Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
C1C015088
1
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan
banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba” dengan
baik tanpa ada halangan yang berarti.
Proposal penelitian ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat luas.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3
2.1.3.4 MANFAAT RASIO PROFITABILITAS……………...24
2.1.4 UKURAN PERUSAHAAN…………………………………..24
2.1.5 LAPORAN KEUANGAN
2.1.5.1 PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN……………25
2.1.5.2 TUJUAN LAPORAN KEUANGAN……………….….25
2.2 PENELITIAN TERDAHULU……………………………….29
2.3 PENGARUH VARIABEL INDEPENDEN TERHADAP
VARIABEL DEPENDEN
DAFRAR PUSTAKA
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan investor
dalam menilai kinerja perusahaan yang go public. Menurut Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal
(yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai arus kas, atau laporan arus
dana), catatan, dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Laporan keuangan harus mampu menyajikan informasi yang relevan agar
dapat digunakan oleh investor untuk pengambilan keputusan invesatasinya. Menurut Hery
(2012:4) laporan keuangan merupakan alat informasi yang menghubungkan perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan
dan kinerja perusahaan. Laba yang merupakan salah satu bagian dalam laporan keuangan
merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur kenaikan atau penurunan kinerja pada
perusahaan. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajar dan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai posisi keuangan, hasil usaha, dan
perubahan lain dalam posisi keuangan, sedangkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
dijelaskan tentang tujuan laporan keuangan yang isinya : “Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”. Perbedaan tujuan antara manajemen dan pemilik dalam
perusahaan menimbulkan masalah keagenan dimana manajer yang bertindak sebagai agent
dan pemilik perusahaan sebagai principal terdapat perbedaan informasi atau adanya asimetri
informasi yaitu dimana manajer yang bertindak sebagai pihak internal perusahaan lebih
mengetahui keadaan perusahaan dari pada pemilik perusahaan (pihak eksternal), sehingga
celah ini yang dimanfaatkan manajer untuk melakukan manajemen laba (earning
management).
5
Sri Sulistyanto (2008:6) mendefinisikan manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan
untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasiinformasi dalam laporan keuangan
dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi
perusahaan. Manajemen laba (earning management) merupakan potensi manajemen akrual
untuk memperoleh keuntungan. Upaya perusahaan atau pihak-pihak tertentu untuk
merekayasa, memanipulasi informasi, bahkan melakukan tindakan manajemen laba yang
dapat menyebabkan laporan keuangan tidak lagi mencerminkan nilai fundamentalnya, karena
laporan keuangan seharusnya berfungsi sebagai media komunikasi manajemen dengan pihak
eksternal atau antara perusahaan dengan pemangku kepentingan. Manajemen laba dapat
menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat menggangu pemakai laporan keuangan
yang mempercayai sepenuhnya pada angka laba hasil rekayasa tersebut. Manajemen laba
tidak hanya merugikan investor, namun juga dapat berbalik merugikan manajemen. Jika
investor sampai mengetahui informasi yang disajikan manajemen tidak benar, harga saham
yang overvalued bisa menjadi undervalued. Harga saham yang lebih rendah dari harga
sesungguhnya merugikan manajemen, karena mempertinggi biaya manajemen untuk
memperoleh tambahan dana dari pasar modal (Setiawan dan Na’im, 2000). Tindakan
manajemen laba ini telah memunculkan beberapa kasus dalam pelaporan keuangan yang
secara luas diketahui, antara lain seperti PT.Kimia Farma Tbk dan PT. Katarina Utama Tbk.
Pada PT. Kimia Farma Tbk, perusahaan ini diperkirakan melakukan mark up laba bersih
dalam laporan keuangan tahun 2001. Dalam laporan tersebut, Kimia Farma menyebutkan
berhasil memperoleh laba sebesar Rp 132 miliar. Namun, laba yang dilaporkan tersebut pada
kenyataannya berbeda. Perusahaan farmasi ini pada tahun 2001 sebenarnya hanya
memperoleh keuntungan sebesar Rp 99 miliar. (Sumber: Tempo.com) Sama halnya dengan
kasus PT. Kimia Farma Tbk, PT. Katarina Utama Tbk diduga telah memanipulasi laporan
keuangan sebagaimana dituduhkan oleh salah satu pemegang sahammnya. PT. Media Intertel
Graha (MIG). Tentang laporan keuangan 2009 yang mencantumkan adanya piutang usaha
dari MIG sebesar Rp 8.606 miliar dan pendapatan dari MIG Rp 6.773 miliar. Selain itu
katarina diduga telah melakukan penggelembungan aset dengan memasukkan sejumlah
proyek fiktif senilai Rp 29,6 miliar dalam laporan perseroan. Dengan rincian dari PT Bahtiar
Mastura Omar (BMO) Rp 10,1 miliar, PT Ejey Indonesia Rp 10 miliar dan PT inti Bahana
Mandiri Rp 9,5 miliar. (Sumber: Detik.com).
6
Manajer merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas laporan keuangan yang wajar
dan akurat. Manajer memiliki kontrol utama atas integritas sistem akuntansi dan catatan
keuangan yang digunakan untuk membuat laporan keuangan. Kebebasan ini meningkatkan
nilai ekonomis atas angka akuntansi karena manajer dapat mengerahkan kecakapannya dalam
membuat penilaian dan mengkomunikasikan informasi yang mereka miliki melalui pilihan
dan perkiraan akuntansi. Fleksibilitas yang dimiliki manajemen dalam menyusun laporan
keuangan, memberikan celah bagi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba
melalui kebebasan yang diberikan kepada mereka dalam memilih atau mengubah metode
akuntansi. Deteksi atas kemungkinan dilakukannya manajemen laba dalam laporan keuangan
diteliti dengan menggunakan proksi Discretionary Accrual (DA). Discretionary Accrual
adalah komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajer, artinya manajer memberi
intervensinya dalam proses pelaporan akuntansi. Tindakan ini menyebabkan pengungkapan
informasi mengenai penghasilan laba menjadi menyesatkan. Manajemen laba ini dapat
mengurangi nilai ekonomis atas laporan keuangan dan dapat mengurangi tingkat kepercayaan
atas proses pelaporan (Subramanyam dan Wild, 2010:86). Oleh karena itu, akan
mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan perusahaan, khususnya pihak eksternal.
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Proksi
yang digunakan adalah total penjualan. Michelson (1995) dalam kustono (2009) menyatakan
bahwa perusahaan besar mempunyai insentif lebih besar untuk meratakan laba daripada
perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar kecendrungan
perusahaan untuk melakukan perataan laba.
Terdapat dua pandangan tentang bentuk hubungan ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba. Pandangan pertama menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan positif
terhadap manajemen laba. Artinya, semakin besar ukuran perusahaan maka akan
menyebabkan semakin besar manajemen laba. Menurut Watt dan Zimmerman (1990) dalam
Jao dan Gagaring (2011) hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan besar yang memiliki
biaya politik tinggi lebih cenderung memilih metode akuntansi untuk mengurangi laba yang
dilaporkan dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil. Pandangan kedua menyatakan ukuran
perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Artinya, ukuran perusahaan
7
yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan
besar (Jao dan Gagaring,2011). Berdasarkan Nasution dan Setiawan (2007) dalam Jao dan
Gagaring (2011) hal ini dikarenakan perusahaan kecil cenderung ingin memperlihatkan
kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Sementara itu, Guna dan Herawaty (2010) menyatakan tidak ada
pengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan laba melalui pengoperasian aktiva yang dimiliki menjadi tolok ukur
kinerja perusahaan dapat pula memotivasi tindakan manajemen laba pada suatu perusahaan.
Profitability merupakan salah satu variabel yang sering diteliti kaitannya dengan manajemen
laba. Profitabilitas sendiri merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Bila
perusahaan memiliki profitability yang memadai, perusahaan memiliki peluang untuk
mempertahankan keberlanjutan usahanya (Solihin, 2009). Fahmi (2011) menyebutkan bahwa
investor yang potensial akan menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan
kemampuannya untuk mendapatkan keuntungan profitability , karena mereka mengharapkan
dividend an harga pasar dari sahamnya.
Semakin besar Return on Assets (ROA) sebagai rasio profitabilitas yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan maka semakin efisien penggunaan aktiva sehingga akan memperbesar laba.
8
Return on Assets (ROA) merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya
perusahaan, yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Laba yang besar akan
menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi.
Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Sehingga ROA memotivasi manajemen untuk melakukan
manejemen laba, dapat dikatakan pula ROA berpengaruh positif terhadap manajemen laba,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2009), yang menyatakan ROA
berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Begitu juga dalam
penelitian Guna dan Herawaty (2010) yang menunjukan profitabilitas mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap manajemen laba. Hasil sebaliknya diperoleh penelitian Purwandari
(2011) yang menyatakan ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap tindakan manajemen
laba.
Beberapa kasus diatas menunjukkan beberapa praktik manajemen laba dalam pelaporan
keuangan (financial reporting) bukanlah suatu hal yang baru. Tingginya persaingan di pasar,
pada akhirnya telah menimbulkan suatu dorongan atau tekanan pada perusahaan-perusahaan
untuk berlomba-lomba menunjukkan kualitas dan kinerja yang baik, tidak peduli apakah cara
yang dipergunakan tersebut diperbolehkan atau tidak. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi
investor dan pihak eksternal lainnya dalam menilai apakah kandungan informasi yang
terdapat dalam laporan keuangan tersebut mencerminkan fakta dan nilai yang sebenarnya
ataukah hanya hasil dari widowdressing pihak manajemen.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai
pengaruh ukuran perusahaan dan profitabilitas sebagai variabel independen dengan periode
pengamatan dan objek penelitian yang berbeda untuk membedakan dengan penelitian
sebelumnya dan manajemen laba sebagai variabel dependen. Penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul:
9
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka masalah-masalah yang akan diteliti pada penelitian ini
adalah :
1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba?
2. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba?
3. Seberapa besar pengaruh Return On Equity terhadap manajemen laba?
10
2. Kegunaan Operasional / Pemecahan Masalah
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam pemecahan masalah earning
management (manajemen laba) yang dilakukan dengan mengefektifkan ukuran
perusahaan dan ROE.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
13
periodik. Selain itu penggunaan hutang yang terlalu besar juga akan menimbulkan
konflik keagenan antara shareholders dengan debtholders sehingga memunculkan biaya
keagenan hutang.
Ketiga, institutional investor sebagai monitoring agent. Moh’d et al, (1998) menyatakan
bahwa bentuk distribusi saham dari luar (outside shareholders) yaitu institutional
investor dan shareholders dispersion dapat mengurangi biaya keagenan ekuitas (agency
cost). Hal ini disebabkan karena kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat
digunakan untuk mendukung atau menantang keberadaan manajemen, maka konsentrasi
atau penyebaran power menjadi suatu hal yang relevan dalam perusahaan.
14
Pendapat Healy dan Wallen (1999), manajemen laba itu terjadi ketika manajer
menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk
mengubah laporan keuangan, sehingga mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan
kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.
Sedangkan pengertian manajemen laba Sugiri (dalam Widyaningdyah, 2001) dibagi
menjadi dua definisi yaitu:
a. Definisi sempit
Manajemen laba (Earning management) berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Manajemen laba adalah perilaku manager untuk bermain dengan
komponen discretionary accruals dalam penentuan laba.
b. Definisi luas
Earning management adalah tindakan manajer untu meningkatkan/mengurangi
laba yang dilaporkan saat ini atas unit yang menjadi tanggung jawab manaher
tanpa mengakibatkan peningkatan/penurunan profitabilitas ekonomis jangka
panjang unit tersebut.
15
c. Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun dengan cara memindahkan beban ke masa
mendatang. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net
income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat
mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.
16
mengambil keputusan, menyusun kontrak maupun penilaian kinerja suatu
manajer.
e. Pergantian CEO (Chief Executive Officer).
Banyak motivasi yng timbul disekitar waktu penggantian CEO. Contohnya,
CEO yang mendekati masa pensiun (tugas akhirnya) akan melakukan strategi
memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
f. IPO (Initial Public Offering).
Perusahaan yang baru pertama kali menawarkan sahamnya dipasar modal
belum memiliki harga pasar, sehingga terdapat masalah bagaimana menetapkan
nilai saham yang ditawarkan. Oleh karena itu, informasi seperti laba bersih
dapat digunakan sebagai sinyal kepada calon investor tentang nilai perusahaan,
sehingga manajemen perusahaan yang akan go public cenderung melakukan
manajemen laba untuk memperoleh harga lebih tinggi atas sahamnya.
Healy dan Wahlen (1999) membagi motivasi earnings management menjadi tiga, yaitu:
a. Capital Market.
Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analis
keuangan untuk membantu menilai saham dapat menciptakan insentif bagi
manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi harga
saham.
b. Constructing Motivations
Healy dan Wahlen (1999) dalam Qomariyah (2006) membaginya menjadi
dua, yaitu: lending constract dan management compensation constract.
Esensi penjelasan Healy dan Wahlen (1999) sama dengan uraian Scott (2000)
di atas, dimana penjelasan lending constract motivatons sama dengan other
constractual motivations dan management compensations, constract
motivationssama dengan bonus scheme motivations.
c. Regulatory Motivations
Terdapat tiga bentuk dalam motivasi ini, yaitu:
i. Industry Regulations Motivations
17
Industri-industri diatur dengan derajat pengaturan berbeda di masing-
masing industri, beberapa diantaranya seperti industri perbankan dan
asuransi menghadapi pemantauan yang lebih ketat oleh pihak
regulator termasuk data-data akuntansi. Peraturan perbankan
mengharuskan bank mencapai Cumulative Abnormal Return (CAR)
tertentu, sedangkan peraturan asuransi menghasilkan perusahaan
asuransi memenuhi syarat-syarat kesehatan keuangan minimum.
Peraturan seperti ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk
mengatur laporan keuangan dan neraca sesuai dengan kepentingan
pihak regulator.
ii. Anti-trust and Other Regulations
Perusahaan yang berbeda di dalam penyelidikan pelanggaran anti-
trust atau menghadapi konsekuensi politik yang tidak menguntungkan
memiliki insentif untuk mengatur labanya agar tampak kurang
menguntungkan. Manajemen yang memiliki subsidi dan proteksi
pemerintah juga memilki insentif yang sama.
iii. Tax Planning Purposes
Healy dan Wahlen (1999) tidak menjelaskan bagian ini, karena
menurutnya earnings management untuk tujuan perencanaan pajak
merupakan bagian tugas (dominant) otorisasi pajak yang memiliki
insentif yang sama.
18
Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: mengubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka
tahun ke metoda depresiasi garis lurus.
c. Menggeser perioda biaya atau pendapatan
Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan
operasional. Contoh: rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat atau menundapengeluaran untuk penelitian sampai perioda
akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai
perioda akuntansi berikutnya, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah
tidak dipakai, dan lain-lain.
19
ditunda pada tahun berikutnya. Hal ini merupakan upaya manajer untuk mengatur
dan mengelola jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan kewajiban hutangnya. Manajer akan melakukan
pengelolaan dan pengaturan jumlah laba untuk menunda bebannya pada periode
bersangkutan dan akan diselesaikannya pada periode-periode mendatang.
c. Political Cost Hypothesis
Political Cost Hypothesis menyatakan bahwa “larger firms rather than small firms
are more likely to use accounting choices that reduce reported profits”. Alasan
terakhir adalah masalah pelanggaran regulasi pemerintah. Sejauh ini ada regulasi
yang dikeluarkan pemerintah yang berkaitan dengan dunia usaha, misal undang-
undang perpajakan, anti-trust dan monopoli, dan sebagainya. Perusahaan yang
memperoleh laba lebih besar akan ditarik pajak yang lebih besar pula dan
perusahaan yang memperoleh laba lebih kecil akan ditarik pajak yang kecil pula.
Kondisi inilah yang merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur labanya
dalam jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayarkan menjadi tidak terlalu
tinggi, karena manajer sebagai pengelola tentu tidak ingin kewajiban yang harus
diselesaikannya telalu membebaninya.
2.1.3 PROFITABILITAS
2.1.3.1 PENGERTIAN PROFITABILITAS
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba
(keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh
Husnan (2001) bahwa Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.
Sedangkan Menurut Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen
perusahaan. Prolitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan
laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Shapiro (1991:731) “Profitability ratios measure managements objectiveness as
indicated by return on sales, assets and owners equity.” Profitabilitas suatu perusahaan
akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan
20
peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan
itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan
badan usaha tersebut. Menurut Brigham (1993:79) “Profitability is the net result of a
large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some
interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show the
combined objects of liquidity, asset management, and debt management on operating
mult.”
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan,
untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang
dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas
manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha
tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian
setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin
tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha
tersebut akan lebih terjamin. Seperti diungkapkan oleh Giulio Battazzi, Angelo Secchi,
and Federico Tamagni (July 2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Productivity,
Profitabilty, and Financial Performance” menyatakan bahwa A comparative analysis of
two crucial dimensions of firms performance: profitability and productivity, and find
independently from the particular sector of activity and from financial conditions, there
seems to be weak market pressure and little behavioral inclination for the more efficient
and more profitable firms to grow faster.”
21
Profit margin on sales atau ratio profit margin atau margin laba atas penjualan
merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih
setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini dikenal dengan nama profit
margin. Menurut Harahap(2009), semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Terdapat dua
rumusan untuk mencari profit margi yaitu :
a. Untuk Margin Laba Kotor
22
Return on Assets (ROA) adalah rasio keuntungan brsih setelah pajak terhadap
jumlah asset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai
seberapa tingkat pengembalian (%) dari asset yang dimiliki. Apabila rasio ini
tinggi berarti menunjukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak
manajemen.
Darmadji dan Fakhrudin (2012) menyatakan bahwa rasio Return on Asset (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas asset yang
dimiliki perusahaan. Demikian juga Brigham dan Houston (2010) mengatakan
bahwa Return on Asset (ROA) merupakan rasio laba bersih terhadap total asset
untuk mengukur pengembalian atas total asset. Menurut Rusdin (2008) Return on
Asset (ROA) merupakan tingkat pengembalian (return) yang dihasilkan
manajemen atas modal yang ditanam oleh pemegang saham sesudah dipotong
kewajiban kepada kreditor. Berdasarkan definisi tersebut, dapat ditarik
kesimpulan bahwa return on Asset (ROA) maka semakin bagus karena
perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan asset yang dimilikinya secara
efektif untuk mengahasilkan laba.
Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva.
23
2.1.3.3 TUJUAN RASIO PROFITABILITAS
Menurut Kasmir (2011: 197), yang menyatakan bahwa: tujuan rasio profitabilitas bagi
perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:
a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Untuk mengukur produtivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan
pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya
perusahaan (Veronica dan Siddharta, 2005). Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang
24
dijalanakan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
total penjualan, total asset, rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011).
Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak yang berkepentingan.
Ada beberapa pengertian laporan keuangan yang telah dikemukakan oleh beberapa orang
antara lain:
Menurut Siegel yang dialih bahasakan oleh Kurdi (1999), menjelaskan bahwa:
“Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan laba rugi, dan laporan
perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat digabungkan dengan laporan pelengkap
untuk melukiskan status keuangan atau kinerja organisasi.”
25
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut”.
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. laporan keuangan
yang lengkap meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.”
1. Neraca
Aktiva berwujud,
Aktiva tidak berwujud,
Aktiva keuangan,
Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas,
Persediaan,
Piutang usaha dan piutang lainnya,
Kas dan setara kas,
Hutang usaha dan hutang lainnya,
Kewajiban yang diestimasi,
Kewajiban berbunga jangka panjang,
Hak minoritas, dan
Modal saham dan pos ekuitas lainnya
26
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan secara wajar.
Pendapatan,
Rugi laba perusahaan,
Beban pinjaman,
Bagian dari rugi atau laba perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan
menggunakan metode ekuitas,
Beban pajak,
Rugi atau laba dari aktivitas normal perusahaan,
Pos luar biasa,
Hak minoritas,
Rugi atau laba bersih untuk periode berjalan.
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar.
27
Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan
terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait.
Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
Saldo akumulasi rugi dan laba pada awal dan akhir periode serta
perubahannya.
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham,
agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan
secara terpisah setiap perubahan.
28
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Menurut Rudianto (2006), secara umum laporan keuangan disusun dengan beberapa
tujuan, diantaranya yaitu:
Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara ukuran perusahaan dan profitabilitas
terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.
29
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Agnes Utari Widyaningdyah (2001). Penelitian ini
memiliki variabel independen berupa reputasi auditor, jumlah dewan direksi, leverage,
dan presentase saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO, dan variabel
dependen berupa manajemen laba. Penelitian menggunakan metode analisis berupa
analisis regresi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu Reputasi auditor, jumlah dewan
direksi, presentase saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan leverage berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Siregar dan Utama (2008). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh dari struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek
corporate governance terhadap besaran pengelolaan laba. struktur kepemilikan dibedakan
menjadi kepemilikan institusional dan kepemilikan keluarga, dan praktek corporate
governance diukur menggunakan tiga variabel (kualitas audit, proporsi dewan komisaris
independen, dan keberadaan komite audit. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran
perusahaan dan kepemilikan keluarga mempunyai pengaruh signifikan terhadap besaran
pengelolaan laba. Sedangkan variabel kepemilikan institusional dan ketiga variabel
praktek corporate governance tidak terbukti berpengaruh secara signifikan.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009). Penelitian ini
meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, dalam penelitian
ini perusahaan dibagi dalam tiga golongan, golongan besar apabila perusahaan memiliki
market value lebih dari 1triliyun rupiah dan lebih kecil dari 1 triliyun rupiah
dikategorikan sedang dan dibawah 100 milyar rupiah dikategorikan kecil. Variabel
kontrol menggunakan pertumbuhan penjualan, capital intencity, satatus akuntan publik
untuk mengukur kualitas audit dan proporsi dewan komisaris independen. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan besar dan sedang tidak lebih agresif dalam
melakukan praktik manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dalam periode waktu yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan periode waktu 2015 sampai dengan 2017.
30
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal variable independen
yang digunakan, yaitu:
Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan investasi dalam perusahaan tersebut
semakin banyak. Veronica dan Utama (2006) serta Guna dan Herawaty (2010)
menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk
melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan perusahan yang lebih kecil karena
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Hasil serupa juga dibuktikan oleh
Jao dan Pagulung (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif ukuran
perusahaan terhadap nilai discretionary accrual. Sehingga, diduga bahwa ukuran
perusahaan mempengaruhi besaran pengelolaan laba perusahaan, dimana semakin besar
perusahaan maka semakin kecil pengelolaan labanya. Berdasarkan hal tersebut maka
hipotesis yang diajukan penelitian adalah sebagai berikut:
31
H1 : UKURAN PERUSAHAAN BERPENGARUH NEGATIF TERHADAP
MANAJEMEN LABA
32
UKURAN PERUSAHAAN
X1 H1 (-)
MANAJEMEN LABA
Y
PROFITABILITAS
H2 (+)
X2
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan:
35
b. Menentukan nilai parameter α1, α2, dan α3 menggunakan Jones Model
(1991), dengan formulasi:
Lalu, untuk menskala data, semua variabel tersebut dibagi dengan aset tahun
lalu sebelumnya, sehingga formulasinya berubah menjadi:
Keterangan:
Keterangan:
36
Nilai parameter α1, α2, dan α3, dan adalah hasil dari perhitungan pada
langkah ke-2. Isikan semua nilai yang ada dalam formula sehingga nilai
NDA bisa didapatkan. Akrual nondiskresioner (nondiscretionary accrual)
adalah akrual yang dapat berubah bukan karena kebijakan atau
pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan piutang yang besar
karena adanya tambahan penjualan yang signifikan (Sulistiawan, 2011).
Keterangan:
4. Menghitung profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.
Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan skala rasio ROI yaitu:
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑂𝐼 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
5. Menghitung Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dihitung dengan nilai logaritma dari total aset.
6. Melakukan Pengujian Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data yang digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitan adalah data yang
37
berdistribusi normal (Nugroho, 2005:18). Data yang normal adalah data yang
varian atau standar deviasinya tidak terlalu jauh. Standar deviasi yang tidak terlalu
jauh akan membuat pengambilan keputusan lebih tepat. Apabila data tidak
terdistribusi normal maka regresi tidak dapat digunakan dan tidak dapat
melakukan statistik parametrik karena dalam statistik parametric secara mutlak
harus disertai dengan uji normalitas data.
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika
nilai signifikansi dari Kolmogorov- Smirnov lebih besar dari α (0.05) maka data
terdistribusi normal, yang dilakukan dengan bantuan program SPSS.
7. Melakukan Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model
tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik
statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Proses
pengujian asumsi klasik dilakukan bersama-sama dengan proses uji regresi
sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik statistik
menggunakan media kotak kerja yang sama dengan uji regresi SPSS (Nugroho,
2005:57).
a. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang dimiliki kemiripan dengan variabel independen lain.
Kemiripan antar variabel independen dalam suatu model akan menyebabkan
terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen
dengan variable independen lain. Selain itu, deteksi terhadap
multikolineritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses
pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Deteksi uji
multikolineritas pada suatu model dapat dilihat, jika nilai Variance Inflation
Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1
maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas VIF=1/tolerance,
jika VIF=10 maka tolerance=1/10=0,1. Semakin tinggi VIF maka semakin
rendah tolerance (Nugroho, 2005:58).
38
b. Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (e1) pada periode tertentu
dengan varibel pengganggu (et-1) periode sebelumnya (Nugroho, 2005:59).
Cara untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin-
Watson, dengan ketentuan sebagai berikut:
<1,10 : ada autokorelasi
1,10 – 1,54 : tidak ada kesimpulan
1,55 – 2,46 : tidak ada autokorelasi
2,46 – 2,90 : tidak ada kesimpulan
>2,91 : ada autokorelasi
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yaitu menguji terjadinya perbedaan variance residual
suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran
hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual
nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
variance residualcsuatu periode pengamatan yang lain, atau adanya
hubungan antaracnilai yang diprekdiksi dengan Studentized Delete Residual
nilaictersebut sehingga dapat dikatakan model tersebut homokesdastisitas
(Nugroho, 2005:63).
Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear
berganda tidak terdapat heroskedastisitas jika:
1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
8. Melakukan Pegujian Regresi Linear Berganda
Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap
variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen, sedangkan
39
variabel yang mempengaruhi disebut variabel independen. Regresi berganda
adalah regresi yang memiliki satu variabel dependen dan memiliki lebih dari satu
variabel independen (Nugroho, 2005:44).
a. Menentukan Persamaan Regresi Berganda
Model yang dilakukan untuk menganalisis pengaruh variable independen
dan variabel dependen adalah model regresi linear berganda. Model ini
dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti variabel bebas yang
berpengaruh terhadap variabel terikat. Persamaan regresi linear berganda
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Discretionary accrual
a = Konstanta
X1 = ROI
X2 = DER
X3 = SIZE
e = Error term
b. Uji F
Uji F merupakan pengujian regresi secara simultan atau variable bebas
terhadap variabel terikat.
1. Menentukan formulasi hipotesis
H0: β(1,2,3)=0, berarti profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama atau simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba.
40
Ha: β(1,2,3)≠0, berarti profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama atau simultan mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba.
2. Menentukan Taraf Keyakinan (Level of Significance)
Taraf keyakinan dalam penelitian ini menggunakan α=5%. F table
dicari dengan menentukan besar degree of freedom.
3. Menentukan F hitung dengan menggunakan SPSS .
4. Menentukan Kriteria Pengujian
H0 diterima jika F hitung lebih kecil atau sama dengan + F table
H0 ditolak jika F hitung lebih besar dari + F table
5. Membandingkan F hitung dengan F tabel.
6. Mengambil Keputusan
H0 diterima : F hitung ≤ F table
Ha diterima : F hitung > F table
7. Membuat Kesimpulan
a) Menerima H0, berarti menerima bahwa profitabilitas, dan
ukuran perusahaan secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh terhadap manajemen laba.
b) Menolak H0 dan menerima Ha, berarti profitabilitas, dan ukuran
perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat secara parsial.
a) Menentukan formulasi hipotesis
H01= β1≤0, berarti profitabilitas tidak mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba.
Ha1= β1>0, berarti profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba.
H02= β2≤0, berarti ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh
terhadap manajemen laba.
41
Ha2= β2>0, berarti ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
manajemen laba.
b) Menentukan Taraf Keyakinan (Level of Significance)
Taraf keyakinan dalam penelitian ini menggunakan 95% atau alpha
5% dengan banyak sampel (n), maka ttabel dapat ditentukan =tα/2;
df(n-2).
c) Menentukan nilai thitung dengan menggunakan SPSS.
d) Menentukan Kriteria Pengujian
Ho diterima thitung berada diantara -ttabel dan +ttabel
Ho ditolak jika thitung < -ttabel atau thitung > +ttabel
e) Membandingkan ttabel dengan thitung.
f) Mengambil keputusan
Membandingkan ttabel dengan thitung untuk mengambil kesimpulan
dengan kriteria sebagai berikut:
Ho diterima karena –ttabel < thitung < +ttabel
Ha diterima karena ttabel > +thitung atau thitung < -ttabel
g) Membuat kesimpulan
a) Menerima H0, berarti menerima bahwa profitabilitas, dan ukuran
perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen
laba.
b) Menolak H0 dan menerima Ha, berarti menerima bahwa
profitabilitas, dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
terhadap manajemen laba.
42
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kajianpustaka.com/2012/12/laporan-keuangan.html
https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/
http://rocketmanajemen.com/manajemen-laba/
http://www.akuntansilengkap.com/manajemen/manajemen-laba-pengertian-bentuk-dan-motivasi/
https://istanafeli.wordpress.com/2016/12/14/manajemen-laba-earning-management/
https://mikoedoankz.wordpress.com/2013/11/14/manajemen-laba/
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-manajemen-laba-menurut-para-ahli/
https://www.scribd.com/doc/191998634/pengertian-profitabilitas
https://www.indosaja.com/2018/01/05/pengertian-profitabilitas-menurut-ahli/
https://www.indosaja.com/2018/01/05/pengertian-profitabilitas-menurut-ahli/
https://sudutekonomi.blogspot.co.id/2017/11/pengertian-ukuran-perusahaan.html
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-laporan-keuangan-atau-financial-
statement/13937/5
http://eprints.undip.ac.id/40159/
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ve
d=0ahUKEwjo-t-
4rKLbAhUEVysKHUVwBiYQFgg7MAE&url=https%3A%2F%2Frepository.usd.ac.id%2F130
81%2F2%2F132114122_full.pdf&usg=AOvVaw3zfctxGmpo5_2OmW-qHP9X
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwiGm8
L0sqLbAhXPbSsKHSMABYwQFggoMAA&url=https%3A%2F%2Frepository.usd.ac.id%2F13
081%2F2%2F132114122_full.pdf&usg=AOvVaw3zfctxGmpo5_2OmW-qHP9X
43