Professional Documents
Culture Documents
Diabts Melits Ok
Diabts Melits Ok
PENDAHULUAN
1
domain yaitu kesehatan fisik meliputi 7 item, kondisi psikologis meliputi 6 item,
hubungan sosial meliputi 3 item dan kondisi lingkungan meliputi 8 item.
Kuesioner WHOQOL telah diterima secara luas dan dapat dijadikan alat yang
akurat dan sahih untuk menilai kualitas hidup lansia.Oleh karena itu dalam
keperawatan di harapkan perawat mampu melakukan asuhan keperawatan yang
berkualitas agar mencapa ikepuasan klien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu,tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah,yang berarti seorang telah melalui tiga tahap kehidupan,yaitu anak,dewasa,dan
tua. Tiga tahap ini berbeda,baik secara biologis,maupun psikologis. Memasuki usia tua
berartimengalami kemunduran,misalnya kemunduran fisikyang ditandai dengan kulit
mengendur,rambut memutih,gigi mulai ompong,pendengaran kurang jelas,penglihatan
semakin memburuk,gerakan-gerakan lambat,dan postur tubuh yang tidak proforsional
(Nugroho,2008)
Banyak factor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai factor tersebut dapat dikelompokkan menjadi factor
internal dan faktoreksternal. Beberapa factor internal adalah radikal bebas,hormone
yang menurun kadarnya,proses glikosilase,system kekebalan tubuh yang menurun dan
juga factor genetik. Sedangkan factor eksternal adaalah gaya hidup yang tidak sehat,diet
yang tidak sehat,kebiasaan hidup yang salah,paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet,stress dan penyebab sosiallain seperti kemiskinan. Kedua factor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil
Nissa,2014)
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat
proses menua :
3
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
apatheic insulin yang diproduksi secara efektif. Akibatnya terjadi peningkatan
konsentrasi glukosa di dalam darah (Kemenkes, 2014).Faktor risiko diabetes melitus
yang dapat dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat,
yaitu berat badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik,
hipertensi, dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, riwayat Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa terganggu (GDP terganggu), dan merokok
(Kemenkes, 2014).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa di dalam darah (Kemenkes, 2014).Faktor risiko diabetes melitus yang dapat
dimodifikasi erat kaitannya dengan perilaku hidup yang kurang sehat, yaitu berat
badan lebih, obesitas abdominal/sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi,
dislipidemia, diet tidak sehat/tidak seimbang, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu
(TGT) atau Gula Darah Puasa terganggu (GDP terganggu), dan merokok (Kemenkes,
2014).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus (DM)
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
1. KLASIFIKASI
a) Type I
Faktor genetik.
Faktor imonologis.
Faktor Lingkungan.
4
b) Type II
Penyebab yang pasti dari diabetes ini masih belum diketahui faktor
genetik diperkirakan memegang peranan penting. Selain ini terdapat
faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes type II yaitu:
2. ETIOLOGI
1. Diabetes tipe I :
o Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
o Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
5
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
o Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor-faktor resiko :
o Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas
65 th)
o Obesitas
o Riwayat keluarga
o Kelompok etnik
3. PATOFISIOLOGI
DM tipe I.
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena
sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemia pleura terjadi akibat glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan
dalam hati, meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia, port prandial (sesudah makan).
6
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosauria).
Ketika glukosa yang berlebihan disekresikan kedalam urin, ekskresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, pasien
mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolis protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami
peningkatan selera makan (polifagia),akibat menurunnya simpanan kalori.
Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan
normal, insulin mengendalikan glikogenaolisis (pemecahan glukosa yang
di simpan),dan glikogenesis (pembentukan glukosa baru) dari asam amino
serta subtansi lain. Namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut dapat menimbulkan
hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi sampai keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
DM tipe II
Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu : resistensi insulin dengan gangguan sekresi insulin .
Normalnya insulin akan terkait dengan receptor keluar pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikat tugas insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II di sertai penawaran reaksi intra sel ini, dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk mustilasi pengmbilan glukosa
dari jaringan.
7
Untuk mengatasi reaksi insulin dapat mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang di
sekresikan. Diabetes tipe II ini paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas, akibat intokemi glukosa
yang berlangsung lambat, maka awitan diabetes tipe II, dapat berjalan
tanpa terdeteksi, jika gejalanya di alami pasien, gejala sering bersifat
ringan dan dapat mencakup kelelahan,iritabilitas, poliuria, luka pada kulit
yang lama sembuh atau pandangan yang kabur.
4. MANIFESTASI KLINIS
a) DM tipe I.
BB menurun.
Polidipsia.
Polifagia
Poliuria
lemas
b) DM tipe II
Kesemutan
Gatal
Mata Kabur
Impotensia pada pria,
pruritus vulva pada wanita
Penyakit pembuluh darah otak
Retinopati
Glaukoma
Neuropati perifer
Nefropati
Infeksi bakteri kulit
Infeksi jamur di kulit
8
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tabel ; kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM ( mg/dl )
Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma Vena < 110 110 – 199 >200
Kadar glukosa
darah puasa
Plasma vena < 110 110– 125 >126
Darah Kapiler < 90 90 – 109 >110
90 –
9
9
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
b.Pemeriksaan Radiologi
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
b. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark
c. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
d. Foto sinar – x dada
5. KOMPLIKASI
a.Akut
1. Hypoglikemia
Hipoglikemiakadar glukosa darah yang abnormal rendah) terjadi kalau kadar
glukosa turun dibawah 50 hingga 60 m/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/L).
keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin ata prepara oral yan
berlebihan, konsumsi makanan yang selalu sedikit atau aktivitas fisik yang
terlalau berat.
Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari.
Gejala hipoglikemia di kelompokan dalam 2 kategori : gejala adrenergic dan
gejala system saraf pusat.
pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf
simpatis akan teransang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan
gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi,palpitasi,kegelisahan dan rasa lapar.
pada hipoglikemia sedang penurunan kadar glukosa darah menyebabakan sel-sel
otak tidak memperoleh bahan bakar tidak bekerja dengan baik. tanda-tanda
10
angguan fungsi pada ssp mencangkup sakit kepala, vertigo,ketidakmampuan
berkonsentrasi konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa didaerah bibir serta
lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
pada hipoglikemia berat, fungsi ssp mengalami gangguan yang sangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikemia yang dideritanya gejala mencangkup seranagan kejang sulit
dibangunka dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan diberikan berupa penberian 10 hingga 15 gr gula yang bekerja cepat
peroral : 2-4 tablet gloksa yang dapat dbeli di rumah obat atau apotik, 4 – 6 ons
sari buah atau teh yang manis, 6 – 10 butir permen khusus atau permen manis
lainnya, 2 – 3 senduk teh sirup atau madu. apabila gejela bertahan selama lebi
dari 10 hingga 15 menit sesudah terapi pendahuluan, ulangi terapi tersebut.
Setelah gejalanya berkurang, berikan makanan camilan yang mengandung
protein dan pati.
2. Ketoasidosis Diabetik
Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulian yang nyata. keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolis
karbonhidrat, protein dan lemak. Ada 3 gambaran klinik yang penting adalah
dehidrasi, kehilangan elektrolit, asidosis Apabila jumlah insulin berkurang,
jumlah glukosa yang memesuki sel akan berkurang pula. Disamping itu produksi
glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. kedua factor ii akan menimbulkan
hiperglikemia. dalam upayah untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan
ginjal akan mengkresiakan glukosa bersama-sama air dan elektrolik ( seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang ditandai oleh urinasi berlebihan (
Poliuria ) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.Penderita
ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehlangan kira - kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga 500 mEq natrium ,kalium serta klorida selama periode waktu
24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak ( lipolosis )
menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol.Asam lemak bebas akan diubah
11
menjadi badan keton oleh hati.Pada ketoasidosis diabetic terjadi produksi badan
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara
normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.Badan keton bersifat asam
,dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah,badan keton akan menimbulkan
asidosis metabolic.Manifestasi klinik akan menimbulkan poliuria,polidipsia (
peningkatan rasa haus ),penglihatan kabur,kelemahan,sakit kepala.Terapi
ketoasidosis diabetic diarahkan pada perbaikan tiga permasalahan utama :
dehidrasi ( memerlkan 6 – 10 liter cairan infuse untuk menggantikan cairan yang
hilang yang disebabkan oleh poliuria,hiperventilasi,diare,dan
muntah),kehilangan elektrolit ( Penggantian kalium yang dilakukan dengan hati
– hati dengan menghindari gangguan irama jantung berat yang terjadi pada
hipokalemia sampai 40 mEq kalium / jam yang ditambahkan ke dalam cairan
infuse mungkin di perlukan selama beberapa jam) dan asidosis (diatasi dengan
pemberian insulin,dimana insulin menghambat pemecahan lemak sehingga
menghentikan pembentukan senyawa – senyawa yang bersifat asam
3. Sindrom HHNK ( juga disebut koma hiperosmolar nonketotik atau HONK )
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat keesadaran.Gambaran klinis terdiri atas
hipotensi,dehidrasi berat ( membrane mukosa kering,turgor kulit jelek),takikardi
dan tanda – tanda neurologis yang bervariasi ( perubahan sensori,kejang –
kejang,hemiparesis.)Penatalaksanaan dari sindrom HHNK yaitu cairan,elektrolit
dan insulin
b.Kronik
1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung
pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
2. Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati
diabetic.
3. Neuropati diabetic.
4. Penurunan Daya imunitas
5. Retinopati diabetic
12
6. Nefropati
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk
mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika
klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia.
1. Penatalaksanaan keperawatan
a) Diet.
Diet dan pengendalian BB merupakan dasar dari penatalaksanaan
diabetes.Prinsip pengaturan makan pada diabetis hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing – masing
individu.Pada diabetes perlu ditekankan pentingnya keteratran makan
dalam hal jadwal makan,jenis dan jumlah makanan,teutama pada
mereka yang menggunakan obat penutunan glukosa darah atau insulin
Penatalaksaan ini diarahkan untuk mencapai tujuan :
1. Memberikan semua unsur makanan ensesial misalnya : vitamin
dan mineral.
2. Mencapai dan mempertahankan BB yang sesuai.
3. Memenuhi kebutuhan energi.
4. Mencegah fliktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayahkan kadar glukosa mendekati normal.
5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
b) Perencanaan Makan
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari:
- Karbohidrat
Makanan harus mengandung lebih banyak karbohidrat terutama
yang berserat tinggi,makan tiga kali sehari untuk mendistribuskan
asupan karbohidrat dalam sehari
13
- Lemak
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain : daging
berlemak dan susu penuh
- Protein
Sumber protein yang baik adalah ikan,seafood,daging tanpa
lemak,ayam tanpa kulit,produksi susu rendah lemak,kacang –
kacangan,tahu,tempe
- Garam
Anjuran asupan natrium untuk diabetis sama dangan anjuran untuk
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan
6-7 g ( 1 sendok the ) garam dapur
Pembatasan natrium sampai 2400 mg terutama pada mereka yang
hipertensi
- Serat
Seperti halnya masyarakat umum,penyandang diabetis dianjurkan
mengkonsumsi cukup serat dari kacang – kacangan,buah dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,Karena
mengandung vitamin,mineral,serta bahan lain yang baik untuk
kesehatan
- Pemanis
Pemaniz dikelompokan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tak
bergizi.Termasuk pemanis bergizi adalah gula alcohol dan
fruktosa.Gula alcohol antar lain isomalt,lactitol,sorbitol.Pemanis tak
bergizi termasuk aspartame,sakarin,neotam.Pemanis aman
digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman
c) Latihan.
Latihan dilakukan terus menerus,otot – otot berkontraksi dan relaksasi
secara teratur,selang selang antara gerak cepat dan lambat
14
Latihan ini mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah yaitu latihan
mempermudah transport glukosa kedalam sel, sehingga terjadi
penurunan kadar glukosa.Persering aktifitas seperti mengikut olahraga (
jalan cepat,olah otot,bersepeda,sepak bola )
d) Pemantaua.
1. Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri.
2. Hemoglobin glikosiler.
3. Pemeriksaan urin untuk glukosa.
4. Pemeriksaan urin untuk keton.
e) Penyuluhan
2. Penatalaksanaan Medis
a) Obat hipoglikemik oral ( OHO )
Berdasarkan cara kerjanya,OHO dibagi menjadi 4 golongan
- pemicu sekresi insulin ; sulfonylurea dan glind
- penambah sensitive terhadap insulin :
metformin,tiazolidindion
- penghambat glukoneogenesis ( metformin)
- penghambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase alfa
b) Terapi Insulin.
Pada DM tipe II, tubuh kehilangan kemampuan untuk memproduksi
insulin, dengan demikian insulin aksoganus harus diberikan dalam
jumlah tak terbatas. Pada DM tipe II, insulin mungkin diperlukan
sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa
darah, jika diet dan obat hiperglikemik oral tidak bisa mengontrolnya.
b) Pembedahan
Bagi pasien yang diabetes tipe II yang menjalani tetapi biasanya tidak
menggunakan insulin,kadar glukosa darah dapat tetap stabil selama
pasien tidak mendapat infuse glukosa pada saat pembedahan.Selama
periode pascah bedah,pemantauan pasien diabetes harus dilakukan
15
dengan ketat untuk mendeteksi komplikasi kardiovaskuler mengingat
adanya peningkatan prevalensi aterosklerosis pada penderita
diabetes.Nutrisi yabg adekuat dan pengendalian kadar glukosa darah
akan mempercepat kesembuhan luka operasi
7. PENCEGAHAN.
1. Pencegahan primer.
sasaran pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada
kelompok yang memiliki factor risiko,yakni mereka yang belum
terkena,tetapi berpotensi untuk menjadi DM dan keompok
prediabetes.Faktor resiko yang bisa dimodifiksi :Berat badan
lebih,kurangnya aktifitas fisik,hipertensi,diet tak sehat
2. Pencegahan sekunder.
Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
diabetisi yang telah menderita DM.Dilakukan dengan
pemberian pengobatab yan cukup dan tindakan deteksi dini
penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM.Salah satu
penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit Kardiovaskuler
3. Pencegahan tersier.
Ditujukan pada kelompok diabetisi yang telah mempunyai
penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih
lanjut.Upaya rehabilitasi pada diabetisi dilakukan sedini
mungkin,sebelum kecacatan menetap.Sebagai contoh
pemberian asetosal dosis rendah ( 75 – 160 mg / hari ) dapat
diberikan secara rutin bagi diabetisi yang suda mempunyai
penyulit makroangiopat
16
A. PATOFISIOLOGI B/D PENYIMPANGAN KDM
merangsang RAS
G3 Istirahat
Tidur
17
B. KONSEP DASAR ASKEP.
1. PENGKAJIAN.
a. Identitas klien.
b. Riwayat Kesehatan Klien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM,bagaimana penanganannya,mendapat terapi
insulin jenis apa,bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?
d. Pengkajian data dasar.
1)Aktivitas/Istirahat.
Gejala : Lemah, letih, tonus otot, g3 istirahat tidur.
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat/aktivitas,penurunan
kekuatan
otot.
2)Sirkulasi
Gejala: kesemutan pada ekstremitas ulkus pada kaki,penyembuhan luka
yang lama.
Tanda: takikardi,perubahan tekanan darah.
3)Integritas ego
Gejala: stress
Tanda: ansietas,peka rangsangan.
4)Eliminasi
Gejala:
Perubahan pola berkemih
Kesulitan berkemih
Nyeri abdomen
Tanda: urine lancar + pucat,kuning,poliuria,bising usus melemah
dan menurun.
5)Makanan/cairan
Gejala:
18
Napsu makan meningkat
Mual muntah
Penurunan BB
Polidipsi/haus
Tanda:
Kulit kering/bersisik
Muntah
Napas bau aseton
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan kebutuhan gula darah)
6)Neurosensori
Gejala:
Pusing/pening
Sakit kepala
Kesemutan,kelemahan pada otot,gangguan penglihatan.
7)Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen
Tanda: tampak sangat berhati-hati
8)Pernapasan
Gejala: merasa kurang O2,batuk tanpa sputum
Tanda:batuk tanpa sputum
9)Keamanan
Gejala: kulit kering,gatal,ulkus kulit
Tanda: demam,kulit rusak,lesi
10) Seksualitas
Gejala: rabor vagina(cendrung infeksi
19
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolism protein,lemak.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotic diuresis ditandai
dengan turgor kulit menurun dan membrane mukosa kering.
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolic(neoropati perifer)ditandai dengan ganggren pada ekstermitas.
d. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.
f. Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan pengelihatan
Intervensi:
Timbang berat badan sesuai indikasi
R/:Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
Tentukan program diet,pola makan dan bandingkan dengan makanan yang
dapat dihabiskan klien
R/;Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik
Auskultasi bising usus,catat nyeri abdomen atau perut
kembung,mual,muntah dan pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi
R/:Hiperglikemi,gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit menurunkan
motilitas atau fungsi lambung(distensi atau ileus paralitik)
Berikan makanan cair yang mengandung nutrisi dan elektrolit.Selanjutnya
memberikan makanan yang lebih padat
R/:Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien sadar
dan fungsi gastrointestinal baik.
Identifikasi makanan yang disukai
R/:Kerja sama dalam perencanan makanan
Libatkan keluarga dalam perencanaan makan.
20
R/:Meningkatkan rasa keterlibatannya,memberi informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nurtisi klien
Kolaborasi:
1).Lakukan pemeriksaan gula darah dengan finger stik
R/:Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dari pada
memantau gula dalam urin.
2).Pantau pemeriksaan laboratorium(glukosa darah,aseton,pH,HCO3)
R/:Gula darah menurun perlahan dengan penggunaan cairan dan terapi
insulin terkontrol hingga glukosa dapat masuk kedalam sel dan
digunakan untuk sumber kalori.Saat ini,kadar aseton menurun dan
asidosis dapat dikoreksi.
3).Berikan pengobatan insulin secara teratur melalui Iv
R/:Insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula
membantu memindahkan glukosa kedalam sel.Pemberian melalui Iv
karena absorbsi dari jaringan subkutan sangat lambat.
4).Berikan larutan glukosa (dekstrosa,setenga salin normal)
R/:Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa
gula darah sekitar 250 mg/dl.Dddengan metabolism karbohidraat
mendekati normal,perawatan diberikan untuk menghindari
hipoglikemia.
5).Konsultasi dengan ahli gisi
R/:Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi
pasien terpenuhi.
Dengan kriteria hasil :
Pasien menunjukan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,nadi
perifer bias diraba,turgor kulit dan pengisian kapiler baik,haluaran urin tepat
secara harafiah individu dan kadar elktrolit dalam batas normal.
Intervensi Mandiri:
Kaji riwayat klien sehubungan dengan lamanya atau intensitas dari gejala
seperti muntah dan pengeluaran urine yang berlebihan.
21
R/:Membantu memperkirakan kekurangan volume total.Adanya proses
infeksi mengakibatkan demam dan keadaan hipermetabolik yang
meningkatkan kehilangan air.
Pantau tanda- tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah
ortostatik.
R/:Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.Pemeriksaan berat ringannya hipovolemi saat tekann darah
sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari posisi berbaring keduduk atau
berdiri.
Pantau pola napas seperti adanya pernapasan kusmaul atau pernapasan
yang berbau keton.
R/:Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis.Napas bau aseton disebabkan pemecahan asam asetoasetat
dan harus berkurang bila ketosis terkoreksi.
Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan, penggunaan otot bantu
napas,adanya periode apnea dan sianosis.
R/:Hiperglikemi dan asidosis menyebabkan pola dan frekuensi
pernapasan normal.Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan,
pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis merupakan indikasi dari
kelelahan pernapasan atau kehilangan melalui kompensasi pada asidosis.
Pantau suhu, warna kulit, atau kelembabannya.
R/:Demam, menggigil, diaphoresis adalah hal umum terjadi pada proses
infeksi, demam dengan kulit kemerahan, kering merupakan tanda
dehidrasi.
Kaji nadi perifer,pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa.
R/:Merupakan indikatortingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
Pantau masukan dan pengeluaran.
R/:Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan terapi yang diberikan.
Ukur berat badan setiap hari.
R/:Memberikan hasil pengkajian terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
Pertahankan pemberian cairan minimal 2500 ml/hari.
R/:Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
Tingkatkan lingkungan yang menimbulkan rasa nyaman.Slimuti klien
dengan kain yang tipis.
22
R/:Menghindari pemanasan yang berlebihan terhadap klien lebih lanjut
dapat menimbulkan kehilangan cairan.
Kaji adanya perubahan mental atau sensori.
R/:Perubahan mental berhubungan dengan hiperglikemi dan hipoglikemi,
elektrolit abnormal, asidosis, penurunan perfusi serebral, dan hipoksia.
Penyebab yang tidak tertangani, gangguan ksadaran menjadi predisposisi
aspirasi pada klien.
Observasi mual, nyeri abdomen, muntah, dan distensi lambung.
R/:Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung
sehingga sering menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan
kekurangan cairan dan elektrolit.
Observasi adanya perasaan kelelahan yang meningkat, edema,
peningkatan berat badan, nadi tidak teratur, dan distensi vaskuler.
R/:Pemberian cairan untuk perbaikan yang cpat berpotensi menimbulkan
kelebihan cairan dan gagal jantung kronis.
Kolaborasi:
a. Berikan terapi cairan sesuai indikasi:normal salin atau setengah
normal salin dengan atau tanpa dekstrosa.
R/:Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respon klien secara individual.
b. Albumin, plasma, atau dekstran.
R/:Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan jika mengancam jiwa
atau tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha
rehidrasi yang telah dilakukan.
c. Pasang kateter urine.
R/:Memberikanpengukuran yang tepat terhadap pengeluaran urine
terutama jika neuropati otonom menimbulkanretensi atau
inkontinensia.
23
Intervensi:
Inpeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan
kemerahan.
R/;Menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan
infeksi
Ubah posisi setiap 2 jam, beri bantalan pada tonjolan tulang.
R/:Menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan iskemia.
Pertahankan alas kering dan bebas lipatan.
R/:Menurunkan iritasi dermal.
Beri perawatan kulit seperti penggunaan lotion.
R/:Menghilangkan kekeringan pada kulit dan robekan pada kulit.
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptic.
R/:Mencegah terjadinya infeksi.
Anjurkan pada klien untuk menjaga agar kuku tetap pendek.
R/:Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh karena garukan.
Motivasi kepada klien untuk makan makanan TKTP.
R/:Makanan TKTP dapatmembantu penyembuhan jaringan kulit yang
rusak.
Dengan kriteria:
24
R/: Dengan mengetahui penyebab keletihan, dapat menyusun jadwal
aktivitas.
Membantu mengidentivikasi pola energi dan buat rentang keletihan.Skala
0-10 (0 = tidak lelah, 10 = sangat kelelahan)
R/: Mengidentivikasi waktu puncak energy dan kelelahan embantu
dalam merencanakan aktivitas untuk memaksimalkan konservasi
menergi dan produktivitas.
Berikan aktivitas alternatif dengan periode istrahat yang cukup/ tanpa
diganggu.
R/: Mencegah kelelahan yang berlebihan.
Pantau nadi, frekuensi napas, serta tekanan darah sebelum dan setelah
melakukan aktivitas.
R/: Mengidentivikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
Tingkatkan partisipasi klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kebuuhan.
R/:Memungkinkan kepercayaan diri/ harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan gejala yang menunjukan
peningkatan aktivitas penyakit dan mengurangi aktivitas, seperti demam,
penurunan berat badan, keletihan makin memburuk.
R/:Membantu dalam mengantisipasi terjadinya keletihan yang
berlebihan.
25
Berikan perawatan kulit dengan tratur dan sungguh-sungguh, massase
daerah tulang yang tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dan tetap
kencang.
R/: Sirkulasi perifer bias terganggu dan menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit.
Berikan tisu dan tempat sputum pada tempat yang mudah dijangkau
untuk penampungan sputum atau secret yang lainya.
R/: Mengurangi penyebaran infeksi.
Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.
R/: Untuk mengidentifikasi adanya organisme sehingga dapat
memilih atau memberikan terapi antibiotic yang terbaik.
Berikan obat antibiotic yang sesuai.
R/:Penanganan awal yang dapat membantu mencegah timbulnya
sepsis.
26
4. IMPLEMENTASI
Sesuai intervensi
5. EVALUASI
SOAP
6. HEALTH EDUCATION/ DISCHARGE PLANNING
a. Edukasi
Di abetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku
telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes
memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim
kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku sehat.
Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang
komprehensif dan upaya peningkatan motivasi. Pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia serta
cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pemantauan kadar
glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah mendapat pelatihan
khusus
27
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar
dalam pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan
kaki ke pasar, menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan (lihat
tabel 4). Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga
akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk
mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan,
sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat dikurangi.
Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan.
d. Terapi farmakologis
28
e. Promosi Perilaku Sehat
29
A. ANALISA JURNAL
1. Pengaruh Senam Lansia Terhadap gula darah Pada Lansia di PBLU Senja
Cerah Manado.
C: -
O: Rerata kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah perlakuan yaitu
kadar gula darah puasa sebelum senam 101,6 mg/dl dan kadar gula darah
puasa setelah senam 122,6 gmg/dl.
Ada pengaruh senam lansia terhadap kadar gula darah , berupa
peningkatan kadar gula darah pada lansia
T : April 2016
T : April 2013
30
4. Hubungan Self Care dengan kualitas hidup pasien DM
P : 89 Responden lansia DM
I : Melakukan self care yang terdiri dari : Pengaturan diet, olah raga, terapi obat,
perawatan kaki, dan pemantauan gula darah.
Tujuan untuk mengetahui adanya hubungan self care dengan kualitas hidup
pasien dengan DM.
penelitian menggunakan pendekatan crosssectional dengan menggunakan
teknik random sampling , Pengumpulan data menggunakan quesioner The
Summari of Diabetes self care Activities (SDSCA).& quesioner The diabetes
quality of the brief clinical inventory
C:-
O : Terdapat hubungan antara self care dengan kualitas hidup pasien dengan
Diabetes Melitus
T : Juni 2017
31
PEMBAHASAN
32
BAB IV
KESIMPULAN
33
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, I. (2010). Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia Lanjut. Maj Kedokt Indon ,
Vol.60 No.12.
Rosyada, A., & Trihandini, I. (2013). Determinan Komplikasi Kronik Diabetes Melitus
Pada Lanjut Usia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional , Vol.7, No 9.
34