dari 23 kasus, kromosom
tambahan berasal dari ibu.
3. Trisomi autosom
Merupakan kelainan kromosom yang tersering dijumpai pada abortus trimester
pertama. Trisomi dapat diebabkan oleh nondisjunction tersendiri, translokasi
seimbang materal atau paternal, atau inversi kromosom seimbang. Trisomi
untuk semua autosom kecuali kromosom nomor 1 pernah dijumpai pada
abortus, tetapi yang tersering adalah autosom 13, 16, 18,21 dan 22.
4. Monosomi X
Merupakan kelainan kromosom tersering berikutnya dan memungkinkan
lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner). Triploidi sering dikaitkan
dengan degenerasi hidropik pada plasenta. Janin yang memperlihatkan kelainan
ini sering mengalami abortus dini, dan beberapa mampu bertahan hidup lebih
lama mengalami malformasi berat.
6. Abortus euploid
Abortus euploid memuncak pada usia gestasi sekitar 13 minggu. Insiden abortus
euploid meningkat secara drastis setelah usia ibu 35 tahun.
b. Faktor maternal
1. Usia ibu
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun.
Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20
tahun ternyata 2 sampai 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang
terjadi pada usia 20 sampai 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30 sampai 35 tahun.11
2. Paritas
Risiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas ibu, hal ini
mungkin karena adanya faktor dari jaringan parut pada uterus akibat kehamilan
berulang. Jaringan parut ini mengakibatkan tidak adekuatnya persedian darah
ke plasenta yang dapat pula berpengaruh pada janin.3
3. Infeksi
Adanya infeksi pada kehamilan dapat membahayakan keadaan janin dan ibu.
Infeksi dapat menyebabkan abortus, dan apabila kehamilan dapat berlanjut
maka dapat menyebabkan kelahiran prematur, BBLR, dan eklamsia pada ibu.5,14
4. Anemia
Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin
karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang pula kadar
oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak langsung pada ibu
dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya kerentanan ibu pada infeksi
dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi.6,8
5. Faktor aloimun
Kematian janin berulang pada sejumlah wanita didiagnosis sebagai akibat
faktor-faktor aloimun. Diagnosis faktor aloimun berpusat pada beberapa
pemeriksaan yaitu perbandingan HLA ibu dan ayah, pemeriksaan serum ibu
untuk mendeteksi keberadaan antibodi sitotoksik terhadap leukosit ayah dan
pemeriksaan serum ibu untuk mendeteksi faktor-faktor penyekat pada reaksi
pencampuran limfosit ibu-ayah.5
6. Faktor hormonal
Salah satu dari penyakit hormonal ibu hamil yang dapat menyebabkan abortus
adalah penyakit diabetes mellitus. Diabetes mellitus pada saat hamil dikenal
dengan diabetes meliitus gestasional (DMG). DMG didefinisikan sebagai
intoleransi glukosa yang terjadi atau pertama kali ditemukan pada saat hamil.
Dinyatakan DMG bila glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl atau 2 jam setelah
beban glukosa 75 gram ≥ 200 mg/dl atau toleransi glukosa terganggu.13,15
Pada DMG akan terjadi suatu keadaan dimana jumlah atau fungsi insulin
menjadi tidak normal, yang mengakibatkan sumber energi dalam plasma ibu
bertambah. Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana
sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi abnormal yang
menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi yang salah satunya
adalah abortus spontan.15
9. Trauma fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali dilupakan.
Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan abortus.
Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu setelah
kematian mudigah atau janin.5
c. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor paternal (ayah) dalam terjadinya
abortus spontan. yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat
menyebabkan abortus. Adenovirus atau virus herpes simpleks ditemukan pada
hampir 40% sampel semen yang diperoleh dari pria steril. Virus terdeteksi dalam
bentuk laten pada 60% sel, dan virus yang sama dijumpai pada abortus.5
Patologi
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis dan nekrosis di
jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas, dan hal ini memicu
kontraksi uterus yang menyebabkan ekspulsi. Sebelum minggu ke-10, ovum biasanya
dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan karena sebelum minggu ke-10 vili
korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua, hingga ovum mudah
terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke 10-12 korion tumbuh dengan cepat dan
hubungan vili korialis dengan desidua makin erat, hingga mulai saat tersebut sering sisa-
sisa korion (plasenta) tertinggal jika terjadi abortus. Apabila kantung dibuka, biasanya
dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin
tidak tampak janin didalam kantung dan disebut “blighted ovum”.
Mola karneosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah.
Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah berdegenarsi
tersebar diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan
terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.
Pada abortus tahap lebih lanjut, terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin yang
tertahan dapat mengalami maserasi. Cairan amnion mungkin terserap saat janin
tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus. Kadang-kadang, janin
akhirnya menjadi sedemikian kering dan tertekan sehingga mirip dengan perkamen,
yang sering disebut juga sebagai fetus papiraseus.5,7
3. Apakah penyebab bayi lahir tanpa tempurung kepala? Dar Wir Sin
1. Faktor teratogenik
Teratogen adalah setiap factor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko
suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun merupakan teratogen. Infeksi pada
ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan sejumlah kelainan bawaan sindroma rubella congenital dan infeksi
toksoplasmosis pada ibu hamil. Infeksi Toksoplasma yang merupakan salah satu penyebab
anencephalus merupakan penyakit infeksi yang ditemukan pada hewan di peternakan atau
binatang peliharaan. Kucing merupakan pembawa (carrier) penyakit ini dan dapat menularkan
kepada manusia melalui tinja, terutama bila sudah kering dan terhirup oleh manusia. Ciri-ciri
terinfeksi toksoplasma yang mudah di kenali adalah dengan seringnya gejala flu, seperti bersin-
bersin
2. Faktor gizi
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam
folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
Karena spina bifida bisa terjadi sebelum wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap
wanita subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari.
Gejala
Ibu : polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak akibat cairan
otak). Pada anencephalus polihidramnion terjadi karena transudasi cairan dari
selaput otak dan selaput sum-sum tulang belakang. Selain itu, anak anencephaly
tidak menelan dan pertukaran air terganggu karena pusatnya kurang sempurna
hingga anak ini kencing berlebihan.)
Bayi :
o Tidak adanya tengkorak
o Tidak adanya otak ( belahan otak dan otak kecil )
o Wajah fitur abnormal
o Jantung cacat
4. Apakah yang menyebabkan air ketuban pecah sebelum waktunya? Yas Sin
Cairan ketuban keluar secara tiba-tiba dari liang vagina dalam jumlah sedikit maupun banyak,
tak dapat ditahan atau dihentikan. Cairan ketuban bisa warna putih agak keruh, mirip air kelapa
muda karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin dan mengandung verniks
caseosa , yaitu lemak pada kulit bayi.
Umumnya, ketuban yang pecah tidak menimbulkan rasa sakit, pegal-pegal, mulas, dan
sebagainya. Tapi kalau Anda mengalaminya, sebaiknya segera cari pertolongan. Semakin cepat
ditangani, semakin kecil risiko terjadinya komplikasi, seperti infeksi kuman dari luar, persalinan
prematur atau kurang bulan, gangguan peredaran darah atau tali pusat yang bisa
menyebabkan kondisi gawat janin dan kematian janin akibat tali pusat yang tertekan,
Oligohidramnion, yakni cairan ketuban kurang dari jumlah yang dibutuhkan, atau bahkan habis.
Penyebab KPD (keluar air Ketuban Pecah Dini) belum pasti, tapi sebagian besar berkaitan
dengan:
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Faktor – faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini (KPD) Menurut Morgan (2009),
Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi :
a. Usia
Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh terhadap kesiapan ibu
selama kehamilan maupun menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk
reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah atau di
atas usia tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003).
Usia seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena
organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan keelastisannya
dalam menerima kehamilan.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan
grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan
dimana janin mancapai usia kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang
wanita yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu
dan telah melahirkanbuah kehamilanya 2 kali atau lebih. Sedangkan grande multipara
adalah seorang wanita yang telah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (Wikjosastro, 2007).
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah mengalami KPD pada
kehamilan sebelumnya serta jarak kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih
beresiko akan mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).
d. Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Jika persediaan zat
besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan
akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu
hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30%
sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil
yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata
berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan
yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu,
saat kehamilan dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas, ancaman
dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan his, retensio plasenta dan perdarahan post partum karena
atonia uteri (Manuaba, 2009). Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi (1) HB > 11 gr %, tidak anemia, (2) 9-10
gr % anemia sedang, (3) < 8 gr % anemia berat.
e. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat
berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia
yang teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton, sianida hidrogen, dan
lain-lain. Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan-gangguan
seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi
(Sinclair, 2003).
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian KPD dapat
berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD
sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis
terjadinya KPD secara singkat ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam
membran sehingga memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.
Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang persalinan maka
pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah
mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan
kandungan kolagen yang semakin menurun pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008)
5. Apakah ada hubungan riwayat persalinan kesatu kedua dan ketiga dari pasien tsb? Guh
Nand
2. Obat antianxietas (Diazepam): obat golongan ini dapat menyebabkan depresi, iritabilitas
pada bayi baru lahir.
4. Antikonvulsi:
5. Antihipertensi:
ACE inhibitors: dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal janin, menurunkan jumlah cairan
amnion (air ketuban), dan defek pada wajah dan paru.
Beta blockers: dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat dan juga menurunkan
kadar gula janin.
Diuretik thiazide: menurunkan kadar oksigen, natrium, dan kalsium janin
6. Antimania (lithium): dapat menyebabkan defek pada jantung, menurunkan tonus otot,
menurunkan aktivitas kelenjar tiroid, dan menyebabkan diabetes insipidus pada bayi baru
lahir.
Di samping obat-obat seperti tersebut di atas, terdapat pula zat-zat lainnya yang jika
digunakan selama masa kehamilan dapat menyebabkan masalah, baik pada janin maupun
ibunya. Di antaranya adalah:
1. Tembakau (merokok): efek yang ditimbulkan oleh merokok selama masa kehamilan adalah
bayi berat lahir rendah dan penurunan berat badan bayi ini lebih tinggi pada ibu-ibu
dengan usia tua yang merokok.
Di samping itu, dapat pula terjadi defek pada jantung, otak, serta wajah bayi akibat
merokok selama masa kehamilan. Kemudian resiko Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
juga meningkat apabila ibu merokok. Bahaya lainnya yang ditimbulkan pada ibu yang
merokok adalah plasenta previa (letak plasenta yang menghalangi jalan lahir), abruptio
plasenta (pelepasan plasenta secara prematur), ruptur membran yang prematur,
persalinan prematur, infeksi rahim (uterus), dan keguguran. Yang juga tidak dapat
diabaikan adalah anak-anak yang dilahirkan oleh wanita yang merokok selama masa
kehamilan akan cenderung mengalami kemunduran dalam pertumbuhan dan
perkembangan intelektualnya. Semua dampak buruk merokok selama masa kehamilan ini
disebabkan oleh nikotin. Di mana nikotin menyebabkan pelepasan hormon yang
menyebabkan kontriksi pembuluh darah yang mensuplai darah ke rahim (uterus) dan ari-
ari (plasenta) sehingga hanya sedikit oksigen dan nutrisi yang diteruskan kepada janin.
Penting juga bagi wanita hamil untuk menghindari asap rokok yang berasal dari lingkungan
sekitarnya demi terjaganya kesehatan dan kesejahteraan janin selama masa kehamilan.
2. Alkohol: bagaimana mekanisme alkohol menyebabkan defek pada bayi yang dilahirkan
sampai saat ini belum banyak diketahui. Juga sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
mengenai jumlah alkohol yang dapat menyebabkan kelainan pada janin yang dilahirkan.
Pada beberapa literatur disebutkan bahwa resiko keguguran meningkat dua kali pada
wanita yang mengkonsumsi alkohol selama masa kehamilan. Biasanya bayi-bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengkonsumsi alkohol memiliki berat badan lahir sekitar 2
kilogram atau kurang. Fetal Alcohol Syndrome merupakan salah satu komplikasi serius pada
ibu-ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol. Sindrom ini mencakup pertumbuhan yang
terhambat selama dalam kandungan maupun setelah lahir, defek pada wajah, ukuran
kepala yang kecil, retardasi mental, dan gangguan perkembangan sosial.
3. Kafein: kafein yang biasanya terdapat pada kopi, teh, beberapa jenis soda, coklat, dan
beberapa obat, merupakan stimulan yang dapat melewati plasenta menuju janin.
Kemudian akan dapat meningkatkan denyut jantung janin, serta menurunkan aliran darah
yang melewati plasenta dan menurunkan absorpsi zat besi. Berdasarkan data beberapa
literatur, disebutkan bahwa meminum lebih dari 7 cangkir kopi dalam satu hari dapat
meningkatkan kejadian lahir prematur, bayi dengan berat lahir rendah, ataupun keguguran.
4. Kokain dan Methamphetamine: merupakan stimulan sistem saraf pusat yang kuat. Obat-
obatan golongan ini menyebabkan pembuluh darah ibu mengalami konstriksi, jantung
berdenyut lebih cepat, dan tekanan darah yang meningkat dari normal. Dengan demikian,
akan berpengaruh pula terhadap janin yang dikandung di mana dapat terjadi pertumbuhan
yang terhambat, resiko keguguran, lahir prematur, dan juga abruptio plasenta. Jika obat-
obatan ini dikonsumsi pada masa akhir kehamilan, bayi yang dilahirkan dapat mengalami
ketergantungan, dan menderita sindrom withdrawal, yakni sekumpulan gejala seperti
tremor (bergetar), spasme otot, dan kesulitan dalam menetek.
5. Heroin dan narkotika lainnya: penggunaan narkotika dapat meningkatkan kejadian lahir
prematur dengan disertai komplikasi seperti berat badan bayi lahir rendah, kesulitan
bernafas, dan perdarahan intrakranial. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami
ketergantungan terhadap narkotika akan menderita sindrom withdrawal, seperti: muntah
dan diare, serta kekakuan pada sendi. Dan pada wanita yang menggunakan narkotika
suntik secara bersama-sama, kemungkinan akan dapat terkena infeksi HIV dan memiliki
kemungkinan yang besar pula untuk ditularkan kepada bayinya selama masa kehamilan.
Sebenarnya, yang dapat menyebabkan kemandulan adalah parasit yang disebut Toxoplasma gondii.
Parasit ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut toxoplasmosis. Toxoplasma merupakan
penyakit yang menyerang hewan dan manusia, laki-laki maupun perempuan.Pada hewan,
toxoplasma ini dapat menyerang hewan-hewan berdarah panas, seperti: kucing, anjing, ayam,
burung, sapi, kuda, tikus, domba, babi, harimau, dan lain-lain.
Lalu, mengapa kucing saja yang selama ini dijadikan sebagai "kambing hitam"?
Hal ini dikarenakan di dalam tubuh kucing, toxoplasma dapat berkembang biak dengan dua cara,
yaitu seksual (mikro dan makro gamet) dan aseksual (membelah diri). Sementara itu, pada hewan
selain kucing, toxoplasma hanya dapat berkembang biak dengan cara aseksual. Pada manusia yang
terkena penyakit toxoplasmosis, mayoritas tidak mengalami gejala klinis yang dominan. Gejala bisa
timbul pada infeksi akut, yaitu berupa pembesaran kelenjar getah bening di sekitar leher atau
ketiak. Namun lama-kelamaan, toxoplasma dapat menyebabkan kemandulan. Pada pria,
kemandulan disebabkan karena toxoplasma dapat menginfeksi saluran sperma dan menyebabkan
peradangan. Peradangan pada saluran sperma ini dapat menyebabkan penyempitan atau
penutupan saluran sperma. Akibatnya, pria tersebut tidak dapat mengeluarkan sperma dan
membuahi sel telur.
Pada perempuan, efek yang ditimbulkan pun hampir sama. Infeksi toxoplasma dapat mengebabkan
peradangan dan penyempitan saluran telur. Akibatnya, ovarium tidak dapat sampai ke rahim dan
tidak dibuahi oleh sperma. Selain itu, toxoplasma dapat berpengaruh terhadap janin. Kista
toxoplasma dapat masuk hingga otak janin dan menyebabkan cacat serta berbagai gangguan saraf.
Selain itu, kepala janin dapat terisi oleh cairan sehingga kepalanya menjadi besar (hidrosefalus).
Bagaimana Cara Toxoplasma dapat Menular kepada Manusia?
Toxoplasma dalam tubuh kucing dapat menyebarkan ookista selama kira-kira 10 hari. Penyebaran
ini biasa terjadi pada kucing muda yang kekebalan tubuhnya kurang baik. Manusia atau hewan
berdarah panas lainnya dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma dan ‘menetas’
seta berkembang dalam tubuh hewan atau manusia.
Kista tersebut tinggal dalam otot manusia dan hewan, sehingga penularannya dapat juga terjadi
melalui makanan, yaitu apabila manusia atau hewan memakan daging mentah atau daging
setengah matang yang mengandung kista toxoplasma. Kista juga dapat hidup di tanah selama
waktu tertentu, sehingga dapat menular kepada manusia atau hewan lain melalui kontak dengan
kista tersebut.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa toxoplasma menular melalui kista yang masuk ke
dalam tubuh dengan dua cara, yaitu menelan atau kontak dengan kista. Pada kucing, kista dapat
keluar melaui feces atau kotoran kucing. Jadi tidak benar bahwa bulu kucing dapat menyebabkan
mandul. Pun demikian dengan liur kucing. Bulu dan liur kucing dapat menyebabkan kemandulan
hanya bila pada bulu dan liur tersebut terdapat kista toxoplasma. Jadi dalam hal ini, yang penting
untuk diperhatikan adalah jangan berkontak dengan feces kucing.
8. Apakah interpretasi pemfis dan lab pada pasien dan janinnya? Aff Wils
KEMUNGKINAN SI IBU PRE EKLAMPSIA, PENJELASANNYA DI BAWAH