You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

Ca PARU

A. PENGERTIAN
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).

B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1. Merokok
2. Iradiasi (bahan radioaktif dalam bentuk radon).
3. Polusi lingkungan kerja (karbonil nikel, arsenic, asbestos dan kromat).
4. Polusi udara
5. Diet (konsumsi rendah betakaroten, seleniumdan vitamin A).
6. Faktor lain : Genetik, PPOM, TB Paru

C. FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko :

 Laki-laki,
 Usia lebih dari 40 tahun
 Perokok
 Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi
 Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
 Perempuan perokok pasif
 Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita
kanker paru (masih dalam penelitian).
 Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1981) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Jenis kanker paru paling umum. Hal ini berkembang dalam sel yang menggarisi saluran
udara. Jenis kanker ini seringkali disebabkan karena rokok. Kanker ini berasal dari permukaan
epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.

b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).


Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor ini timbul dari sel
– sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus. Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti
hiperkromatik pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat. Metastasis dini
ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ
– organ distal.

c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).


Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus.
Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan
dengan jaringan parut local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis bermetastasis
yang jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

d. Karsinoma sel besar.


Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung untuk timbul pada
jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat –
tempat yang jauh. Bentuk sel kanker ini dibawah mikroskop sesuai namanya: sel sel bundar
besar. Sering disebut juga undifferentiated carcinoma.
Karsinoma bronkogenik dapat dibagi menjadi dua jenis utama untuk memudahkan terapi,
yaitu :
a. Small Cell Lung Carcinoma (SCLC)
b. Non-Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC) :
-Karsinoma skuamosa
-Adenokarsinoma
-Karsinoma sel besar

E. STADIUM
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee
on Cancer.
Gambarn TNM Definisi
Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer

Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi


bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada radiogram
atau bronkoskopi

TiS Karsinoma in situ

T1 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru –


paru atau pleura viseralis yang normal.

T2 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap


ukuran dimana sudah menyerang pleura viseralis
atau mengakibatkan atelektasis yang meluas ke
hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.
T3 Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan
langsung pada dinding dada, diafragma, pleura
mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2 cm dari
karina tetapi tidak melibat karina.

T4 Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang


mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh
darah besar, trakea, esofagus, koepua vertebra, atau
karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.

Kelenjar limfe regional (N)


N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe
regional.

N1 Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar –


kelenjar hilus ipsilateral.

N2 Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar


limfe subkarina.

N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar


limfe hilus kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.
Metastasis jauh (M)
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu
(seperti otak).
Kelompok stadium
Karsinoma tersembunyi TxN0M0 Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak
dapat dibuktikan adanya tumor primer atau
metastasis.

Stadium 0 TISN0M0 Karsinoma in situ.

Stadium I T1N0M0/ T2N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya


bukti metastasis pada kelenjar limfe regional atau
tempat yang jauh.

Stadium II T1N1M0 / T2N1M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat


bukti adanya metastasis pada kelenjar limfe
peribronkial atau hilus ipsilateral.

Stadium IIIa T3N0M0/ T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa
bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial
atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.

Stadium IIIb Setiap T N3M0/ T4 Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe
setiap NM0 hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada
kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau
setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan
atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak
ada metastasis jauh.

Stadium IV Setiap T, setiap Setiap tumor dengan metastsis jauh.


N,M1
F. PATOFISIOLOGI
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal.
Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti
kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

G. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala Intrapulmoner
Merupakan gejala local yang disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi karena ada gangguan
pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga memudahkan terjadi radang berulang. Keluhan
batuk lebih dari 2 minggu merupakan suatu gejala yang patut mendapat perhatian dan
menggugah kewaspadaan, terutama pada golongan populasi yang mempunyai factor resiko untuk
mendapatkan kanker paru, yaitu :
a. Pria.
b. Berumur di atas 40 tahun.
c. Merokok/Perokok berat.
d. Bekerja di industri yang berkaitan dengan bahan karsinogen.
Keluhan batuk terdapat pada 70-90% kasus. Batuk darah sebagai ulserasi terjadi 6-51% kasus. Di
samping batuk, keluhan lain adalah nyeri dada yang bersifat : “kemeng” atau nyeri tumpul (dull)
sering unilateral, tidak terbatas jelas. Tentang patogenesa nyeri dada ini belum diketahui dengan
pasti dan nyeri tipe ini terdapat pada 42-67% kasus.
2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmonal
Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak struktur-struktur di dalam
mediastinum dengan akibat antara lain :
a. n. phrenicus : parase/paralise diafragma.
b. n. reccurens : parase/paralise korda vokalis.
c. Saraf simpatik : Sindroma Horner : enoftalmus, miosis, ptosis, dan anhidrosis .
d. Esofagus : disfagia
e. Vena cava superior : sindrom vena cava superior yang terjadi karena bendungan pada
vena cava superior dan disertai pembengkakan muka dan lengan.
f. Trakea/bronkus : sesak, oleh karena atelektasis total.
g. Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi pericardial.

3. Gejala Ekstratorasik Non Metastasik


Dapat dibagi atas :
a. Manifestasi neuromuskuler.
Mempunyai insiden sebesar 4-15%, biasanya berupa “Neuropatia karsinomatosa”
terutama didapatkan pada kasus lanjut. Bersifat progresif serta paling sering ditemukan pada
karsinoma sel kecil. Sindrom neuropatia karsinomatosa terdiri dari miopatia, neuropatia perifer,
degenarasi serebeler subakut, ensefalomiopatia, dan mielopati nekrotik.

b. Manifestasi endokrin metabolic.


Tumor pembentuk hormone dapat terjadi pada setiap organ yang mengandung sel
primitive neural crest, berhubung sel-sel ini mampu mengkonsentrasikan dan mendekarboksilasi
prekusor dari amine biogenic, maka sel ini lebih dikenal sebagai sel APUD (Amine Precussor
Uptake and Decarboxylation Cell). Manifestasi endokrin terjadi pada 5-12,1% kasus, namun
khusus insiden karsinoma sel kecil adalah 21%.
Manifestasi endokrin dapat berupa :
-Sindroma Cushing
-Sindroma karsinoid
-Hiperparatiroid dan hiperkalsemia
-SIADH dengan hiponatremia
-Sekresi insulin dengan hipoglikemia
-Sekresi gonadotropin berlebih dengan ginekomastia
-Sekresi melanocyte stimulating hormone dengan hiperpigmentasi kulit.

c. Manifestasi jaringan ikat dan tulang.


Manifestasi yang paling terkenal adalah hypertropic pulmonary osteoarthropathy,
terutama didapatkan pada karsinoma epidermoid dan dikatakan belum pernah ditemukan pada
karsinoma sel kecil. Keadaan ini dihubungkan dengan peningkatan kadar Human Growth
Hormon yang imunoreaktif dalam plasma. Secara radiologic didapatkan pembentukan tulang
baru sub-periosteal, terutama tulang-tulang ekstremitas bagian distal, yaitu jari-jari (jari tabuh).
Gejala akan hilang pada reseksi tumor dan vagotomi. Manifestasi tulang dan jaringan ikat yang
lebih jarang antara lain adalah acanthosis negricans dan scleroderma.

d. Manifestasi vaskuler dan hematologic.


Tidak sering didapatkan, sering dalam bentuk migratory thrombopheblitis, purpura, dan
anemia.

4. Gejala Ekstratorasik Metastasik.


Karsinoma bronkogenik adalah satu-satunya tumor yang mampu berhubungan langsung
dengan sirkulasi arterial, sehingga kanker tersebut dapat menyebar hampir ke semua organ,
terutama otak, hati, dan tulang.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanke
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

I. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)

Penatalaksanaan pada kanker paru dapat dilakukan dengan :


1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.

a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma,
untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir.
Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.

2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi
radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut.
a) klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.
b) klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami
pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
c) klien kanker bronkus dengan oat cell.
d) klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.

Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan
dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
*Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
*Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada
SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi
dari obat-obat berikut.
Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine.
Etoposide dan Cisplatin
Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.

4. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa
diberikan.

5. Terapi Laser

6. Torakosentesis dan Pleurodesis


* Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.
* Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura visceralis dan parietalis serta obstruksi kelenjar
limfe mediastinal.
* Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi cairan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN KANKER PARU

A. PENGKAJIAN
ANALISA DATA
Dasar Pengkajian Data Pasien Preoperasi
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
Pasien mengatakan sesak dan Pasien tampak gelisah, Gangguan Pertukaran
susah bernapas. hipoksia, dispnea, Gas
sianosis, hasil AGD terjadi
penurunan SaCO2,
peningkatan pCO2 . TTV :
RR : 36 x menit.
Pasien mengatakan batuk dan Pasien tampak dispnea, Ketidakefektifan
tidak bisa mengeluarkan dahak bunyi napas ronkhi, Bersihan Jalan Napas
terdapat penggunaan otot
bantu napas, dan batuk
tidak efektif.
Pasien mengatakan tidak bisa Pasien tampak ketakutan Kecemasan/Ansietas
tidur, cemas akan kematian dan dan berekspresi syok.
menyangkal hasil diagnosa.
Pasien mengatakan tidak mengerti Pasien tampak tidak bisa Kurang Pengetahuan
dengan program pengobatan yang mengikuti instruksi yang (Kebutuhan Belajar)
akan dijalani dan prognosis diberikan. Mengenai Kondisi,
penyakitnya. Tindakan, dan
Prognosis.
Dasar Pengkajian Data Pasien Pascaoperasi
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
Pasien mengatakan sesak dan Pasien tampak gelisah, Gangguan Pertukaran
susah bernapas. hipoksia, dispnea, Gas
sianosis, hasil AGD terjadi
penurunan SaCO2,
peningkatan pCO2 . TTV :
RR : 36 x menit.
Pasien mengatakan batuk dan Pasien tampak dispnea, Ketidakefektifan
tidak bisa mengeluarkan dahak bunyi napas wheezing, Bersihan Jalan Napas
batuk tidak efektif.
Pasien mengatakan tidak nyaman Pasien tampak meringis Gangguan Rasa
dan nyeri di dada dan tidak bisa dan tidak ingin Nyaman Nyeri (Akut)
tidur. berinteraksi.

Pasien mengatakan tidak bisa Pasien tampak ketakutan Kecemasan/Ansietas


tidur, cemas akan kematian dan dan berekspresi syok.
menyangkal hasil diagnosa.
Pasien mengatakan tidak mengerti Pasien tampak tidak bisa Kurang Pengetahuan
dengan program pengobatan yang mengikuti instruksi yang (Kebutuhan Belajar)
akan dijalani dan prognosis diberikan. Mengenai Kondisi,
penyakitnya. Tindakan, dan
Prognosis.

B. DIAGNOSA
a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi.
2). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kehilangan fungsi silia jalan nafas,
peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru, dan meningkatnya tahanan jalan nafas
3). Kecemasan/Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk/ perubahan status
kesehatan, takut mati, dan faktor psikologis.
4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang
informasi, kesalahan interpretasi informasi, dan kurang mengingat.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).


1). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan pengangkatan jaringan paru, gangguan suplai
oksigen, dan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah (kehilangan darah).
2). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan jumlah/ viskositas
secret, keterbatasan gerakan dada/ nyeri, kelemahan/ kelelahan.
3). Gangguan rasa nyaman nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, trauma jaringan, dan
gangguan saraf internal, adanya selang dada, dan invasi kanker ke pleura, dinding dada.
4). Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman/ perubahan status kesehatan, dan
adanya ancaman kematian.
5). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang atau
tidak mengenal informasi/ sumber, salah interperatasi informasi, dan kurang mengingat.

c. Diagnosa Tambahan
1) Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi trankeobronkial oleh secret,
perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, dan proses inflamasi.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan intake yang tidak kuat, peningkatan metabolism, dan proses keganasan.
3) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.

C. PERENCANAAN
Prioritas Keperawatan (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan
2. Mengontrol/menghilangkan nyeri
3. Mendukung upaya mengatasi diagnosa/situasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).
No Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Rasional
dx Kep. Kriteria hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1) Kaji status a) Dispnea merupakan
pertukaran gas intervensi 2 x 24 pernafasan dengan mekanisme
berhubungan jam diharapkan sering, catat kompensasi adanya
dengan pertukaran gas peningkatan tahanan jalan nafas.
hipoventilasi. kembali adekuat frekuensi atau
dengan kriteria upaya pernafasan
hasil : atau perubahan
1. Menunjukkan pola nafas.
perbaikan ventilasi
dan oksigenasi 2) Catat ada atau b) Bunyi nafas dapat
adekuat dengan tidak adanya bunyi menurun, tidak sama
GDA dalam tambahan dan atau tak ada pada area
rentang normal dan adanya bunyi yang sakit.Krekels
bebas gejala tambahan, adalah bukti
distress pernafasan. misalnya krekels, peningkatan cairan
mengi. dalam area jaringan
2. Berpartisipasi sebagai akibat
dalam program peningkatan
pengobatan, dalam permeabilitas
kemampuan/ membrane alveolar-
situasi. kapiler. Mengi adalah
bukti adanya tahanan
atau penyempitan
jalan nafas
sehubungan dengan
mukus/ edema serta
tumor.

3) Kaji adanya c) Penurunan


sianosis. oksigenasi bermakna
terjadi sebelum
sianosis. Sianosis
sentral dari “organ”
hangat contoh, lidah,
bibir dan daun telinga
adalah paling
indikatif.
4) Kolaborasi
pemberian oksigen d) Memaksimalkan
lembab sesuai sediaan oksigen untuk
indikasi. pertukaran.
5) Awasi atau
gambarkan seri e) Menunjukkan
GDA. ventilasi atau
oksigenasi. Digunakan
sebagai dasar evaluasi
keefektifan terapi atau
indikator kebutuhan
perubahan terapi.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1) Catat perubahan a) Penggunaan otot
bersihan jalan nafas intervensi 3 x 24 upaya dan pola interkostal/ abdominal
berhubungan jam diharapkan bernafas. dan pelebaran nasal
dengan kehilangan bersihan jalan menunjukkan
fungsi silia jalan napas kembali peningkatan upaya
nafas, peningkatan efektif dengan bernafas.
jumlah/ viskositas kriteria hasil :
sekret paru, dan 1. Menyatakan/ 2) Observasi b) Ekspansi dad
meningkatnya menunjukkan penurunan ekspensi terbatas atau tidak
tahanan jalan nafas. hilangnya dispnea. dinding dada dan sama sehubungan
adanya. dengan akumulasi
cairan, edema, dan
2. sekret dalam seksi
Mempertahankan lobus.
jalan nafas paten 3) Catat
dengan bunyi nafas karakteristik batuk c) Karakteristik batuk
bersih. (misalnya, dapat berubah
menetap, efektif, tergantung pada
tak efektif), juga penyebab/ etiologi
3. Mengeluarkan produksi dan gagal perbafasan.
sekret tanpa karakteristik Sputum bila ada
kesulitan. sputum. mungkin banyak,
kental, berdarah, adan/
4) Pertahankan atau purulen.
4. Menunjukkan posisi tubuh/
perilaku untuk kepala tepat dan d) Memudahkan
memperbaiki/ gunakan alat jalan memelihara jalan
mempertahankan nafas sesuai nafas atas paten bila
bersihan jalan kebutuhan. jalan nafas pasein
nafas. dipengaruhi.
5) Kolaborasi
pemberian e) Obat diberikan
bronkodilator, untuk menghilangkan
contoh aminofilin, spasme bronkus,
albuterol dll. Awasi menurunkan
untuk efek samping viskositas sekret,
merugikan dari memperbaiki
obat, contoh ventilasi, dan
takikardi, memudahkan
hipertensi, tremor, pembuangan sekret.
insomnia. Memerlukan
perubahan dosis/
pilihan obat.
3 Ketakutan/anxietas Setelah dilakukan 1) Observasi a) Memburuknya
berhubungan intervensi 3 x 24 peningkatan penyakit dapat
dengan krisis jam diharapkan gelisah, emosi menyebabkan atau
situasi, ancaman cemas dapat labil. meningkatkan
untuk/ perubahan berkurang atau ansietas.
status kesehatan, hilang dengan
takut mati, dan kriteria hasil : b) Menurunkan
faktor psikologis. 1. Menyatakan 2) Pertahankan ansietas dengan
kesadaran terhadap lingkungan tenang meningkatkan
ansietas dan cara dengan sedikit relaksasi dan
sehat untuk rangsangan. penghematan energi.
mengatasinya.
3) Tunjukkan/ c) Memberikan
2. Mengakui dan Bantu dengan kesempatan untuk
mendiskusikan teknik relaksasi, pasien menangani
takut. meditasi, ansietasnya sendiri
bimbingan dan merasa terkontrol.
3. Tampak rileks imajinasi.
dan melaporkan
ansietas menurun 4) Identifikasi d) Membantu
sampai tingkat persepsi klien pengenalan ansietas/
dapat diatangani. terhadap ancaman takut dan
yang ada oleh mengidentifikasi
4. Menunjukkan situasi. tindakan yang dapat
pemecahan membantu untuk
masalah dan individu.
pengunaan sumber
efektif. 5) Dorong pasien e) Langkah awal
untuk mengakui dalam mengatasi
dan menyatakan perasaan adalah
perasaan. terhadap identifikasi
dan ekspresi.
Mendorong
penerimaan situasi
dan kemampuan diri
untuk mengatasi.
4 Kurang Setelah dilakukan 1) Dorong belajar a) Sembuh dari
pengetahuan intervensi 3 x 24 untuk memenuhi gangguan gagal paru
mengenai kondisi, jam diharapkan kebutuhan pasien. dapat sangat
tindakan, prognosis pasien mengerti Beriak informasi menghambat lingkup
berhubungan tentang dalam cara yang perhatian pasien,
dengan kurang penyakitnya jelas/ ringkas. konsentrasi dan energi
informasi, dengan kriteria untuk penerimaan
kesalahan hasil : informasi/ tugas baru.
interpretasi 1. Menjelaskan
informasi, dan hubungan antara 2) Berikan b) Pemberian instruksi
kurang mengingat. proses penyakit dan informasi verbal penggunaan obat yang
terapi. dan tertulis tentang aman memmampukan
obat. pasien untuk
2. mengikuti dengan
Menggambarkan/ tepat program
menyatakan diet, pengobatan.
obat, dan program 3) Kaji konseling
aktivitas. nutrisi tentang c) Pasien dengan
rencana makan; masalah pernafasan
kebutuhan berat biasanya
3. Mengidentifikasi makanan kalori mengalami penurunan
dengan benar tanda tinggi. berat badan dan
dan gejala yang anoreksia sehingga
memerlukan memerlukan
perhatian medik. peningkatan nutrisi
untuk menyembuhan.

4. Membuat 4) Berikan d) Pasien harus


perencanaan untuk pedoman untuk menghindari untuk
perawatan lanjut. aktivitas. terlalu lelah dan
mengimbangi periode
istirahatdan aktivitas
untuk meningkatkan
regangan/ stamina dan
mencegah konsumsi/
kebutuhan oksigen
berlebihan.

b. Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).


No Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Rasional
dx Kep. Kriteria hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1) Catat frekuensi, a) Pernafasan
pertukaran gas intervensi 3 x 24 kedalaman dan meningkat sebagai
berhubungan jam diharapkan kemudahan akibat nyeri atau
dengan pertukaran gas pernafasan. sebagai mekanisme
pengangkatan kembali adekuat Observasi kompensasi awal
jaringan paru, dengan kriteria penggunaan otot terhadap hilangnya
gangguan suplai hasil : bantu, nafas bibir, jaringan paru.
oksigen, dan 1. Menunjukkan perubahan kulit/
penurunan perbaikan ventilasi membran mukosa.
kapasitas pembawa dan oksigenasi
oksigen darah jaringan adekuat 2) Auskultasi paru
(kehilangan darah). dengan GDA untuk gerakan b) Konsolidasi dan
dalam rentang udara dan bunyi kurangnya gerakan
normal. nafas tak normal. udara pada sisi yang
dioperasi normal pada
2. Bebas gejala pasien
distress pernafasan. pneumonoktomi.
Namun, pasien
lubektomi harus
menunjukkan aliran
udara normal pada
3) Pertahankan lobus yang masih ada.
kepatenan jalan
nafas pasien c) Obstruksi jalan
dengan nafas mempengaruhi
memberikan posisi, ventilasi, menggangu
penghisapan, dan pertukaran gas.
penggunaan alat.

4) Ubah posisi
dengan sering,
letakkan pasien d) Memaksimalkan
pada posisi duduk ekspansi paru dan
juga telentang drainase sekret.
sampai posisi
miring.

5) Dorong/ bantu
dengan latihan
nafas dalam dan e) Meningkatkan
nafas bibir dengan ventilasi maksimal
tepat. dan oksigenasi dan
menurunkan/
mencegah atelektasis.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1) Auskultasi dada a) Pernafasan bising,
bersihan jalan nafas intervensi 3 x 24 untuk karakteristik ronki, dan mengi
berhubungan jam diharapkan bunyi nafas dan menunjukkan
dengan bersihan jalan adanya sekret. tertahannya sekret
peningkatan napas kembali dan/ atau obstruiksi
jumlah/ viskositas efektif dengan jalan nafas.
sekret, keterbatasan kriteria hasil :
gerakan dada/ 1. b) Posisi duduk
nyeri, dan Mempertahankan 2) Bantu pasien memungkinkan
kelemahan/ jalan nafas paten dengan/ ekspansi paru
kelelahan. dengan bunyi nafas instruksikan untuk maksimal dan
bersih. nafas dalam efektif penekanan
dan batuk dengan menmguatkan upaya
posisi duduk tinggi batuk untuk
2. Mengeluarkan dan menekan memobilisasi dan
sekret tanpa daerah insisi. membuang sekret.
kesulitan. Penekanan dilakukan
oleh perawat.

3. Menunjukkan 3) Observasi c) Peningkatan


perilaku untuk jumlah dan jumlah sekret tak
memperbaiki/ karakter sputum/ berwarna / berair
mempertahankan aspirasi sekret. awalnya normal dan
bersihan jalan harus menurun sesuai
nafas. kemajuan
penyembuhan.

4) Dorong masukan d) Hidrasi adekuat


cairan per oral untuk
(sedikitnya 2500 mempertahankan
ml/hari) dalam sekret hilang/
toleransi jantung. peningkatan
pengeluaran.

5) Kolaborasi
pemberian e) Menghilangkan
bronkodilator, spasme bronkus untuk
ekspektoran, dan/ memperbaiki aliran
atau analgetik udara, mengencerkan
sesuai indikasi. dan menurunkan
viskositas sekret.
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1) Tanyakan pasien a) Membantu dalam
nyaman nyeri intervensi 3 x 24 tentang nyeri. evaluasi gejala nyeri
(akut) berhubungan jam diharapkan Tentukan karena kanker.
dengan insisi skala nyeri pasien karakteristik nyeri. Penggunaan skala
bedah, trauma dapat berkurang Buat rentang rentang membantu
jaringan, dan dengan kriteria intensitas pada pasien dalam
gangguan saraf hasil : skala 0 – 10. mengkaji tingkat
internal, adanya 1. Melaporkan nyeri dan
selang dada, dan nyeri hilang/ memberikan alat
invasi kanker ke terkontrol. untuk evaluasi
pleura, dinding keefktifan analgesic,
dada. 2. Tampak rileks meningkatkan control
dan tidur/ istirahat 2) Kaji pernyataan nyeri.
dengan baik. verbal dan non-
verbal nyeri pasien. b) Ketidaksesuaian
3. Berpartisipasi antar petunjuk verbal/
dalam aktivitas non verbal dapat
yang diinginkan/ memberikan petunjuk
dibutuhkan. derajat nyeri,
kebutuhan/
3) Catat keefketifan intervensi.
kemungkinan
penyebab nyeri c) Insisi posterolateral
patofisologi dan lebih tidak nyaman
psikologi. untuk pasien dari
pada insisi
anterolateral. Selain
itu takut, distress,
ansietas dan
kehilangan sesuai
diagnosa kanker dapat
mengganggu
4) Dorong kemampuan
menyatakan mengatasinya.
perasaan tentang
nyeri. d) Takut/ masalah
dapat meningkatkan
tegangan otot dan
5) Berikan tindakan menurunkan ambang
kenyamanan. persepsi nyeri.
Dorong dan ajarkan
penggunaan teknik e) Meningkatkan
relaksasi relaksasi dan
pengalihan perhatian.
4 Anxietas Setelah dilakukan 1) Evaluasi tingkat a) Pasien dan orang
berhubungan intervensi 3 x 24 pemahaman pasien/ terdekat mendengar
dengan krisis jam diharapkan orang terdekat dan mengasimilasi
situasi, ancaman/ cemas dapat tentang diagnosa. informasi baru yang
perubahan status berkurang atau meliputi perubahan
kesehatan, dan hilang dengan ada gambaran diri dan
adanya ancaman kriteria hasil : pola hidup.
kematian. 1. Mengakui dan Pemahaman persepsi
mendiskusikan ini melibatkan
takut/ masalah susunan tekanan
perawatan individu
2. Menunjukkan dan memberikan
rentang perasaan informasi yang perlu
yang tepat dan untuk memilih
penampilan wajah intervensi yang tepat.
tampak rileks/ 2) Akui rasa takut/
istirahat masalah pasien dan b) Dukungan
dorong memampukan pasien
mengekspresikan mulai membuka atau
3. Menyatakan perasaan. menerima kenyataan
pengetahuan yang kanker dan
akurat tentang pengobatannya.
situasi.
3) Terima c) Bila penyangkalan
penyangkalan ekstrem atau ansiatas
pasien tetapi jangan mempengaruhi
dikuatkan. kemajuan
penyembuhan,
menghadapi isu
pasien perlu
dijelaskan dan
membuka cara
penyelesaiannya.
4) Berikan
kesempatan untuk d) Membuat
bertanya dan jawab kepercayaan dan
dengan jujur. menurunkan
Yakinkan bahwa kesalahan persepsi/
pasien dan pemberi salah interpretasi
perawatan terhadap informasi.
mempunyai
pemahaman yang
sama.

5) Libatkan pasien/ e) Dapat membantu


orang terdekat memperbaiki
dalam perencanaan beberapa perasaan
perawatan. Berikan kontrol/ kemandirian
waktu untuk pada pasien yang
menyiapkan merasa tak berdaya
peristiwa/ dalam menerima
pengobatan. pengobatan dan
diagnosa.
6) Berikan
kenyamanan fisik f) Ini sulit untuk
pasien. menerima dengan isu
emosi bila
pengalaman ekstrem/
ketidaknyamanan
fisik menetap.
5 Kurang Setelah dilakukan 1) Diskusikan a) Memberikan
pengetahuan intervensi 3 x 24 diagnosa, rencana/ informasi khusus
mengenai kondisi, jam diharapkan terapi sasat ini dan individu, membuat
tindakan, prognosis pasien mengerti hasil yang pengetahuan untuk
berhubungan tentang diharapkan. belajar lanjut tentang
dengan kurang atau penyakitnya manajemen di rumah.
tidak mengenal dengan kriteria Radiasi dan
informasi/ sumber, hasil : kemoterapi dapat
salah interpertasi 1. Menyatakan menyertai intervensi
informasi, dan pemahaman seluk bedah dan informasi
kurang mengingat. beluk diagnosa, penting untuk
program memampukan pasien/
pengobatan. orang terdekat untuk
membuat keputusan
2. Melakukan berdasarkan
dengan benar informasi.
prosedur yang 2) Kuatkan
perlu dan penjelasan ahli b) Lamanya
menjelaskan alas bedah tentang rehabilitasi dan
an tindakan prosedur prognosis tergantung
tersebut. pembedahan pada tipe
dengan pembedahan, kondisi
3. Berpartisipasi memberikan preoperasi, dan
dalam proses diagram yang tepat. lamanya/ derajat
belajar. Masukkan komplikasi.
informasi ini dalam
4. Melakukan diskusi tentang
perubahan pola harapan jangka
hidup. pendek/ panjang
dari penyembuhan.

3) Diskusikan
perlunya
perencanaan untuk c) Pengkajian
mengevaluasi evaluasi status
perawatan saat pernafasan dan
pulang. kesehatan umum
penting sekali untuk
meyakinkan
penyembuhan
optimal.
D. PELAKSANAAN
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi atau pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
repons pasien terjadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan, mengontrol/menghilangkan nyeri,
mendukung upaya mengatasi diagnosa/situasi, dan memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan program pengobatan (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan).

E. EVALUASI
1. Pertukaran gas adekuat.
2. Bersihan jalan napas efektif.
3. Skala nyeri pasien berkurang.
4. Pasien tampak rileks.
5. Pasien menyatakan mengerti dengan kondisi, tindakan, prognosis penyakitnya.

You might also like