Professional Documents
Culture Documents
24 1 49 1 10 20170517 PDF
24 1 49 1 10 20170517 PDF
Aries Abiyoga
Email : ariesabiyoga@rocketmail.com
ABSTRAK
Gout atau Asam urat adalah penyakit yang disebabkan penumpukan asam urat
dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya
melalui ginjal yang menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin Juandi
(2007 dalam Rina, 2011). Data penderita Gout di Dinas Kesehatan Sumedang dari tahun
2011-2012 mengalami peningkatan sebanyak 0,12%. Hasil studi pendahuluan di Puskesmas
Darmaraja dan PuskesmasSituraja didapatkan jumlah pasien gout di Puskesmas Situraja dari
tahun 2011-2013 mengalami peningkatan sebanyak 0,1% dan Puskesmas Darmaraja
sebanyak 0,1% (Pu skesmas Situraja & Darmaraja, 2011).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian gout pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Situraja tahun 2014.
Jenis penelitian menggunakan analisa korelatif dengan pendekatan case control.
Populasi berjumlah 168 orang dan sampel 74 diantaranya sampel kasus berjumlah 37
responden dan sampel kontrol berjumlah 37 responden dengan teknik purposive sampling.
Tekhnik pengumpulan data diperoleh dengan melakukan pemeriksaan berat badan, tinggi
badan, test asam urat dan kuesioner. Analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariat
dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian
gout (p-value = 0.00), tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian gout (p-value =
0.571), tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian gout (p-value = 0.632 ), ada
hubungan pengetahuan dengan kejadian gout (p-value = 0.002). Diharapkan puskesmas
membuat program penyuluhan kesehatan untuk menghindari hal – hal yang dapat
meningkatkan angka kejadian hiperurisemia serta berbagai komplikasinya yang akan terjadi
pada pasien gout.
47
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
48
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
didalam keluarganya ada penyakit yang sama dan diambil adalah 74 orang. Sampel kelompok kasus
hasil observasi terhadap postur tubuh 1 dari 6 yaitu pasien yang menderita gout yang
orang pasien gout terlihat gemuk. Hasil didiagnosa oleh dokter dengan jumlah 37 orang.
wawancara dari beberapa pasien mengatakan Dengan penentuan sampel sebagai berikut :
gejala awal yang dirasakan yaitu terasa
kesemutan dan linu,nyeri mendadak pada jari-jari Sampel Kasus
dan pergelangan kaki. Apabila asam uratnya
kambuh mereka lebih memilih mengkonsumsi Kriteria inklusi :
obat warung karena dianggapnya penyakit asam kriteria dari sampel kasus yang diambil pada
uratnya akan sembuh daripada memeriksakan ke penelitian ini adalah :
1. Pasien di wilayah kerja Puskesmas
Puskesmas, bahkan ada yang membiarkannya
begitu saja dengan anggapan akan sembuh Situraja
sendirinya. Sehingga didapatkan dari data diatas 2. Pasien dapat membaca dan menulis
yaitu terdapat sebanyak 6 orang yang menderita 3. Bersedia menjadi responden
penyakit gout dan 4 orang mengatakan tidak 4. Sehat jasmani dan rohani
menderita penyakit tersebut. 5. Pasien menyetujui menjadi
Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik responden penelitian
untuk meneliti “Bagaimanakah Faktor – Faktor 6. Dapat diajak berkomunikasi
Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gout Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Situraja Kriteria Eksklusi :
Tahun 2014” 1. Responden mempunyai penyakit
Tujuan dari penelitian ini untuk lain
mengetahui faktor – faktor yang berhubungan 2. Responden tidak dapat
dengan kejadian gout pada lansia di wilayah kerja berkomunikasi dengan baik
Puskesmas Situraja Tahun 2014 3. Responden dalam keadaan bedrest
total
METODE PENELITIAN 4. Psikis tidak memungkinkan
Jenis Penelitian yang digunakan dalam Sampel Kontrol
penelitian ini adalah analisa korelatif dengan
pendekatan “case control”. Sampel kontrol dalam penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ini adalah pasien yang tidak mengalami gout
klien gout yang pernah berkunjung ke Puskesmas pada pasien lansia di Puskesmas Situraja.
Situraja yaitu sebanyak 168 orang pada tahun Perbandingan antara jumlah sampel kelompok
2013. kasus dan kontrol adalah 1:1, dengan
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian pengambilan sampel secara an-maching. Sampel
ini menggunakan teknik purposive sampling yang kelompok kontrol yaitu pasien yang tidak
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yag menderita gout dengan jumlah 37 orang.
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau Dengan penentuan sampel sebagai berikut :
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui Kriteria inklusi :
sebelumnya (Notoatmodjo,2010) kriteria dari sampel kasus yang diambil pada
Sampel kasus yang akan diteliti adalah penelitian ini adalah :
sebagian pasien usia > 60 tahun yang menderita 1. Pasien di wilayah kerja Puskesmas
gout di Puskesmas Situraja dengan jumlah. Situraja
Menurut Mahardika (2009), menghitung besaran 2. Pasien dapat membaca dan menulis
sampel terhadap odds ratio dengan menggunakan 3. Bersedia menjadi responden
rumus dibawah ini didapatkan 37 responden 4. Klien dapat diajak berkomunikasi
Kriteria Ekslusi
𝑍∝ 2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2 1. Klien tidak bisa berkomunikasi
𝑛1 = 𝑛2 = ² dengan baik
(𝑃1 − 𝑃2)
2. Klien tidak mau menjadi responden
Maka dengan menggunakan 3. Psikis responden tidak
rumus tersebut diatas, jumlah sampel yang memungkinkan
49
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
50
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
sumberdaya manusia. Oleh karena itu, Lesch-Nyhan. Selain ketiadaan enzim hiposantin-
peningkatan status gizi diarahkan pada guanin fosforibosil transferase yang
peningkatan intelektualitas, produktivitas kerja, menyebabkan bertambahnya sintesa purin, ada
prestasi belajar dan prestasi olahraga, serta juga pengaruh faktor genetik yang dapat
penurunan angka gizi salah, baik gizi kurang menyebabkan gangguan pada penyimpanan
maupun gizi lebih (Ervi, 2013) glikogen atau defisiensi enzim pencernaan. Hal
Arus globalisasi memiliki dampak yang ini menyebabkan tubuh lebih banyak
terlihat nyata pada perubahan gaya hidup dalam menghasilkan senyawa laktat atau trigliserida
konsumsi pangan. Perubahan ini dipicu oleh yang berkompetisi dengan asam urat untuk
peningkatan pendapatan, kesibukan kerja yang dibuang oleh ginjal (Vitahealth 2006). Ternyata
tinggi, dan promosi produk pangan ala barat yang 18% penderita gout mempunyai sejarah keluarga
tidak diimbangi oleh peningkatan pengetahuan dengan hiperurisemia, dan terjadinya gout
dan kesadaran gizi. Gout adalah penyakit yang cenderung meningkat bila kadar asam urat
disebabkan oleh peningkatan konsentrasi asam meningkat (Depkes,2006). Berdasarkan hasil
urat dalam cairan tubuh (hiperurisemia) dan analisis bivariat nilai p-value (0.000) < (0.05)
adanya gangguan metabolisme protein. Salah artinya H0 ditolak, jadi terdapat hubungan riwayat
satu penyebab meningkatnya konsentrasi asam keluarga dengan kejadian gout pada lansia di
urat dalam tubuh adalah tingginya konsumsi wilayah kerja Puskesmas Situraja.
bahan pangan sumber protein, terutama purin.
Konsumsi bahan pangan tersebut tanpa Hubungan Obesitas Dengan Kejadian Gout
pengontrolan yang tepat dapat memicu penyakit Berdasarkan hasil penelitian di wilayah
asam urat (Vitahealth, 2006). Meningkatnya kerja Puskesmas Situraja yang tertera pada tabel
prevalensi gout berhubungan dengan faktor risiko 4.2 diatas menunjukan bahwa lansia yang gout
jenis kelamin, asupan tinggi purin, alkohol, sebagian kecil responden sebanyak 3 responden
obesitas dan hipertensi. Selain itu kejadian gout (8.1%) berpostur tubuh obesitas sedangkan lansia
berhubungan dengan gangguan fungsi ginjal dan yang tidak gout hampir seluruh responden
faktor genetik (Ervi, 2013) sebanyak 35 responden (94.6%) berpostur tubuh
Faktor genetik dapat berkontribusi terhadap tidak obesitas. Kebanyakan responden yang gout
prevalensi hiperurisemia yang tinggi pada ataupun tidak gout mempunyai berat badan dan
beberapa kelompok etnik tertentu. Gout dapat tinggi badan yang seimbang jika dilihat secara
diderita karena faktor genetis. Hal itu karena subyektif, dan setelah diukur sebagian besar
faktor gen yang diturunkan dari orang tua yang mempunyai postur tubuh normal. Indeks Massa
juga menderita penyakit gout secara genetis yang tubuh (IMT) diukur dengan berat badan (dalam
diwarisi dari pendahulunya. Faktor genetis pada kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan
penderita gout biasanya berawal dari gangguan (dalam meter). Penilaian ini cukup baik dalam
metabolisme purin sehingga menyebabkan gout menghubungkan dengan resiko efek-efek yang
dalam darah berlebihan. merugikan kesehatan dan kelanjutan usia.
Menurut Lyu et al (2003) adanya riwayat gout sejumlah faktor yang mempengaruhi timbulnya
dalam silsilah keluarga seseorang dapat menjadi penyakit gout termasuk diet, berat badan, dan
salah satu faktor risiko gout. Gout yang gaya hidup (Carter, 2006 dalam Yuniko, 2013).
disebabkan oleh genetik disebut dengan gout Berat badan yang berlebih atau kegemukan
primer. Gout ini terjadi akibat ketiadaan enzim sering dihubungkan dengan kadar asam urat
hiposantin-guanin fosforibosil transferase yang serum dan merupakan salah satu faktor resiko
menyebabkan bertambahnya sintesa purin terjadinya gout.
(Vitahealth 2006). Spector (1993) menambahkan Kegemukan atau Obesitas adalah kondisi
bahwa ada suatu jenis gout langka yang tubuh yang memiliki jumlah cadangan lemak
disebabkan karena ketiadaan enzim hiposantin- yang lebih banyak dibandingkan kebutuhannya.
guanin fosforibosil transferase. Hal ini Obesitas merupakan timbunan lemak berlebih di
menyebabkan bertambahnya sintesa purin karena dalam tubuh sehingga menimbulkan berat badan
basa purin bebas tidak lagi diubah menjadi melebihi ukuran normal (Sandjaja & Sudikno,
nukleotida. Gout jenis ini diwariskan oleh gen 2005). Secara garis besar, obesitas merupakan
resesif terkait X dan disebut dengan sindrom dampak ketidakseimbangan energi: asupan jauh
51
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
melampaui keluaran energi dalam jangka waktu intoleransi glukosa atau penyakit diabetes
tertentu. Obesitas, kenyataannya merupakan mellitus, hiperinsulinemia, hipertrigliseridemia,
penyakit rumit yang terjadi akibat jalinan faktor hipertensi, dan gout dibanding obesitas bawah.
genetik dan lingkungan. Pengertian tentang Tingginya kadar leptin pada orang yang
mengapa dan bagaimana obesitas terjalin belum mengalami obesitas dapat menyebabkan
dipahami sepenuhnya. Namun, keterlibatan resistensi leptin. Leptin adalah asam amino yang
faktor sosial, budaya, perilaku, metabolik dan disekresi oleh jaringan adiposa, yang berfungsi
genetik dalam jalinan ini tidak terbantahkan lagi mengatur nafsu makan dan berperan pada
(Arisman, 2010 dalam yuniko 2013). perangsangan saraf simpatis, meningkatkan
Trigliserida dan kolestrol adalah sensitifitas insulin, natriuresis, diuresis dan
beberapa jenis lemak didalam tubuh. Trigliserida angiogenesis. Jika resistensi leptin terjadi di
banyak terdapat pada tubuh orang gemuk dan ginjal, maka akan terjadi gangguan diuresis
tidak dimiliki oleh orang kurus. Adapun berupa retensi urin. Retensi urin inilah yang
kolesterol terdapat baik pada orang kurus dapat menyebabkan gangguan pengeluaran asam
maupun gemuk. Kodisi tubuh dengan kadar urat melalui urin, sehingga kadar asam urat
lemak tinggi disebut hipertrigliseridemia. Sel dalam darah orang yang obesitas tinggi (Boivin,
lemak merupakan pusat berbagai kelainan pada 2007 dalam Yuniko, 2013).
obesitas, namun mekanisme patofisiologis Berdasarkan hasil analisis bivariat nilai
obesitas belum seluruhnya dimengerti. Meskipun p-value (0.643) > (0.05) atau Ha ditolak, jadi
begitu, sudah ada bukti yang mengaitkan tidak ada hubungan obesitas dengan kejadian
patogenesis obesitas dengan mekanisme sinyal gout pada lansia di wilayah kerja Puskesmas
pada usus, jaringan lemak, otak, dan mungkin Situraja 2014. Bertolak belakang dengan hasil
pula jaringan tempat lain tempat masuk, penelitian yang dilakukan oleh Hansen (2007)
menyebar, dan menyimpan zat-zat gizi. bahwa pada penelitian ini didapatkan hubungan
Mekanisme ini diatur di otak, yang yang bermakna antara obesitas dengan
melatarbelakangi perubahan dalam bersantap, hiperurisemia dengan p-value < 0,001. Pada
kegiatan fisik, dan metabolisme tubuh guna orang obesitas terjadi peningkatan asam urat
mempertahankan simpanan energi (Arisman, terutama karena adanya peningkatan lemak
2010 dalam Yuniko, 2013). Menurut Niman tubuh, disamping itu juga berhubungan dengan
(2013, dalam Yuniko, 2013) obesitas terjadi luas permukaan tubuh sehingga pada orang
karena adanya ketidakseimbangan antara asupan gemuk akan lebih banyak memproduksi urat dari
dan pengeluaran energi, disebabkan oleh pada orang kurus. Hiperurisemia pada obesitas
kelebihan kalori dalam makanan yang diubah terjadi melalui resistensi insulin.
menjadi trigliserida disimpan dalam jaringan
adiposa sehingga meningkatkan ukuran jaringan Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian
adiposa. Kelebihan kalori akibat asupan energi Gout
yang melebihi pengeluaran akan disimpan dalam Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja
jaringan lemak. Dan jika keadaan ini diperlama, Puskesmas Situraja yang tertera pada tabel 4.3
maka akan timbul kegemukan . Apapun diatas menunjukan bahwa lansia yang gout
penyebab dasarnya, faktor etiologi primer dari sebagian responden sebanyak 22 responden
obesitas adalah konsumsi kalori yang berlebihan (59.5%) berjenis kelamin perempuan sedangkan
dari energi yang dibutuhkan. Banyak faktor yang yang tidak gout sebagian besar responden
mungkin telah berkontribusi, termasuk perubahan sebanyak 24 responden (64.9%) berjenis kelamin
lingkungan, yang dapat memengaruhi obesitas perempuan. Data diatas menunjukan bahwa
(Cleave, 2010 dalam Yuniko 2013). responden lansia yang gout dan tidak gout
Orang dengan kondisi berat badan lebih sebagian besar berjenis kelamin perempuan.
berkaitan dengan kenaikan kadar asam urat dan Menurut Soeroso (2011) faktor yang dapat
menurunnya eskresi asam urat melalui ginjal. Hal menyebabkan gout salah satu adalah jenis
tersebut disebabkan karena adanya gangguan kelamin.
proses reabsorpsi asam urat pada ginjal (Rini, Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks)
2009). Obesitas tubuh bagian atas (obesitas adalah perbedaan antara perempuan dan laki-laki
abdominal) berhubungan lebih besar dengan secara biologis sejak seseorang lahir. Seks
52
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dilakukan oleh Rini (2009) bahwpada penelitian
dimana laki-laki memproduksikan sperma, ini didapatkan hasil analisa yaitu p-value < 0,003
sementara perempuan menghasilkan sel telur dan yang artinya ada hubungan signifikan antara jenis
secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil kelamin dengan kejadian asam urat. Pada usia
dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi diatas 40 tahun biasanya mulai terdapat kenaikan
biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat kadar asam urat yang terjadi karena penurunan
dipertukarkan diantara keduanya, fungsinya tetap fungsi ginjal dalam proses ekskresi sisa
dengan laki-laki dan perempuan pada segala ras metabolism dalam tubuh yang ditandai dengan
yang ada di muka bumi. kadar ureum dan kreatinin yang tinggi tetapi pada
Penyakit asam urat atau biasa dikenal penelitian ini tidak ditemukan adanya gangguan
dengan gout merupakan penyakit yang ginjal. Selain gangguan ginjal ada faktor lain
menyerang para lanjut usia (lansia) terutama yang menyebabkan kenaikan kadar asam urat
kaum pria. Penyakit ini sering menyebabkan pada usia diatas 40 tahun yaitu obesitas, tekanan
gangguan pada satu sendi misalnya paling sering darah tinggi, kadar kolesterol darah yang tidak
pada salah satu pangkal ibu jari kaki, walaupun normal.
dapat menyerang lebih dari satu sendi. Penyakit
ini sering menyerang para lansia dan jarang Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian
didapati pada orang yang berusia dibawah 60 Gout
tahun dengan usia rata-rata paling banyak Berdasarkan hasil penelitian di wilayah
didapati pada usia 65-75 tahun, dan semakin kerja Puskesmas Situraja yang tertera pada tabel
sering didapati dengan bertambahnya usia 4.4 diatas menunjukan bahwa lansia yang gout
(Nyoman Kertia, 2009). sebagian responden sebanyak 18 responden
Dalam populasi managed care di (48.6%) mempunyai pengetahuan dengan
Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki- kategori kurang sedangkan lansia yang tidak gout
laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada hampir sebagian besar responden sebanyak 32
mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 responden (86.5%) mempunyai pengetahuan
pada mereka lima puluh persen lebih dari 65 kategori kurang. Dari data diatas menunjukan
tahun. pada pasien perempuan yang lebih tua dari pengetahuan responden yang menderita gout
60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter ataupun yang tidak gout mempunyai pengetahuan
didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat dengan kategori kurang.
melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
tahun Luk (2005, dalam Ervi, 2013) dan ini terjadi setelah orang melakukan
Teori menurut Fiskha (2010) yang penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
menyebutkan bahwa Hiperurisemia lebih banyak Penginderaan terjadi melalui panca indra
dialami oleh pria dibandingkan dengan wanita. manusia. Yakni indra penglihatan, pendengaran,
Hal ini disebabkan karena pria memiliki kadar penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
asam urat yang lebih tinggi daripada wanita. Hal pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
ini berkaitan dengan hormon estrogen. Peran telinga (Notoatmodjo, 2007)
hormon estrogen ini membantu mengeluarkan Meningkatnya pengetahuan juga dapat
asam urat melalui urin. Pria tidak memiliki menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan
hormon estrogen yang tinggi, sehingga asam urat seseorang, pengetahuan juga dapat membentuk
sulit dieksresikan melalui urin, dan dapat kepercayaan seseorang. Selain itu, pengetahuan
menyebabkan resiko peningkatan kadar asam urat juga dapat memperteguh atau mengubah sikap
pada pria lebih tinggi. Presentase kejadian gout terhadap sesuatu hal (Azwar,2003)
pada wanita lebih rendah daripada pria. Pengetahuan atau kognitif merupakan
Walaupun demikian kadar asam urat pada wanita domain yang sangat penting bagi terbentuknya
meningkat pada saat menopause (Diantari,2011). tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan
Berdasarkan hasil analisis bivariat nilai p-value penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari
(0.632) > (0.05) atau Ha ditolak, jadi tidak ada oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
hubungan jenis kelamin dengan kejadian gout perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Situraja. (Notoatmodjo, 2003). Penelitian Roger (1974)
Bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan
53
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku maka semakin kurang tingkat pengetahuan
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses seseorang tentang gout.
yang berurutan yaitu awareness (kesadaran), Menurut Soekanto (2003) pengetahuan adalah
interest, evaluasi, trial dan adopsi. Dimana subjek kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasil
perilaku akan sesuai dengan pengetahuan dan penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali
sikapnya terhadap stimulus. Selanjutnya setelah dengan kepercayaan (beliefs), takhyul
seseorang memiliki pengetahuan yang baru akan (superstitions) dan penerangan-penerangan yang
menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap keliru (misinformations). Sangat penting untuk
terhadap objek yang diketahuinya. diketahui bahwa pengetahuan berbeda degan fikir
Berdasarkan hasil analisis bivariat nilai atau ide, karena tidak semua buah fikir ini
p-value (0.002) < (0.05) atau H0 ditolak, jadi merupakan pengetahuan, Sedangkan buah fikir
terdapat hubungan pengetahuan dengan kejadian yang merupakan pengetahuan adalah hasil dari
gout pada lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas pemikiran yang sudah ada kepastian dan
Situraja. Hal ini sesuai dengan apa yang pembuktian akan suatu hal. Buah fikir yang
diungkapkan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa mengandung pengetahuan juga disebut dengan
terbentuknya perilaku, dimulai dari domain ilmu. Hal ini berhubungan dengan pengetahuan
kognitif dalam arti subyek tahu terlebih dahulu yang diujikan pada responden merupakan suatu
terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek ilmu pengetahuan, yang tersusun secara
sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada sistematis dengan menggunakan kekuatan
subyek yang selanjutnya menimbulkan respon pemikiran dan dapat diperiksa dan dikontrol
batin. dengan kritis oleh setiap orang lain yang ingin
Pengetahuan atau kognitif merupakan mengetahui. Pengetahuan merupakan domain
domain yang sangat penting bagi terbentuknya yang sangat penting untuk terbentuknya suatu
tindakan seseorang. Dari pengalaman dan tindakan seseorang dan akan berpengaruh pula
penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari terhadap perilaku responden tentang gout.
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada Tingkat pengetahuan yang didapat akan
perilaku yang tidak dadasari oleh pengetahuan mempengaruhi pengetahuan seseorang, semakin
(Notoatmodjo,2007).Pengetahuan diperoleh dari rendah tingkat pengetahuan seseorang maka
pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang semakin kurang pula pengetahuan yang dimiliki
lain. Pengetahuan merupakan dasar untuk orang tersebut. Hal ini bisa dilihat dari jumlah
melakukan suatu tindakan, sehingga setiap orang responden untuk yang mempunyai pengetahuan
melakukan suatu tindakan biasanya didahului dengan kategori kurang lebih besar dibandingkan
dengan tahu selanjutnya mempunyai inisiatif yang mempunyai pengetahuan dengan kategori
untuk melakukan suatu tindakan berdasarkan cukup dan pengetahuan dengan kategori baik.
pengetahuan (Notoatmodjo,2005) Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa
Sebagian besar kasus gout dan hiperurisemia responden kurang memahami mengenai jenis
termasuk hiperurisemia asimptomatik, makanan yang mengandung purin berikut
mempunyai latar belakang penyebab primer, penatalaksanaan dan komplikasi yang bisa
sehingga memerlukan pengendalian kadar asam ditimbulkan Berdasarkan hasil penelitian yang
urat jangka panjang. Perlu komunikasi yang baik diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa ada
dengan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal hubungan pengetahuan dengan kejadian gout
itu dapat diperoleh dengan edukasi dan diet pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Situraja
rendah purin yang menjadi tatalaksana. 2014.
Pencegahan lainnya berupa penurunan konsumsi Simpulan
alkohol dan penurunan berat badan Kejadian gout pada lansia.
(Hidayat,2009).Pengetahuan atau tahu adalah 1. Tidak Ada hubungan antara riwayat
reaksi dari manusia dengan rangsangan alam keluargadengan kejadian gout pada
sekitarnya melalui pengetahuan dari obyek lansia.
sehingga memungkinkan adanya pengetahuan 2. Tidak ada hubungan antara obesitas
yang baik. Berbanding terbalik semakin kurang dengan ada hubungan antara jenis
informasi yang diterima responden tentang gout kelamin dengan kejadian gout pada
lansia.
54
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
55
Jurnal Darul Azhar Vol 2, No.1 Agustus 2016 - Januari 2017: 47-56
56