Professional Documents
Culture Documents
Psoriasis Pustulosa Generalisata
Psoriasis Pustulosa Generalisata
G Ruang : Seruni
IDENTITAS Umur : 13 tahun
No. RM : 243396
Nama Lengkap : Sdr. G
Umur/JK : 13 Tahun / Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Gemawang
Kunjungan RS tanggal : 22 Januari 2017
Dokter yang merawat : dr. Rudi Agung. Sp. KK
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Cukup
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Vital Sign : TD : 120/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,8 oC Respirasi : 28 x/menit
4. Kepala : Normocephal
5. Mata : Sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
6. Thorax:
Paru : Simetris (+/+), sonor, Suara Tambahan (-/-)
Jantung: Suara SI-SII reguler
7. Abdomen :
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU (+), normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-)
8. Ekstremitas :
Akral dingin (+), Oedem (-)
PEMERIKSAAN DERMATOLOGY
Lokasi : Seluruh Tubuh
UKK : Terdapat Patch,skuama, pustul, krusta dan plak eritem, hiperpigmentasi,
konfluens, diskret, universal
Kobner (+), tetesan lilin (+), Auspitz (+)
Terapi :
Inf. RL 16 tpm Topikal:
Kompres Terbuka Nacl 0,9% Hidrokortison
P.O Asitretin 6mg/kgBB Emolien (vaseline)
P.O Loratadine 10mg 1x1
I. DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit kulit yang bersifat kronik dan residif, ditandai oleh
percepatan pertukaran sel-sel epidermis sehingga terjadi pergantian kulit
epidermis atau proses keratinisasi yang lebih cepat dari biasanya. Penyakit ini
tampak sebagai plak tebal, eritematosa, berbatas tegas dan papul-papul yang
tertutup sisik seperti perak, biasanya terdapat di daerah tubuh yang mudah
terkena trauma seperti lutut, siku dan kulit kepala. Erupsi kulit ini dapat
menyerang bagian tubuh manapun, kecuali selaput lendir.
Psoriasis pustulosa berhubungan dengan psoriasis tipe 2 dan Human
Leukocyte Antigen-B27 (HLA-B27),1,10 serta adanya peningkatan produksi
neutrophilic proteolytic enzyme di dalam dermis pasien psoriasis pustulosa.
Homozygous missense mutation pada gen yang mengkode antiinflamatori sitokin,
Interleukin-36 (IL-36) reseptor antagonis, berkaitan dengan Psoriasis Pustulosa
Generalisata (PPG) yang diturunkan secara autosomal resesif.
Psoriasis diklasifikasikan menjadi tujuh ber-dasarkan bentuk klinis, yaitu:
psoriasis vulgaris, psoriasis gutata, psoriasis inversa/psoriasis fleksural, psoriasis
eksudativa, psoriasis seboroik/seboriasis, psoriasis pustulosa, dan eritroderma
psoriatik.1,4 Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa, yaitu psoriasis pustulosa
lokalisata dan psoriasis pustulosa generalisata (PPG).4-6 Varian PPG antara lain
tipe von Zumbuch, impetigo herpetiformis dan tipe anular.
II. PATOFISIOLOGI
Psoriasis pustulosa generalisata akut (Von Zumbusch) terjadi akibat proses
autoimun dan faktor genetik. Psoriasis berkaitan dengan HLA. Untuk psoriasis
pustulosa berhubungan dengan psoriasis tipe 2 dengan HLA-B27.1 Kerusakan sel
target pada psoriasis terdiri dari beberapa sel, termasuk keratinosit, namun secara
histopatologik menunjukkan tiga faktor patogenik utama, yaitu diferensiasi
abnormalitas keratinosit, hiperproliferasi keratinosit, dan infiltrasi komponen sel
radang.6 Secara singkat terlihat adanya siklus sel yang memendek sekitar 1,5 hari
pada proliferasi keratinosit psoriasis, fase maturasi, dan pelepasan keratinosit
memerlukan waktu sekitar 4 hari sehingga keratinosit sel basal memperbanyak diri 10
kali lebih cepat dibandingkan orang normal.
Analisis HLA didapatkan kerentanan terhadap psoriasis terletak pada ujung
distal kromosom 17, dan disebut sebagai psoriasis susceptibility (Psor gene).
Penemuan ini menunjukkan suatu lokus mayor Psor1 berdekatan dengan HLA-C pada
kromosom 6p21, dan gen Psors lain seperti Psors2 pada kromosom 17q24-q25, dan
Psors3 pada kromosom 4q. Selain itu terdapat faktor pencetus yang berperan dalam
menginduksi atau mengeksaserbasi psoriasis pada individu yang secara genetik
memiliki predisposisi untuk psoriasis. Telah diketahui bahwa pertahanan sistem imun
secara normal di kulit diperankan oleh limfosit T. Sel T yang teraktivasi dan
berdiferensiasi menjadi sel T helper-1 akan menghasilkan berbagai jenis sitokin yang
mampu merangsang berbagai sel di dekatnya, kemudian mensekresi sitokin tambahan
yang mengakibatkan positive feed back dalam mempertahankan keadaan peradangan
menahun.
Hal ini melengkapi bukti bahwa sel T yang teraktivasi berperan dalam
psoriasis. Proinflamatori atau profil sitokin T helper-1 (IL-1, IL-2, IFNγ, TNFα)
mendominasi respons psoriatik sel T. Terdapat peningkatan produksi IFNγ pada plak
psoriasis. Pelepasan IFNγ akan menginduksi TNFα dan sitokin lainnya untuk
memproduksi protein inflamasi oleh keratinosit. Selain itu keratinosit yang teraktivasi
tersebut juga akan melepaskan kemokin dan berbagai macam growth factor yang
akan menstimulasi influks netrofil, perubahan vaskular, dan hiperplasia keratinosit.
Peningkatan kemotaksis polymorphonuclear (PMN) leukocyte lebih banyak
terdapat pada psoriasis pustulosa dibandingkan psoriasis vulgaris. Hal ini berkaitan
dengan defek intrinsik PMN atau terdapatnya chemoattractants pada lapisan
epidermis pasien psoriasis. Adanya faktor pencetus menyebabkan migrasi PMN dari
pembuluh darah ke epidermis dan pengaruh dari keratinosit yang melepaskan sitokin.
Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan adanya basal
keratinocyte herniation. Hal ini karena adanya penonjolan sitoplasma ke dalam
dermis melalui celah-celah di lamina basal pada lesi psoriasis pustulosa. Herniasi ini
timbul karena terkumpulnya neutrofil di dalam dermis. Oleh karena itu, adanya
peningkatan produksi neutrophilicproteolytic enzyme di dalam dermis pasien psoriasis
pustulosa. Homozygous missense mutation pada gen yang mengkode anti 10
inflammatory cytokine, IL-36 receptor antagonist, berkaitan dengan psoriasis
pustulosa generalisata yang diturunkan secara autosomal resesif.
IL-23 mempertahankan CD4 T cell, dan Th 17 memproduksi IL-17 dan IL-22.
Sitokin dihasilkan juga dari sel dendritik, CD4 T cell, CD8 T cell, & keratinosit. IFN
gama & TNF alfa menginduksi keratinosist untuk memproduksi IL-7, IL-8, IL-12, IL-
15, IL-18. IL-12 dengan IL-18 bekerja pada sel dendritik untuk meningkatkan
produksi IFN gama, IL-7 & IL-15 yang penting untuk proliferasi & homeostatic
maintenance sel CD8 T cell.
IV. DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada bentuk ini, kelainan kulit berupa pustula yang terbatas pada jari tangan,
telapak tangan, dan telapak kaki.Tidak didapatkan gejala sistemik. Terdapat dua
bentuk psoriasis pustulosa lokalisata, yaitu psoriasis pustulosa palmaris et plantaris
dan akrodermatitis kontinua Hallopeau.
Pemeriksaan Fisik
Derajat keparahan psoriasis dinilai dari luas permukaan tubuh yang terkena
lesi psoriasis. Psoriasis Area and Severity Index (PASI) adalah metode yang
digunakan untuk mengukur intensitas kuantitatif penderita berdasarkan gambaran
klinis dan luas area yang terkena, cara ini digunakan ntuk mengevaluasi perbaikan
klinis setelah pengobatan. Beberapa elemen yang diukur oleh PASI adalah eritema,
skuama dan ketebalan lesi dari setiap lokasi di permukaan tubuh seperti kepala, badan,
lengan dan tungkai. Bagian permukaan tubuh dibagi menjadi 4 bagian antara lain:
kepala (10%), abdomen, dada dan punggung (20%), lengan (30%) dan tungkai
termasuk bokong (40%).
Karakteritis klinis yang dinilai adalah; eritema (E), skuama (S), dan ketebalan
lesi/indurasi (T). Karakteristik klinis tersebut diberi skor sebagai berikut:
tidak ada lesi =0, ringan=1, sedang=2, berat=3 dan sangat berat=4.
Gambar 5. Skor keparahan lesi psoriasis
Nilai derajat keparahan diatas dikalikan dengan weighting factor sesuai
dengan area permukaan tubuh : kepala = 0,1, tangan/lengan = 0,2, badan = 0,3,
tungkai/kaki = 0,4. Total nilai PASI diperoleh dengan cara menjumlahkan keempat
nilai yang diperoleh dari keempat bagian tubuh. Total nilai PASI kurang dari 10
dikatakan sebagai psoriasis ringan, nilai PASI antara 10-30 dikatakan sebagai
psoriasis sedang, dan nilai PASI lebih dari 30 dikatakan sebagai psoriasis berat.
Tabel 1. Psoriasis Area and Severity Index (PASI)
Pemeriksaan Penunjang
V. PENATALAKSANAAN
Pengobatan saat ini yang dapat digunaakan untuk psoriasis pustulosa
generalisata ialah golongan obat sitotoksik, metotrexat.Cara penggunaan metotreksat
adalah mula-mula diberikan tes dosis inisial 5 mg per os untuk mengetahui, apakah
ada gejala sensitivitas atau gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak
dikehendaki diberikan dosis 3 x 2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu
dengan dosis total 7,5 mg. Jika tidak terjadi perbaikan dosis dinaikan hingga 5 mg per
minggu. Biasanya dengan dosis 3 x 5 mg per minggu sudah terjadi perbaikan. Cara
lain adalah injeksi interamuskular dengan dosis 7.5-25 mg dosis tunggal setiap
minggu tetapi mempunyai efek samping yang lebih besar. Jika penyakit sudah
terkontrol dosis turunkan atau masa interval diperpanjang kemudian dihentikan dan
diganti topikal. Setiap 2 minggu diperiksa : Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah
trombosit, urin lengkap, fungsi ginjal dan fungsi hepar. Bila jumlah leukosit kurang
daripada 3.500, metrotreksat agar dihentikan. Jika fungsi hepar normal, biopsi hepar
dilakukan setiap dosis total mencapai 1,5 gr. Jika fungsi hepar abnormal, biopsi
dilakukan pada dosis 1 gr. Kontraindikasi dari obat ini adalah kelainan hepar, ginjal,
sistem hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif ( contoh TB), ulkus peptikum,
kolitis ulserosa, dan psikosis. Efek samping obat ini adalah nyeri kepala, alopesia,
gangguan saluran cerna, sum-sum tulang belakang, anemia, hepar, lien, dan gangguan
hepar seperti sirosis atau fibrosis.
Terapi dengan golongan retinoid seperti acitretin dan isotretinoin sangat efektif
untuk menginduksi deskuamasi dan cukup efektif untuk supresi plak psoriasis. Obat
ini sangat efektif bila dikombinasi PUVA fotokemoterapi. Kombinasi PUVA dengan
acitretin dosis 20-50 mg/hari untuk laki-laki dan untuk wanita PUVA dikombinasikan
dengan isotretinoin dengan dosis 1 mg/kgbb.
Terapi lain yang dapat digunakan ialah siklosporin. Dosisnya adalah 6
mg/kgbb/hari.Obat ini bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik.Hasil pengobatan untuk
psoriasis baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.Terapi
biologik merupakan obat yang baru yang efeknya memblok langkah molekular
spesifik yang penting pada patogenesis psoriasis ialah alefasep, efalizumab,infliximab
dan tumor necrosis factor-ɑ antagonist.Infliximab dengan dosis 5 mg/kgbb dapat
digunakan pada pasien yang sedang hamil.
Jenis terapi lain yang dapat digunakan adalah PUVA. Karena psoralen bersifat
fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang sinergik. Mula-mula 10 - 20 mg
psoralen diberikan dan 2 jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-
macam bagan, diantaranya 4 x seminggu.Penyembuhan mencapai 93% setelah 3-4
minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan (maintenance) seminggu sekali atau
dijarangkan untuk mencegah rekuren.
VI. PROGNOSIS
Pasien yang lebih tua dengan tipe von Zumbusch memiliki prognosis buruk.
Kematian dapat terjadi akibat sepsis, penyakit ginjal, hati, atau kegagalan
kardiorespirasi selama tahap eritrodermik akut. Pasien dengan riwayat psoriasis
vulgaris kronis sebelum letusan pustular cenderung memiliki prognosis yang lebih
baik daripada pasien dengan bentuk psoriasis yang lebih atipikal. Pada anak-anak,
selama infeksi sekunder dapat dihindari, episode psoriasis pustular memiliki prognosis
yang baik. Tidak ada obat-obatan untuk menyembuhkan psoriasis pustular.
Penumpukan cairan berulang sering terjadi, bahkan bertahun-tahun setelah
didiagnosis.
VII. KESIMPULAN
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis yang mengeluhkan adanya kulit
memerah yang semakin meluas dan plenting berisi nanah yang semakin banyak,
pasien merasa gatal dan demam. Pada pemeriksaan kondisi vital didapatkan adanya
peningkatan suhu. Status dermatologis pada hampir seluruh tubuh, tampak patch
eritema batas tidak jelas dengan multiple pustule diatasnya, sebagian membentuk lake
of pustule, ditemukan fenomena Auspitz, tetesan lilin dan fenomena kobner, sebagian
tampak erosi tertutup krusta. Maka pasien didiagnosis Psoriasis Pustulosa
Generalisata (Von Zumbusch). Pasien diberikan infus RL 16 tpm, kompres terbuka
Nacl 0,9%, obat oral berupa asitretin 6mg dan loratadine 10mg. Pasien juga diberikan
pengobatan topikal berupa hidrokortison 2,5%, serta emolien.
DAFTAR PUSTAKA
Ricoti C, Clay j, Naveed S. Pustular Psoriasis. Diakses dari www.medscape.com pada tanggal
11 September 2017.
Wolf, K., Goldsmith, L.A.,Katz, S.I., Gilchrest, B,A., Paller, A.S., Leffel,
D.J.,2008.Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th edition. New York: Mc Graw
Hill.
Wolf, K., Richard A J, Suurmond D., Gilchrest, B,A., Paller, A.S., Leffel,
D.J.,2008.Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. New York: Mc
Graw Hill.
Ohkawara A. 1998. To propose the diagnostic criteria for severity rating of pustular psoriasis.
A Report of the MHW Investigation and Research Team in Specific and Rare Refractory Skin
Diseases in 1997. Ministry of Health, Labor and Welfare, Tokyo, pp 44–45.
PRESENTASI KASUS
PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISATA
Disusunoleh:
M. Prakasa Wicaksono
20120310223
Pembimbing:
dr. RudiAgungWuryanto, Sp.KK
Disusunoleh:
M. Prakasa Wicaksono
20120310223
Mengetahui