You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan
rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. RSU Bhakti
Rahayu Denpasar sebagai rumah sakit pilihan mempunyai satu bagian yang
disebut Instalasi Farmasi yaitu instalasi rumah sakit yang melaksanakan pekerjaan
kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, mencakup pelayanan obat, farmasi
klinik, pendidikan, dan pelatihan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative), yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua
fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari
paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi
Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian
merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan
dengan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Farmasi RS Bhakti rahayu
perlu dibuat standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pedoman bagi semua

1
petugas instalasi farmasi dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi dan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di RSU Bhakti
Rahayu Denpasar.
2. Untuk memenuhi tuntutan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang
bermutu, efisien, dan efektif.
3. Untuk menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.
4. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
5. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pedoman pelayanan farmasi yaitu pada pengelolaan
perbekalan farmasi serta pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSU Bhakti
rahayu.

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta
pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
2. Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke
dalam obat keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan
kepada pasien oleh Apoteker.
3. Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan
siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan,
administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
4. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan

2
sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu
serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk
proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
5. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan
obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis.
6. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan
farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan
nutrisi.
7. Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang
digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi
rumah sakit.
8. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
9. Formularium Rumah Sakit adalah dokumen yang berisi daftar obat yang
digunakan oleh dokter di rumah sakit disusun secara bersama oleh para
pengguna di bawah koordinasi Komite Farmasi Terapi.
10. Komite Farmasi Terapi adalah unit fungsional yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit yang bertugas memberikan rekomendasi kepada
pimpinan rumah sakit mengenai rumusan kebijakan dan prosedur untuk
evaluasi, pemilihan dan penggunaan obat di rumah sakit. Sedangkan di
bidang pendidikan, Komite Farmasi Terapi merumuskan program yang
berkaitan dengan edukasi tentang obat dan penggunaannya kepada tenaga
kesehatan di rumah sakit.
11. Informasi Obat adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
12. Kejadian Tidak Diharapkan adalah suatu kejadian yang yang
mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan atau karena tidak bertindak, bukan karena kondisi pasien.
13. First Expire First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang
berdasarkan prioritas masa kadaluarsa obat tersebut. Semakin dekat masa

3
kadaluarsa obat tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk
digunakan.
14. First In First Out adalah mekanisme penggunaan obat yang berdasarkan
prioritas penggunaan obat berdasarkan waktu kedatangan obat. Semakin
awal kedatangan obat tersebut, maka semakin menjadi prioritas untuk
digunakan.
15. Kejadian Nyaris Cedera adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil,
yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi.
16. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
17. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.
18. Pelaporan Insiden adalah laporan tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan rutin terutama untuk pelayanan kepada pasien

E. LANDASAN HUKUM
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Undang-Undang Nomor 40 Tentang Rumah Sakit;
c. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
Tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan kerja di Rumah Sakit;
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197/2004 Tentang Standar
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan AlatKesehatan;
g. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
889/MENKES/PER/V/2011 Tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SDM
Tenaga kerja di instalasi farmasi terdiri dari apoteker, tenaga teknis
kefarmasian, dan administrasi farmasi yang memiliki kualifikasi masing-masing.
Kualifikasi tenaga kerja tersebut yaitu :
1. Apoteker
a. Lulusan S1 farmasi + apoteker;
b. Memiliki Sertifikat Kompetensi;
c. Memiliki STRA;
d. Memiliki SIPA;
e. Memiliki jiwa kepemimpinan;
f. Mampu mengorganisir kegiatan kefarmasian;
g. Dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Tenaga Teknis Kefarmasian


a. Lulusan SMF/D3 Farmasi;
b. Memiliki STRTTK;
c. Memiliki SIKTTK;
d. Dapat melakukan pekerjaan kefarmasian;
e. Dapat menggunakan computer;
f. Dapat berkomunikasi dengan baik.

3. Administrasi Farmasi
a. Minimal lulusan SMA atau sederajat;
b. Mempunyai ijazah lengkap;
c. Dapat menggunakan komputer;
d. Dapat berkomunikasi dengan baik.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga kerja di instalasi farmasi terdistribusi dalam beberapa bagian yaitu :

5
1. Kepala Instalasi Farmasi;
2. Apoteker Pendamping;
3. Asisten Apoteker;
4. Bagian Administrasi;
Terdiri dari 3 shift dengan pembagian :
1. Shift pagi : 4 orang
2. Shift sore : 5 orang
3. Shift malam : 2 orang
4. Libur : 2 orang

Jumlah Petugas
No Petugas/jabatan Keterangan
Shift 1 Shift 2 Shift3
1 Kepala Instalasi 1
2 Apoteker Pendamping 1 1
3 Tenaga teknis
1 3 1
kefarmasian
5 Tenaga Administrasi 1 1 1
6 Petugas
1
Gudang/Pembelian
Total 5 5 2

Tabel 2.1 Distribusi petugas farmasi

C. PENGATURAN JAGA
1. Pengaturan jadwal dinas Farmasi dibuat dan dipertanggung jawabkan oleh
Kepala Instalasi Farmasi dan disetujui oleh personalia;
2. Untuk tenaga pelaksana yang memiliki keperluan penting pada hari
tertentu dan tidak dapat jaga sesuai jadwal yang ditetapkan (terencana)
maka pelaksana harus mencari pengganti dengan mengisi form tukar sift
dengan persetujuan Kepala Instalasi Farmasi tembusan ke Personalia;
3. Setiap tugas jaga atau shift harus bertanggungjawab terhadap pelayanan
dan kondisi obat-obatan di instalasi farmasi;
4. Jadwal jaga terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, dan libur;

6
5. Apabila ada tenaga farmasi tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang
telah ditetapkan (tidak terencana), maka kepala farmasi akan mencari
petugas pengganti yang hari itu libur atau yang bisa menggantikanan dan
dianggap On Call/Lembur.

7
BAB III
STANDAR FASILITAS DAN PERALATAN

A. BANGUNAN
Fasilitas bangunan, suangan, dan peralatan Instalasi Farmasi RSU Bhakti
Rahayu Denpasar, adalah sebagai berikut:
1. Lokasi menyatu dengan system pelayanan rumah sakit;
2. Luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan kefarmasian di rumah
sakit;
3. Fasilitas untuk penyelenggaraan manajemen dan pelayanan langsung pada
pasien masih menyatu dan ada penanganan limbah;
4. Sudah memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan,
kelembaban, tekanan, dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang
pengerat;
5. Ruang penyimpanan sudah memperhatikan kondisi sanitasi, temperature,
sinar atau cahaya, kelembaban, ventilasi, dan sistem pemisahan untuk
menajmin mutu produk dan kemana petugas;
6. Ruang pelayanan cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan farmasi rumah
sakit dan antara ruang pelayanan pasien rawat jalan, pelayanan pasien
rawat inap, dan pelayanan kebutuhan ruangan masih menjadi satu;
7. Ruang khusus untuk apoteker yang akan memberikan konsultasi kepada
pasien masih menjadi satu dengan ruang penerimaan dan penyerahan
obat;
8. Sudah tersedia ruangan untuk menyimpan sumber informasi yang
dilengkapi dengan teknologi komunikasi dan sistem penanganan
informasi yang memadai untuk mempermudah pelayanan informasi obat;
9. Sudah ada tempat khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka menjamin agar penyimpanan sudah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, persyaratan, dan tehnik
manajemen yang baik.

8
DENAH RUANG FARMASI
Denah ruangan instalasi farmasi yaitu sebagai berikut :

Ruang Penerimaan

Rak Stok
Resep, Pemeriksaan Meja
Resep, Penerimaan

Obat
Obat dan/atau Alkes Apoteker
dan Penyerahan
Obat
Stok Alkes

Obat
Bebas
GUDANG Meja

Lemari
Administrasi
INFUS
Obat High
Allert dan
LASA

a
Psikotropik
dan
Narkotika
Lemari

RACIK
MEJA
Obat Injeksi,
Obat Tablet,
Obat Salep,
Obat Tetes,
Alkes

MEJA Disp
RACIK Kulkas enser PINTU

Gambar 3.1 Denah Ruangan Instalasi Farmasi

B. STANDAR FASILITAS RUANGAN FARMASI


1. Ruang Apoteker
Ruangan apoteker memiliki fasilitas yaitu :
 Komputer dengan akses internet
 Buku-buku farmasi
 Telepon
 ATK
2. Ruang Pelayanan

9
Ruangan tempat dilangsungkannya pekerjaan kefarmasian
(produksi/pengemasan kembali, distribusi dan pelayanan) memiliki
fasilitas yaitu :
 Meja
 Kursi
 Rak obat
 Medical Refrigerator
 Lemari penyimpanan narkotika dan psikotropika
 Lemari perlengkapan
 Dispenser
 Blender
 Batang pengaduk
 Mesin Kertacu dan perlengkapannya
 Mortir dan stamper
 Komputer
 ATK
 Gunting
 Telepon
 AC
 Buku pencatatan suhu ruangan
 Buku pencatatan suhu kulkas
 Plastik obat
3. Ruang Penyimpanan Sediaan Farmasi
Rumah Sakit harus mempunyai ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk
menjamin mutu produk dan keamanan petugas, terdiri dari:
a. Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:
- Obat jadi;

10
- Alat Kesehatan.
b. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
- Obat termolabil;
- Sediaan Farmasi yang mudah terbakar;
- Obat yang memerlukan pengawasan (high allert dan LASA).

C. KEUANGAN
1. Semua penerimaan dan pengeluaran dana sepenuhnya dikelola oleh rumah
sakit melalui bagian keuangan;
2. Pembelian seluruh perbekalan farmasi yang diperlukan oleh rumah sakit
harus melalui Instalasi Farmasi, dilaporkan kepada bagian keuangan dan
pembayarannya dilakukan oleh bagian keuangan berdasarkan faktur
penjualan resmi dikeluarkan oleh distributor dan dilengkapi dengan surat
pesanan dan kuitansi pembayaran yang sudah melalui proses penitipan
faktur di Instalasi Farmasi;
3. Nilai uang perbekalan farmasi yang rusak atau kadaluarsa dilaporkan ke
bagian akuntansi untuk dilakukan proses penghapusan kekayaan;
4. Laporan keuangan dibuat oleh Instalasi Farmasi setiap bulannya, antara
lain:
a. Laporan stok opname;
b. Laporan nilai obat kadaluarsa dan yang rusak.

D. SISTEM INFORMASI DAN DOKUMENTASI


1. Penyimpanan dokumen (resep, faktur, surat pesanan, laporan, dan surat-
surat).
Resep dan faktur disimpan selama 3 (tiga) tahun dan setelah itu
dimusnahkan ses
2. Manajemen data.
3. Sistem informasi.
4. Pemanfaatan informasi.

11
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGELOLAAN OBAT/PERBEKALAN FARMASI


1. Seleksi/Pemilihan
Seleksi atau pemilihan merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau
masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi,
bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan
obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Pemilihan obat di RSU Bhakti Rahayu Denpasar, merujuk kepada
formularium rumah sakit, Fornas, E-catalog, serta formularium JKBM.
Penyusunan formularium rumah sakit dalam rangka pemilihan obat di RSU
Bhakti Rahayu Denpasar dilakukan melalui Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).
PFT diketuai oleh seorang dokter spesialis dengan apoteker sebagai
sekretaris. Di RSU Bhakti Rahayu Denpasar, kedudukan sekretaris PFT
dipegang oleh kepala instalasi farmasi.
Tujuan perencanaan obat dan/atau perbekalan farmasi adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah obat dan/atau perbekalan farmasi sesuai dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan di RSU Bhakti Rahayu Denpasar. Kriteria
pemilihan kebutuhan obat yang baik yaitu meliputi:

12
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari
kesamaan jenis;
b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi
mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal;
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan
(drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Jumlah kebutuhan obat dihitung berdasarkan rata-rata kebutuhan harian
yang diambil dari data pemakaian satu bulan terakhir. Estimasi stok gudang
disiapkan minimal untuk sepuluh hari pemakaian.

2. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan
kesehatan untuk menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan. Tujuan perencanaan yaitu meningkatkan penggunaan obat secara
rasional, meningkatkan efisiensi penggunaan obat, memperkirakan jenis dan
jumlah obat serta perbekalan kesehatan lainnya agar mendekati kebutuhan
pelayanan.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang
telah direncanakan atau disetujui melalui pembelian (tender dan langsung),
produksi sediaan farmasi (produksi steril dan non steril), serta sumbangan /
dropping / hibah. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah
sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari kekosongan obat
a. Pembelian
Pembelian dilakukan oleh petugas bagian Gudang Perbekalan Farmasi
ke distributor/PBF resmi dengan Surat Pesanan yang diperiksa dan
disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi. Pembelian rutin dilakukan setiap
hari kerja berdasarkan permintaan tiap unit dan sisa stok di Instalasi
Farmasi.
b. Produksi
Produksi di rumah sakit Bhakti rahayu merupakan kegiatan membuat,
merubah bentuk atau pengemasan kembali sediaan non steril untuk

13
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria
perbekalan farmasi yang diproduksi :
- Sediaan farmasi dengan formula khusus;
- Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga yang lebih
murah;
- Tidak tersedia di pasaran;
- Sediaan yang harus dibuat baru;
- Rekonstitusi sediaan sitostatika.

4. Penerimaan
Kegiatan penerimaan obat/perbekalan farmasi yang telah dipesan
dilakukan di gudang farmasi. Obat/perbekalan farmasi harus diterima oleh
asisten apoteker yang memiliki ijin. Semua obat/perbekalan farmasi yang
diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan spesifikasi mutu, jumlah
maupun waktu kedatangan.. Selain itu harus diperiksa juga kondisi dan
tanggal kadaluarsa produk (expired date minimal 2 tahun).

5. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang ditetapkan ke unit-unit pelayanan di rumah sakit
yang dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan,
mudah tidaknya terbakar, tahan tidaknya terhadap cahaya disertai sistem
informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan. Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan
sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan tujuan untuk:
a. Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan
sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban;
b. Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad;
c. Memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluwarsa, yaitu
disusun berdasarkan First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO).
Metoda penyimpanan obat/perbekalan farmasi dilakukan menurut bentuk
sediaan secara alfabetis dengan menerapkan sistem FIFO dan FEFO dan
memperhatikan kondisi penyimpanan yang dianjurkan pabrik. Komponen
yang harus diperhatikan dalam penyimpanan obat:

14
a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan Obat
diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama
kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus;
b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali
untuk kebutuhan klinis yang penting;
c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan
pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas
dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk
mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati; dan
d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat
diidentifikasi.
Cara penyimpanan obat yang secara umum adalah sebagai berikut:
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan;
b. Obat disimpan pada lemari atau rak dan suhu ruangan diatur dengan
AC suhu maksimal 25oC;
c. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat;
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab;
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat;
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
Peralatan penyimpanan obat secara umum memerlukan lemari/rak yang
rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan, dan
antai dilengkapi dengan palet.

Cara Penyimpanan Obat Secara Khusus adalah sebagai berikut :


a. Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan obat berupa ovula dan suppositoria disimpan di lemari es
karena dalam suhu kamar akan mencair. Obat yang harus disimpan
dalam medical refrigerator harus dijaga suhunya agar berada pada
suhu 2 sampai 8oC.
b. Sediaan Aerosol / Spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu
tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.

15
Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan obat dengan kondisi khusus
diantaranya :
1. Lemari pendingin dan AC untuk obat yang termolabil;
2. Fasilitas peralatan penyimpanan dingin harus divalidasi secara berkala;
3. Lemari penyimpanan khusus untuk narkotika dan obat psikotropika;
4. Peralatan untuk penyimpanan obat, penanganan dan pembuangan
limbah sitotoksik dan obat berbahaya harus dibuat secara khusus untuk
menjamin keamanan petugas, pasien dan pengunjung.
Beberapa obat perlu disimpan pada kondisi dan tempat yang khusus untuk
memudahkan pengawasan, yaitu :
1. Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan
dalam lemari khusus dan terkunci;
2. Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari
pendingin untuk menjamin stabilitas sediaan;
3. Obat yang termasuk dalam golongan high alert dan lasa disimpan
dalam lemari khusus dan terkunci.

Persyaratan Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika


1. Harus terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat (tidak boleh terbuat
darikaca);
2. Harus mempunyai kunci yang kuat, kunci lemari harus dikuasai oleh
penanggung jawab atau pegawai yang dikuasakan;
3. Dibagi menjadi dua bagian dengan masing-masing kunci yang berlainan;
4. Apabila lemari memiliki ukuran kurang dari 40 cm x 80 cm x 100 cm,
maka dibuat pada tembok / lantai / lemari khusus;
5. Tidak boleh menyimpan atau meletakkan barang-barang selain narkotika
dan psikotropika, kecuali ditentukan lain oleh Menteri Kesehatan.

Presentasi nilai obat yang kadaluarsa atau rusak


Mencerminkan ketidaktepatan perencanaan dan atau kurang baiknya sistem
distribusi dan atau kurangnya pengamatan mutu dalam penyimpanan obat dan
atau terjadinya perubahan pola penyakit atau pola peresepan oleh dokter.
Persentase nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak masih dapat diterima
jika nilainya dibawah 1%.

16
Untuk obat yang mengalami death stock (stok tidak berjalan selama 3 bulan
dan atau selama 3 bulan tidak terpenuhi tidak akan dapat
ditransaksikan.Penyebabnya :
a. Tidak diresepkannya obat oleh dokter karena dokter memilih obat lain;
b. Perubahan pola penyakit;
c. Dokter tidak taat terhadap formularium;
d. Kurang tepatnya perencanaan pengadaan obat
Kerugian yang ditimbulkan akibat stok mati, yaitu perputaran uang yang tidak
lancar, kerusakan obat akibat terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan obat
kadaluarsa. Pengatasan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian adalah
dengan mengembalikan beberapa item obat kepada PBF.
Kekosongan stok dapat terjadi dengan beberapa faktor penyebabnya,
yaitu tidak terdeteksinya obat yang hampir habis, hanya ada persediaan yang
kecil untuk obat yang slow moving, barang yang dipesan belum datang, PBF
mengalami kekosongan, dan/atau pemesanannya ditunda oleh PBF.

6. Peresepan
Permintaan obat dapat dilakukan melalui persepan atau pemesanan. Yang
berwenang menulis resep adalah dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) atau
dokter yang telah ditetapkan dalam SK Direktur RSU Bhakti Rahayu Denpasar
tentang Daftar Tenaga Medis Yang Berhak Menulis Resep Dan Atau Yang
Diijinkan Memesan Obat. Resep harus ditulis dengan tulisan yang jelas, mudah
dibaca dan lengkap di blanko resep RSU Bhakti Rahayu. Nama obat dapat ditulis
dalam nama generik atau dagang sesuai dengan Formularium RSU Bhakti
Rahayu. Untuk pasien rawat inap, permintaan obat tetap ditulis oleh dokter pada
resep sedangkan untuk permintaan alat kesehatan dapat dilakukan oleh perawat.
Pada Instalasi Gawat Darurat, dokter menulis permintaan obat di formulir
pelayanan IGD RSU Bhakti Rahayu pada kolom : “Terapi”. Seluruh resep
dan pemesanan obat harus dicatat dalam rekam medis pasien dengan tulisan
yang jelas, mudah dibaca dan lengkap untuk mencegah kesalahan interpretasi.

7. Pencatatan

17
Setiap pemberian obat kepada pasien harus dilakukan pencatatan. Dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) mencatat instruksi pemberian obat di
status pasien. Perawat mencatat permintaan obat sesuai resep yang ditulis
dokter pada formulir Permintaan Obat pasien rawat Inap dan mencatat obat
yang diberikan kepada pasien pada formulir Pencatatan Pemberian Obat
Pasien Rawat Inap. Petugas farmasi melakukan pencatatan pemberian obat
secara elektronik dengan mengentry data pemberian ke program RSU Bhakti
Rahayu Denpasar.
Kesesuaian antara pencatatan di status, formulir permintaan obat,
formulir pemberian obat pasien rawat inap, resep dan data rincian pemakaian
obat diprogram adalah mutlak.

8. Pendistribusian
Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi
di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Obat dan
alat kesehatan didistribusikan dari gudang perbekalan farmasi ke setiap unit
yang membutuhkan. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
sumber daya yang ada, metode sentralisasi atau desentralisasi, dan sistem
floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi.
a. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di
ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis.
b. Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara
sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh
Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Sistem pelayanan distribusi yang dilakukan antara lain:

18
a. Sistem persediaan lengkap di ruangan
 Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat
merupakan tanggung jawab perawat ruangan;
 Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat;
 Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol
secara berkala oleh petugas farmasi.
b. Sistem resep perorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan atau pasien rawat
jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
c. Sistem unit dosis
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang disiapkan,
diberikan/ digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda,
yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang
cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa.
Beberapa evaluasi yang digunakan dalam pelayanan obat adalah:
a. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep sampai ke tangan
pasien.
Bertujuan untuk mengetahui tingkat kecepatan pelayanan instalasi farmasi
rumah sakit.
b. Persentase obat yang diserahkan
Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan IFRS menyediakan
obat yang diresepkan.
c. Persentase obat yang diberi label dengan benar
Bertujuan untuk mengetahui penguasaan peracik (dispenser) tentang
informasi pokok yang harus ditulis dalam etiket.

Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap


diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem
persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis
atau sistem kombinasi. Pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat
jalan diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan
sistem resep perorangan oleh instalasi farmasi rumah sakit.
Petugas di gudang perbekalan farmasi menyiapkan kebutuhan instalasi
farmasi sesuai permintaan dan obat didistribusikan ke instalasi farmasi.

19
Pendistribusian obat dan alat kesehatan ke depo kamar operasi, instalasi
gawat darurat, dan di ruangan perawatan juga dilakukan oleh petugas gudang
perbekalan farmasi menggunakan form Permintaan Obat dan Alat Kesehatan
ke Instalasi Farmasi. Setiap hari petugas depo kamar operasi, instalasi gawat
darurat, dan di ruangan perawatan menyerahkan form permintaan tersebut
yang memuat jenis obat dan alkes serta jumlah yang diminta. Petugas gudang
perbekalan farmasi menyiapkan kebutuhan ruangan sesuai permintaan dan
didistribusikan ke setiap ruangan dan unit yang membutuhkan.

9. Persiapan
Persiapan pemberian obat dilakukan di instalasi farmasi yang meliputi
kegiatan mulai dari persiapan peralatan racik dan kemasan yang digunakan,
pengkajian resep, penghitungan dosis, rute pemberian dan penyiapan
label/etiket. Proses persiapan obat dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian.
Semua persiapan dilakukan untuk menjamin tercapainya prinsip 7 benar
pemberian obat.

10. Penyaluran / Dispensing


Dispensing atau penyaluran perbekalan farmasi merupakan kegiatan
menyalurkan obat untuk pelayanan individu bagi pasien rawat inap dan rawat
jalan.
a. Dispensing obat untuk pasien rawat inap
Penyaluran obat pasien rawat inap dilakukan dengan sistem peresepan
individu atau unit dose dispensing dan persediaan lengkap di ruangan (floor
stock). Permintaan obat ke Instalasi Farmasi dilakukan dengan membawa
resep asli dan dicatat pada Formulir Daftar Pemakaian Obat Unit Rawat
Inap. Obat yang telah diberikan selanjutnya disimpan pada rak masing-
masing pasien. Tenaga teknis kefarmasian di setiap ruangan perawatan yang
menyiapkan obat-obat pasien untuk satu kali pemakaian selama 24 jam dan
ditempatkan pada rak-rak tersendiri yaitu rak obat pagi, obat siang, obat sore
dan obat malam. Untuk sediaan infus dan alat kesehatan disalurkan dengan
sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock) dan penggantiannya

20
dilakukan setiap hari dengan menggunakan formulir Permintaan Obat atau
Barang dari rawat Inap ke Instalasi Farmasi ke Gudang Perbekalan
Farmasi. Jadi perawat dapat langsung mengambil di persediaan ruangan dan
keesokan harinya stok diganti dengan permintaan ke gudang perbekalan
farmasi.
b. Dispensing obat untuk pasien rawat jalan
Proses penyaluran obat untuk pasien rawat jalan berpusat di satu tempat,
yaitu Instalasi Farmasi. Dispensing obat rawat jalan dilakukan berdasarkan
resep pasien tersebut. Tenaga teknis kefarmasian menyiapkan dan
menyalurkan obat sesuai jenis dan jumlah yang tertera pada resepnya.
Kemudian sebelum diserahkan kepada pasien, Apoteker melakukan
pengecekan terlebih dahulu.

11. Pemberian Obat


Pemberian obat kepada pasien dilakukan setelah verifikasi akhir untuk
memastikan kesesuaian obat yang disiapkan dengan resep dengan
membubuhkan stempel verifikasi akhir yang memuat prinsip 7 benar yaitu :
benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute/cara pemakaian, benar waktu
pemberian, benar kadaluarsa, benar pendokumentasian. Pemberian obat
kepada pasien rawat inap didelegasikan kepada perawat. Pemberian obat
kepada pasien rawat jalan dilakukan oleh apoteker atau tenaga kefarmasian.
Selain itu pada saat pemberian obat, apoteker atau tenaga teknis
kefarmasian juga harus melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi
kepada pasien.

12. Pemantauan
Pemantauan obat yang dilakukan meliputi :
a. Pemantauan Formularium
Pemantauan terhadap perubahan formularium (penambahan atau
pengurangan obat) dilakukan sekali setahun dengan membuat daftar obat
baru yang ditambahkan dan daftar obat yang dihapus dari formularium
disertai alasannya.
b. Pemantauan mutu obat

21
Merupakan kegiatan untuk memastikan mutu obat yang tersedia di rumah
sakit. Kegiatan pemantauan obat dilakukan melalui pelaksanaan stok
opname. Stok opname dilakukan setiap bulan sesuai jadwal yang ditentukan.
Pemantauan yang dilakukan, yaitu keutuhan kemasan, masa kadaluarsa
obat, serta penyusunan obat.
Pada pelaksanaan stok opname, semua obat yang ditemukan masa
kadaluarsanya mendekati 6 bulan kedepan diberi stiker FEFO yang
berwarna kuning dan dikonfirmasi kepada petugas di ruangan untuk
menggunakan obat tersebut terlebih dahulu. Bila obat ditemukan masa
kadaluarsanya mendekati 3 bulan ke depan, obat tersebut langsung diatarik
dari ruangan dan dibawa ke gudang perbekalan farmasi untuk diretur ke
distributor atau dimusnahkan.
Bila ditemukan obat yang rusak maka obat tersebut langsung ditarik dari
ruangan dan dibawa ke gudang perbekalan farmasi untuk dimusnahkan.
Pemusnahan obat/perbekalan farmasi dilakukan 2 kali dalam setahun atas
persetujuan pimpinan rumah sakit (Direktur) dengan cara dibakar di
insenerator dan dibuatkan Berita Acara Pemusnahan Barang.
c. Pemantauan Kesalahan Pemberian Obat
Pemantauan terhadap terjadinya kesalahan pemberian obat dilakukan
secara kolaboratif dengan perawat dan dokter dan dilaporkan ke Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.

B. PELAYANAN KEFARMASIAN
Instalasi farmasi memberikan pelayanan produk bersifat nyata dan tidak
nyata bagi konsumen. Konsumen yang dimaksud disini antara lain penderita,
dokter, perawat, professional kesehatan lain, dan masyarakat rumah sakit lain.
1. Pengkajian Resep Rawat Inap dan Rawat Jalan
Pengkajian resep dilakukan oleh petugas farmasi setiap menyiapkan suatu
resep baik untuk resep rawat inap maupun rawat jalan. Kegiatan pengkajian
resep dilakukan terhadap penilaian :
a. Persyaratan kelengkapan administrasi meliputi :
 Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien;
 Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
 Tanggal resep;

22
 Ruangan/unit asal resep.
b. Persyaratan kefarmasian meliputi :
Bentuk dan kekuatan sediaan;
Dosis dan Jumlah obat;
Stabilitas dan ketersediaan;
Aturan, cara dan tehnik penggunaan.
c. Persyaratan klinis meliputi :
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat;
Duplikasi pengobatan;
Alergi, interaksi dan efek samping obat;
Kontra indikasi;
Polifarmasi;
Efek aditif;

2. Peresepan yang tidak jelas.


Petugas farmasi harus menghubungi dokter penulis resep apabila ditemukan
hal yang tidak jelas atau patut dipertanyakan, misalnya:
a. Penulisan resep tidak jelas;
b. Nama obat ditulis 2 kali;
c. Jumlah obat tidak jelas;
d. Bila data identitas pasien tidak sesuai dengan nama yang ditulis dokter
penulis resep;
e. Signatura obat tidak biasa;
f. Kondisi lain yang meragukan.

3. Obat yang tidak tersedia di rumah sakit


Apabila dokter meresepkan obat yang tidak tersedia di rumah sakit, petugas
instalasi farmasi harus menghubungi dokter penulis resep untuk mengganti
dengan obat sejenis yang tersedia. Apabila obat pengganti yang sejenis tidak
tersedia atau kosong, petugas instalasi farmasi dapat membeli ke rumah sakit
atau apotek lain atas ijin dari apoteker penanggung jawab dan mencatat di
buku pembelian obat ke Apotek/rumah sakit lain.

4. Dispensing

23
Penyaluran obat adalah proses penyiapan dan penyerahan obat oleh petugas
farmasi kepada pasien bagi pasien rawat jalan dan bagi pasien rawat inap oleh
perawat. Petugas di instalasi farmasi yang boleh menyalurkan obat adalah
tenaga farmasi dan atau tenaga teknis farmasi yang sudah terdaftar dan
memiliki ijin dan sertifikat. Obat disiapkan berdasarkan resep yang dibawa
pasien maupun resep yang dibawa oleh perawat. Khusus bagi pasien rawat
inap, selain lembaran resep juga disertakan formulir Daftar Pemakaian Obat
Instalasi Rawat Inap yang dibawa oleh perawat. Nama obat dan jumlah obat
juga harus tertulis pada lembaran ini. Petugas farmasi yang menyerahkan obat
dan perawat yang mengambil obat harus menulis nama jelas pada lembaran
formulir permintaan obat pasien rawat inap.
Penyiapan resep harus dilakukan di ruangan farmasi sesuai dengan cara
yang telah ditetapkan. Untuk resep racikan maksimal dikerjakan selama 30
menit, sedangkan untuk resep obat jadi maksimal penyiapan selama 15 menit.
Apabila menyiapkan resep berupa racikan obat, petugas harus menggunakan
perlengkapan yang telah ditentukan (sarung tangan, masker). Setiap obat yang
disiapkan dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi label/etiket obat yang
memuat informasi:
a. Nama dan alamat rumah sakit;
b. Nomor rekam medis pasien;
c. Nama pasien;
d. Aturan pakai/waktu pemakaian obat;
e. Informasi khusus (misal : bila nyeri, dll).

5. Pemantauan dan Pelaporan Efek samping Obat


Semua kejadian efek yang tidak diharapkan harus didokumentasikan pada
data rekam medis pasien. Apoteker melakukan identifikasi dan pemantauan
terhadap efek yang tidak diharapkan dan membuat laporan kepada Tim
Farmasi dan Terapi dengan formulir Pelaporan Efek Samping Obat.
Pemantauan efek samping obat dilakukan secara kolaboratif antara dokter,
perawat dan petugas farmasi (Apoteker).

24
6. PIO (Pelayanan Informasi Obat)
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk
memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Dalam memberikan
pelayanan informasi obat maka sumber informasi yang digunakan harus
tersedia, akurat dan terkini. Kegiatan yang dilakukan berupa:
a. Membuat brosur informasi obat;
b. Menjawab pertanyaan pasien, perawat, dokter, karyawan rumah sakit
mengenai obat melalui telepon atau tatap muka;
c. Melakukan pelatihan-pelatihan internal farmasi mengenai perkembangan
obat dan ilmu pengetahuan;

7. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
membantu menyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan
dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling
dilakukan untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada
pasien yang meliputi nama obat, tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek samping obat, tanda-tanda
toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain. Dengan
memberikan konseling diharapkan kepatuhan pasien u ntuk minum obat
meningkat sehingga hasil terapi maksimal. Konseling terutama dilakukan
terhadap :
a. Pasien dengan penyakit kronis;
b. Pasien dengan obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi;
c. Pasien geriatric;
d. Pasien pediatric;
e. Pasien pulang sesuai dengan kriteria diatas.

8. Ronde/Visite Pasien
Merupakan kegiatan mengunjungi pasien rawat inap dan menilai
perkembangan pasien dengan terapi yang diterimanya. Apoteker juga
melakukan pengkajian terhadap catatan perawat dan memberikan keterangan
pada formulir resep atau daftar pemakaian obat untuk menjamin penggunaan
obat yang benar. Apabila apoteker menemukan ketidaksesuaian antara resep

25
dengan catatan perawat, atau dengan jumlah obat, nama obat, dosis obat, atau
ditemukan hal-hal yang meragukan maka apoteker akan melakukan
konfirmasi kepada perawat penanggungjawab ruangan tersebut

9. Identifikasi dan penyimpanan obat yang dibawa pasien dari luar


Obat yang dimaksud dalam hal ini adalah obat yang dibawa pasien dari
rumah atau dari rumah sakit lain ketika pasien tersebut diopname. Obat
tersebut diterima oleh perawat ruangan, dicatat pada formulir Daftar Obat
Yang Dibawa Pasien Dari Rumah, kemudian diberitahukan kepada dokter
penanggungjawab perawatan. Dokter mencatat di lembar pengkajian awal
atau catatan terintegrasi. Apabila dokter menyarankan obat tersebut tetap
dilanjutkan, maka obat itu diserahkan pada petugas farmasi ruangan untuk
disimpan pada rak obat pasien tersebut. Apabila dokter menyarankan obat
tersebut dihentikan, maka perawat mengembalikan obat tersebut pada
keluarga pasien.

10. Penanganan Obat Sampel


Dalam hal obat sampel, Rumah Sakit Bhakti rahayu tidak menerima obat-
obat sampel dari pihak manapun. Rumah sakit secara mandiri memenuhi
kebutuhan obat-obat dan perbekalan farmasi lain sesuai kebutuhan

26
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu


upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien. Dalam kaitannya
dengan farmasi, maka bahaya yang dimaksud adalah bahaya terkait
penggunaan obat atau alat kesehatan. Dalam proses pelayanan kefarmasian,
bahaya yang banyak terjadi adalah kejadian obat yang merugikan (adverse
drug events), kesalahan pengobatan (medication errors) dan reaksi obat yang
merugikan (adverse drug reaction). Terkait dalam upaya mengatasi hal ini
maka pendekatan sistem perlu dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan
risiko dan mempromosikan upaya keselamatan obat termasuk alat kesehatan
yang menyertai. Dalam aplikasi praktek pelayanan kefarmasian untuk
keselamatan pasien terutama medication error adalah menurunkan risiko dan
promosi penggunaan obat yang aman.
Ada beberapa pengelompokan medication error berdasarkan dampak dan
proses. Pengelompokan tersebut yaitu :
Errors Kate- Hasil
gori
No error Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya
A kesalahan

Error No B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien


Harm Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum/digunakan
c
pasien tetapi tidak membahayakan pasien
Terjadi kesalahan sehingga monitoring ketat harus
D
dilakukan tapi tidak membahayakan pasien

27
Error, harm Terjadi kesalahan hingga terapi dan intervensi lanjut
E diperlukan dan kesalahan ini memberikan efek yang
buruk yang sifatnya sementara
Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus
F dirawat lebih lama di rumah sakit serta memberikan
efek buruk yang sifatnya sementara
Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk
G
yang bersifat permanen
Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasien
H
contoh stok anafilaktik
Error,death
I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia

Tabel 5.1 Medication errors untuk kategorisasi errors (berdasarkan dampak)

28
Tipe Medication Keterangan
Errors
Unauthorized drug Obat yang terlanjur diserahkan pada pasien
padahal diresepkan oleh bukan dokter yang
berwenang
Improper dose/quantity Dosis, kekuatan atau jumlah obat yang tidak
sesuai dengan yang dimaksud dalam resep
Wrong dose preparation Penyiapan/ formulasi atau pencampuran obat
method yang tidak sesuai
Wrong dose form Obat yang diserahkan dalam dosis dan cara
pemberian yang tidak sesuai dengan yang
diperintahkan di dalam resep
Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang
keliru yang tidak sesuai dengan yang tertera di
dalam resep
Omission error Gagal dalam memberikan dosis seuai permintaan,
mengabaikan penolakan pasien atau keputusan
klinik yang mengisyaratkan untuk tidak diberikan
obat yang bersangkutan
Extra dose Memberikan duplikasi obat pada waktu yang
berbeda
Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau perintah
diberikan secara lisan atau diresepkan oleh dokter
yang tidak berkompeten
Wrong administration Menggunakan cara pemberian yang keliru
technique termasuk misalnya menyiapkan obat dengan
teknik yang tidak dibenarkan (misalkan obat im
diberikan iv)
Wrong time Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal
pemberian atau diluar jadwal yang ditetapkan

Tabel 5.2 Jenis-jenis medication errors (berdasarkan alur proses pengobatan)

Titik kritis dalam proses manajemen obat yang perlu diperhatikan dalam
upaya keamanannya yaitu : sistem seleksi (selection), sistem penyimpanan
sampai distribusi (storage and distribution), sistem permintaan obat,
interpretasi dan verifikasi (ordering and transcribing), sistem penyiapan,
labelisasi/etiket, peracikan, dokumentasi, penyerahan ke pasien disertai
kecukupan informasi (preparing and dispensing), teknik penggunaan obat
pasien (administration), dan pemantauan efektifitas penggunaan (monitoring).

29
1. Tujuan
a) Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi tenaga teknis kefarmasian yang melakukan
pelayanan kefarmasian dalam melaksanakan program keselamatan pasien
rumah sakit

b) Tujuan Khusus
- Terlaksananya program keselamatan pasien di instalasi farmasi;
- Terlaksananya pencatatan kejadian yang tidak diinginkan akibat
penggunaan obat di rumah sakit
2. Tata Laksana
Tata laksana pengelolaan keamanan pasien di instalasi farmasi:
a) Pemilihan
- Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, item obat dan obat sejenis
yang diadakan dikendalikan jumlahnya;
- Penggunaan obat/alat kesehatan di rumah sakit sesuai formularium.
b) Pengadaan
Perbekalan farmasi dipesan hanya dari distributor resmi
c) Penyimpanan
 Obat disimpan sesuai persyaratan penyimpanan;
 Sistem penyimpanan secara FEFO dan FIFO;
 Obat yang tergolong LASA (Look Alike Sound Alike ) disimpan
secara terpisah. Daftar obat LASA telampir;
 Pemberian stiker penanda obat-obat khusus yaitu untuk obat
mendekati kadaluarsa, stiker FEFO,;
 Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) disimpan di
tempat khusus.Daftar obat dengan peringatan khusus terlampir.
d) Skrining resep
 Skrining resep dilakukan saat membuat etiket/label
 Skrining resep meliputi :
 Identitas pasien pada resep sesuai dengan identitas pendaftaran;
 Tanggal penulisan resep;
 Nama obat, kekuatan, jumlah obat, aturan pakai tertulis jelas;
 Nama dokter
 Apabila ditemui tulisan yang tidak jelas, resep yang tidak terbaca,
identitas pasien tidak sesuai, dosis atau aturan pakai obat tidak lazim
wajib langsung ditanyakan pada dokter penulis resep
e) Dispensing
 Peracikan obat dilakukan dengan tepat sesuai dengan SPO;

30
 Penempelan etiket/label harus tepat. Etiket harus dibaca pada saat
menempelkan pada kemasan, pada saat menyerahkan obat pada
pasien;
 Penyiapan obat dan penyerahan obat dilakukan oleh orang yang
berbeda;
 Pemeriksaan pada saat penyerahan meliputi kelengkapan permintaan,
ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap
obat, kesesuaian resep terhadap isi etiket;
 Identifikasi pasien dilakukan sebelum pemberian obat menggunakan
tiga identitas yaitu nama pasien, tanggal lahir dan nomor rekam
medis.
f) Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
Pada saat penyerahan obat pasien diberi penjelasan mengenai hal-hal
penting terkait obatnya yaitu :
 Aturan pakai obat;
 Cara pemakaian obat
 Cara penyimpanan obat;
 Peringatan yang berkaitan dengan pengobatan.
g) Monitoring dan evaluasi
 Setiap ada kejadian efek samping obat didokumentasikan;
 Proses monitoring efek samping obat dilakukan secara kolaboratif
antara perawat, dokter dan apoteker.
4. Pelaporan dan pencatatan Insiden
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris Cedera
(KNC) dan Kejadian Sentinel wajib dilaporkan kepada apoteker
 Pelaporan dilakukan dengan mengisi “Formulir Laporan Insiden”
 Pelaporan wajib dilakukan pada akhir shift atau maksimal 2 x 24
jam dan diserahkan kepada kepala instalasi
 Kepala instalasi memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
dan menyerahkan laporan pada Tim Keselamatan Pasien rumah
sakit

31
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. PENGERTIAN
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Instalasi farmasi RSU Bhakti Rahayu Denpasar
adalah suatu divisi yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan perbekalan
farmasi yang meliputi obat, alkes, reagensia dan merupakan tempat yang
berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan pegawai
instalasi farmasi.
Ancaman bahaya di instalasi farmasi terdiri atas:
1. Ancaman bahaya biologi
Bahaya biologi adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh mikroorganisme hidup seperti virus, bakteri, parasit,
riketsia dan jamur.
Contoh ancaman biologi di instalasi farmasi : infeksi nosokomial,
tuberculosis, hepatitis B, AIDS, dll.
2. Ancaman bahaya kimia
Adanya bahan-bahan kimia di instalasi farmasi dapat menimbulkan
bahaya bagi karyawan instalasi farmasi. Kecelakaan akibat bahan-bahan
kimia dapat menyebabkan keracunan kronik.
Bahan-bahan kimia yang mempunyai risiko mengakibatkan gangguan
kesehatan di instalasi farmasi yaitu alcohol, hydrogen peroksida, debu
3. Ancaman bahaya fisika dan ergonomi
Bahaya fisika dan ergonomi juga merupakan ancaman yang perlu
dilakukan upaya penanggulangannya agar tidak menyebabkan penyakit
akibat kerja.
Faktor fisika di instalasi farmasi yaitu bising, panas, cahaya dan listrik.
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitan
dengan pekerjaannya. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan
dengan kondisi tubuh manusia, contohnya dengan menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban yang sesuai dengan tubuh manusia.

32
Contoh faktor ergonomi di instalasi farmasi yaitu suhu AC, kesesuaian
lampu dengan ruangan, tata letak alat-alat sealur dengan pekerjaan,dll

4. Ancaman bahaya psikososial


Pekerjaan yang dilakukan di instalasi farmasi dapat menjadi sumber
kebahagiaan atau malah kesengsaraan bagi karyawannya sehingga
menimbulkan stress.
Faktor yang dapat menimbulkan kesengsaraan di instalasi farmasi
contohnya beban kerja yang tinggi karena lembur terlalu banyak, bekal
ilmu pengetahuan dan keterampilan karyawan tidak sesuai dengan
tuntutan pekerjaan, pertentangan dengan rekan kerja yang berlarut-larut,
dll.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Terlaksanya kesehatan dan keselamatan kerja di IFRS Bhakti rahayu agar
tercapai pelayanan kefarmasian dan produktifitas kerja yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Memberikan perlindungan kepada karyawan farmasi IFRS Bhakti
rahayu, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahaya,
kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku dan hasil produksi
d. Menciptakan cara bekerja yang baik dan benar

C. TATA LAKSANA KESELAMATAN KERJA


1. Kebakaran
a. Tersedia APAR
2. Bahan-bahan Berbahaya
a. Bahan berbahaya dipesan hanya melalui distributor resmi;
b. Tersedia MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk setiap bahan
berbahaya;
c. Pada saat penerimaan dilakukan pemeriksaan kemasan yaitu :
 Utuh;
 Nama barang;
 Isi dan komposisi dalam nama kimia;
 Nomor registrasi;
 Petunjuk cara penggunaan;

33
 Petunjuk cara penanganan untuk mencegah bahaya;
 Tanda peringatan lain;
 Nama dan alamat pabrik yang memproduksi;
 Cara pertolongan pertama akibat bahan berbahaya.
d. Bahan berbahaya disimpan pada lemari tersendiri;
e. Bahan berbahaya diberi label khusus pada kemasannya.
3. Sediaan sitostatika
a. Sediaan sitostatika ditangani dan dicampur pada ruangan khusus;
b. Penanganan sediaan sitostatika menggunakan APD dan sesuai SPO
masing-masing
4. Bahaya biologi
a. Melakukan pekerjaan sesuai SPO;
b. Cuci tangan sebelum bekerja;
c. Menggunakan masker dan sarung tangan saat meracik obat.
5. Bahaya fisika dan ergonomi
a. Tersedia AC;
b. Tersedia meja dan kursi kerja yang memadai;
c. Tersedia air minum di ruangan kerja;
d. Tersedia lampu dengan penerangan yang memadai.
6. Bahaya psikososial dan stress
Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. PENGERTIAN
Pengendalian mutu di instalasi farmasi merupakan kegiatan pengawasan,
pemeliharaan dan audit terhadap perbekalan farmasi untuk menjamin mutu,
mencegah kehilangan,kadaluarsa, rusak atau ditarik dari peredaran, serta
pemantauan kualitas pelayanan terhadap pasien yang diwujudkan dalam
bentuk pemantauan waktu tunggu obat di instalasi farmasi. Dalam pelayanan
kefarmasian, pengendalian mutu juga berarti tercapainya kualitas pelayanan
kefarmasian sesuai standar yang telah ditetapkan rumah sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Pelayanan farmasi yang memenuhi standar yang telah ditetapkan dan
tercapainya kepuasan pelanggan.
2. Tujuan khusus
a. Terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan
keamanan pasien;
b. Meningkatkan efisiensi pelayanan;

34
c. Meningkatkan kepuasan pasien dan pengunjung;
d. Menurunkan keluhan pasien atau unit kerja terkait.

C. TATA LAKSANA
Laporan pencapaian sasaran mutu dilaporkan kepada tim Pengendalian
Mutu Rumah Sakit. Pengendalian mutu di farmasi diwujudkan dalam sasaran
mutu yang hendak dicapai yang mencakup 4 hal yaitu :
1. Penetapan waktu tunggu pelayanan obat jadi < 10 menit
Standar yang ditetapkan yaitu 90%. Data diperoleh dari data komputer
selama pelayanan. Hasil pencapaian dilaporkan setiap bulan dan
dievaluasi setiap 3 bulan.
2. Penetapan waktu tunggu pelayanan obat racikan < 20 menit
Standar yang ditetapkan yaitu 90%. Data diperoleh dari data komputer
selama pelayanan. Hasil pencapaian dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi
setiap 3 bulan.
3. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat
Standar yang ditetapkan yaitu 0%. Data diperoleh dari laporan KTD yang
ada pada tim Patient Safety, dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi oleh
apoteker bersama Tim Pasien Safety .
4. Penulisan resep sesuai formularium
Standar yang ditetapkan yaitu 100%. Data diperoleh dari catatan
pembelian obat keluar yang dilaporkan setiap bulan dan dievaluasi setiap.
:

35
BAB VIII
PENUTUP

Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang berprinsip patient oriented


dengan filosofi pharmaceutical care adalah sasaran yang hendak dituju pada
akhirnya oleh istalasi farmasi RS Bhakti rahayu. Dalam praktek di lapangan, hal
ini tentu saja menemui berbagai kendala. Oleh karena itu adanya pedoman
pelayanan farmasi ini hendaknya dapat menjadi pegangan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan.

36

You might also like