You are on page 1of 27

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. H DENGAN DEMAM


TYPOID DI RUANG TOPAZ
RS KEN SARAS

Disusun Oleh :

FADLI SATRIAWAN
010213a011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2014
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Typhoid merupakan salah satu penyakit yang terjadi akibat kuman
salmonela typhosa yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan. Penyakit ini
banyak terjadi di masyarakat ekonomi rendah tapi tidak menutup kemungkinan
di kalangan ekonomi tinggi.

B. Maksud dan Tujuan


Penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus ini adalah untuk
membandingkan antara teori yang diberikan di bangku kuliah dengan
pelaksanaan di lapangan dan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan penulis
sehingga memungkinkan bagi pihak yang membutuhkan. Adapun tujuannya
adalah :

Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan


keperawatan pada klien dengan diagnosa typhoid.

Tujuan Khusus:

1. Pengkajian pada klien dengan typhoid

1. Penegakan diagnosa keperawatan pada klien dengan


typhoid
2. Perencanaan tindakan pada klien typhoid
3. Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien typhoid
4. Evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
5. Pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien
typhoid
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Demam typoid yaitu penyakit infeksi akut yang disebabkan salmonella

typhi ditandai adanya demam 7 hari atau lebih, gejala saluran pencernaan dan

gangguan pada sistem saraf pusat ( sakit kepala, kejang, gangguan kesadaran )

( Soegijanto, 2002 : 1 )

Typus abdominalis ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan

pencernaan dan gangguan kesadaran ( Ngastiyah, 1997 : 155 ).

Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat

pada saluran cerna dengan gejala demam lebih dari satu minggu dan terdapat

gangguan kesadaran ( Suriadi, 2001 : 281 ).

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa typus abdominalis /

demam typoid adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada saluran pencernaan

yang disebabkan oleh salmonella typhi.

2. Penyebab

Penyebab penyakit demam typoid adalah salmonella typosa basil gram

negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-

1
4

kurangnya 3 macam antigen O (somatik, terdiri dari zat komplek

lipopolisakarida), antigen H ( flagella ), antigen Vi, deman serum basiler terdapat

zat anti ( anglutinin ) terhadap ketiga macam antigen tersebut ( Ngastiyah, 1997 :

155 ).

3. Etiologi

Tanda dan Gejala

0 Nyeri kepala, lemah, lesu

1 Demam yang tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu.

Minggu pertama peningkatan suhu tubuh, berfluktuasi biasanya suhu tubuh

meningkat pada malam hari dan menurunkan pada pagi hari, minggu kedua

suhu tubuh terus meningkat dan pada minggu ketiga suhu tubuh berangsur-

angsur turun dan kembali normal.

2 Gangguan pada saluran pencernaan, bibir kering dan pecah-pecah

lidah ditutupi selaput lendir / selaput putih kotor ( coated tongue )

meteorimus, mual, tidak nafsu makan, splenomegali ( pembesaran lien ) yang

disertai nyeri pada perabaan.

3 Gangguan kesadaran penurunan kesadaran ( apatis, somnolen )

4 Bintik-bintik kemerahan pada kulit ( resola ) akibat emboli

5 Epistaksis

( Suriadi, 2001 : 283 )


5

4. Patofisiologi

Salmonella typhi masuk melalui mulut sebagian kuman akan dimusnahkan

dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke

jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian

kuman masuk ke peredaran darah ( bakterimia primer ) dan mencapai sel-sel

retikulo endoteleal, hati, limfa dan organ-organ lainnya.

Proses ini terjadi dalam masa tunas dan akan berakhir saat sel-sel retikulo

endoteleal melepaskan kuman ke peredaran darah dan menimbulkan bakterimia

untuk kedua kalinya. Selanjutnya kuman masuk ke beberapa jaringan organ tubuh

terutama limfa, usus dan kandung kemih.

Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plakspiyer, ini terjadi pada

kelenjar limfouid usus halus, minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu

ketiga terjadi ulserasi plaks player pada minggu keempat terjadi penyembuhan

perdarahan bahkan sampai perforasi usus selain itu hepar, kelenjar-kelenjar

mesentrial dan limfe membesar.

Gejala demam disebabkan oleh endoktosin salmonella typhi yang

berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tampak kuman tersebut

berkembang biak. Salmonella dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga

terjadi demam ( Suriadi, 2001 : 281-282 ; Mansjoer Arif, 1999 : 432 ).


6

5. Pathway

Salmonella
Infeksi perutthypi Salmonella thypi A, B, C
Diare Obstipasi

Makanan dan minuman

Masuk saluran pencernaan

Terjadi pelepasan texsin


Terjadi anorexia mual muntah
Masuk ke sistem reticulo endotel Infeksi usus
( endotoxsin ) Masuk lambung

Mencapai jaringan limfoid plaque player diellium terminal


Merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen Perubahan peristaltik usus
Kelemahan fisik Masuk usus halus

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hiper peristaltik
Hipo peristaltik
Hipetermi Salmonella thypi berkembang Infeksi plaque
biak diusus player
halus dan kolon

Intoleransi aktifitas
7

( Juwono, 1998 )

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah tepi

Leukopenia, limfositosis, eosinofilia, trombositopenia

2. Pemeriksaan sumsum tulang

Menunjukan gambaran hiperaktif sumsum tulang

3. Biakan empedu

Terdapat hasil salmonella typosa pada urine dan tinja, jika pada pemeriksaan

selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella typosa pada

urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.

4. Pemeriksaan widal

Ditemukan titer terhadap antigen O adalah 1/200 atau lebih sedangkan titer

terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna untuk

menegakkan diagnosa karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan

imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh ( Suriadi, 2001 : 283 ).

7. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Medis

a. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian dan ekskreta

b. Istirahat selama demam hingga 2 minggu, setelah suhu normal

kembali ( istirahat total ) kemudian boleh duduk, jika tidak panas

lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.


8

c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, tidak banyak mengandung serat

d. Pemberian antibiotik kloramfenikol dengan dosis tinggi.

( Suriadi, 2001 : 283-284 )

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Menjaga hygiene perorangan

b. Kebersihan tempat tidur

c. Kebersihan pakaian dan peralatan yang dipakai pasien ( Mansjoer Arif,

1999 : 423 ).

8. Komplikasi

1. Pneumonia

2. Hepatitis

3. Kelaianan neurologis

4. Perdarahan / perforasi usus

5. Artritis

6. Parotis

( Suriadi, 2001 : 285 )


9

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

1) Nama : Nn. H

2) Umur : 18 tahun

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Alamat: Ngonto RT 4/2, Bandungan, Kab.

Semarang

5) Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia

6) Agama : Islam

7) Pendidikan : Pelajar

8) Pekerjaan : -

9) Diagnosa Medis : Demam Typoid

b. Identitas penanggung jawab

1) Nama : Tn. B

2) Umur : 47 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Alamat: Ngonto RT 4/2, Bandungan, Kab.

Semarang

5) Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia


10

6) Agama : Islam

7) Pendidikan : SMA

8) Pekerjaan : Swasta

9) Hubungan dg pasien : paman pasien

C. tanggal masuk :jumat, 20 juni 2014

2. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama

Pasien mengatakan badannya panas ± 1 minggu, mual muntah, badannya

lemas dan pusing.

2. Riwayat Kesehatan Saat ini

Pasien mengatakan badannya panas ± 1 minggu yang lalu , nafsu makan

menurun, mual-muntah, lemes dan mengeluh pusing. Kemudian Nn. H

dibawa ke RS Kensaras pada tanggal 20 juni 2014 jam 13.00. Sekarang

pasien mendapat terapi infus RL 20 tpm pada tangan kanan,injeksi

curcuma 3x1 gr, coditam 3x1 gr, Zeufor 2x1 gr, Meropenam 3x1 gr,

sekarang pasien dirawat di Ruang Topaz.

3. Riwayat Kesehatan Lalu

Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat di RS, pasien tidak mempunyai

riwayat alergi obat, dan pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, asma,

jantung, DM dan paru-paru.

4. Riwayat kesehatan keluarga


11

3. Pengkajian Sistem Tubuh

a. Keadaan umum : lemah

b. Kesadaran : compos mentis

c. Tanda-tanda vital

Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi 90 x/menit, respirasi 24 x/menit

Suhu 38 5 0 C

d. TB/BB : 130 cm / 35 kg

e. Kepala : bentuk mescochepal

f. Mulut : mukosa bibir kering, lidah kotor, gigi bersih

g. Abdomen

Ispeksi : simetris kanan kiri

Auskultasi : terdengar peristaltik usus ( normal )

Palpasi : nyeri tekan hilang timbul

Perkusi : terdengar tympani

5. Data Fokus

Data subyektif

a. Ibu. An. N mengatakan An. N badannya panas

b. Ibu. An. N mengatakan An. N mengeluh, muntah 1 x

c. Ibu. An. N mengatakan An. N makan hanya habis 1/3 porsi

d. Ibu. An. N mengatakan tidak tahu mengenai penyakit anaknya

Data Obyektif

a. Pasien tampak lemah


12

b. Tanda-tanda vital

T : 100/70 mmHg N : 90 x/menit,

RR : 24 x/menit S : 38 5 0 C

c. Mukosa bibir kering

d. Lidah kotor

e. Makan habis 1/3 porsi

f. Ibu An. N sering bertanya tentang penyakit anaknya kepada perawat

g. BB sebelum sakit 36 kg, setelah sakit 35 kg

h. Terpasang infus KEN 3 A 20 tts/mnt, extremitas kiri atas

i. Injeksi : Colsansentin 4 x 500 mg ( IV )

Ondasentron 3 x 35 mg ( IV )

K/p Antalgin 250 mg ( IV )

Peroral K/p paracet 250 mg ( ½ tablet )

4. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertensi berhubungan dengan proses infeksi

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit anaknya berhubungan dengan

kurangnya informasi.

5. Intervensi

Pada hari Selasa tanggal 12 September 2006


13

1. Diagnosa keperawatan : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : suhu tubuh dalam batas normal ( 36 0 C - 37 0 C )

Kriteria hasil :

- Suhu tubuh kembali normal ( 36 0 C - 37 0 C )

- Pasien bebas dari demam

- mukosa bibir lembab

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda vital

b. Beri kompres dingin

c. Anjurkan menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

d. Kolaborasi pemberian obat antipiuretik dan cairan parental

e. Anjurkan banyak minum

2. Diagnosa keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

- Porsi makan yang disediakan rumah sakit dihabiskan

- Tidak mual dan muntah lagi

- Lidah tidak kotor

- Nafsu makan meningkat

Intervensi :

a. Kajian jumlah makanan yang masuk


14

b. Berikan makanan yang halus

c. Sajikan makanan dalam kondisi hangat

d. Anjurkan makan porsi kecil tapi sering

e. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh pasien

f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit

3. Diagnosa keperawatan : kurang dari pengetahuan tentang penyakit

anaknya berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan : pengetahuan ibu An. N bertambah

Kriteria hasil : Ibu An. N mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit

anaknya

Intervensi :

a. Kaji tingkat pengetahuan Ibu. An. N tentang penyakit anaknya

b. Beri penjelasan pada ibu An. N tentang penyakit anaknya

c. Beri penjelasan pada ibu An. N tentang prosedur tindakan keperawatan

6. Implementasi

1. Tanggal 12 September 2006

a. Diagnosa keperawatan : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

1) Mengobservasi tanda-tanda vital, jam 14.30 WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N menanyakan hasilnya

Obyektif : Suhu tubuh : 38 5 0C, Nadi 90 x/menit,

TD : 100/70 mmHg
15

2) Memberikan obat paracetamol ½ tablet per oral Jam 14.45

WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N mau minum obat

Obyektif : obat paracetamol ½ tablet masuk peroral

TD : 100/70 mmHg

3) Menganjurkan banyak minum, Jam 15.00 WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N mengatakan An. N sehari minum

3 – 4 gelas

Obyektif : An. N tampak sering minum

b. Diagnosa keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

1) Memberikan diet rumah sakit dalam kondisi hangat. Jam 15.15

WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N mengatakan terima kasih

Obyektif : An. N makah habis 1/3 porsi

2) Mengkaji pemenuhan nutrisi, Jam 15.45 WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N mengatakan nafsu makan

anaknya meningkat

Obyektif : An. N makan habis ½ porsi dari yang

disediakan RS

c. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit anaknya

berhubungan dengan kurangnya informasi.


16

1) Mengkaji tingkat pengetahuan ibu An. N tentang penyakit, Jam

16.00 WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N mengatakan belum mengerti

tentang penyakit anaknya.

Obyektif : An. N tampak kooperatif anaknya

2) Memberikan penjelasan pada ibu An. N tentang penyakit

anaknya, Jam 18.45 WIB

Respon pasien Subyektif : ibu An. N mengatakan mulai mengerti

tentang penyakit anaknya

Obyektif : An. N tampak mendengarkan penjelasan

yang diberikan dengan baik

2. Tanggal 13 September 2006

a. Diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

1) Mengobservasi tnda-tanda vital, jam 08.00 WIB

Respon pasien :

Subyektif : ibu An. N menannyakan suhu anaknya berapa

Obyektif : suhu 370C nadi 90 x/menit TD : 105/70 mmHg

2) Memberikan cairan parenteral sesuai advis dokter

Respon pasien :

Subyektif : An.N mengatakan mau dipasan infuse

Obyektif : terpasang infuse K EN3A 20 tpm


17

b. Diagnosa keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

1) Menyajikan minuman kacang hijau : jam 09.00 WIB

Respon pasien :

Subyektif : Ibu An. N menerima dan mengatakan terima kasih

Obyektif : An. N tampak mau minum

2) Memberikan diet rumah sakit : jam 12.00 WIB

Respon pasien

Subyektif : Ibu An. N mengatakan terima kasih

Obyektif : An. N makan habis ¼ porsi

3. Tanggal 14 September 2006

a. Diagnosa keperawatan : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

1) Mengobservasi tanda-tanda vital : jam 08.00 WIB

Respon pasien :

Subyektif : ibu An. N mengatakan An. N sudah tidak panas

Obyektif : suhu 365 0C nadi 88x/menit TD 100/65 mmHg

b. Diagnosa keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

1) Menyajikan minuman kacang hijau : jam 09.00 WIB

Respon pasien :

Subyektif : ibu An. N mengatakan terima kasih


18

Obyektif : An. N mau minum kacan hijau

2) Memberikan diet rumah sakit jam : 12.00 WIB

Respon pasien :

Subyektif : ibu An. N mengatakan teirma kasih

Obyektif : An. N makan habis ¾ porsi

3) Memberikan cairan parental sesuai advis dokter jam 12.30 WIB

Respon pasien :

Subyektif : ibu An. N mengatakan terima kasih

Obyektif : terpasang cairan infuse KEN 34 20 tts/mnt

7. Evaluasi

1. Diagnosa keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses

Infeksi tanggal 14 september 2006, jam 13.00 WIB

S : Ibu An. N mengatakan An. N sudah tidak panas

O : suhu 365 0C nadi 88x/menit TD : 100/64 mmHg mukosa bibir

lembab, keadaan umum membaik

A : masalah teratasi

P : intervensi no 1,3 dan 5 dipertahankan

2. Diagnosa keperawatan : gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,

tanggal 14 september 2006, jam 13.10 WIB

S : ibu An. N mengatakan nafsu makan An. N meningkat


19

O : diet rumah sakit habis ¾ porsi

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi no 1, 2, 3 dan 6 dipertahankan

3. Diagnosa keperawatan : kurang pengetahuan tentang penyakit anaknya

berhubungan dengan kurangnya informasi, tanggal 14 september 2006, jam

13.15 WIB

S : ibu An. N mengatakan sudah mengerti tentang penyakit anaknya

O : Ibu An. N tampak tenang dan senang

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

4. Evaluasi

Evaluasi dari masalah keperawatanberupa hipertermi

berhubungan penyakit akibat kuman salmonella thpii ( NANDA,2012-

2014) sudah teratasi, karena data yang didapat pada evaluasi sudah

sesuai dengan criteria hasil yang menjadi indicator dalam pencapaian

tujuan. Menurut Poter & perry (2005) bahwa evaluasi dari pelayanan

kesehatan adalah proses yang digunakan untuk menentukan kualitas

asuhan dan pelayanan yang diberikan kepada klien. Mengesampingkan

evaluasi dari proses keperawatan menghambat perawat dalam


20

mengevaluasi keperawatan dan menentukan apakah hasil asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien bermanfaat.

BAB III

PENUTUP

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 200 :

17).

Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 September 2006 pada jam 08.00

WIB dengan melalui wawancara observasi langsung pemeriksaan fisik dan untuk

pengkajian pola fungsi menggunakan konsep Gordon, pada pengkajian ini

didapatkan data pasien dengan nama An. N dan ibu An.N mengatakan An. N
21

panas + 3 hari, selama penulis melakukan pengkajian tidak menemukan adanya

hambatan karena pasien dan keluarga kooperatif.

Saat pengakjian hari pertama penulis mendokumentasikan data fokus

meliputi data obyektif, ibu pasien mengatakan An. N badanya panas + 3 hari ibu

pasien mengatakan An. N mual, muntah IX, ibu pasien mengatakan An. N makan

habis 1/3 porsi ; ibu pasien An. N mengatakan tidak tau mengenai penyakit

anaknya, itu tidak lazim bila dimasukkan data obyektif tetapi juga tidak relevan

jika dimasukkan dalam data subyektif, kecuali ada perubahan perumusan kalimat

menjadi ibu pasien mengatakan An. N megeluh badanya panas, ibu pasien

mengatakan An. N mengeluh mulai muntah IX, ibu pasien mengatakan An. N

makan habis 1/3 porsi, ibu pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit

anaknya.

23

B. Diagnosa Yang Muncul Dalam Kasus

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Hipertermi adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau

beresiko untuk mengalami kenaikan suhu tubuh terus-menerus lebih tinggi

dari 37,80C (1000F) oran atau 38,80C (1010F) perectal karena faktor external.

Hal ini muncul berhubungan dengan adanya tanda-tanda infeksi yaitu badan

panas atau suhu tubuh pasien 380 C (Carpenito, 1997).

Pada pasien thypoid bisa muncul masalah hipertermi disebabkan oleh

endotoksin salmonella thypi yang berperan dalam proses inflamasi lokal pada

jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak, salmonella thypi dan


22

endotoksinya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada

jaringan yang meradang sehingga terjadi demam (Suriadi, 2001 : 281 – 282,

Mansjoer Arif, 432).

Diagnosa ini ditegakkan karena di dukung data-data antara lain ibu

pasien mengatakan suhu badan An.N panas {suhu 38,50C} pasien sehari

minum + 3-4 gelas, bibir kering, apabila hipertemi tidak segera ditangani akan

menyebabkan tubuh semakin kekurangan cairan karena terjadi proses

evaporasi dalam tubuh, tubuh lemas dan terjadi dehidrasi vaskuler.

Adapun tindakan yang penulis lakukan untuk mengatasi diagnosa

tersebut adalah

a. Mengukur tanda-tanda vital

Rasionalisasi : untuk mengetahui keadaan umum (Carpenito, 2000 : 675)

b. Menganjurkan untuk banyak minum

Rasionalisasi : untuk mengganti cairan yang hilang atau keluar bersama

keringat (Doenges, 1999).

c. Memberikan obat penurun panas yaitu paracetamol (250 mg/ ½ tablet)

Kekuatan : impelementasi yang dilakukan dapat mencukupi cairan dalam

tubuh pasien karena pasien tersebut sudah mendapat cairan

parentral dan intake cairan pasien meningkat dengan minum 5 – 6

gelas perhari serta mendapat obat penurun panas.

Kelemahan : implementasi yang dilakukan belum cukup untuk mengatasi

hipertermi karena penulis belum mencantumkan pemberian anti

biotik sedangkan hipertermi tersebut dikarenakan faktor infeksi


23

dan sebenarnya penulis sudah melakukan tindakan seperti injeksi

anti biotik dan melakukan tindakan kompres dingin tetapi tidak

terdokumentasi didalam asuhan keperawatan.

Hasil evaluasi : masalah pada pasien tersebut dapat teratasi sebagian dengan

suhu 36.50C keadan umum membaik, mukosa bibir lembab.

Dalam penulisan assesment penulis mendokumentasikan bahwa masalah

teratasi sebagian, yang seharusnya masalah tersebut sudah teratasi karena

hasil evaluasi di dapatkan data suhu tubuh 36,50 C keadaan umum membaik,

mukosa bibir lembab yang sesuai dengan kriteria hasil yang telah didapatkan.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana

individu mengalami masa atau yang beresiko, mengalami penurunan berat

badan yang berhubungan dnegan masukan yang tidak adekuat (Carpenito,

2000: 645).

Diagnosa ini penulis munculkan karena adanya nafsu makan menurun

mual, muntah makan habis 1/3 porsi dari yang disediakan rumah sakit,

diagnosa ini seharusnya belum actual tetapi lebih tepatnya baru resiko karena

data yang ditemukan belum atau tidak menunjukkan adanya data

antrophometri atau berat badan sebelun dan selama sakit. Namun penulis

hanya mencantumkan hasil laboratorium hemoglobin 14,1 gr/dl serta penulis

hanya menjelaskan adanya data mual dan muntah satu kali saja. Dan diet
24

pasien habis 1/3 porsi berlangsung hanya pada pertama masuk rumah sakit,

sedangkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow nutrisi merupakan

urutan ketiga dimana urutan pertama adalah O2 dan yang kedua adalah cairan

dan elekrolit, namun jika masalah tersebut tidak segera ditangani akan

mengakibatkan metabolisme nutrisi akan tidak adekuat untuk kebutuhan

metobolik, ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

menyebabkan menurunnnya berat badan, kelemahan fisik, memburuknya

kesehatan dan menurunnya kemampuan tubuh untuk memperbaiki sel-sel

metabolisme perlu di tingkatkan apabila terjadi infeksi (Carpenito, 2000 :

649).

Adapun tindakan yang penulis lakukan untuk mengatasi diagnosa tersebut

adalah

a. Menyajikan makanan dalam keadaan hangat

Rasionalisasi : untuk membangkitkan selera makan pasien (Carpenito,

2000 : 675)

b. Mengkaji pemenuhan nutrisi pasien

Rasionalisasi : agar penulis dapat mengidentifikasi kekuatan defisiensi

nutrisi dengan mengkaji pemenuhan nutrisi pasien (Doenges, 1999).

Kekutan dan kelemahan implementasi

Kekuatan : implementasi yang dilakukan dapat membangkitkan selera

makan pasien karena disajikan dalam keadaan hangat.

Kelemahan : rencana tindakan keperawatan yang penulis tetapkan

seperti menganjurkan makan porsi kecil tapi sering sudah


25

penulis laksanakan tetapi penulis belum

mendokumentasikan kedalam asuhan keperawatan

sedangkan intervensi menjelaskan pentingnya nutrisi bagi

tubuh tidak penulis laksanakan karena intervensi tersebut

sudah dilaksanaka oleh perawat ruangan.

implementasi yang dilakukan belum cukup untuk

mengevaluasi masalah nutrisi yang dihadapi pasien karena

penulis tidak melakukan pemeriksaan antrophometri,

sedangkan pemeriksaan tersebut penting untuk

mengevaluasi perubahan status nutrisi. Hasil evaluasi dari

masalah keperawatan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2 x 24 jam ibu An. N mengatakan

nafsu makan anaknya meningkat, porsi makan habis ¾

dari porsi yang disediakan rumah sakit, maka penulis

menyimpulkan bahwa masalah sudah tidak menjadi actual

dan rencana tindakan dihentikan.

3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit anaknya

berhubungan dengan tidak adekuatnya informasi

Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seorang individu

atau sekelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif berkenaan

dengan kondisi atau rencana pengobatan (Carpenito, 1998 : 589).

Penulis mengangkat diagnosa ini karena adanya data-data yang

menunjang yaitu : Ibu An. N mengataklan belum tahu tentang penyakit


26

anaknya. Diagnosa ini penulis prioritaskan menjadi diagnosa ketiga

sebagaimanma menurut triage dimana masalah yang tidak begitu urgen

dibandingkan masalah hipertermi dan nutrisi.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka penulis mencantumkan tindakan

yang dilakukan diantarannya adalah sebagai berikut :

a. Mengkaji tingkat pengetahuan ibu An. N tentang penyakit anaknya

Rasional : untuk mengetahui tingkat pemahaman ibu An. N tentang

penyakit anaknya (Doenges, 1999 : 435)

b. Memberikan penjelasan tentang penyakit anaknya

Rasionalnya : diharapkan ibu An. N dapat mengerti penyakit An. N dan

memberi pengetahuan dasar dimana ibu An.N dapat membuat

pertimbangan dalam merawat anaknya (Doenges, 1999 : 436)

Kekuatan dan kelemahan implementasi

Kekuatan : setelah diberi penjelasan ibu An. N mengerti tentang penyakit

anaknya

Kelemahan : penjelasan yang diberikan penulis hanya kepada ibunya saja,

sedangkan ayah, keluarga yang lain tidak di libatkan.

Hasil evaluasi dari tindakan di atas setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 30 menit adalah : Ibu. An N sudah mengerti tentang penyakit anaknya,

tindakan berhasil maka intervensi dihentikan.


27

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart, 1984. Medical Surgical Nursing. JB lippicont Philadhelpia.

Corpenito, ip. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Diagnosa


Keperawatan & Masalah Kolaboratif Edisi Kedua. EGC . Jakarta.

Doenges. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta.

Hudak CM Gallo B. M. 1996. Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik. Edisi


VI Volume II EGC. Jakarta.
NANDA. (2012-2014). Diagnosa Keperawatan Jakarta : EGC
Poter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses
dan praktik – Ed.4- Jakarta : EGC

You might also like