You are on page 1of 9

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.

7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

PERENCANAAN BENDUNG UNTUK DAERAH IRIGASI SULU


Vicky Richard Mangore
E. M. Wuisan, L. Kawet, H. Tangkudung
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado
email: vicky_mangore@yahoo.com

ABSTRAK
Di desa Sulu Kecamataan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan terdapat daerah irigasi
yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian daerah. Dalam 3 tahun terakhir sebagian
besar dari daerah irigasi tidak lagi diolah oleh petani karena kebutuhan air untuk daerah
irigasi sudah tidak mencukupi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya bendung yang menjadi
sumber pengambilan air untuk daerah irigasi tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
merencanakan bendung baru untuk daerah irigasi Sulu.
Langkah awal dalam penelitian ini adalah analisis hidrologi untuk menentukan debit banjir
rencana. Hasil analisis debit banjir rencana selanjutnya digunakan untuk perencanaan
konstruksi bendung yang meliputi perencanaan dimensi, mercu, kolam olakan, lantai muka,
pintu pengambilan dan pintu pembilas. Setelah perencanaan konstruksi bendung, dilakukan
kontrol stabilitas bendung terhadap guling, geser, eksentrisitas dan daya dukung tanah.
Berdasarkan hasil analisis dan perencanaan bendung diperoleh dimensi bendung dengan
tinggi 2,5 m, lebar 64 m, tipe mercu bulat, kolam olakan tipe Vlugter dengan panjang 10 m,
panjang lantai muka bendung 25 m, 2 pintu pembilas dengan ukuran masing-masing pintu
(2,20m x 2,50m), dan 1 pintu pengambilan dengan ukuran (1,20m x 1,0m) yang terletak di
sebelah kiri bendung. Pintu pembilas dan pintu pengambilan konstruksinya menggunakan
pintu sorong dari kayu kelas II.

Kata kunci : Daerah Irigasi, Debit, Perencanaan Bendung

PENDAHULUAN terakhir ini sebagian besar dari daerah irigasi


tersebut tidak lagi diolah oleh petani
Bendung adalah suatu bangunan yang dikarenakan kebutuhan air untuk daerah
dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau irigasi sudah tidak mencukupi. Hal ini
beton, yang terletak melintang pada sebuah disebabkan oleh rusaknya bendung yang
sungai yang tentu saja bangunan ini dapat menjadi sumber pengambilan air untuk
digunakan pula untuk kepentingan lain selain daerah irigasi tersebut.
irigasi, seperti untuk keperluan air minum, Berdasarkan observasi yang dilakukan di
pembangkit listrik atau untuk pengendalian lapangan, kondisi bendung yang ada masih
banjir. Menurut macamnya bendung dibagi berupa bendung yang terbuat dari bronjong
dua, yaitu bendung tetap dan bendung yang dilengkapi dengan dua pintu penguras
sementara, bendung tetap adalah bangunan dan dua pintu pengambilan yang masih
yang sebagian besar konstruksi terdiri dari berfungsi namun sebagian besar dari tubuh
pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur bendung sudah mengalami kerusakkan/
ketinggian muka air sungai sedangkan kebocoran. Hal ini disebabkan karena
bendung tidak tetap adalah bangunan yang struktur bendung yang belum permanen dan
dipergunakan untuk menaikkan muka air di meningkatnya debit air di sungai.
sungai, sampai pada ketinggian yang Melihat permasalahan yang terjadi diatas
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran dan kaitannya dengan kebutuhan air untuk
irigasi dan petak tersier. irigasi yang sudah tidak mencukupi, maka
Di desa Sulu Kecamataan Tatapaan dalam penelitian ini penulis akan mengkaji
Kabupaten Minahasa Selatan terdapat daerah lebih lanjut lagi dengan judul penelitian
irigasi yang sangat berpengaruh terhadap ”Perencanaan Bendung Untuk Daerah Irigasi
perekonomian daerah. Namun, sudah 3 tahun Sulu”.

533
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

Perumusan Masalah Klasifikasi Bendung


Berdasarkan uraian latar belakang di atas 1. Bendung berdasarkan fungsinya dapat
dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk diklasifikasikan menjadi :
daerah irigasi Sulu sudah tidak tercukupi  Bendung penyadap
akibat dari rusaknya bendung yang ada,  Bendung pembagi banjir
sehingga pada penelitian ini akan  Bendung penahan pasang
direncanakan bendung baru untuk daerah 2. Berdasarkan tipe strukturnya bendung
irigasi Sulu. dibagi atas :
 Bendung tetap,
Batasan Masalah  Bendung gerak,
1. Lokasi studi adalah Daerah Aliran Sungai  Bendung kombinasi,
Nimanga.  Bendung kembang-kempis,
2. Data curah hujan yang digunakan diambil
 Bendung bottom intake.
dari stasiun hujan yang tersedia di DAS
3. Ditinjau dari segi sifatnya bendung dapat
Nimanga minimal 10 tahun pengamatan.
pula dibedakan :
3. Pada penelitian ini pembagian air ke area
 Bendung permanen.
irigasi melalui saluran irigasi tidak akan
dihitung.  Bendung semi permanen.
 Bendung darurat
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu Perencanaan Konstruksi Bendung
untuk mendapatkan dimensi dari bendung, Perencanaan Hidraulis Bendung
pintu pengambilan dan pintu penguras. Tinggi muka air banjir sebelum ada bendung
Perhitungan tinggi muka air banjir
Manfaat Penelitian sebelum ada bendung dilakukan dengan cara
1. Dapat memberikan alternatif bagi coba-coba (Trial and Error) sebagai berikut :
pemerintah tentang teknik perencanaan 1. Coba-coba beberapa nilai ketinggian
suatu bendung. elevasi muka air dari dasar sungai (hi).
2. Hasil kajian dapat dijadikan sebagai 2. Hitung luas penampang basah (A) dan
sarana pembanding dalam perencanaan keliling basahnya (P), untuk setiap nilai h
bendung untuk daerah irigasi Sulu pada langkah 1.
maupun di tempat lain. 3. Hitung jari-jari hidrolis penampang
dengan rumus :
R = (1)
LANDASAN TEORI 4. Hitung besarnya kecepatan aliran dengan
rumus :
Pengertian dan Fungsi Bendung - Chezy : V = c.√R.So (2)
Bendung adalah suatu bangunan air Nilai koefisien kecepatan (c) dihitung
dengan kelengkapan yang dibangun dengan rumus :
melintang sungai atau sudetan yang sengaja 87
- Bazin : c = (3)
dibuat untuk meninggikan taraf muka air 1
√R
atau untuk mendapatkan tinggi terjun, Dimana :
sehingga air dapat disadap dan dialirkan V = Kecepatan aliran (m/det)
secara gravitasi ke tempat yang membutuh- C = Koefisien kecepatan (fungsi dari
kannya. (Mawardi dan Memed, 2002) bentuk profil dan kekasarannya)
Bendung berfungsi antara lain untuk R = Jari-jari hidrolis (m)
meninggikan taraf muka air, agar air sungai So = Kemiringan sungai rata-rata (m)
dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan α = Koefisien kekasaran (untuk sungai,
untuk mengendalikan aliran, angkutan harga α dapat diambil antara 1,5 –
sedimen dan geometri sungai sehingga air 1,75)
dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, 5. Hitung debit (Qhitung) dengan rumus :
efisien dan optimal. (Mawardi dan Memed, Q = A.V (4)
2002)

534
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

Lebar Efektif Bendung sungai, ini akan banyak memberikan


Lebar efektif bendung adalah lebar keuntungan karena bangunan ini akan
bendung yang bekerja secara efektif untuk mengurangi tinggi muka air hulu selama
melewatkan debit di sungai. Lebar efektif banjir. (KP – 02, 2010)
bendung akan dipengaruhi oleh kemung-
kinan adanya pilar-pilar dan pintu pembilas.
Berikut adalah persamaan untuk
menentukan lebar efektif bendung :
Beff = B – Σ t – 0,2 Σ b (5)
Dimana :
Beff = Lebar efektif bendung (m)
B = Lebar total bendung (m)
Σ t = Jumlah tebal pilar bendung (m)
Σ b = Jumlah lebar pintu pembilas (m)
Gambar 1. Bentuk mercu bendung
Elevasi Mercu Bendung
Tekanan pada mercu adalah fungsi
Elevasi mercu bendung ditentukan
perbandingan antara H1 dan r (H1/r). Untuk
berdasarkan muka air rencana pada bangunan
bendung dengan dua jari-jari (R2) (lihat
sadap. Tinggi bendung yang dimaksud
gambar 1), jari-jari hilir akan digunakan
adalah jarak dari lantai muka bendung
untuk menentukan harga koefisien debit.
sampai pada puncak bendung. Untuk
Untuk menghindari bahaya kapitasi lokal,
menentukan elevasi mercu bendung ditinjau
tekanan pada mercu bendung harus dibatasi
dari beberapa macam faktor, antara lain
sampai -4 m tekanan air jika mercu terbuat
elevasi sawah tertinggi yang akan dialiri,
dari beton; untuk pasangan batu tekanan
tinggi air di sawah, kehilangan tekanan pada
subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai -1
pemasukkan ke saluruan-saluran, pada alat-
tekanan air. (KP – 02, 2010)
alat ukur, pada bangunan-bangunan lain yang
terdapat di saluran-saluran dan sebagainya.
(Mawardi dan Memed, 2002)

Tinggi muka air banjir sesudah ada bendung


Sampai saat ini belum ada ketentuan yang
pasti mengenai tinggi muka air maksimum di
atas mercu. Tapi dilihat dari segi keamanan
stabilitas bendung, ukuran pintu-pintu, tinggi
tanggul banjir dan sebagainya, maka Gambar 2. Bendung dengan mercu bulat
dianjurkan tidak melebihi 4,5 meter. Rumus
pengaliran yang digunakan untuk Rumus pengaliran diambil dari Bundschu
menghitung tinggi muka air di atas mercu sebagai berikut:
tergantung dari tipe mercu yang Q = m . b . d √g . d (6)
direncanakan. 2
d= 3 H (7)
Perencanaan mercu bendung H= h + k (8)
Di Indonesia pada umumnya digunakan Harga-harga k dan m dihitung dengan
dua tipe mercu untuk bendung pelimpah: tipe rumus Verwoerd :
ogee dan tipe bulat (lihat Gambar 1). Kedua 4 1 2
K= . m2 . h3 ( ) (9)
bentuk mercu tersebut dapat dipakai untuk 27 h p
konstruksi beton maupun pasangan batu atau h 2
m = 1,49 - 0,018 (5 - ) (10)
kombinasi dari keduanya. (KP – 02, 2010) r
dimana :
Mercu Bulat Q = Debit yang lewat di atas mercu (m3/det)
Bendung dengan mercu bulat (lihat b = Lebar efektif bendung (m)
Gambar 1) memiliki harga koefisien debit h = Tinggi air di atas mercu (m)
lebih tinggi (44%) dibandingkan dengan g = Percepatan gravitasi (m/det2)
koefisien bendung ambang lebar. Pada m = Koefisien pengaliran

535
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

p = Tinggi bendung (m) Lantai Muka Bendung


r = Jari-jari bulatan mercu (m) Lantai muka bendung adalah lantai yang
Untuk menentukan harga r, dipakai cara berfungsi untuk mengurangi tekanan air ke
Kregten (sebagai pendekatan) yaitu : dengan atas pada bidang kontak antara pondasi
mengambil harga m = 1,34 dan harga yang bangunan dan dasar pondasi. Dalam
baik untuk H/r = 3,80. Setelah didapat harga d menentukan panjang lantai muka, ada
maka harga H didapat dan r didapat pula. beberapa metode empiris yang sering
Harga r sebaiknya dibulatkan keatas sampai digunakan yaitu :
mendapatkan ukuran yang sesuai. 1. Metode Bligh
Dalam menentukan panjang lantai muka
Kolam olakan Vlugter dengan metode Bligh menggunakan
Kolam olakan ini khusus dikembangkan persamaan sebagai berikut :
untuk bangunan terjun di saluran irigasi. LV + LH ≥ Cr. ΔH (13)
Batas-batas yang diberikan yaitu untuk z/hc dengan :
0,5; 2,0 dan 15,0 dihubungkan dengan Lv = Panjang vertikal bidang kontak (m)
bilangan Froude 1,0; 2,8 dan 12,8. Bilangan- LH = Panjang horisontal bidang kontak (m)
bilangan Froude itu diambil pada kadalaman Cr = Creep ratio
z di bawah tinggi energi hulu, bukan pada ΔH = Beda tekanan (m)
lantai kolam seperti kolam loncat air.
Gambar 3. memberikan data-data yang 2. Metode Lane
diperlukan untuk perencanaan kolam olakan Dalam menentukan panjang lantai muka
Vlugter. Kolam Vlugter bisa dipakai sampai dengan metode Lane menggunakan
beda tinggi energi z tidak lebih dari 4,5 meter persamaan sebagai berikut :
atau dalam lantai ruang olak sampai mercu LT= LV + 1/3.LH (14)
(D) tidak lebih dari 8 meter serta dengan :
pertimbangan kondisi porositas tanah lokasi LT = Panjang total (m)
bendung dalam rangka pekerjaan Lv = Panjang vertikal bidang kontak (m)
pengeringan. (KP – 04, 2010) LH = Panjang horisontal bidang kontak (m)

Perencanaan pintu pengambilan


Pada perencanaan bendung ini direncana-
kan intake kiri dengan pintu berlubang satu,
lebar satu pintu tidak lebih dari 2,5 meter dan
diletakkan di bagian hulu. Pengaliran melalui
bawah pintu intake, sedangkan besarnya
debit dapat diatur melalui tinggi bukaan
pintu. Kapasitas pengambilan harus
Gambar 3. Kolam Olakan menurut Vlugter sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan
pengambilan (dimention requirement), guna
Tinjauan Gerusan di Hilir Bendung menambah fleksibilitas dan agar dapat
Perhitungan ini bertujuan untuk meng- memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
hitung berapa dalamnya gerusan yang dapat selama umur proyek, sehingga rumus
terjadi pada ujung kolam olakan. Penentuan pengaliran yang digunakan adalah sebagai
dalamnya gerusan ini didasarkan pada berikut :
rumus-rumus yang menggambarkan besarnya
Qn = µ.b.h√ (15)
(dalamnya) penggerusan di hilir bendung
Dimana :
akibat adanya aliran. Untuk menghitung
Qn = Debit rencana (m3/det)
kedalaman gerusan digunakan rumus-rumus
µ = Koefisien pengaliran
sebagai berikut :
h = Tinggi pintu intake (m)
- Kennedy : m = 1,11 . q0,61 (11)
b = Lebar pintu intake (m)
- Lacey : m = 0,90 . q2/3 (12)
g = Gaya gravitasi = 9,81 m/det2
dimana :
z = Kehilangan tinggi energi pada
m = dalamnya pengerusan (ft)
bukaan antara 0,15 - 0,3 m
q = debit aliran per satuan lebar (ft3/det)

536
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

Perencanaan pintu pembilas Studi literatur dilakukan untuk mendapat


Lantai pembilas merupakan kantong pengetahuan dan landasan teori serta metode-
tempat mengendapnya bahan-bahan kasar di metode yang akan digunakan dalam
depan pembilas. Sedimen yang terkumpul penulisan skripsi.
dapat dibilas dengan jalan membuka pintu 2. Pengumpulan Data
pembilas secara berkala guna menciptakan Pengumpulan data-data yang diperlukan
aliran terkonsentrasi tepat di depan dalam penelitian ini, yaitu pengumpulan data
pengambilan. Penurunan kecepatan aliran primer yang diambil dari tempat penelitian
akan mengakibatkan menurunnya kapasitas dan pengumpulan data sekunder yang
angkutan sedimen, oleh karena itu kecepatan diambil dari instansi terkait. Adapun data-
aliran tidak boleh berkurang. Untuk data yang diperlukan adalah :
menambah kecepatan aliran maka dibuat - Data primer yang didapat langsung dari
kemiringan saluran yang memungkinkan lapangan yaitu lebar sungai, kedalaman
untuk kemudahan dalam transport sedimen. sungai, dan elevasi dasar sungai
Rumus pengaliran yang dipakai untuk pintu - Data curah hujan harian maksimum
pembilas sama dengan pengaliran pada pintu selama 10 tahun yang diperoleh dari
pengambilan sebagai berikut : BMKG Kayuwatu dan BWS Sulawesi I.
Qn = µ.b.h√ (16) - Peta DAS yang diambil dari BP DAS
Dimana : Tondano untuk mendapatkan luas daerah
Qn = Debit rencana (m3/det) aliran sungai (DAS)
µ = Koefisien pengaliran - Peta Topografi yang diambil dari BP
h = Tinggi pintu intake (m) DAS Tondano untuk mendapatkan data
b = Lebar pintu intake (m) elevasi lokasi bendung
g = Gaya gravitasi = 9,81 m/det2
z = Kehilangan tinggi energi pada Mulai
bukaan antara 0,15 - 0,3 m
Studi Literatur

METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan data
Lokasi Penelitian
Daerah irigasi Sulu terletak di Desa Sulu,
Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Data Primer : Data Sekunder :
Selatan. Desa Sulu berjarak sekitar 10 km -Lebar Sungai -Data Curah Hujan
dari ibukota kabupaten Minahasa Selatan. -Kedalaman Sungai -Peta DAS
-Elevasi dasar sungai -Peta Topografi
Secara geografis daerah irigasi Sulu terletak
pada 01o27,6’ – 01o28,5’ LU dan 124o59’–
124o61’ BT dan memiliki luas sebesar 540
ha. Daerah irigasi Sulu terbentang di
sepanjang desa Sulu sampai di desa Paslaten, Analisis Curah Hujan Rencana
dimana sumber air untuk areal irigasi
memanfaatkan air dari sungai Nimanga, yang
Analisis Debit Rencana
mempunyai luas daerah aliran sebesar 263,25
km2.
Perencanaan Bendung
Metode Penelitian
Tidak
Metode yang digunakan dalam penelitian Ok
ini adalah metode survey, dimana peneliti Stabilitas Bendung
melakukan observasi dan survey di lokasi Ok
penelitian yaitu di daerah irigasi yang sudah
kering dan juga di lokasi bendung. Kesimpulan dan saran
Langkah-langkah dalam proses penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Studi Literatur Selesai
Gambar 4. Bagan Alir Penelitian

537
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

ANALISIS DATA ketiga metode yang dipilih, debit banjir yang


akan digunakan adalah debit banjir dengan
Untuk mendapatkan debit banjir rencana periode ulang 100 tahun (Q100) yang terbesar
pada setiap periode ulang tertentu, yang yaitu debit dari metode Melchior sebesar Q =
nantinya akan dipakai dalam perencanaan 513 m3/det.
bendung maka dilakukan analisis hidrologi.
Langkah awal dalam analisis hidrologi Perencanaan hidraulis bendung
adalah analisis curah hujan rata-rata DAS.  Kemiringan dasar sungai rata-rata sejauh
Analisis curah hujan rata-rata diambil dari 2 km dari lokasi bendung.
empat pos hujan yang berada disekitar DAS Dari peta diperoleh :
Nimanga, yaitu pos Noongan, Pinaling, 1. Elv. dasar sungai dilokasi bendung = 19 m
Tambala dan Tumatantang. 2. Elv. sungai sejauh 2 km ke hulu bendung =
Setelah itu data curah hujan tersebut 28 m
dianalisis menggunakan metode Poligon 3. Panjang sungai yang ditinjau (L) = 2000 m
Thiessen untuk mendapatkan curah hujan 4. Panjang sungai teoritis = 0,9L = 1800 m
rata-rata dari DAS. Dari data curah hujan
rata-rata kemudian dilakukan perhitungan Kemiringan sungai rata-rata (So) :
nilai-nilai parameter statistik untuk ΔH 28 – 19
So = 0,9L
= 0,9 2000
= 0,0050
menentukan pola sebaran yang sesuai dengan
pola sebaran curah hujan rata-rata DAS.
Berdasarkan hasil perhitungan parameter  Tinggi muka air banjir sebelum ada
statistik diperoleh bahwa parameter statistik bendung
dari data tidak ada yang sesuai untuk Perhitungan tinggi muka air banjir
distribusi normal, Log normal dan Gumbel, sebelum ada bendung dilakukan dengan cara
sehingga kemungkinan data yang ada coba-coba (Trial and Error) dapat dilihat
mengikuti distribusi Log Pearson III. Namun pada Tabel 1. Dari tabel perhitungan tersebut
mengingat perbedaan antara parameter diperoleh tinggi air banjir sebelum ada
statistik hasil hitungan dan nilai persyaratan bendung (h) = 2,01 m; menghasilkan debit
tidak begitu besar, maka lebih meyakinkan banjir sebesar Q = 512,71 m3/det ≈ Qdesain =
dilakukan penggambaran pada kertas 513 m3/det.
probabilitas dan diuji keselarasan distribusi v2 3,86432
k= 2.g
= 2 9,81
= 0,76 m
menggunakan uji Smirnov-Kolmogorov.
Dari hasil uji keselarasan distribusi
diperoleh bahwa metode Log Pearson III  Lebar Efektif Bendung
memberikan nilai max (selisih peluang - Lebar bendung (B) di sungai ditetapkan 64
terbesar antara distribusi data dan meter sama dengan lebar dasar sungai.
- Lebar pintu pembilas diambil 1/10 x lebar
teoritisnya) paling kecil yaitu 0,091.
bendung yaitu :
Sehingga curah hujan rencana untuk periode B 64
ulang 2, 5, 10, 25, 50, 100 tahun b = 10 = 10 = 6,4 m
menggunakan hasil analisis curah hujan Sementara lebar minimum pintu pembilas, b
rencana dari distribusi Log Person III. = 2 m.
Analisis debit banjir rencana
menggunakan 3 metode yaitu metode Der
Weduwen, Melchior dan Haspers. Dari
Tabel 1. Analisis tinggi muka air banjir sebelum ada bendung

hi A P R V Q
So c
(m) (m2) (m) (m) (m/det) 3
(m /det)
1 65 67,61 0,961 33,0578 2,29205 148,98
1,75 115,063 70,31 1,637 38,6543 3,49657 402,32
0,0050
1,90 125,210 70,85 1,767 39,4814 3,71129 464,69
2,01 132,680 71,25 1,862 40,0466 3,86429 512,71

538
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

Berdasarkan kedua harga b tersebut, maka Analisis tinggi air banjir di atas mercu
direncanakan 2 buah pintu pembilas dengan mengunakan persamaan-persamaan sebagai
lebar masing-masing pintu, b = 2,2 m berikut :
Tebal minimum pilar (t) = 1 meter. 4 1 2
Verwoerd : k = 27
. m2 . h3 (h p
)
Direncanakan menggunakan 2 buah pilar
dengan tebal masing-masing pilar, t = 1,3 m h 2
m = 1,49 - 0,018 (5 - r )
Sehingga lebar efektif bendung :
Beff = 64 – (2 x 2,2) – (2 x 1,3) = 57 m Berdasarkan rumus-rumus di atas dengan
tinggi mercu P = 2,5 meter, dan jari-jari
 Penetapan elevasi mercu dan tinggi mercu bulatan mercu r = 2 meter, dihitung besarnya
bendung nilai Q untuk berbagai harga h sehingga
Penetapan elevasi mercu bendung mendapatkan nilai Qhitung ≈ Qdesain seperti
ditentukan oleh beberapa faktor. Berdasarkan pada Tabel 2. Dari tabel analisis tersebut
faktor-faktor tersebut diperoleh elevasi diperoleh tinggi muka air banjir sesudah ada
puncak mercu bendung = + 21,50 m, bendung (h) = 2,64 m ; menghasilkan debit
sedangkan elevasi dasar sungai di lokasi banjir sebesar Q = 515,897 m3/det ≈ Qdesain
bendung = + 19,00 m. Jadi tinggi mercu : = 513 m3/det.
P = (+21,50) – (+19,00) = 2,50 meter.
 Kolam olakan
 Tinggi muka air banjir sesudah ada Kolam olakan yang direncanakan adalah
bendung kolam olakan tipe Vlugter
Rumus pengaliran yang digunakan untuk Z = (+ 24,27) – (+ 21,52) = 2,75 m
menghitung tinggi muka air di atas mercu H = h + k= 2,64 + 0,136
tergantung dari tipe mercu yang akan Z/H = 2,75 / 2,776 = 0,993
1
direncanakan. Tipe mercu yang akan /3 < Z/H < 4/3
1
direncanakan adalah mercu bulat. Dimana /3 < 0,995 < 4/3
aliran dianggap sempurna dengan rumus D = R = 0,6 H + 1,4 Z
pengaliran menggunakan Persamaan (6)
= 0,6 . 2,776 + 1,4 . 2,75 = 5,520 m
sebagai berikut :
Q = 1,34 . 57 . d √9,81 . d a = 0,20H√H/ = 0,20 . 2,776 √2,776 / 2,75
513
2/3 = 0,556 m
d =( ) = 1,66 m Ditetapkan : D = R = 6,0 m
1,34 . 57 . √9,81
2 3 3 a = 1,0 m
d = 3 H H= 2 d = 2
x 1,67 =
2,49 m
 Dalam penggerusan (Cut Off)
H H 2,51
= 3,80 r= = = Analisis ini dimaksudkan untuk menentu-
r 3,80 3,80
kan berapa dalam penggerusan yang dapat
0,66 m
terjadi pada ujung ruang olakan. Analisis
r= H = 2,49 m dalamnya pengerusan menggunakan
Dari kedua harga r di atas ditetapkan : jari- persamaan (11) dan (12) sebagai berikut :
Q 0,61
jari bulatan mercu, r = 2 meter - Kennedy : m = 1,11 (B d )
eff

.
Tabel 2. Analisis tinggi muka air banjir sesudah ada bendung

H K H=h+k d Q
m 3
(m) (m) (m) (m) (m /det)
1 0,842 0,009 1,009 0,672 82,879
2 1,040 0,063 2,063 1,376 299,537
2,5 1,126 0,117 2,617 1,745 463,123
2,64 1,148 0,136 2,776 1,851 515,897

539
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

0,61 Σ Lc = 15,26 + 16,33 + (3,04 + 3 + 3 x 5,5 +


513 3,3 3
= 1,11 ( 57 3,3
) 6 x 0,6 + 4 x 0,5 + 1,12 + 1,5)
= 18,18 ft ≈ 5,51 m = 62,35 m > creep line min
Q 2/3 = 54,00 m....OK
- Lacey : m = 0,90 (B d )
eff

2/3 Pintu pengambilan


513 3,3 3 Dari rencana jaringan irigasi, keseluruhan
= 0,90 ( 57 3,3
)
areal sawah terletak di sebelah kiri bendung
= 19,11 ft ≈ 5,79 m dengan luas areal sawah yang akan dialiri
540 ha, dengan kebutuhan air normal a =
Dari analisis di atas diperoleh dalamnya 2,50 l/det/ha.
penggerusan = 5,79 m, dihitung dari taraf Debit yang diperlukan untuk mengairi
muka air hilir = + 20,76 m. Jadi ujung sawah dihitung dengan rumus :
pondasi ruang olakan minimal harus berada Q =c.a.A
pada elevasi = {(+20,76 – 5,79)} = 14,97 m. = 0,85 . 2,50 . 540
= 1,15 m3/det
 Panjang lantai muka bendung Kapasitas debit yang diperlukan harus
1. Teori Bligh 120% dari debit pengaliran yaitu :
Total panjang vertikal, Σ Lv = 15,26 m Qn = 1,2 Q
Total panjang horizontal, Σ Lh = 16,33 m = 1,2 x 1,15
Beda tinggi tekanan, ΔH = 21,50–15,50 = = 1,38 m3/det
6,00 m  Analisis dimensi pintu pengambilan
Panjang creep line, Lc = C . ΔH = 9.6,0 = Untuk menghitung dimensi pintu
54 m pengambilan digunakan persamaan (15) :
Panjang lantai muka, Lm = Lc - Σ Lv -
Qn = µ.b.h√
Σ Lh
= 54 – 15,26 – 16,33 Berhubung debit yang dibutuhkan relatif
= 22,41 m kecil, maka pintu pengambilan direncanakan
2. Lane 1 buah. Kehilangan tekanan diperhitungkan z
Panjang creep line, = 0,20 dan lebar pintu diambil b = 1,20 m
Lc = C . ΔH = 3,0 . 6,0 = 18,00 m dengan koefisien pengaliran µ = 0,80.
Panjang lantai muka, Sehingga tinggi pintu pengambilan :
Qn 1,38
Lm = Lc - Σ Lv - 1/3. Σ LH h=
.b√2.g.z
=
0,8 . 1,2 √2 . 9,81 . 0,20
= 0,726 m
= 18,00 – 15,26 – 1/3.16,33
diambil tinggi pintu intake, h = 1,0 m
= -2,70 m
Kecepatan aliran di pintu pengambilan :
(tidak dibutuhkan lantai muka) Q 1,38
V= = 1,20 1,0 = 1,15 m/det
Jadi panjang lantai muka (Lm) minimum
adalah 22,41 m (dari perhitungan cara Pintu pembilas
Bligh). Sehingga direncanakan panjang lantai Ukuran pintu pembilas direncanakan
muka bendung, Lm = 25 m. seperti pada Gambar 6.
Total creep line menjadi :

Gambar 5. Konstruksi Bendung

540
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.7, Juni 2013 (533-541) ISSN: 2337-6732

1. Bendung direncanakan dengan dimensi


sebagai berikut : lebar bendung 64 m,
tinggi bendung 2,5 m, tipe mercu bulat
dengan jari-jari bulatan mercu 2 m, kolam
olakan tipe Vlugter dengan panjang 10 m
dan panjang lantai muka bendung 25 m.
2. Bendung ini menggunakan 2 buah pintu
pembilas dengan dimensi dari masing-
masing pintu (2,2m x 2,5m) dan 1 buah
pintu pengambilan dengan dimensi pintu
Gambar 6. Ukuran pintu pembilas (1,2m x 1,0m), yang terletak di sebelah
kiri bendung.
Tinggi pintu diambil sama dengan tinggi 3. Pintu pengambilan dan pintu penguras
bendung = 2,5 m konstruksinya menggunakan pintu sorong
Lebar pintu pembilas (L) = 2,20 m dari kayu kelas II.
Dalam coakan/takikan = 0,20 m
Lebar teoritis pintu pembilas Saran
= 2,2 + 2 (1/2 x 0,20) = 2,40 m 1. Pemeriksaan secara berkala perlu
Ukuran balok kayu 25x20 cm. dilakukan agar kerusakan-kerusakan yang
terjadi pada bendung dapat ditangani
dengan cepat dan tepat.
PENUTUP 2. Untuk memenuhi kebutuhan air areal
irigasi di tahun-tahun yang akan datang,
Kesimpulan maka perlu dibuat peraturan mengenai
Berdasarkan analisis dan perencanaan pengoperasian pintu pengambilan dan
bendung untuk daerah irigasi Sulu diperoleh pintu penguras agar dapat mencegah
hasil sebagai berikut : kerusakan yang terjadi pada pintu.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Standar Perencanaan Irigasi -


Kriteria Perencanaan 02. Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Standar Perencanaan Irigasi -


Kriteria Perencanaan 04. Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Mawardi E., dan Moch. Memed,. 2002. Desain Hidraulik Bendung Tetap. Alfabeta. Bandung.

541

You might also like