Professional Documents
Culture Documents
Sistem Rujukan Di Indonesia
Sistem Rujukan Di Indonesia
Oleh:
Pembimbing:
PENDAHULUAN
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan bahwa operasional BPJS Kesehatan dimulai sejak tanggal
1 Januari 2014. Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Masyarakat sebagai
peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan
stakeholder terkait tentu perlu mengetahui prosedur dan kebijakan pelayanan dalam
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan haknya. Untuk itu pedoman penggunaan
fasilitas daripada jaminan kesehatan perlu diberikan baik dalam bentuk edukasi maupun fisik
buku oleh pengelola dengan harapan dapat membantu pemahaman tentang hak dan kewajiban
stakeholder terkait baik Dokter/Dokter Gigi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Peserta BPJS Kesehatan
maupun pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang program Jaminan Kesehatan
Nasional.
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem
kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu
pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efisien), perlu
adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan
sistem rujukan. Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga,
dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan
saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan
medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di
atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan
segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan
menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu
tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada
dukungan peraturan (Standar Kesehatan Nasional ; 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-
balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang
sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih
rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak
dibatasi oleh wilayah administrasi. Syarat syarat tertentu harus dipenuhi sebelum
system rujukan dapat berfungsi secara tepat, seperti :
Tujuan umum sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelayanan kesehatan secara terpadu
Tujuan khusus sistem rujukan adalah:
a. Meningkatkan kemampuan puskesmas dan peningkatannya dalam rangka
menangani rujukan kasus “resiko tinggi” dan gawat darurat yang terkait dengan
kematian ibu maternal dan bayi.
b. Menyeragamkan dan menyederhanakan prosedur rujukan di wilayah kerja
puskesmas. (Jannah, 2014)
C. Ketentuan umum pada sistem rujukan
Pada pelaksanaannya sistem rujukan, tentu ada syarat-syarat maupun polacara tertentu
seperti berikut ini:
(BPJS, 2014)
Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh masing-masing Kantor Cabang BPJS
Kesehatan sesuai dengan wilayah kerjanya dengan menunjuk Person In charge (PIC)
dari masing-masing Faskes. Tugas PIC Faskes adalah menyediakan informasi yang
dibutuhkan dalam rangka pelayanan rujukan (BPJS, 2014)
Dalam pelaksanaannya, tentu sistem rujukan harus selalu dalam pengawasan oleh
masing-masing penanggung jawab fasilitas-fasilitas terkait seperti berikut ;
1. Kepala Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan
dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2. Kepala Dinkes provinsi dan organisasi profesi bertanggung jawab atas pembinaan
dan pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan tingkat kedua.
3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan rujukan pada pelayanan
kesehatan tingkat ketiga.
(BPJS, 2014)
G. Alur Sistem Rujukan Berjenjang
Seperti tertera pada gambar di atas, alur sistem rujukan berjenjang dimulai dari
fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas) terus berurut semakin ke atas sesuai
dengan kompetensi atau kesukaran kasus yang didapatkan.
Seperti terlihat pada gambar di atas, alur pelayanan kesehatan dalam sistem rujukan
berjenjang yaitu dimulai dari faskes primer dan seterusnya, kecuali pada kasus
emergency (pasien dapat langsung menuju ke faskes tingkat lanjut secara langsung.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Dalam era JKN khususnya sistem rujukan berjenjang “efisiensi” merupakan suatu hal
yang sangat penting dan diutamakan.
2. Sistem rujukan berjenjang yang diterapkan merupakan salah satu metode untuk semakin
meng-efisiensikan pelayanan kesehatan.
3. Dibutuhkan pemahaman yang lebih komprehensif baik dari segi peserta maupun
pemberi layanan kesehatan di era JKN ini terlebih dalam sistem rujukan berjenjang.
4. Setiap pusat pelayanan kesehatan dibina dan diawasi langsung oleh penanggung jawab
dari masing-masing tingkat.
B. Saran
1. Sebaiknya setiap peserta JKN diberi pedoman tentang bagaimana pelayanan kesehatan
pada era JKN dengan sistem rujukan berjenjang itu.
2. Sebaiknya diadakan seminar materi sosialisasi tentang sistem rujukan berjenjang pada
setiap tingkat pusat pelayanan kesehatan secara rutin yang ditujukan untuk petugas
pemberi layanan.
3. Mungkin dapat dibuat leaflet/brosur interaktif secara sederhana tentang sistem rujukan
berjenjang yang dapat dibaca dengan mudah para peserta JKN
Daftar Pustaka