You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air
pada semua perbandingan. Asam sulfat disebut sebagai bahan kimia yang universal, atau dapat
disebut juga raja kimia karena berbagai aplikasi dari asam sulfat sebagai bahan baku atau agen
pengolahan.

B. SIFAT FISIK

1. Bentuk-bentuk asam sulfat:

Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO 3 pada
titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan, dan
merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% umumnya disebut sebagai
asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk
berbagai keperluan:

* 10%, asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,

* 33,53%, asam baterai,

* 62,18%, asam bilik atau asam pupuk,

* 73,61%, asam menara atau asam glover,

* 97%, asam pekat.

Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu teknis H 2SO4 tidaklah murni dan
seringkali berwarna, namun cocok untuk digunakan untuk membuat pupuk. Mutu murni asam
sulfat digunakan untuk membuat obat-obatan dan zat warna.

Apabila SO3(g) dalam konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam asam sulfat, H 2S2O7 akan
terbentuk. Senyawa ini disebut sebagai asam pirosulfat, asam sulfat berasap, ataupun oleum.

1
Konsentrasi oleum diekspresikan sebagai %SO3 (disebut %oleum) atau %H2SO4 (jumlah asam
sulfat yang dihasilkan apabila H2O ditambahkan); konsentrasi yang umum adalah 40% oleum
(109% H2SO4) dan 65% oleum (114,6% H2SO4). H2S2O7 murni terdapat dalam bentuk padat
dengan titik leleh 36 °C. Asam sulfat murni berupa cairan bening seperti minyak, dan oleh
karenanya pada zaman dahulu ia dinamakan 'minyak vitriol'.

2. Polaritas dan konduktivitas

H2SO4 anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Ia memiliki tetapan dielektrik sekitar 100.
Konduktivitas listriknya juga tinggi. Hal ini diakibatkan oleh disosiasi yang disebabkan oleh
swa-protonasi, disebut sebagai autopirolisis.

2 H2SO4 → H3SO4+ + HSO4−

Konstanta kesetimbangan autopirolisisnya adalah

Kap (25 °C) = [H3SO4+] [HSO4−] = 2,7 × 10−4.

Dibandingkan dengan konstanta keseimbangan air, Kw = 10−14, nilai konstanta


kesetimbangan autopirolisis asam sulfat 1010 (10 triliun) kali lebih kecil. Walaupun asam ini
memiliki viskositas yang cukup tinggi, konduktivitas efektif ion H3SO4+ dan HSO4− tinggi
dikarenakan mekanisme ulang alik proton intra molekul, menjadikan asam sulfat sebagai
konduktor yang baik. Ia juga merupakan pelarut yang baik untuk banyak reaksi.

Kesetimbangan kimiawi asam sulfat sebenarnya lebih rumit daripada yang ditunjukkan di
atas; 100% H2SO4 mengandung beragam spesi dalam kesetimbangan (ditunjukkan dengan nilai
milimol per kg pelarut), yaitu: HSO4− (15,0), H3SO4+ (11,3), H3O+ (8,0), HS2O7− (4,4), H2S2O7
(3,6), H2O (0,1).

2
C. MANFAAT

1. Refining minyak

Proses pemurnian minyak mentah memerlukan penggunaan asam sebagai katalisator dan
asam sulfat sering digunakan untuk tujuan ini. Hal ini digunakan dalam SAAU atau Sulfuric acid
alkilasi Unit Satuan.

2. Pengolahan logam

‘Pengasaman’ adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pengolahan logam


untuk menghilangkan kotoran, karat atau skala dari permukaan, seperti dalam pembuatan baja.
Saat ini, penggunaan asam sulfat untuk tujuan ini telah menurun sedikit, Industr-industri
sekarang lebih senang menggunakan asam klorida. Meskipun asam klorida lebih mahal daripada
asam sulfat, asam klorida menghasilkan hasil yang lebih cepat dan meminimalkan hilangnya
logam dasar selama proses pengasaman.

3. Pembuatan Rayon

Rayon tekstil terbuat dari serat selulosa yang berasal dari kayu. Selulosa ini dilarutkan
dalam larutan Tetra Amine Tembaga (II) untuk menghasilkan cairan biru tebal yang kemudian
disuntikkan ke asam sulfat untuk membentuk serat Rayon. Rayon dianggap tekstil semi-sintetik

3
yang baik dan dapat menyaingi sutra untuk kain yang mahal dan berkimilau. Memang, kadang-
kadang disebut sebagai ‘sutra seni’. Rayon ini mudah dicelup dan kain yang lembut, dingin dan
halus. Namun, tidak seperti sutra, Rayon tidak melindungi panas tubuh sehingga sangat cocok
untuk digunakan di negara-negara yang lembab dan panas.

4. Memproduksi Baterai Tipe Timbal Asam

Baterai unit timbal-asam merupakan baterai tipe tertutup yang digunakan dalam industri
otomotif untuk mobil dan truk. Baterai unit timbal-asam tertutup ini merupakan baterai tipe
diciptakan pada tahun 1859 oleh Oarng Prancis Gaston Plant. Asam sulfur digunakan dalam
bentuk encer untuk bertindak sebagai electrolye untuk memungkinkan aliran elektron antara
pelat dalam baterai. Asam Sulfat digunakan dengan cara ini biasa disebut Acid Battery. Hal ini
dapat bervariasi dalam kekuatan sesuai dengan produsen baterai tetapi pada umumnya antara 28
sampai 32 persen atau antara 4,2-5 Molar.

5. Panen kentang

Petani kentang mempekerjakan kontraktor spesialis untuk menyemprot ladang mereka dari
kentang sebelum panen sehingga puncak hijau mati kembali dan menghitamkan dalam satu atau
dua hari. Hal ini membantu untuk mengeringkan batang dan mencegah mereka dari menjadi
kusut dalam peralatan panen. Metode yang biasa penyemprotan puncak kentang dengan larutan
asam sulfat.

6. Pembuatan Obat

Obat kemoterapi yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker. Sel-sel kanker
lebih sensitif terhadap kerusakan DNA dari sel normal sehingga sel-sel kanker pengobatan
kemoterapi dihancurkan dengan cara merusak DNA mereka. Proses ini dikenal sebagai alkilasi
DNA dan jenis obat yang dikenal sebagai alkylating agen antineoplastik digunakan. Asam sulfur
digunakan dalam proses pembuatan obat tersebut

4
BAB II

SINTESIS

A. BAHAN BAKU

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan asam sulfat adalah belerang, oksigen,
air dan katalis vanadium pentaoksida sebagai bahan pembantu. Dimana belerang dan vanadium
pentaoksida di impor langsung dari Singapura, sedangkan oksigen di dapat dari udara bebas.
Untuk air yang digunakan didapat dari sumur bor yang melalui tahap pengolahan. Adapun sifat
fisik dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:
No. Komponen Bentuk Warna Bau Titik Titik
didih Leleh
(oC) (oC)
1. Belerang Padatan Kuning Menyengat 444,6 120
2. Oksigen Gas - - -183 -218,4
3. Vanadium Pentaoksida Padatan Kuning - 1750 800
4. Air Cairan - - 100 -
Sumber : Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 1998

Sifat kimia dari bahan baku pembuatan asam sulfat yaitu:


BM
No. Komponen Spgr Kelarutan
(gr/mol)
1. Belerang 32,06 2,046 Hygroskopis
2. Oksigen 32 1,14 -
3. Vanadium Pentaoksida 181,9 3,357 Larut dalam asam dan alkali
4. Air 18 1,004 Berfungsi sebagai pelarut
Sumber : Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 1998

B. ALAT

5
1. Sulfur Melter
Fungsinya sebagai tempat pencairan atau peleburan belerang dengan bantuan panas steam
pada coil.
2. Pompa Sulfur
Fungsinya sebagai pengalir sulfur cair ke furnace. Pompa ini mempunyai pipa-pipa
penyaluran luar bermantel uap, sehingga belerang tidak menjadi dingin dan membeku, karena
titik lebur belerang adalah 115oC.
3. Main Blower
Fungsinya sebagai penyuplai udara untuk proses pembakaran ke furnace. Main blower yang
digunakan adalah tipe turbo fun dengan kapasitas 117 m3/menit dan tekanan operasi 1800
mmHg.
4. Drying Tower
Fungsinya sebagai unit proses tempat terjadinya pengeringan udara oleh sirkulasi asam
sulfat (minimal 93%) dari DT Pump Tank. Drying Tower yang dipakai adalah tipe packed
column dengan tinggi 8,254 m, diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.
5. DT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke Absorbing
Tower. DT pump tank yang digunakan mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m,
diameter luar 3 m dan kapasitas 8,8 m3/menit.
6. AT Pump Tank
Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam sulfat yang dari atau ke absorbing
tower dan juga sebagai tangki produksi, yaitu pengenceran (hidrasi) dengan air. AT Pump Tank
yang digunakan mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan
kapasitas 8,8 m3/menit.
7. Furnace
Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses pembakaran belerang cair dengan udara
menjadi gas SO2. Furnace yang dipakai berbentuk silinder mendatar dengan panjang 7,02 m,
diameter luar 2,04 m dan diameter ruang bakar 1,65 m.

8. Boiler
Fungsinya sebagai tempat memproduksi steam. Boiler yang digunakan berbentuk silinder
mendatar dengan dapur dan pipa-pipa api (fire tube). Boiler ini mempunyai panjang 4,6 m dan
tekanan operasi 4 kg/cm2.
9. Absorbing tower
Fungsinya sebagai unit proses terjadinya proses penyerapan gas SO3 oleh sirkulasi asam
sulfat (98,3%-99%) Absorbing Tower yang digunakan adalah tipe packed column dengan tinggi
8,875 m, diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.

6
10. AT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari AT Pump Tank ke
Absorbing Tower. AT Pump yang digunakan mempunyai kecepatan putar 1450 Rpm dan
kapasitas 1,2 m3/menit.
11. DT Pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam sulfat dari DT Pump Tank ke
Drying Tower. DT Pump yang digunakan mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.
12. Plug Valve
Fungsinya sebagai pengatur aliran gas dari furnace dan boiler.
13. Heat exchanger (on gas filter)
Fungsinya sebagai alat untuk mendinginkan aliran gas dari furnace dan boiler yang akan
masuk ke converter. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube dengan jumlah
tube 109 buah dan panjang tube 2,47 m. Heat exchanger mempunyai tinggi 3 m dan diameter
1,40 m.
14. Gas filter
Fungsinya sebagai alat penyaring untuk aliran gas yang akan masuk ke converter. Gas filter
mempunyai tinggi 1,53 m dan diameter 3,448 m.
15. Converter
Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses perubahan gas SO2 menjadi gas SO3
dengan bantuan katalis vanadium pentaoksida. Converter yang digunakan mempunyai jumlah
bed 4 buah, tinggi 8,5 m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar 3,002 m.

16. 1st and 2nd Heat exchanger


Fungsinya sebagai tempat mendinginkan aliran gas yang keluar dari converter khususnya
dari bed I dan bed II. Tipe yang digunakan adalah tipe shell and tube.
17. SO3 Cooler
Fungsinya sebagai tempat pendingin aliran gas SO3 yang akan masuk ke Absorbing Tower.
Cooler yang dipakai adalah tipe shell and tube dengan tinggi 1,78 m.
18. Distributor
Fungsinya sebagai alat untuk menyebarkan aliran asam sulfat di dalam absorbing tower dan
drying tower.
19. Cooling tower
Fungsinya sebagai tempat pendingin air yang keluar dari acid cooler.
20. Cooling water pump
Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi pendingin dari cooling water pit ke
acid cooler.
21. Plate Heat exchanger (acid cooler)

7
Fungsinya sebagai unit mendinginkan sirkulasi asam sulfat dari AT/DT Pump Tank ke
AT/DT. Plate heat exchanger (acid cooler) yang digunakan adalah tipe plate dengan tekanan
operasi 5 kg/cm2.

C. PROSES PEMBUATAN
1. PROSES KONTAK

Proses kontak adalah salah satu metode untuk memproduksi asam sulfat (H 2SO4). Pada
proses ini ada tiga tahapan penting, yaitu : membuat sulfur dioksida (SO 2), mengkoversinya
menjadi SO3, dan konversi SO3 menjadi H2SO4.

Produksi katalitik asam sulfat dari SO 2 disebut proses kontak (contact process). Dalam
reaksi SO2 dengan oksigen,

8
SO2(g) + 1/2O2(g) → SO3(g)

Jumlah mol gas menurun. Ini menunjukan agar reaksi dijalankan pada tekanan total yang
tinggi untuk meningkatkan rendemen produk. Namun demikian, sedikit keuntungan yang
diperoleh dengan menggunakan tekanan dalam reaksi ini tidak menutup biaya tinggi yang
dikeluarkan untuk peralatan. Dengan demikian, reaksi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.

Karena reaksi ini eksotermik, semakin rendah suhu, semakin tinggi tetapan kesetimbangan,
dan semakin tinggi tingkat konversi menjadi produk pada kesetimbangan. Suhu harus
dopertahankan jauh dibawah titik 780oC untuk mencapai rendemen produk yang signifikan.

Masalahnya adalah bahwa pada suhu rendah reaksi menjadi lambat, meskipun katalis dapat
membantu mempercepatnya. Umumnya diperlukan suatu proses dengan dua sampai empat tahap.
SO2(g) yang masuk mencapai katalis pertama pada suhu 420oC. Begitu reaksi dimulai, kalor
dilepaskan dan suhu campuran gas yang bereaksi meningkat. Sesudah beberapa detik, campuran
telah mencapai kesetimbangan pada suhu sekitar 600oC dengan konversi 60 sampai 70% SO2.
Gas kemudian didinginkan kembali ke suhu 420oC dan dibiarkan beraksi satu atau dua kali lagi
dengan katalis, dengan menggunakan suhu yang lebih rendah adn periode pemaparan yang lebih
lama. Hasilnya ialah konversi sekitar 97% dari SO2 menjadi SO3. Untuk konversi yang lebih
besar lagi, gas kemudian dilewatkan ke dalam menara tempat SO 3 larut dalam asam sulfat.
Proses ini membuang produk reaksi, sehingga sekali lagi reaksi bergeser ke kanan bila SO 2 yang
tidak beraksi dilewatkan pada katalis untuk terakhir kali. SO 3 dari tahap terakhir ini kemudian
diabsorpsi, memberikan hasil keseluruhan sekitar 99,7% dari SO2 yang semula diberikan.
Pertimbangan yang cermat mengenai termodinamika dan kinetika telah membuat proses yang
sangat efisien. Hampir semua asam sulfat saat ini dibuat menggunakan proses kontak.

Jika SO3 diabsorpsi ke dalam air dan bukan ke dalam asam sulfat, produknya akan lebih
encer dan sedikit SO3 yang diabsorpsi. Selain itu, reaksi langsung SO3 dengan air menghasilkan
kabut asam yang halus yang sukar mengembun. Absorpsi SO 3 ke dalam asam sulfat
menghasilkan asam sulfat berasap, atau oleum, yang dapat langsung digunakan atau diencerkan
dengan air dengan air sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Jumlah ekuimolar SO3 yang
dilarutkan dalam H2SO4 menghasilkan asam disulfat (H2S2O7).

9
Jumlah SO2 yang dibebaskan oleh proses kontak utuk mencemari udara sangat kecil, tetapi
penyingkiran lanjutan SO2 dari gas lombong (tail gas) dapat dilakukan (dengan biaya tambahan)
pada langkah lain. Sebagian H2SO4, yang tentu saja tersedia melimpah, dioksidasi secara
elektrolitik menjadi asam peroksidisulfat (H2S2O8):

2H2SO4(aq) + 2H2O(l) → H2S2O8(aq) + 2H3O+(aq) + 2e– (anode)

2H3O+(aq) + 2e– → H2(g) + 2H2O(l) (katode)

H2S2O8 dengan cepat bereaksi:

H2O(l) + H2S2O8(aq) → H2SO4(aq) + H2SO5(aq)

H2SO5 dinamakan asam peroksimonosulfat. Gas yang keluar dilewatkan melalui skruber
agar bercampu dengan larutan zat pengoksidasi kuat ini. Dalam Skruber, reaksi

SO2(g) + H2SO5(aq) + H2O(l) → 2H2SO4(aq)

mengkonversi SO2(g) menjadi asam sulfat. Lebih dari 90% dari jumlah SO2(g) yang sudah
sedikit ini dapat dsingkirkan dengan cara ini. Produknya, yaitu asam sulfat encer, didaur kembali
ke proses utama.

2. PROSES KAMAR TIMBAL

10
Bahan baku pada proses ini adalah SO 2, sama dengan proses kontak. Katalis yang digunakan
pada proses ini adalah gas NO dan NO2. Gas SO2, NO, NO2, dan uap air dialirkan ke dalam
ruang yang bagian dalamnya dilapisi Pb (timbal). Gas SO 2 hasil pemanggangan dialirkan ke
dalam menara glover bersama asam nitrat. Dalam hal ini asam nitrat diurai menjadi NO dan NO 2.
Campuran gas tersebut dialirkan ke dalam bilik timbal bersama-sama udara dan uap air hingga
terjadi reaksi.

Reaksi: 2 SO2 + O2 + NO + NO2 + H2O →2 HNOSO4 (asam nitrosil)

Asam nitrosil (HNOSO4) bereaksi dengan H2O membentuk asam sulfat (H2SO4).

Reaksi: 2HNOSO4 + H2O→2H2SO4 + NO + NO2

Gas NO dan NO2 dialirkan ke menara Gay Lussac kemudian diubah menjadi HNO 3.
Sedangkan asam nitrat akan dialirkan kembali ke menara glover dan seterusnya. Asam sulfat
yang terbentuk akan dialirkan ke bak penampungan.

D. REAKSI SINTESIS & FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES


1. PROSES KONTAK
Proses ini melalui beberapa tahap sebagai berikut.

a). Belerang dibakar dengan oksigen menghasilkan belerang dioksida. Reaksi yang terjadi
yaitu :

S(s) + O2(g)  SO2(g)

b). Belerang dioksida (SO2) direaksikan dengan oksigen membentuk gas belerang trioksida.
Reaksi yang terjadi yaitu:
2SO2(g) + O2(g)  2SO3(g)
Reaksi di atas berlangsung sangat lambat, sehingga harus diberi katalis. Katalis yang
digunakan adalah vanadium pentoksida (V2O5). Selain itu, reaksi harus terjadi pada suhu
optimum (450 oC).

11
c) Gas SO3 direaksikan dengan asam sulfat pekat menghasilkan asam disulfat atau asam
pirosulfat (oleum). Perhatikan reaksi di bawah ini.
H2SO4(l) + SO3(g) + H2S2O7(l)

d) Asam pirosulfat (H2S2O7) dilarutkan dalam air menghasilkan H2SO4. Persamaan reaksi
yang terjadi:
H2S2O7(l) + H2O(l) + 2H2SO4(l)

Faktor yang berpengaruh

Agar suatu zat dihasilkan sebanyak mungkin suatu reaksi kimia harus diusahakan supaya
berlangsung ke arah hasil reaksi (ke arah kanan) karena pada sintesis asam sulfat ini merupakan
reaksi kesetimbangan, maka faktor-faktor konsentrasi, suhu, tekanan gas, serta katalis harus
diperhitungkan agar reaksi itu berlangsung cepat dan ekonomis.

Pada sintesis asam sulfat menggunakan proses kontak, digunakan katalis V2O5 (Vanadium
Penta Oksida) untuk mempercepat reaksi. Karena jika menggunakan suhu rendah reaksi berjalan
lambat, maka dengan memperhitungkan faktor waktu dan hasil dipilih suhu 400˚C. Dengan suhu
400˚C hasil yang diperoleh sekitar 98%. Oleh karena itu reaksi ini tidak perlu dilakukan pada
tekanan tinggi.

2. PROSES KAMAR TIMBAL


Pada proses ini digunakan katalis NO2 yang diperoleh dari oksidasi NH3. Proses yang terjadi
adalah sebagai berikut.
(1) Pembakaran belerang menjadi SO2.
S(s) + O2(g) → SO2(g)

2) Gas SO2 dioksidasi dengan katalis NO2 sebagai pembawa oksigen dalam air.
SO2(g) + NO2(g) + H2O(l) → H2SO4(s) + NO(g)
NO yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk NO2 kembali
2NO(g) + O2(g) → 2NO2(g)

Faktor yang berpengaruh


Pada proses kamar timbal ini, parameter suhu adalah yang menjadi faktor yang

mempengaruhi terhadap reaksi. Pada proses ini suhu optimumnya adalah 400-600 .

12
D. KIMIA/REAKSI DENGAN SENYAWA LAIN

Reaksi dengan air

Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam air
daripada air ke dalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan
cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat,
ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion
hidronium:

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-

HSO4- + H2O → H3O+ + SO42-

Karena hidrasi asam sulfat secara termodinamika difavoritkan, asam sulfat adalah zat
pendehidrasi yang sangat baik dan digunakan untuk mengeringkan buah-buahan. Afinitas asam
sulfat terhadap air cukuplah kuat sedemikiannya ia akan memisahkan atom hidrogen dan oksigen
dari suatu senyawa. Sebagai contoh, mencampurkan pati (C6H12O6)n dengan asam sulfat pekat

13
akan menghasilkan karbon dan air yang terserap dalam asam sulfat (yang akan mengencerkan
asam sulfat):

(C6H12O6)n → 6nC + 6nH2O

Efek ini dapat dilihat ketika asam sulfat pekat diteteskan ke permukaan kertas. Selulosa
bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan karbon yang akan terlihat seperti efek
pembakaran kertas. Reaksi yang lebih dramatis terjadi apabila asam sulfat ditambahkan ke dalam
satu sendok teh gula. Seketika ditambahkan, gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori
yang mengembang dan mengeluarkan aroma seperti karamel.

Reaksi lainnya

Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan garam sulfat.
Sebagai contoh, garam tembaga tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara tembaga(II) oksida
dengan asam sulfat:

CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O

Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan menghasilkan asam yang
lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan menghasilkan asam asetat,
CH3COOH, dan natrium bisulfat:

H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH

Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan kalium nitrat. Reaksi
ini akan menghasilkan asam nitrat dan endapat kalium bisulfat. Ketika dikombinasikan dengan
asam nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus zat pendehidrasi, membentuk ion
nitronium NO2+, yang penting dalam reaksi nitrasi yang melibatkan substitusi aromatik
elektrofilik. Reaksi jenis ini sangatlah penting dalam kimia organik.

Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian tunggal,
menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. H2SO4 encer menyerang besi, aluminium, seng,
mangan, magnesium dan nikel. Namun reaksi dengan timah dan tembaga memerlukan asam

14
sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi
antara asam sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti yang ditunjukkan
pada persamaan di bawah ini. Namun reaksi dengan timah akan menghasilkan sulfur dioksida
daripada hidrogen.

Fe (s) + H2SO4 (aq) → H2 (g) + FeSO4 (aq)

Sn (s) + 2 H2SO4 (aq) → SnSO4 (aq) + 2 H2O (l) + SO2 (g)

Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai oksidator, manakala asam
encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika asam pekat panas bereaksi dengan seng,
timah, dan tembaga, ia akan menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida, manakahal asam encer
yang beraksi dengan logam seperti seng akan menghasilkan garam dan hidrogen.

Reaksi asam basa

 H2SO4(aq) + 2LiOH(aq) → Li2SO4(aq) + 2H2O(l)


 2NaOH (aq) + H2SO4 (aq)  Na2SO4 + 2H2O
 H2SO4 + 2 KOH  K2SO4 + 2 H2O
 Fe2O3 + 3H2SO4  Fe2(SO4)3 + 3H2O
 Al(OH)3 + 3H2SO4  Al2(SO4)3 + 3H2O

E. IDENTIFIKASI ION
Kelarutan: Sulfat dari barium, strontium dan timbel praktis tidak larut dalam air, sulfat dari
kalsim dan merkurium(II) larut sedikit, dan kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya, larut.
Beberapa sulfat basa, misalnya dari merkurium, bismut, dan kromium, juga tak larut dalam air,
tetapi larut dalam asam klorida encer atau asam nitrat encer .
Asam sulfat adalah cairan yang tak berwarna, seperti minyak dan higroskopik, dengan berat
jenis 1,838. asam pekatnya yang murni dan komersial, adalah suatu campuran bertitik-didih
konstan, dengan titik didih 338o dan mengandung asam kira-kira 98%. Cairan ini dapat
bercampur dengan air dalam semua perbandingan dengan melepaskan panas yang banyak sekali;
ketika mencampurkan keduanya, asam harus selalu dituang dalam aliran yang tipis ke dalam air
(jika air yang dituangkan kepada asam yang lebih berat itu, uap mungkin dengan tiba-tiba akan
terbentuk yang akan mengangkat ke atas sedikit asam bersamanya, sehingga mungkin

15
menimbulkan cedera yang berat). Untuk mempelajari reaksi-reaksi pada sulfat (SO42-), digunakan
larutan natrium sulfat, Na2SO4.10H2O, 0,1 M.
1. Larutan barium klorida
Endapan putih barium sulfat, BaSO4, yang tak larut dalam asam klorida encer panas dan
dalam nitrat encer, tetapi larut sedang-sedang saja dalam asam klorida pekat yang menndidih.
SO42- + Ba2+ → BaSO4 ↓
Uji ini biasanya dilakukan dengan menambahkan regenesia kepada larutan yang diasamkan
dengan asam klorida encer, karbonat, sulfit, dan fosfat tidak diendapkan pada kondisi-kondisi ini.
Asam klorida pekat atau asam nitrat pekat tak boleh dipakai, karena mungkin membentuk
endapan barium klorida atau endapan barium nitrat; namun, endapan-endapan ini melarut setelah
diencerkan dengan air. Endapan barium sulfat ini dapat disaring dari larutan yang panas dan
dilebur di atas arang dengan natrium karbonat, dimana natrium sulfida akan tebentuk. Yang
terakhir ini dapat diekstraksi dengan air dan ekstrak tersebut disaring ke dalam larutan
nitroprusida yang baru saja dibuat, pada mana diperoleh pewarnaan ungu yang transien
(sekejap). Suatu metode lain untuk ini adalah dengan menambahkan beberapa tetes asam klorida
yang sangat encer pada massa yang telah lebur itu, dan menutupinya dengan kertas timbal asetat;
akan dihasilkan suatu noda hitam timbal sulfida di atas kertas. Reaksi yang disebut reaksi Hepar,
yang kurang peka dibanding kedua uji di atas terdiri dari menaruh hasil peleburan tadi di atas
keping mata uang perak dan membasahinya dengan sedikit air ; hasilnya adalah suatu noda
hitam-kecoklatan, perak sulfida.
BaSO4 + 4C + Na2CO3 → Na2S + BaCO3 + 4CO
Na2S → 2Na+ + S2-
2S2- + 4Ag + O2 + 2H2O → 2Ag2S↓ + 4OH-
Suatu metode yang lebih efisien untuk menguraikan kebanyakan senyawa belerang
adalah dengan memanaskannya dengan natrium atau kalium, dan atau menguji larutan dari
produk tersebut terhadap sulfida. Uji ini akan menjadi lebih peka, dengan memanaskan zat itu
dengan kalium dalam sebuah tabung-pijar, melarutkan leburan dalam air, dan menguji terhadap
sulfida reaksi nitroprusida atau biru metilena.
Uji-uji di atas (yang bergantung pada pembentukan sulfida), tidaklah khusus memberi
hasil positif oleh sulfat, tetapi juga oleh kebanyakan senyawa belerang. Tetapi, jika yang kita
gunakan adalah barium sulfat yang diendapkan dengan adanya asam klorida, maka reaksi ini
boleh dipakai sebagai uji pemastian terhadap sulfat.

16
2. Larutan timbal asetat
Endapan putih timbal sulfat, PbSO4, yang larut dalam asam sulfat pekat panas, dalam larutan
amonium asetat dan larutan amonium tatrat dan dalam larutan natrium hidroksida. Dalam hal
yang terakhir, terbentuk natrium tetrahidroksoplumbat(II), dan setelah diasamkan dengan asam
klorida, timbal ini mengkristal menjadi kloridanya. Jika suatu larutan air dari endapan ini
diasamkan dengan asam asetat, dan larutan kalium kromat ditambahkan timbal kromat yang
kuning akan mengendap.
SO42- + Pb2+ → PbSO4↓

3. Larutan perak nitrat


Endapan kristalin putih perak sulfat, Ag2SO4 (kelarutan 5,8l-1 pada 18oC), dari larutan pekat.
SO42- + Ag+ → Ag2SO4↓

4. Uji natrium radizonat


Garam-garam barium menghasilkan endapan coklat kemerahan dan natrium redizonat.
Sulfat-sulfat dan asam sulfat menyebabkan hilangnya warna dengan seketika, karena
pembentukan barium sulfat yang tak larut. Uji ini spesifik untuk sulfat.
Taruh setetes larutan barium klorida di atas kertas saring atau kertas reaksi-tetes, diikuti oleh
setetes larutan air natrium redizonat 0,5 persen yang baru saja dibuat. Bubuhi bercak yang
coklat-kemerahan itu dengan setetes larutan uji yang asaam atau basa. Bercak yang berwarna itu
hilang.
Kepekaan : 4 μg SO42-. Batas konsentrasi : 1 dalam 10.000.

5. Uji kalium permanganat – barium sulfat


Jika barium sulfat diendapakan dalam larutan yang mengandung kalium permanganat,
endapan akan diwarnai merah-jambu (lembayung) oleh adsorpsi sedikit permanganat itu.
Permanganat yang telah diadsorpsi di atas endapan ini, tak dapat direduksi oleh zat-zat pereduksi
yang umum (termasuk hidrogen peroksida); kelebihan kalium permanganat di dalam cairan
induk mudah bereaksi dengan zat-zat pereduksi, sehingga menjadikan barium sulfat yang merah-
jambu nampak jelas dalam larutan yang tak berwarna itu.
Taruh 3 tetes larutan uji dalam tabung pemusing semimikro, tambahkan 2 tetes larutan
kalium permanganat 0,02M dan 1 tetes larutan barium klorida. Kita memperoleh endapan merah-
jambu. Tambahkan beberapa tetes larutan hidrogen peroksida 3 persen atau larutan asam oksalat
0,5M (dalam hal yang terakhir, perlu dipanaskan di atas penangas air sampai penghilang warna
telah sempurna). Pusingkan. Endapan yang berwarna akan nampak jelas.

17
Kepekaan : 2,5 μg SO42-. Batas konsentrasi : 1 dalam 20.000.

6. Larutan merkurium (II) nitrat


SO42- + 3Hg + 2H2O → Hg SO4. HgO ↓ + 4H+
Ini merupakan uji yang peka, yang bahkan juga memberi hasil positif dengan suspensi
barium sulfat atau timbal sulfat.

BAB III

DAMPAK LINGKUNGAN

Emisi gas SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan, air hujan tersebut
bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH “hujan normal”), yang dikenal
sebagai “hujan asam”.

Dampak dari hujan asam ini yaitu :

18
 Menghambat perkembang biakan binatang yang hidup di air akan mati, pH yang semakin
kecil akan menghambat pertumbuhan larva ikan, sehingga membuat ikan sulit untuk berkembang
biak, seperti ikan trout.
 Memusnahkan berbagai jenis ikan, menurut penelitian, plankton tidak dapat bertahan
hidup apabila pH pada air dibawah 5, sedangkan plankton adalah makanan dasar dari ikan dan
keadaan tersebut dapat menyebabkan putusnya rantai makanan, pH yang terlalu kecil juga akan
membuat beberapa jenis logam akan bercampur seperti alumunium, keadaan tersebut dapat
menyebabkan ikan mengeluarkan banyak lendir dari ingsan nya seghingga ikan akan sulit
berespirasi.
 Racun bagi manusia, hujan asam juga dapat berdampak bagi kesehatan manusia. Hujan
asam akan menyebar ke sungai, danau dan tempat menampunyan air, pH yang terlalu rendah
sangat tidak baik untuk manusia
 Kerusakan lingkungan, hujan asam dapat menyebabkan tumbuhan mati. Hujan asam akan
menghancurkan zat lilin yang terdapat pada tumbuhan. Nutrisi yang ada pada tumbuhan tersebut
akan hilang, sehingga tanaman tersebut dapat dengan mudah terserang penyakit seprti jamur.
Kerusakan hutan yang paling banyak terkena dampaknya adalah di pegunungan, karena di
daerah tersebut sering terjadi hujan.
 Hujan asam juga dapat mengganggu estetika bangunan. Hujan asam bersifat korosif
sehingga bangunan-bangunan menjadi lapuk dan berkarat.

Penanggulangan hujan asam :

Usaha untuk mengendalikan deposisi asam ialah menggunakan bahan bakar yang
mengandung sedikit zat pencemaran, menghindari terbentuknya zat pencemar saar terjadinya
pembakaran, menangkap zat pencemar dari gas buangan dan penghematan energi.

a) Menggunakan Bahan Bakar Dengan kandungan Belerang Rendah

Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. Penggunaan gas asalm akan mengurangi
emisi zat pembentuk asam, akan tetapi kebocoran gas ini dapat menambah emisi metan. Usaha

19
lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar non-belerang atau bahan bakar alternatif yang
ramah lingkungan, misalnya metanol, etanol dan hidrogen.

b) Pengendalian Pencemaran Selama Pembakaran

Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan Nox pada waktu pembakaran telah
dikembangkan. Salah satu teknologi ialah lime injection in multiple burners (LIMB). Selain itu,
bisa juga dilakukan dengan penggunaan Scrubbers. Alatini mampu mengurangi emisi sulfur
okida hingga 80-95 % (Ophardt, C.O., 2003).

c) Pengendalian Setelah Pembakaran

Zat pencemar juga dapat dikurangi dengan gas ilmiah hasil pembakaran. Teknologi yang
sudah banyak dipakai ialah fle gas desulfurization (FGD). Cara lain ialah dengan menggunakan
amonia sebagai zat pengikatnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagi
pupuk.

d) Mengaplikasikan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Reduce)

Hendaknya prinsip ini dijadikan landasan saat memproduksi suatu barang, dimana produk
itu harus dapat digunakan kembali atau dapat didaur ulang sehingga jumlah sampah atau limbah
yang dihasilkan dapat dikurangi.

e) Untuk mengurangi dampak buruk yang muncul dari hujan asam terhadap tanah
ataupun danau dapat dilakukan dengan menambahkan zat kapur kedalam tanah atau kedalam
danau. Penambahan kapur kedalam tanah maupun danau dapat menetralkan sifat asam.

f) Melakukan Reboisasi atau penanaman kembali. Keberhasilan program reboisasi dan


rehabilitasi lahan akan dapat meningkatkan produktivitas lahan dan kualitas lingkungan terutama
dalam aspek.

20
21

You might also like