You are on page 1of 11

COMBUSTIO ET CAUSA ELECTRICAL INJURY

 COMBUSTIO
 Definisi
Combustio (Luka bakar) adalah trauma yang disebabkan oleh termis,
elektris, khemis dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa, dan jaringan yang
lebih dalam (Syamsuhidayat, 2007).
 Etiologi
Beberapa penyebab luka bakar menurut Syamsuhidayat (2007) adalah
sebagai berikut:
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
 Benda panas: padat, cair, udara/uap
 Api
 Sengatan matahari/ sinar panas
b. Luka bakar bahan kimia (chemical burn), misalnya asam kuat dan basa
kuat.
c. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn), misalnya aliran listrik
tegangan tinggi. Hal ini yang akan nanti dibahas untuk lebih detailnya.
d. Luka bakar radiasi (radiasi injury)

1
 Patofisiologi

 Fase Luka Bakar


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan
penyakitnya dibedakan dalam 3 fase: akut, subakut dan fase lanjut. Namun
demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis
pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir
dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus
terintegrasi. Langkah penatalaksanaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis
pada fase selanjutnya (Sunarso, 2008).
a. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita
akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak
hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-
72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama
penderita pada fase akut

2
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik.
b. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan :
 Proses inflamasi dan infeksi
 Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka yang tidak
berepitel luas atau pada struktur atau organ fungsional
 Keadaan hipermetabolisme
c. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyakit berupa sikatrik yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
 Diagnosis
Diagnose luka bakar didasarkan pada:
a. Luas luka bakar
b. Derajat (kedalaman) luka bakar
c. Lokalisasi
d. Penyebab
 Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of Wallace:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia perineum : 1%
Total : 100 %

3
Gambar 1. Luas luka bakar berdasarkan Wallace
Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi
karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, digunakan rumus 10 untuk
bayi, dan rumus 10-15-20 dari Lund and Browder untuk anak.

Gambar 2. Luas luka bakar pada anak.

4
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa
faktor antara lain:
a. Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh
b. Kedalaman luka bakar
c. Anatomi/lokasi luka bakar
d. Umur penderita
e. Riwayat pengobatan yang lalu
f. Trauma yang menyertai atau bersamaan
 Derajat Luka Bakar
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat
panas, sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita.
Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya
dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
a. Luka bakar derajat I:
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperfisial), kulit
hiperemik berupa eritema, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena
ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan
tanpa pengobatan khusus.

Gambar 3. Derajat I luka bakar


b. Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung
saraf sensorik teriritasi, dibedakan atas 2 (dua) bagian:

5
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari
corium/dermis. Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk sikatrik.
b. Derajat II dalam/deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa
jaringan epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi
lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.

Gambar 4. Derajat II luka bakar


c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam
sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit
mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai
bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai
berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan
dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi karena ujung-ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

6
Gambar 5. Derajat III luka bakar

 Kriteria Berat Ringan luka bakar


Kriteria berat ringannya luka bakar menurut American Burn Association
yakni :
a. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
b. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 10 – 20% pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
c. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
-Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

 Penatalaksanaan
Prinsip terapi pada luka bakar dibedakan menjadi dua:

7
a. Terapi fase akut
1. Hentikan dan hindarkan kontak langsung dengan penyebab luka bakar.
2. Menilai keadaan umum penderita: adanya sumbatan jalan nafas, nadi,
tekanan darah dan kesadaran (ABC)
- Bila terjadi obstruksi jalan nafas: Bebaskan jalan nafas
- Bila terjadi shock: segera infuse (grojog) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar dan kebutuhan cairan (RL).
- Bila tidak shok: segera diinfus sesuai dengan perhitungan
kebutuhan cairan.
3. Perawatan luka
- Luka dicuci dan dibersihkan dengan air steril dan antiseptic
- Bersihkan luka dengan kasa atau handuk basah, inspeksi tanda-
tanda infeksi, keringkan dengan handuk bersih dan re-dress pasien
dengan menggunakan medikasi topikal. Luka bakar wajah
superficial dapat diobati dengan ointment antibacterial. Luka
sekitar mata dapat diterapi dengan ointment antibiotik mata topical.
Luka bakar yang dalam pada telinga eksternal dapat diterapi
dengan mafenide acetat, karena zat tersebut dapat penetrasi ke
dalam eschar dan mencegah infeksi purulen kartilago.
- Obat- obat topical yang digunakan untuk terapi luka bakar seperti:
silver sulfadiazine, contoh Silvaden, Burnazine, Dermazine, dll.
- Kulit yang terkelupas dibuang, bulae (2-3 cm) dibiarkan
- Bula utuh dengan cairan > 5 cc dihisap, < 5 cc dibiarkan
Bula sering terjadi pada jalur skin graft donor yang baru dan pada
luka yang ungraft. Membrane basal lapisan epitel baru kurang
berikatan dengan bed dari luka bakar. Struktur ini dapat mengalami
rekonstruksi sendiri dalam waktu beberapa bulan dan menjadi
bullae. Bulla ini paling baik diterapi dengan dihisap dengan jarum
yang bersih, memasang lagi lapisan epitel pada permukaan luka,
dan menutup dengan pembalut adhesif. Pembalut adhesive ini
dapat direndam.
- Pasien dipindahkan ke tempat steril

8
- Pemberian antibiotic boardspectrum bersifat profilaksis.
- Berikan analgetik untuk menghilangkan nyeri dan antacid untuk
menghindari gangguan pada gaster.
- Berikan ATS untuk menghindari terjadinya tetanus
- Pasang catheter folley untuk memantau produksi urine pasien
- Pasang NGT (Nasogastric tube), untuk menghindari ileus paralitic.
b. Terapi fase pasca akut
- Perawatan luka
- Eschar  escharectom (Eschar : jaringan kulit yang nekrose,
kuman yang mati, serum, darah kering)
- Gangguan AVN distal karena tegang (compartment syndrome)
escharotomi atau fasciotomi
- Kultur dan sensitivity test antibiotika Antibiotika diberikan
sesuai hasilnya
- Dimandikan tiap hari atau 2 hari sekali
- Kalau perlu pemberian Human Albumin
- Keadaan umum penderita
Dilihat keadaan umum penderita dengan menilai beberapa hal seperti
kesadaran, suhu tubuh, dan sirkulasi perifer. Jika didapatkan
penurunan kesadaran, febris dan sirkulasi yang jelek, hal ini
menandakan adanya sepsis.
- Diet dan cairan
ELECTRICAL INJURY
 Definisi
Cedera listrik (Electrical Injury) adalah kerusakan yang disebabkan oleh
arus listrik yang dihasilkan yang melewati badan. Gejala berkisar dari luka
bakar kulit, kerusakan organ dalam dan jaringan lunak lainnya hingga
aritmia jantung dan penangkapan pernafasan. Diagnosis didasarkan pada
riwayat, kriteria klinis, dan pengujian laboratorium selektif. Pengobatannya
mendukung, dengan perawatan agresif untuk luka parah.(Daniel, 2016)
 Patofisiologi
Arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera melalui 3 cara:

9
 Henti jantung (cardiac arrest) akibat efek listrik terhadap jantung
 Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati
tubuh
 Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik.

Cedera listrik bisa terjadi akibat tersambar petir atau menyentuh kabel
maupun sesuatu yang menghantarkan listrik dari kabel yang terpasang. Cedera
bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung kepada:
1. Jenis Arus yaitu Arus AC dan DC
Untuk AC dan DC, semakin tinggi voltase (V) dan ampere, semakin
besar terjadinya cedera listrik (untuk durasi pemaparan yang sama).
Arus listrik di rumah tangga AS adalah 110 V (stopkontak listrik
standar) sampai 220 V (digunakan untuk peralatan besar, misalnya
kulkas, pengering). Arus tegangan tinggi (> 500 V) cenderung
menyebabkan luka bakar yang dalam, dan arus tegangan rendah (110
sampai 220 V) cenderung menyebabkan tetani otot dan Freezing
contact ke sumber arus.
2. Ukuran Voltage dan Ampere
3. Durasi paparan, Semakin lama durasinya maka luka yang
ditimbulkan semakin fatal.
4. Resisten tubuh
5. Jalur arus listrik(Richard F, 2016)
 GEJALA
Luka bakar merupakan tanda yang khas pada kulit bahkan menembus secara
tidak beraturan ke dalam jaringan yang lebih dalam terutama kulit yang kontak
langsung dengan sumber listrik. Gejala yang lain dapat meliputi kontraksi otot,
kejang, fibrilasi ventrikel yang parah, atau penangkapan pernafasan karena
kerusakan SSP atau kelumpuhan otot dapat terjadi. (Daniel P. Rude, 2016)
 TREATMENT
1. Matikan Sumber arus
2. Resusitasi, diberikan sesuai dengan persentase luka bakar yang ada

10
3. Analgesik, terutama pada Nyeri parah dikarenakan luka bakar yang
parah
4. Monitoring jantung selama 6-12jam
5. Perawatan luka, pada perawatan luka yang dilakukan adalah sama
sepertihalnya perawatan luka pada luka bakar umumnya.

11

You might also like