You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos artinya
ilmu pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel.
Definisi sel adalah sel merupakan unit struktural yang terkecil dari mahluk
hidup yang terdiri dari segumpal protoplasma dan inti sel. Selanjutnya seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga pada tahun 1930 ditemukan
mikroskop elektron. Definisi sel selanjutnya berbunyi “ Sel adalah merupakan
unit struktural dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di dalam suatu
lingkungan yang mati “.

Sitologi, lebih dikenal sebagai biologi sel, mempelajari struktur sel,


komposisi seluler, dan interaksi sel dengan sel lain dan lingkungan yang lebih
besar di mana mereka ada. Istilah “sitologi” juga dapat merujuk kepada
Sitopatologi, yang menganalisis struktur sel untuk mendiagnosa penyakit.
Studi mikroskopis dan molekul sel dapat fokus pada organisme baik multisel
atau bersel tunggal.

Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Pada pemeriksaan


sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi sel yang spontan
sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel permukaan, dimana
sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti dengan sel yang lebih
muda. Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita temukan misalnya pada:
urine, dahak, cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel tersebut akan
mengalami degenerasi bila tidak segera difiksasi. Pada saat terlepas dari
jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula dari tekanan sekelilingnya, hingga akan
mengambil bentuk tertentu yang khas, yang dapat sangat berbeda dari bentu
semula sewaktu masih berada dalam jaringan.Berperan untuk menentukan
perubahan struktur sel dikenal dengan istilah sitologi diagnostik. Didalam
pelayanan pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi, pemeriksaan sitologi
dibagi dalam 2 bagian yaitu (1) pemeriksaan sitologi exfoliatif misalnya PAP

1
Smear adalah pemeriksaan sitologi dari apusan cervix uteri,(2) Sitologi
aspiratif atau FNAB (Fine needle aspirasi biopsi) adalah tindakan medik
untuk mengambil sel dari suatu kelainan organ dengan needle ukuran 22-25
Gauge. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya tumor atau
peradangan.
Pemeriksaan FNAB /BAJAH (Sitologi Aspiratif)dilakukan sebelum
operasi dan pemeriksaan ini lebih sederhana,lebih cepat dan tidak terlalu
intervesif sedangkan untuk pemeriksaan sitologi exfoliatif misalnya PAP
Smear merupakan salah satu pemeriksaan preventif yang berperan untuk
deteksi dini kanker Rahim selain itu pula dapat menjadi follow up pasca
pengobatan.Pada Pap smear adalah pemeriksaan yang berfungsi mendeteksi
perubahan sel-sel leher Rahim (ecto dan endocervix atau bagian luar dan
dalam cervix) sedangkan pada IVA adalah pemeriksaan leher Rahim dengan
cara melihat langsung dengan mata telanjang permukaan leher Rahim
(cervix) setelah memulas dengan larutan asam acetat 3-5%.
Deteksi dini adalah upaya untuk medeteksi dan mengidentifikasi secara
dini adanya kanker sehingga diharapkan dapat diterapi dan memiliki peluang
lebih besar untuk sembuh (80-90%). Berdasarkan data SIRS (System
informasi Rumah sakit Indonesia) 2010 bahwa kanker payudara dan kanker
leher Rahim merupakan jenis kanker tertinggi. Pada pasien rawat inap
maupun rawat jalan diseluruh Rumah Sakit di Indonesia dengan proporsi
sebesar 28,7% untuk kanker payudara dan kanker leher Rahim 12,8%.

1.2 Rumusan Masalah


1. bagaimana prosedur pewarnaan giemsa pada pemeriksaan sitologi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pewarnaan giemsa pada pemeriksaan sitologi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Sitologi


Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Pada pemeriksaan
sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi sel yang spontan

2
sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel permukaan, dimana
sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti dengan sel yang lebih
muda. Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita temukan misalnya pada:
urine, dahak, cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel tersebut akan
mengalami degenerasi bila tidak segera difiksasi. Pada saat terlepas dari
jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula dari tekanan sekelilingnya, hingga akan
mengambil bentuk tertentu yang khas, yang dapat sangat berbeda dari bentu
semula sewaktu masih berada dalam jaringan.Berperan untuk menentukan
perubahan struktur sel dikenal dengan istilah sitologi diagnostik. Didalam
pelayanan pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi, pemeriksaan sitologi
dibagi dalam 2 bagian yaitu (1) pemeriksaan sitologi exfoliatif misalnya PAP
Smear adalah pemeriksaan sitologi dari apusan cervix uteri,(2) Sitologi
aspiratif atau FNAB (Fine needle aspirasi biopsi) adalah tindakan medik
untuk mengambil sel dari suatu kelainan organ dengan needle ukuran 22-25
Gauge. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya tumor atau
peradangan.
Pemeriksaan FNAB /BAJAH (Sitologi Aspiratif)dilakukan sebelum
operasi dan pemeriksaan ini lebih sederhana,lebih cepat dan tidak terlalu
intervesif sedangkan untuk pemeriksaan sitologi exfoliatif misalnya PAP
Smear merupakan salah satu pemeriksaan preventif yang berperan untuk
deteksi dini kanker Rahim selain itu pula dapat menjadi follow up pasca
pengobatan. Pap smear berbeda dengan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual
Asam Asetat). Pada Pap smear adalah pemeriksaan yang berfungsi
mendeteksi perubahan sel-sel leher Rahim (ecto dan endocervix atau bagian
luar dan dalam cervix) sedangkan pada IVA adalah pemeriksaan leher Rahim
dengan cara melihat langsung dengan mata telanjang permukaan leher Rahim
(cervix) setelah memulas dengan larutan asam acetat 3-5%.

2.2 Cara pengambilan Sampel Sitologi

Cara pengambilan sampel untuk pemeriksaan serologi dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut :

3
1. Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus menggunakan jarum 10 cc dengan
tekanan yang mampu menarik sel.Digunakan untuk daerah patologi yang
jauh. Contohnya di leher.Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus menggunakan
ganggang piston untuk membantu spit mengambil kanker yang padat. Dengan
caranya :

1) Sebelum biopsi, pastikan tekanan spit

2) Tusukkan spit ke daerah kanker, tarik spit untuk memberi tekanan

3) Manipulasi ke segala arah, untuk mendapatkan sel

4) Normalkan piston.

Biopsi dapat dilakukan dengan cara :

a) FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) digunakan untuk tumor yang


bisa diraba (palpable) contohnya kanker tiroid, atau di leher, di payudara,
di permukaan kulit.

b) Core Needle Aspiration / Cutting Core Biopsy = biopsi transuretral


menggunakan jarum dengan diameter besar. Digunakan untuk biopsi
prostat, hepar.

c) Biopsi Insisional adalah mengambil sebagian dari massa


tumor.Digunakan untuk massa tumor yang besar dan bila FNAB gagal.

d) Biopsi Eksisional adalah mengangkat/membedah seluruh massa tumor


secara surgecy biopsy.

2. Scrapping sama dengan artinya menggerok, berarti daerah patologis akan


dikerok lalu diperiksa. Biasanya pake spatel. Contohnya PAP SMEAR,
permeriksaan lesi di bukal.

3. Imprinting yaitu menempelkan objek glass ke daerah patologis.Biasa


dilakukan pada lesi yang luar, contoh di bibir atau di lidah.

4
4. Cairan ; pleura, sputum (cairan di bronkoli dan alveoli), BAL, dubur, vagina.
Kalau di mulut biasanya cara mengambilnya dikumur-kumur, lalu
disentrifuge (diputar dengan kecepatan tinggi) maka didapat sel akan terpisah
dari cairan.

5. Cytobrush yaitu mengambil sel sampai ke lapisan basal menggunakan


cytobrush.

Setelah diambil dan ditaruh di objek glass, ada 2 pilihan difiksasi atau
tidak . jika Fiksasi digunakan dalam waktu lebih dari 1 jam, Sel yang difiksasi
akan diberi alkohol 96% (alkohol absolut)atau 50% untuk cairan.Pewarnaan
yang digunakan yaitu pewarnaan Hmatosilin-Eosin atau Papanicoulou. Jika
tidak difiksasi, contohnya apusan darah kering diwarnai dengan pewarna
Giemsa.

2.3 Pengertian Pewarnaan Giemsa


Pewarnaan Giemsa (Giemsa Stain) adalah reagen yang biasa digunakan
untuk pewarnaan giemsa. Pewarnaan giemsa, namanya diambil dari seorang
peneliti malaria yaitu Gustav Giemsa. Tinta Giemsa tersusun atas campuran
pewarna eosin, methylene blue, dan methylene azure. Campuran methylene
azure dan methylene blue akan membentuk eosinat yang membuat hasil
pewarnaan menjadi lebih stabil.
pewarnaan Giemsa adalah sebagai teknik standar untuk mewarnai parasit
plasmodium penyebab malaria, selain itu tehnik ini juga digunakan dalam
histologi karena mampu mewarnai kromatin, membran inti sel,
metachromasia, dan komponel sel lainnya dengan kualitas yang dinilai
memuaskan. Selain itu, tehnik pewarnaan Giemsa juga merupakan teknik
dasar untuk mengklasifikasikan sel limfoma dalam klasifikasi Kiel. Lebih
jauh lagi, tehnik pewarnaan Giemsa juga dapat digunakan untuk membedakan
bakteri dengan fungi. Dalam tampilam mikroskop, hifa milik kapang akan
menunjukkan warna ungu atau biru, setelah dilakukan pewarnaan. Tehnik
pewarnaan Giemsa juga umum digunakan untuk mendeteksi nematoda
penyebab filariasis (kaki gajah).

2.4 Sediaan/preparat dengan pewarnaan metode Giemsa

5
Pada pemeriksaan sitologi yang diperiksa morfologi sel-sel cairan tubuh.
Sediaan atau disebut duga preparat dibuat berupa apusan pada objek glass
yang diwarani dengan pewarnaan tertentu.

a. Tujuan : Terutama yang diperiksa adalah detail dari morfologi


untuk memeriksa intisel, untuk melihat apakah sel tersebut
selnormal, sel noeplasma jinak atau ganas.

b. Prinsip : dari pewarnaan giemsa adalah presipitasi hitam yang


terbentuk dari penambahan larutan metilen biru dan eosin
yang dilarutkan di dalam metanol

c. Sampel : Aspirasi Jarum Halus (AJH), dan Endapan cairan yang


telah disentrifuge

d. Bahan :

1. Larutan pewarna giemza

2. Larutan Phosfat buffer (ph 6,8)

3. Methanol

e. Prosedur kerja

1) Pembuatan sediaan apus darah

 sediaan apus darah tebal

1. teteskan satu tetes darah pada objek glass (tidak menggunakan darah
dengan antikoagulan),

2. Gunakan ujung objek glass lainnya untuk membuat lingkaran dengan


diameter ± 1 cm, keringkan

3. Diwarnai dengan giemsa setelah dibasuh dengan air untuk melisiskan sel
darah tanpa dilakukan fiksasi dengan metanol.

6
 sediaan apus darah tipis

1. diteteskan satu tetes darah dibuat apusan sehingga membentuk bagian tipis
dan keringkan

2. Fiksasi dengan metanol absolut selama 5 menit.

2) Prosedur Pewarnaan Giemsa

1. Slide yang telah berisi hapusan sediment dilakukan fiksasi kering dengan
cara diangin-anginkan atau didiamkan pada suhu ruang selama
beberapa saat.
2. Setelah sediaan benar-benar kering, maka dilakukan pewarnaan Giemsa
dengan memasukan slide ke dalam larutan methanol dan diamkan selama
5 menit.
3. Setelah itu, masukan slide ke dalam zat warna giemsa dan diamkan
selama 5 - 15 menit.
4. Keringkan slide dengan cara memiringkan slide selama beberapa saat
sampai sediaan benar-benar kering.
5. Setelah slide kering, lakukan mounting dengan cara meletakan etillen atau
lem diatas slide lalu segera tutup dengan cover glass.
6. Ratakan permukaan slide menggunakan pinset sehingga tidak
terdapat gelembung udara pada slide. Setelah kering, baca slide dengan
mikroskop dengan perbesaran 100x (Gandasoebrata,2007).

f. Skema Kerja

7
Gambar 1. skema kerja pewarnaan giemsa

2.5 Ciri-ciri Sediaan Apus Yang Baik


1. Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya ½ - ⅔ panjang kaca
2. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu
eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan,
3. Rata, tidak berlubang-lubang tidak bergaris-garis,
4. Mempunyai penyebaran yang baik, tidak berhimpun pada pinggir-pinggir
atau ujung-ujung sediaan.

Gambar 2. Sediaan apus yang baik

2.6 Interpretasi Hasil


1. Hasil positif akan ditandai dengan : warna ungu pada Nukleus, dan
semua Substansi basofilik,
sitoplasma basofilik, bakteri, Ca.
2. Hasil negative akan ditandai dengan : warna merah pada Eosinofil,
Sitoplasma, Granula, Serabut

8
Kolagen, jaringan ikat, dan semua
jaringan lainnya.

2.7 Sumber Kesalahan


1. Kesalahan dalam mempersiapkan pasien, pengambilan dan
penyimpanan bahan pemeriksaan.
2. Sediaan apus terlalu biru memungkinkan disebabkan oleh apusan yang
terlampau tebal, pewarnaan terlalu lama, kurang pencucian, zat warna
yang kurang alkalis.
3. Sediaan apus terlalu merah memungkinkan disebabkan oleh zat warna
sediaan atau larutan yang asam.
4. Bercak-bercak zat warna pada sediaan apus dapat disebabkan oleh zat
warna tidak disaring sebelum dipakai atau pewarnaan terlalu lama
sehingga zat warna terlalu kering pada sediaan.
5. Morfologi sel yang terbaik adalah bila menggunakan darah tepi
langsung tanpa anti koagulansia. Bila menggunakan anti koagulansia
sediaan apus harus dibuat segera, tidak lebih dari satu jam setelah
pengambilan darah. Penggunaan anti koagulansia heparin akan
menyebabkan latar belakang berwarna biru.
6. Sediaan apus yang tidak rata dapat disebabkan oleh kaca pengapus
yang tidak bersihatau pinggirnya yang tidak rata oleh kaca objek yang
berlemak.
7. Fiksasi yang tidak baik menyebabkan perubahan morfologi dan warna
sediaan.
8. Fiksasi yang tidak dilakukan segera setelah sediaan apus kering dapat
mengakibatkan perubahan morfologi leukosit.

2.8 Kelebihan Dan Kekurangan Pada Pewarnaan Giemsa


a. Kelebihan pada pewarnaan giemsa
Dapat menemukan parasit lebih cepat karena volume darah yang
digunakan sangat banyak,

b. Kelemahan pada pewarnaan giemsa


Sediaan darah apus tebal sehingga bentuk parasit yang kurang lengkap
morfologinya. (Sandjaja,2007)

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel. Pada pemeriksaan


sitologi, sel yang diperiksa dapat berasal dari exfoliasi sel yang spontan
sebagai hasil dari pertumbuhan yang terus-menerus sel permukaan, dimana
sel-sel yang paling atas selalu terlepas untuk diganti dengan sel yang lebih
muda. Exfoliasi sel yang terjadi spontan dapat kita temukan misalnya pada:
urine, dahak, cairan ascites dan cairan vagina. Sel-sel tersebut akan
mengalami degenerasi bila tidak segera difiksasi. Pada saat terlepas dari

10
jaringan, sel-sel tesebut terlepas pula dari tekanan sekelilingnya, hingga akan
mengambil bentuk tertentu yang khas, yang dapat sangat berbeda dari bentu
semula sewaktu masih berada dalam jaringan.Berperan untuk menentukan
perubahan struktur sel dikenal dengan istilah sitologi diagnostik. Didalam
pelayanan pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi, pemeriksaan sitologi
dibagi dalam 2 bagian yaitu (1) pemeriksaan sitologi exfoliatif misalnya PAP
Smear adalah pemeriksaan sitologi dari apusan cervix uteri,(2) Sitologi
aspiratif atau FNAB (Fine needle aspirasi biopsi) adalah tindakan medik
untuk mengambil sel dari suatu kelainan organ dengan needle ukuran 22-25
Gauge. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan adanya tumor atau
peradangan.
pewarnaan Giemsa adalah sebagai teknik standar untuk mewarnai parasit
plasmodium penyebab malaria, selain itu tehnik ini juga digunakan dalam
histologi karena mampu mewarnai kromatin, membran inti sel,
metachromasia, dan komponel sel lainnya dengan kualitas yang dinilai
memuaskan. Selain itu, tehnik pewarnaan Giemsa juga merupakan teknik
dasar untuk mengklasifikasikan sel limfoma dalam klasifikasi Kiel. Dimana
Hasil positif akan ditandai dengan warna ungu : Nukleus, dan semua
Substansi basofilik, sitoplasma basofilik, bakteri, Ca. sedangkan Hasil
negative akan ditandai dengan warna merah: Eosinofil, Sitoplasma, Granula,
Serabut Kolagen, jaringan ikat, dan semua jaringan lainnya.

3.2 saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, di
butuhkan saran berupa kritik, solusi, dan masukan yang positif demi
menyepurnakan makalah ini, sehingga penulis bisa menyempurnakan
makalah ini.

11

You might also like