You are on page 1of 8

ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia.
Menurut ( WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa
penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian.

Penyakit Ginjal Kronik merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang
beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible, pada
suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal, Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat
meningkat, dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada
tahun 2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5%, yang berarti terdapat 18
juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik (Siallagan,2012)

1.2 tujuan

1.Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit GGK


2.Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan GGK
3.Mahasiswa mampu membuat diagnosa dan rencana keperawatan pada pasien dengan GGK

1.3 Manfaat

1.Diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa
untuk menambah pengetahuan tentang penyakit GGK dan pembuatan asuhan keperawatanya.
2.Dosen dapat mengukur kemampuan mahasiswa tentang penyakit GGK dan asuhan
keperawatanya.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

2.1 Defenisi

Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel (tubuh gagal
dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit), sehingga
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).
Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil. Itu merupakan proses
normal bagi setiap manusia seiring bertambahnya usia. Namun hal ini tidak menyebabkan
kelainan atau menimbulkan gejala karena masih dalam batas-batas wajar yang dapat ditolerir
ginjal dan tubuh. Tetapi karena berbagai sebab, dapat terjadi kelainan di mana penurunan fungsi
ginjal terjadi secara progresif sehingga menimbulkan berbagai keluhan dari ringan sampai berat.
Kondisi ini disebut gagal ginjal kronik (Colvy, 2010).

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan
gagal ginjal. (Aru W. Sudono. 2010). Gagal ginjal kronik adalah keadaan klinis kerusakan ginjal
yang progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. (Sylvia Anderson Price,
2010)
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai
dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya
jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal), (Dr. Nursalam, pransisca. 2009.). Gagal
ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat
menahun. (Prof. Dr. H. Slamet Suyono, SpPD,KE. 2008)
Gagal ginjal kronik adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) didalam darah (muttaqin arif, kumala
sari. 2012.).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa gagal ginjal kronik
(GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang progresif
(berangsur-angsur) dan umumnya tidak dapat pulih (irreversible) yang berasal dari berbagai
penyebab.
2.2 Etiologi

penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus atau yang disebut ju

ga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).

Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013 :

a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik ginjal da

n kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang

besar, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular pad

a satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbtan pembuluh darah. Nefrosklerosis ya

itu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan ole

h penebalan, hilangnya elastisitas system, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan alira

n darah dan akhirnya gagal ginjal.

b. Gangguan imunologis : Seperti glomerulonefritis

c. Infeksi : Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari konta

minasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau y

ang lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah lewat ureter ke ginjal sehingg

a dapat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang disebut pielonefritis.

d. Gangguan metabolik : Seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga t

erjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga

terjadi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-

zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius merusak membrane glomer

ulus.

e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesic atau logam berat.

f. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi keturunan yang dikarakteristi

k oleh terjadinya kista/kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jar

.ginjal yang bersifat kongenital ( hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.

2.3 Patofisiologi

Ginjal merupakan organ berpasangan. Beratnya ± 125 gr, terletak pada posisi disebelah
lateral vertebralis torakalis bawah, beberapa cm dsebelak kanan dan kiri garis tengah. Organ ini
terbungkus oleh jaringan ikat tipis disebut kapsula renis. Disebelah anterior dipisahkan kavum
abdomen dan isinya oleh lapisan peritoneum. Disebelah posterior dilindungi oleh dinding toraks
bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal
melalui vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa
darah kembali kedalam vena kava inverior. Urin terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal
dalam nefron.
Ginjal terdiri dari bagian external (korteks), bagian internal (medulla), setiap ginjal terdiri
dari ± 1 juta nefron. Fungsi nefron adalah proses pembentuka urin dimulai dari darah mengalir
lewat glomerulus. Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron (tersusun atas jonjot-jonjot
kapiler) mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalir balik lewat fasa eferen. Ketika darah
berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi (air dan molekul-molekul kecil akan dibiarkan
lewat, molekul besar tetap bertahan dalam aliran darah) cairan (filtrate) disaring lewat dinding
jonjot-jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus ± 20% plasma lewat glomerulus disaring
dalam nefron dengan jumlah sekitar 180 liter flitrat/hari
Menurut Sherwood (2011) mengatakan bahwa ginjal memiliki fungsi yaitu:
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.
2.4 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala gagal ginjal kronik (Nursalam, Fransisca B. Baticaca, 2009) :

a. Gastrointestinal

Ulserasi saluran pencernaan, anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering,

perdarahan saluran cerna.

b. Kardiovaskuler

Hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), pericarditis, efusi perikardium, tamponade

pericardium,

c. Respirasi

Edema paru, efusi pleura, pleuritis, kussmaul, pneumonitis dan dyspnea.

d. Neuromuskular

Mudah lelah, lemah, otot mengeci, gangguan tidur, sakit kepala, latargi, gangguan muscular,

neuropati perifer, bingung, dan koma.

e. Metabolik/endokrin

Hyperlipidemia, gangguan hormon seks yang menyebabkan penurunan libido, impoten dan

amnenorhoe (wanita).

f. Cairan elektrolit

Gangguan asam-basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi, asidosis,

hyperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalsemia.

g. Dermatologi

Pucat, hiperpigmentasi, pluritis, eksimosis, dan uremia frost.

h. Abnormal skeletal

Osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia.

i. Hematologi
Anemia, defek kualitas flatelat, dan perdarahan meningkat.

j. Fungsi psikososial

Perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif.

2.5 klasifikasi

Gagal ginjal kronik dibagi dalam 3 stadium


1. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal, ditandai dengan kehilangan fungsi nefron 40-75%. Passion biasanya
tidak mempunyai gejala, karena sisa nefron yang ada dapat membawa fungsi-fungsi normal
ginjal.
2. Stadium II  Insufisiensi ginjal
Kehilangan fungsi ginjal 75-90% pada tingkat ini terjadi kreatinin serum dan nitrogen urea
darah, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mengembangkan urin pekat dan azotemia
3. Stadium III  Payah gagal ginjal stadium akhir atau uremia
Tingkat renal dari GGK yaitu sisa nefron yang berfungsi <10%. Pada keadaan ini kreatinin
serum dan kadar BUN akan meningkat dengan menyolok sekalisebagai respon terhadap GFR
yang mengalami penurunan sehingga terjadi ketidakseimbangan kadar ureum nitrogen darah dan
elektrolit, pasien diindikasikan untuk dialysis.

K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG:
1. Stadium 1
Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal (>90
ml/menit/1,73 m2)
2. Stadium 2
Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3
Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73 m2
4. Stadium 4
Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73 m2
5. Stadium 5
Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73 m2 atau gagal ginjal terminal.
2.6 penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal
ginjal kronik dicari dan diatasi.

Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet,


cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan
hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi.
Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis)
transplantasi ginjal
1.Diet retriksi asupan kalium, fosfat, natrium dan air untuk mengindari hiperkalemia
2.Transfusi darah
3.Obat obatan : antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
(membantu berkemih)
4.Dialisis dan transpaltasi ginjal
5.kontrol ketidakseimbangan elektrolit
6.diet tinggi kalori dan rendah protein
7.terapi penyakit ginjal
8.pengobatan penyakit penyerta
9 pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
(Nanda, 2015 ).
2.7 pemeriksaan penunjang

1. Kreatin dan BUN serum keduanya tinggi karena gagal ginjal


2. Elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor, kalsium, magnesium, dan produk
fosfor-kalsium, dengan natrium serum rendah.
3. Gas Darah Arteri (GDA) menunjukan asidosis metabolik (nilai pH, kadar bikarbonat, dan
kelebihan basa dibawah rentang normal)
4. Hemoglobin dan hemotakrit dibawah rentang normal
5. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal
6. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi jika metabolisme tulang diperbaharui (Brunner &
suddarth).

You might also like