You are on page 1of 8

DASAR HUKUM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PASCA PUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI
Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air
Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air.
Institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air adalah unit pelaksana teknis
pengelola sumber daya air tingkat pusat dan daerah, Badan Usaha Milik Negara di bidang pengelolaan sumber daya
air dan Badan Usaha Milik Daerah di bidang pengelolaan sumber daya air.

1. DASAR HUKUM PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013 atas uji materi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, maka diberlakukan kembali Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan.
Terdapat beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang diuji oleh
Mahkamah Konstitusi, antara lain:

1. Pasal 6, 7, 8, 9, dan 10 ; Pengelolaan air dengan mempergunakan instrumen PEMBERIAN HAK GUNA AIR.
Pasal-Pasal tersebut dianggap mengandung muatan yang memposisikan bahwa penggunaan air condong untuk
kepentingan komersial dan menghilangkan tanggung jawab negara dalam pemenuhan kebutuhan air

2. Pasal 26, 29, 45, 46, 48, dan 49 ; Pendayagunaan sumber daya air, termasuk PENGUSAHAAN AIR.
Pasal-Pasal tersebut dianggap mengandung muatan penguasaan dan monopoli sumber-sumber air yang
dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat dan memicu konflik horizontal.
(konflik antar wilayah sungai)

3. Pasal 80 ; PEMBIAYAAN.
Pengenaan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) dianggap mengandung muatan komersialisasi
air.

4. Pasal 90, 91, dan 92 ; GUGATAN masyarakat dan organisasi.


Pemohon menganggap muatan pasal tersebut bersifat diskriminatif karena masyarakat yang dirugikan hanya
dapat mengajukan gugatan melalui gugatan perwakilan sehingga menurut pemohon terdapat derogasi dan
limitasi hak setiap orang.

Permohonan uji materi dapat diterima oleh MK karena peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air tidak mengikuti penafsiran MK dalam uji materi pertama melalui putusan MK Nomor
058-059-060-063/PUU-II/2004 dan Nomor 008/PUU-III/2005 (conditionally constitutional).
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (beserta peraturan pelaksanaannya) dalam
pelaksanaannya belum menjamin terwujudnya amanat konstitusi tentang hak PENGUASAAN NEGARA ATAS AIR
(seharusnya negara secara tegas melakukan kebijakan, pengurusan, pengaturan, pengelolaan, dan pengawasan).

Maka dengan pertimbangan tersebut maka Mahkamah Konstitusi Memutuskan bahwa :


1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dinyatakan bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tidak memiliki kekuatan hukum mengikat;
dan
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan berlaku kembali.
Berdasarkan Putusan MK kedepan Pengelolaan Sumber Daya Air harus memenuhi 6 Prinsip Dasar Batasan
Pengelolaan SDA:
1. Pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, apalagi meniadakan hak rakyat atas
air;
2. Negara harus memenuhi hak rakyat atas air. Akses terhadap air adalah salah satu hak asasi tersendiri;
3. Kelestarian lingkungan hidup, sebagai salah satu hak asasi manusia, sesuai dengan Pasal 28 H ayat (1)
UUD 1945;
4. Pengawasan dan pengendalian oleh negara atas air sifatnya mutlak;
5. Prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air adalah Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Daerah; dan
6. Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk melakukan
pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat.

Implikasi Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013:


 Putusan MK Tidak Bersifat Retroaktif, sehingga semua perjanjian dan izin yang telah dikeluarkan (termasuk
kewajiban pemegang izin membayar BJPSDA dll), organisasi/kelembagaan yang telah ada dan kegiatan/
tugas Pengelolaan Sumber Daya Air yang sedang berjalan tetap berlaku dan dapat terus dilaksanakan;
 Putusan MK Bersifat Prospektif, sehingga dengan tidak berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004,
meskipun tidak ada kekosongan hukum karena diberlakukannya kembali Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1974 tentang Pengairan, namun pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Air kedepan perlu mempunyai
payung hukum sesuai dengan kondisi kekinian;

Tindak lanjut terkait dengan dikeluarkannya Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013, maka
dilakukan langkah-langkah surat menyurat, sebagai berikut:
1. Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada Presiden Republik Indonesia Nomor : HK.01.01-
Mn/189 tanggal 24 Februari 2015 perihal laporan tindak lanjut pasca pembatalan UU Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013.
2. Surat Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat kepada Menteri Hukum dan HAM Nomor : HK.01.01-
Mn/188 tanggal 24 Februari 2015 perihal permohonan fatwa hukum pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 85/PUU-XI/2013.
3. Surat dari Menteri Hukum dan HAM kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor :
M.HH.AH.03.04-27 tanggal 10 Maret 2015 perihal jawaban atas permohonan pendapat hukum tindak lanjut
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XI/2013.

Sesuai arahan Dirjen Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM, secara logika hukum Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1974 dinyatakan tetap berlaku berikut peraturan pelaksanaannya yang terdiri dari :

1. PP Nomor 6 Tahun 1981 tentang Iuran Pembiayaan Eksploitasi dan Pemeliharaan Prasarana Pengairan;
2. PP Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air;
3. PP Nomor 23 Tahun 1982 tentang irigasi;
4. PP Nomor 27 Tahun 1991 tentang Rawa;
5. PP Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;

Untuk mengakomodir kondisi kekinian dibuat 2 (dua) Peraturan Pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah
Pengusahaan Sumber Daya Air dan Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan SPAM dan beberapa Rapermen,
sebagaimana terlampir dengan menginduk pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan beserta
Peraturan Pemerintahnya dan Undang-Undang Nomor Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Adapun tindak lanjut yang dilakukan dalam jangka mendesak maka dilakukan penyusunan Rancangan Peraturan
Presiden dan Rancangan Keputusan Presiden serta Peraturan Menteri terkait Sumber Daya Air. Pokok-pokok
pengaturan Rancangan Peraturan Presiden dan Rancangan Keputusan Presiden serta Peraturan Menteri dijelaskan
dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1
Pokok Pokok Pengaturan Raperpres, Rakepres dan Peraturan Menteri

BIDANG SUMBER DAYA AIR

Judul Pokok Pengaturan Status

Raperpres dan Rakepres

1. Raperpres tentang a. Pengaturan mengenai Dewan Sumber Daya Air Kemenko


Dewan Sumber Daya Nasional, Dewan Sumber Daya Air Provinsi, Perekonomian
Air Dewan Sumber Daya Air Kabupaten/Kota;
b. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dewan
Sumber Daya Air Nasional, Dewan Sumber Daya
Air Provinsi, Dewan Sumber Daya Air
Kabupaten/Kota;
c. Hubungan kerja antar Dewan Sumber Daya Air;
dan
d. Pembiayaan Dewan Sumber Daya Air Nasional,
Dewan Sumber Daya Air Provinsi, Dewan
Sumber Daya Air Kabupaten/Kota.

2. Rakeppres tentang a. Pembentukan dan kedudukan Dewan Sumber Kemenko


Keanggotaan Dewan Daya Air Nasional; Perekonomian
Sumber Daya Air b. Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dewan
Nasional Sumber Daya Air Nasional; dan
c. Amanat pembentukan Sekretariat Dewan
Sumber Daya Air Nasional.
Judul Pokok Pengaturan Status

Peraturan Menteri

1. Permen tentang a. Kriteria wilayah Sungai; Permen PUPR Nomor


Kriteria dan b. Penetapan Wilayah Sungai; dan 04/PRT/M/2015
Penetapan Wilayah c. Penetapan Kewenangan Pemerintah
Sungai dan Pemerintah Daerah

2. Permen tentang a. pemeliharaan sumber air; dan Permen PUPR Nomor


Eksploitasi dan b. operasi dan pemeliharaan prasarana 06/PRT/M/2015
Pemeliharaan sumber daya air
Sumber Air dan
Bangunan
Pengairan
3. Permen tentang a. Kegiatan perencanaan; Permen PUPR Nomor
Pengamanan b. Kegiatan pelaksanaan; 07/PRT/M/2015
Pantai c. Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan
bangunan;
d. Pengelolaan Barang Milik
Negara/Barang Milik Daerah berupa
bangunan pengamanan pantai;
e. Pembiayaan bangunan pengamanan
pantai; dan
f. Peran masyarakat

4. Permen tentang a. jenis garis sempadan jaringan irigasi dan Permen PUPR Nomor
Penetapan Garis penentuan jarak garis sempadan jaringan 08/PRT/M/2015
Sempadan irigasi tersebut;
b. Wewenang dan tanggung jawab dalam
Jaringan Irigasi
penetapan garis sempadan jaringan irigasi;
c. Tata cara penetapan garis sempadan jaringan
irigasi;
d. Pemanfaatan ruang sempadan jaringan
irigasi;
e. Pengamanan dan pengawasan ruang
sempadan jaringan irigasi; dan
f. Peran Masyarakat
Judul Pokok Pengaturan Status

Peraturan Menteri

5. Permen a. penggunaan sumber daya air dan Permen PUPR Nomor


Penggunaan SDA prasarananya sebagai media; 09/PRT/M/2015
b. penggunaan air dan daya air sebagai
materi;
c. penggunaan sumber air sebagai media;
d. penggunaan air, sumber air, dan/atau
daya air sebagai media dan materi; dan
e. penggunaan sumber daya air dalam
keadaan memaksa dan kepentingan
mendesak.
6. Permen Rencana Pedoman Teknis dan Tata Cara Penyusunan Permen PUPR Nomor
dan Rencana Pola dan Rencana Pengelolaan SDA. 10/PRT/M/2015
Teknis Pengaturan
Air dan Tata
Pengairan
7. Permen Eksploitasi a. Operasi jaringan reklamasi rawa pasang Permen PUPR Nomor
dan Pemeliharaan surut; 11/PRT/M/2015
Jaringan Reklamasi b. pemeliharaan jaringan reklamasi rawa
Rawa Pasang Surut pasang surut;
c. pemantauan dan evaluasi operasi dan
pemeliharaan;
d. kelembagaan dan sumberdaya manusia
pelaksana operasi dan pemeliharaan;
dan
e. pembiayaan operasi dan pemeliharaan.

8. Permen Eksploitasi a. pedoman penyelenggaraan operasi Permen PUPR Nomor


dan Pemeliharaan jaringan irigasi; dan 12/PRT/M/2015
Jaringan Irigasi b. pedoman pemeliharaan jaringan irigasi.

9. Permen a. Mekanisme penanggulangan darurat Permen PUPR Nomor


Penanggulangan bencana akibat daya rusak air; 13/PRT/M/2015
Darurat Bencana b. Peran masyarakat; dan
Akibat Daya Rusak c. pendanaan.
Air
10. Permen Kriteria dan a. Kriteria penetapan status daerah irigasi Permen PUPR Nomor
Penetapan Status b. Pembagian kewenangan pengelolaan 14/PRT/M/2015
Daerah Irigasi dan pengembangan sistem irigasi
Judul Pokok Pengaturan Status

Peraturan Menteri

11. Permen Eksploitasi a. pelaksanaan kegiatan operasi jaringan Permen PUPR Nomor
dan Pemeliharaan irigasi rawa lebak; dan 16/PRT/M/2015
Jaringan Irigasi b. pelaksanaan pemeliharaan jaringan
Rawa Lebak irigasi rawa lebak.

12. Permen Komisi a. kedudukan, wilayah kerja, tugas dan Permen PUPR Nomor
Irigasi fungsi komisi irigasi; 17/PRT/M/2015
b. susunan organisasi, keanggotaan, tata
kerja komisi irigasi;
c. hubungan kerja antar komisi irigasi; dan
d. pembiayaan.

13. Permen Iuran a. jenis kegiatan usaha yang dikenakan Permen PUPR Nomor
Eksploitasi Dan BJPSDA; dan 18/PRT/M/2015
Pemeliharaan b. tata cara dan contoh penghitungan
Bangunan BJPSDA
Pengairan
14. Permen Eksploitasi a. operasi jaringan irigasi tambak; Permen PUPR Nomor
dan Pemeliharaan b. pemeliharaanjaringan irigasi tambak; 21/PRT/M/2015
Jaringan Irigasi c. partisipasi masyarakat;
Tambak d. pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi
tambak;
e. kelembagaan dan organisasi pelaksana
operasi dan pemeliharaanjaringan irigasi
tambak; dan
f. pembiayaan operasi dan pemeliharaan
jaringan irigasi tambak
15. Permen a. Inventarisasi aset irigasi; Permen PUPR Nomor
Pengelolaan Aset b. perencanaan pengelolaan aset irigasi; 23/PRT/M/2015
Irigasi c. pelaksanaan pengelolaan aset irigasi;
d. evaluasi pelaksanaan pengelolaan aset
irigasi; dan
e. pemutakhiran hasil inventarisasi aset
irigasi.
Judul Pokok Pengaturan Status

Peraturan Menteri

16. Permen a. wewenang dan tanggung jawab Permen PUPR Nomor


Pengalihan Alur Pemerintah, pemerintah provinsi, dan 26/PRT/M/2015
Sungai dan/atau pemerintah kabupaten/kota dalam
Pemanfaatan Ruas mengatur, menetapkan, dan memberi izin
Bekas Sungai pengalihan alur sungai dan/atau
pemanfaatan ruas bekas sungai;
b. Ketentuan teknis dan kompensasi dalam
pengalihan alur sungai dan/atau
pemanfaatan ruas bekas sungai;
c. Perizinan dan tata laksana pengalihan
alur sungai dan/atau pemanfaatan ruas
bekas sungai;
d. Pembiayaan pengalihan alur sungai; dan
e. Pengawasan pemanfaatan ruas sungai
baru.

17. Permen Bendungan Perencanaan, Pembangunan, Pengelolaan Permen PUPR Nomor


dan Penghapusan Bendungan Besar 27/PRT/M/2015

18. Permen Penetapan a. Tata cara penetapan garis sempadan Permen PUPR Nomor
Garis Sempadan sungai termasuk danau dan waduk. 28/PRT/M/2015
Sungai Dan Garis b. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan
Sempadan Danau pada daerah manfaat sungai

19. Permen Rawa a. penetapan rawa Permen PUPR Nomor


b. pengelolaan rawa, sistem informasi rawa, 29/PRT/M/2015
perizinan dan pengawasan pada rawa,
c. pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan rawa
20. Permen a. prinsip partisipasi dalam pengembangan Permen PUPR Nomor
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi; 30/PRT/M/2015
dan Pengelolaan b. partisipasi masyarakat, petani/P3A/
Sistem Irigasi GP3A/IP3A dalam pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi;
c. Syarat dan tata laksana partisipasi
masyarakat,petani/P3A/GP3A/IP3Adala
m kegiataan pengembangan dan
pengelolaan sistem irigasi; dan
d. Pemantauan dan evaluasi dalam
pengembangan dan pengelolaan sistem
irigasi partisipatif.
Judul Pokok Pengaturan Status

Peraturan Menteri

21. Permen Izin a. tata cara perolehan izin, perubahan izin, Permen PUPR Nomor
Penggunaan Air dan perpanjangan izin penggunaan 37/PRT/M/2015
dan/atau Sumber sumber daya air;
Air b. tata cara perolehan izin, perubahan izin,
dan perpanjangan izin pengusahaan
sumber daya air;
c. tata cara pencabutan izin penggunaan
sumber daya air atau pengusahaan
sumber daya air; dan
d. pengawasan pelaksanaan izin
penggunaan sumber daya air atau
pengusahaan sumber daya air.

Sumber: Kementerian PU dan Perumahan Rakyat Agustus 2015

Selain Raperpres dan Rakepres serta Peraturan Menteri disusun, saat ini Pemerintah juga sedang menyiapkan dan
menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Sumber Daya Air dan Rancangan Undang-
Undang Tentang Sumber Daya Air.

You might also like