Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan CA Paru
Laporan Pendahuluan CA Paru
Ca PARU
A. PENGERTIAN
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru
(Underwood, Patologi, 2000).
B. ETIOLOGI
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden kanker paru :
1. Merokok
2. Iradiasi (bahan radioaktif dalam bentuk radon).
3. Polusi lingkungan kerja (karbonil nikel, arsenic, asbestos dan kromat).
4. Polusi udara
5. Diet (konsumsi rendah betakaroten, seleniumdan vitamin A).
6. Faktor lain : Genetik, PPOM, TB Paru
C. FAKTOR RISIKO
Faktor Risiko :
Laki-laki,
Usia lebih dari 40 tahun
Perokok
Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau polusi
Paparan industri / lingkungan kerja tertentu
Perempuan perokok pasif
Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat yang menderita
kanker paru (masih dalam penelitian).
Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (1981) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Jenis kanker paru paling umum. Hal ini berkembang dalam sel yang menggarisi saluran
udara. Jenis kanker ini seringkali disebabkan karena rokok. Kanker ini berasal dari permukaan
epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka
panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung
menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
E. STADIUM
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American Joint Committee
on Cancer.
Gambarn TNM Definisi
Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Stadium IIIa T3N0M0/ T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa
bukti metastasis pada kelenjar limfe peribronkial
atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis jauh.
Stadium IIIb Setiap T N3M0/ T4 Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe
setiap NM0 hilus tau mediastinal kontralateral, atau pada
kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular; atau
setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan
atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak
ada metastasis jauh.
G. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala Intrapulmoner
Merupakan gejala local yang disebabkan oleh tumor di paru. Terjadi karena ada gangguan
pergerakan silia serta ulserasi bronkus, sehingga memudahkan terjadi radang berulang. Keluhan
batuk lebih dari 2 minggu merupakan suatu gejala yang patut mendapat perhatian dan
menggugah kewaspadaan, terutama pada golongan populasi yang mempunyai factor resiko untuk
mendapatkan kanker paru, yaitu :
a. Pria.
b. Berumur di atas 40 tahun.
c. Merokok/Perokok berat.
d. Bekerja di industri yang berkaitan dengan bahan karsinogen.
Keluhan batuk terdapat pada 70-90% kasus. Batuk darah sebagai ulserasi terjadi 6-51% kasus. Di
samping batuk, keluhan lain adalah nyeri dada yang bersifat : “kemeng” atau nyeri tumpul (dull)
sering unilateral, tidak terbatas jelas. Tentang patogenesa nyeri dada ini belum diketahui dengan
pasti dan nyeri tipe ini terdapat pada 42-67% kasus.
2. Gejala Intratorasik Ekstrapulmonal
Penyebaran tumor ke mediastinum akan menekan/merusak struktur-struktur di dalam
mediastinum dengan akibat antara lain :
a. n. phrenicus : parase/paralise diafragma.
b. n. reccurens : parase/paralise korda vokalis.
c. Saraf simpatik : Sindroma Horner : enoftalmus, miosis, ptosis, dan anhidrosis .
d. Esofagus : disfagia
e. Vena cava superior : sindrom vena cava superior yang terjadi karena bendungan pada
vena cava superior dan disertai pembengkakan muka dan lengan.
f. Trakea/bronkus : sesak, oleh karena atelektasis total.
g. Jantung : gangguan fungsional, terjadi efusi pericardial.
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanke
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis, erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm,
sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi.
Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
I. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan kanker dapat berupa :
a. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
d. Suportif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian nutrisi, tranfusi
darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
a. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkonfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma,
untuk melakukan biopsy.
b. Pneumonektomi (pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
c. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
d. Resesi segmental.
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.
e. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir.
Merupakan pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
f. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris.
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. Terapi
radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut.
a) klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.
b) klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami
pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.
c) klien kanker bronkus dengan oat cell.
d) klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.
Dosis umum 5000-6000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu. Pengobatan dilakukan
dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200 rad/hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah :
*Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.
*Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat di daerah penyinaran.
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau
terapi radiasi.
Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada
SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk kombinasi
dari obat-obat berikut.
Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate, dan Procarbazine.
Etoposide dan Cisplatin
Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.
4. Imunoterapi
Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin) biasa
diberikan.
5. Terapi Laser
A. PENGKAJIAN
ANALISA DATA
Dasar Pengkajian Data Pasien Preoperasi
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
Pasien mengatakan sesak dan Pasien tampak gelisah, Gangguan Pertukaran
susah bernapas. hipoksia, dispnea, Gas
sianosis, hasil AGD terjadi
penurunan SaCO2,
peningkatan pCO2 . TTV :
RR : 36 x menit.
Pasien mengatakan batuk dan Pasien tampak dispnea, Ketidakefektifan
tidak bisa mengeluarkan dahak bunyi napas ronkhi, Bersihan Jalan Napas
terdapat penggunaan otot
bantu napas, dan batuk
tidak efektif.
Pasien mengatakan tidak bisa Pasien tampak ketakutan Kecemasan/Ansietas
tidur, cemas akan kematian dan dan berekspresi syok.
menyangkal hasil diagnosa.
Pasien mengatakan tidak mengerti Pasien tampak tidak bisa Kurang Pengetahuan
dengan program pengobatan yang mengikuti instruksi yang (Kebutuhan Belajar)
akan dijalani dan prognosis diberikan. Mengenai Kondisi,
penyakitnya. Tindakan, dan
Prognosis.
Dasar Pengkajian Data Pasien Pascaoperasi
(Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan,1999).
Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
Pasien mengatakan sesak dan Pasien tampak gelisah, Gangguan Pertukaran
susah bernapas. hipoksia, dispnea, Gas
sianosis, hasil AGD terjadi
penurunan SaCO2,
peningkatan pCO2 . TTV :
RR : 36 x menit.
Pasien mengatakan batuk dan Pasien tampak dispnea, Ketidakefektifan
tidak bisa mengeluarkan dahak bunyi napas wheezing, Bersihan Jalan Napas
batuk tidak efektif.
Pasien mengatakan tidak nyaman Pasien tampak meringis Gangguan Rasa
dan nyeri di dada dan tidak bisa dan tidak ingin Nyaman Nyeri (Akut)
tidur. berinteraksi.
B. DIAGNOSA
a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).
1). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi.
2). Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan kehilangan fungsi silia jalan nafas,
peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru, dan meningkatnya tahanan jalan nafas
3). Kecemasan/Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman untuk/ perubahan status
kesehatan, takut mati, dan faktor psikologis.
4). Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis berhubungan dengan kurang
informasi, kesalahan interpretasi informasi, dan kurang mengingat.
c. Diagnosa Tambahan
1) Pola pernapasan tidak efektif yang berhubungan dengan obstruksi trankeobronkial oleh secret,
perdarahan aktif, penurunan ekspansi paru, dan proses inflamasi.
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan intake yang tidak kuat, peningkatan metabolism, dan proses keganasan.
3) Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur tubuh.
C. PERENCANAAN
Prioritas Keperawatan (Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999)
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan
2. Mengontrol/menghilangkan nyeri
3. Mendukung upaya mengatasi diagnosa/situasi
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan
a. Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana
Asuhan Keperawatan, 1999).
No Diagnosa Tujuan dan Rencana tindakan Rasional
dx Kep. Kriteria hasil
1 Gangguan Setelah dilakukan 1) Kaji status a) Dispnea merupakan
pertukaran gas intervensi 2 x 24 pernafasan dengan mekanisme
berhubungan jam diharapkan sering, catat kompensasi adanya
dengan pertukaran gas peningkatan tahanan jalan nafas.
hipoventilasi. kembali adekuat frekuensi atau
dengan kriteria upaya pernafasan
hasil : atau perubahan
1. Menunjukkan pola nafas.
perbaikan ventilasi
dan oksigenasi 2) Catat ada atau b) Bunyi nafas dapat
adekuat dengan tidak adanya bunyi menurun, tidak sama
GDA dalam tambahan dan atau tak ada pada area
rentang normal dan adanya bunyi yang sakit.Krekels
bebas gejala tambahan, adalah bukti
distress pernafasan. misalnya krekels, peningkatan cairan
mengi. dalam area jaringan
2. Berpartisipasi sebagai akibat
dalam program peningkatan
pengobatan, dalam permeabilitas
kemampuan/ membrane alveolar-
situasi. kapiler. Mengi adalah
bukti adanya tahanan
atau penyempitan
jalan nafas
sehubungan dengan
mukus/ edema serta
tumor.
4) Ubah posisi
dengan sering,
letakkan pasien d) Memaksimalkan
pada posisi duduk ekspansi paru dan
juga telentang drainase sekret.
sampai posisi
miring.
5) Dorong/ bantu
dengan latihan
nafas dalam dan e) Meningkatkan
nafas bibir dengan ventilasi maksimal
tepat. dan oksigenasi dan
menurunkan/
mencegah atelektasis.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1) Auskultasi dada a) Pernafasan bising,
bersihan jalan nafas intervensi 3 x 24 untuk karakteristik ronki, dan mengi
berhubungan jam diharapkan bunyi nafas dan menunjukkan
dengan bersihan jalan adanya sekret. tertahannya sekret
peningkatan napas kembali dan/ atau obstruiksi
jumlah/ viskositas efektif dengan jalan nafas.
sekret, keterbatasan kriteria hasil :
gerakan dada/ 1. b) Posisi duduk
nyeri, dan Mempertahankan 2) Bantu pasien memungkinkan
kelemahan/ jalan nafas paten dengan/ ekspansi paru
kelelahan. dengan bunyi nafas instruksikan untuk maksimal dan
bersih. nafas dalam efektif penekanan
dan batuk dengan menmguatkan upaya
posisi duduk tinggi batuk untuk
2. Mengeluarkan dan menekan memobilisasi dan
sekret tanpa daerah insisi. membuang sekret.
kesulitan. Penekanan dilakukan
oleh perawat.
5) Kolaborasi
pemberian e) Menghilangkan
bronkodilator, spasme bronkus untuk
ekspektoran, dan/ memperbaiki aliran
atau analgetik udara, mengencerkan
sesuai indikasi. dan menurunkan
viskositas sekret.
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1) Tanyakan pasien a) Membantu dalam
nyaman nyeri intervensi 3 x 24 tentang nyeri. evaluasi gejala nyeri
(akut) berhubungan jam diharapkan Tentukan karena kanker.
dengan insisi skala nyeri pasien karakteristik nyeri. Penggunaan skala
bedah, trauma dapat berkurang Buat rentang rentang membantu
jaringan, dan dengan kriteria intensitas pada pasien dalam
gangguan saraf hasil : skala 0 – 10. mengkaji tingkat
internal, adanya 1. Melaporkan nyeri dan
selang dada, dan nyeri hilang/ memberikan alat
invasi kanker ke terkontrol. untuk evaluasi
pleura, dinding keefktifan analgesic,
dada. 2. Tampak rileks meningkatkan control
dan tidur/ istirahat 2) Kaji pernyataan nyeri.
dengan baik. verbal dan non-
verbal nyeri pasien. b) Ketidaksesuaian
3. Berpartisipasi antar petunjuk verbal/
dalam aktivitas non verbal dapat
yang diinginkan/ memberikan petunjuk
dibutuhkan. derajat nyeri,
kebutuhan/
3) Catat keefketifan intervensi.
kemungkinan
penyebab nyeri c) Insisi posterolateral
patofisologi dan lebih tidak nyaman
psikologi. untuk pasien dari
pada insisi
anterolateral. Selain
itu takut, distress,
ansietas dan
kehilangan sesuai
diagnosa kanker dapat
mengganggu
4) Dorong kemampuan
menyatakan mengatasinya.
perasaan tentang
nyeri. d) Takut/ masalah
dapat meningkatkan
tegangan otot dan
5) Berikan tindakan menurunkan ambang
kenyamanan. persepsi nyeri.
Dorong dan ajarkan
penggunaan teknik e) Meningkatkan
relaksasi relaksasi dan
pengalihan perhatian.
4 Anxietas Setelah dilakukan 1) Evaluasi tingkat a) Pasien dan orang
berhubungan intervensi 3 x 24 pemahaman pasien/ terdekat mendengar
dengan krisis jam diharapkan orang terdekat dan mengasimilasi
situasi, ancaman/ cemas dapat tentang diagnosa. informasi baru yang
perubahan status berkurang atau meliputi perubahan
kesehatan, dan hilang dengan ada gambaran diri dan
adanya ancaman kriteria hasil : pola hidup.
kematian. 1. Mengakui dan Pemahaman persepsi
mendiskusikan ini melibatkan
takut/ masalah susunan tekanan
perawatan individu
2. Menunjukkan dan memberikan
rentang perasaan informasi yang perlu
yang tepat dan untuk memilih
penampilan wajah intervensi yang tepat.
tampak rileks/ 2) Akui rasa takut/
istirahat masalah pasien dan b) Dukungan
dorong memampukan pasien
mengekspresikan mulai membuka atau
3. Menyatakan perasaan. menerima kenyataan
pengetahuan yang kanker dan
akurat tentang pengobatannya.
situasi.
3) Terima c) Bila penyangkalan
penyangkalan ekstrem atau ansiatas
pasien tetapi jangan mempengaruhi
dikuatkan. kemajuan
penyembuhan,
menghadapi isu
pasien perlu
dijelaskan dan
membuka cara
penyelesaiannya.
4) Berikan
kesempatan untuk d) Membuat
bertanya dan jawab kepercayaan dan
dengan jujur. menurunkan
Yakinkan bahwa kesalahan persepsi/
pasien dan pemberi salah interpretasi
perawatan terhadap informasi.
mempunyai
pemahaman yang
sama.
3) Diskusikan
perlunya
perencanaan untuk c) Pengkajian
mengevaluasi evaluasi status
perawatan saat pernafasan dan
pulang. kesehatan umum
penting sekali untuk
meyakinkan
penyembuhan
optimal.
D. PELAKSANAAN
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi atau pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat
waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
repons pasien terjadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk
mempertahankan/memperbaiki fungsi pernapasan, mengontrol/menghilangkan nyeri,
mendukung upaya mengatasi diagnosa/situasi, dan memberikan informasi tentang proses
penyakit/prognosis dan program pengobatan (Doenges Marilynn E, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan).
E. EVALUASI
1. Pertukaran gas adekuat.
2. Bersihan jalan napas efektif.
3. Skala nyeri pasien berkurang.
4. Pasien tampak rileks.
5. Pasien menyatakan mengerti dengan kondisi, tindakan, prognosis penyakitnya.