Professional Documents
Culture Documents
Ta Bab 22
Ta Bab 22
Tahun 2012
SIFAT DASAR EKUITAS
Ekuitas diambil dari akar kata yang sama dari “equal” dan mempunyai
konotasi keadilan. Dengan perkataan lain, ekuitas dapat ditafsirkan sebagai bagian
yang adil dari seseorang. Banyak orang yang menggunakan istilah ekuitas untuk
mencakup semua yang meminjamkan uang kepada perusahaan. Mereka
memandang persamaan akuntansi yang mendasar sebagai :
Aktiva = Ekuitas
Sedangkan yang lain tampaknya menyamakan ekuitas dengan hak dari pemegang
saham.
Ekuitas Pemilik
Ekuitas pemilik, yang biasa juga disebut sebagai modal atau ekuitas
pemegang saham dalam suatu perseroan, hanyalah suatu selisih antara aktiva
perseroan dan kewajibannya. Ini seringkali disebut sebagai aktiva bersih dari
perseroan tersebut.
Ekuitas pemilik secara tradisional dibagi menjadi dua kategori, modal yang
diinvestasikan dan laba ditahan. Dalam beberapa kasus, hak dan prioritas dari
beberapa kelas saham perseroan adalah serupa dengan beberapa jenis utang
jangka panjang. Namun secara umum ada perbedaan nyata antara ekuitas
pemegang saham dan kewajiban. Ini mencakup :
Teori Kepemilikan
Teori kepemilikan juga disiratkan dalam banyak praktik akuntansi dan dalam
terminologi akuntansi berkaitan dengan perseroan. Metode akuntansi ekuitas untuk
investasi yang tidak dikonsolidasikan dalam cabang juga menyiratkan konsep
kepemilikan.
Teori Entitas
Keberadaan suatu satuan usaha yang terpisah dari urusan pribadi dan
kepentingan lain dari pemilik dan pemegang ekuitas lain diakui dalam semua konsep
pemilik dan ekuitas. Namun, dalam teori entitas (entity), perusahaan bisnis
dipandang mempunyai keberadaan terpisah, bahkan secara personal, dari
pemiliknya. Pendiri dan pemilik tidak harus teridentifikasi dengan keberadaan
perusahaan itu.
Ahli teori akuntansi William Paton menyatakan ekuitas residual sebagai salah
satu dari beberapa jenis ekuitas dalam teori entitas. Paton menekankan hubungan
khusus dari pemegang ekuitas residual pada pekerjaan akuntan “karena dalam
ekuitas tersebut banyak pekerjaannya menjadi terfokus”. Perubahan dalam penilaian
aktiva, perubahan dalam laba dan dalam laba ditahan, dan perubahan dalam hak
pemegang ekuitas lain semuanya dicerminkan dalam ekuitas residual dari
pemegang saham biasa. Tetapi dalam kasus tertentu, di mana kerugian jumlahnya
besar atau kebangkrutan, ekuitas pemegang saham biasa dapat hilang dan
pemegang saham preferen atau pemegang obligasi dapat menjadi pemegang
ekuitas residual.
Tujuan dari pendekatan ekuitas residual adalah untuk memberikan informasi
yang lebih baik kepada pemegang saham biasa untuk mengambil keputusan
investasi. Pemegang saham biasa pada umumnya dipandang mempunyai ekuitas
residual dalam laba perusahaan dan dalam aktiva bersih sesuai likuidasi akhir.
Karena laporan keuangan umumnya tidak disiapkan berdasarkan likuidasi yang
mungkin, informasi yang diberikan menegnai ekuitas residu harus bermanfaat dalam
meramalkan dividen masa depan yang mungkin bagi pemegang saham biasa,
termasuk dividen likuidasi.
Teori Perusahaan
Konsep perusahaan ini paling dapat diterapkan pada perseroan modern yang
besar yang mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan efek tindakan-
tindakannya terhadap bebagai kelompok dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Dari sudut pandang akuntansi, ini berarti bahwa tanggungjawab
pelaporan yang tepat tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditor, tetapi juga
pada kelompok lain dan masyarakat umum.
Posisi FASB
FASB berpegang teguh pada teori entitas residual manakala sampai pada
pemilik, yang didefinisikan sebagai “kepentingan tersisa dalam aktiva suatu entitas
yang tertinggal setelah dikurangi dengan kewajibannya.” Mereka menyebut selisih
antara aktiva dan kewajiban sebagai “aktiva bersih” dalam kasus organisasi nirlaba
dan menyatakan bahwa kedua istilah tersebut dapat dipertukarkan.
Akibat perbedaan antara modal legal dan modal yang diinvestasikan untuk
tujuan akuntansi dan keuangan, pemisahan modal yang diinvestasikan menjadi
modal saham dan tambahan modal yang disetor mungkin lebih menyesatkan
daripada membantu. Salah satu alternatif adalah mengungkapkan dalam catatan
kaki apa yang dipandang akuntan sebagai modal legal atau yang ditetapkan.
Preferen likuidasi, karenanya, tidak sama seperti modal legal atau yang
ditetapkan. Jika suatu perusahaan yang menguntungkan tidak mempunyai maksud
untuk likuidasi , preferensi likuidasi mungkin secara relatif tidak penting. Tetapi jika
total preferensi menjadi lebih besar dalam proporsinya dengan total aktiva bersih
atau jika likuidasi sebagaian atau akhir tamapak mungkin terjadi, pengungkapan
harus dibuat dalam laporan keuangan.
Persyaratan untuk konsolidasi diatur oleh paragraf semula No. 2 dan 3 dari
ARB 51 yang ditetapkan tahun 1959. Yang pertama dari paragraf ini menyatakan
bahwa:
Yang kedua dari paragraf- paragraf itu kemudian menambahkan peringatan bahwa:
laporan yang terpisah atau laporan yang digabungkan akan lebih baik untuk
anak perusahaan atau kelompok anak perusahaan jika penyajian informasi
leuangan mengenai aktivitas tertentu dari anak-anak perusahaan itu akan lebih
informatif bagi pemegang saham saham dan kreditor induk perusahaan daripada
pemasukan anak-anak perusahaan itu dalam konsolidasi. Misalnya, laporan
terpisah dapat disyaratkan bagi anak perusahaan yang merupakan bank atau
perusahaan asuransi dan mungkin lebih baik bagi perusahaan keuangan di
mana induk perusahaan dan anak-anak perusahaan lain terlibat dalam proses
pabrikasi.
Prosedur Konsolidasi
Nilai aktiva anak perusahaan dalam laporan konsolidasi = nilai buku aktiva +
persentase kepentingan mayoritas x (nilai wajar – nilai buku)
Alternatifnya :
Nilai yang disesuaikan = a + x (f – a)
Accounting Research Bulletin No.51, stándar semula dan masih berlaku atas
konsolidasi, menyatakan bahwa :
Laporan Laba Rugi Konsolidasi. Penjualan antar perusahaan dan laba antar
perusahaan dihilangkan per entitas, dan penjualan serta beban lain digabungkan
untuk menunjukkan aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Laba bersih adalah
bukan laba secara keseluruhan, tetapi hanya bagian yang dialokasikan ke
kepentingan mayoritas. Laba bersih konsolidasi merupakan ekuitas kepemilikan dari
pemegang saham induk perusahaan dalam laba keseluruhan perusahaan.
Klasifikasi Ekuitas Konsolidasi
Jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan
tidak pasti, pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam. Bila
obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang
disarankan untuk memperlakukan konversi ini:
1. Nilai pari, atau nilai yang ditetapkan (atau jumlah modal legal lainnya), saham
yang diterbitkan sebagai dividen
2. Nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan
3. Modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang
diterbitkan
Dengan penafsiran teori entitas yang lazim, bahwa dividen saham bukan
penghasilan bagi penghasilan bagi penerimanya, masalahnya menjadi masalah
penentuan seberapa besar, jika ada, ekuitas perseroan yang harus direklasifikasi.
CAP merekomendasikan bahwa tidak perlu mengkapitalisasi jumlah yang lebih
besar daripada yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan legal dalam dua kasus
khusus:
1. Selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi diberikan
2. Selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan
3. Selisih lebih nilai wajar diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali
dapat digunakan
4. Selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan
5. Biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk
memperhitungkan dampak pajak penghasilan pada perusahaan
6. Kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian
Penggabungan Usaha
2. Penyatuan kepentingan
Suatu penyatuan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih
perusahaan bergabung untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka
sebagai satu badan usaha ekonomi tunggal.
Rasio laba per saham mungkin merupakan ikhtisar data akuntansi yang
paling sering dipublikasikan karena dianggap mengandung informasi yang berguna
dalam membuat prediksi mengenai dividen per saham di masa depan dan harga
saham di masa depan. Laba per saham juga dianggap relevan dalam evaluasi atas
efektivitas manajemen dan kebijakan dividen
Perhitungan rasio laba per saham memerlukan perhitungan dengan laba bersih bagi
pemegang saham biasa sebagai pembilang dan jumlah saham biasa yang terkait
sebagai penyebut. Penjelasan perhitungannya adalah sebagai berikut:
Karena laba hanya berkaitan dengans sekuritas saham biasa dengan hak
residual, dividen yang dibayarkan atau yang terutang untuk sekuritas-sekuritas
senior harus dikurangkan dari angka laba bersih yang diperlihatkan dalam laporan
laba rugi. Jika ada penambahan pada lembar saham biasa dalam penyebut untuk
menunjukkan utang konvertibel yang beredar, beban bunga untuk tahun tersebut,
setelah disesuaikan untuk memperhitungkan pengaruh pajak penghasilan, harus
ditambahkan pada laba bersih yang dilaporkan.