Professional Documents
Culture Documents
GZKL
GZKL
TINJAUAN PUSTAKA
lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran BB, TB dan LILA sesuai dengan
umur adalah yang paling sering digunakan untuk survey sedangkan untuk
perorangan dan keluarga pengukuran BB dan TB atau panjang badan (PB)
adalah yang paling dikenal (Supariasa, 2004).
Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat
ditentukan apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau
buruk. Hal tersebut diperoleh dengan membandingkan berat badan dan
tinggi badan hasil pengukuran dengan suatu standar internasional yang
dikeluarkan oleh WHO. Status gizi tidak hanya diketahui dengan
mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi
juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-masing indikator
mempunyai makna sendiri-sendiri (Supariasa, 2004).
Pengukuran status gizi dengan indikator BB/U menunjukkan
secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah,
namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga
dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator ini dapat dengan mudah dan
cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan
status gizi dalam jangka waktu pendek; dan dapat mendeteksi kegemukan
(Soekirman, 2000).
Pengukuran status gizi dengan indikator TB/U dapat
menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi kronis.
Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik.
Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat,
baik pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak
dapat lagi dinormalkan. Kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi
badan optimal pada anak balita masih bisa sedangkan anak usia sekolah
sampai remaja kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan
masih bisa tetapi kecil kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan
optimal. Secara normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur. Pertambahan TB relatif kurang sensitif terhadap
kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap
pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Indikator ini
9
3. KEP berat/ gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku
medianWHO-NCHS. KEP sedang dan KEP berat /gizi buruk pada
KMS tidak ada garis pemisah yang membedakan, sehingga untuk
menentukan KEP berat/ gizi buruk menggunakan tabel BB/U baku
median WHO-NCHS.
2.2.3. Gejala Klinis Balita KEP berat/ gizi buruk
Anak yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan KEP sedang
pada pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP
berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor (Depkes, 2008).
1. Marasmus:
a. Anak sangat kurus
b. Wajah seperti orang tua
c. Cengeng dan rewel
d. Rambut tipis, jarang dan kusam
e. Kulit keriput
f. Tulang iga tampak jelas
g. Pantat kendur dan keriput
h. Perut cekung
2. Kwashiorkor :
a. Wajah bulat dan sembab
b. Cengeng dan rewel
c. Rambut tipis, jarang, kusam, warna rambut jagung dan bila
dicabut tidak sakit.
d. Kedua punggung kaki bengkak
e. Bercak merah kehitaman di tungkai atau di pantat
3. Marasmik-kwasiorkor :
a. Anak sangat kurus
b. Wajah seperti orang tua atau bulat dan sembab
c. Cengeng dan rewel
d. Tidak bereaksi terhadap rangsangan, apatis
14
mineral mix 20 ml, kemudian ditambah air matang sampai 1000 ml.
Menurut Asikin (1989), pemberian Modisco ( termasuk
Formula 100) ada beberapa kendala yang dihadapi dan yang
paling sering dikeluhkan yaitu anak tidak suka susu, sehingga
diatasi dengan pemberian Formula 100 melalui sonde bila anak
dirawat di rumah sakit / puskesmas rawat inap, atau dapat juga
dilakukan dengan mencampurkan F100 pada makanan atau
minuman yang disukai anak. Keluhan lain yang dijumpai adalah
kebanyakan anak tidak suka minyak, sehingga untuk mengatasi
hal tersebut dapat mengganti minyak dengan margarine. Dijumpai
pula keluhan anak kurang nafsu makan sehingga porsi yang
diberikan tidak habis, disarankan untuk memberikan Formula 100
dalam bentuk pekat kalori dengan jumlah yang lebih sedikit.
Penelitian di Malang tahun 2005 pada anak balita KEP dengan
memberikan formula WHO Modifikasi mampu meningkatkan status
gizi 22,58% menjadi status gizi baik, 58,06% menjadi gizi kurang
dan 19,35% tetap gizi buruk selama 90 hari (Setyobudi, 2005).
Italia juga melakukan penelitian dengaan menggunakan
Rinforza yaitu suatu susu formula dengan kandungan kalori 103 kkal
dan protein 3,1 gram per 100 ml serta ditambah minyak sayur dan
mineral untuk anak gizi kurang umur 1 – 10 tahun, mampu untuk
menurunkan anak gizi kurang WHZ< persentil 25 dari 56 % menjadi
45% dalam kurun waktu 2 bulan ( Nugroho, 2005).
Penelitian di Semarang tahun 2012 dengan menggunakan
Formula 100 dan biskuit sun 6 keping sajian pada balita gizi buruk
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan status
gizi berdasarkan BB/TB dan BB/U dengan memberikan rerata
kontribusi energi sebanyak 54,60% dan protein 79,17%
(Fitriyanti, 2012).
seperti ini orang sudah dinamakan malnutrisi atau kurang gizi. Dengan
meningkatkan defisiensi gizi maka muncul perubahan biokimia dan
rendahnya zat gizi dalam darah berupa rendahnya tingkat hemoglobin,
serum dan karoten serta vitamin A. Apabila keadaan ini berlangsung lama
maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti kelemahan, pusing,
kelelahan, nafas pendek (Supariasa, 2004).
Formula
Makanan tidak adekuat Penyakit infeksi
100
Pola asuh
Tidak cukup Sanitasi &air
anak tidak bersih/yankes dasar
persediaan
memadai tidak memadai
pangan
Status gizi
Tipe Pemberian
Makanan Tambahan
Pemulihan
Morbiditas
2.7. Hipotesis
Ada perbedaan dari tipe pemberian makanan tambahan pemulihan
dengan peningkatan status gizi balita KEP berdasarkan BB/U, BB/TB,
IMT/U
Ada Perbedaan dari tipe Pemberian Makanan Tambahan
pemulihan dengan morbiditas balita KEP.