You are on page 1of 4

Cara menegakan Diagnosis UROLITHIASIS ( Batu Ginjal )

1. Anamnesis
Menanyakan pasien hal-hal sebagai berikut:

1. Identitas penderita
a. Meliputi nama, umur (penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30 sampai 50
tahun),
b. jenis kelamin (BSK banyak ditemukan pada pria dengan perbandingan 3 kali lebih
banyak dari wanita),
c. alamat, agama/kepercayaan, pendidikan, suku/bangsa (beberapa daerah
menunjukkan angka kejadian BSK yang lebih tinggi dari daerah lain),
d. pekerjaan (BSK sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktifitas) (Purnomo, 2000).
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama yang sering terjadi pada klien batu ginjal adalah nyeri pinggang akibat
adanya batu pada ginjal, berat ringannya nyeri tergantung lokasi dan besarnya batu,
dapat pula terjadi nyeri kolik/kolik renal yang menjalar ke testis pada pria dan kandung
kemih pada wanita. Klien dapat juga mengalami gangguan saluran gastrointestinal dan
perubahan dalam eliminasi urine (Ignatavicius, 1995).
3. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
berhubungan dengan BSK, antara lain infeksi saaluran kemih, hiperparatiroidisme,
penyakit inflamasi usus, gout, keadaan-keadaan yang mengakibatkan hiperkalsemia,
immobilisasi lama dan dehidrasi (Carpenito, 1995).
4. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa penyakit atau kelainan yang sifatnya herediter dapat menjadi penyebab
terjadinya batu ginjal antara lain riwayat keluarga dengan renal tubular acidosis (RTA),
cystinuria, Xanthinuria dan dehidroxynadeninuria (Munver & Preminger, 2001).
5. Riwayat psikososial
Klien dapat mengalami masalah kecemasan tentang kondisi yang dialami, juga
berkenaan dengan rasa nyeri, dapat juga mengekspresikan masalah tentang
kekambuhan dan dampak pada pekerjaan serta aktifitas harian lainnya (Engram, 1998).

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan kasus urologi atau penyakit ginjal dilakukan
berdasarkan data/informasi yang diperoleh saat melakukan pengkajian tentang riwayat
penyakit. Pemeriksaan meliputi sistem urinari disertai review sistem yang lain dan status
umum.
l). Keadaan umum
Meliputi tingkat kesadaran, ada tidaknya defisit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan
penyakit) dan ada tidaknya perubahan berat badan (Black, l993). Tanda vital dapat
meningkat menyertai nyeri, suhu dan nadi meningkat mungkin karena infeksi serta
tekanan darah dapat turun apabila nyeri sampai mengakibatkan shock (Ignatavicius,
l995).

2). Ginjal, ureter, buli-buli dan uretra


Pemeriksaan ini dilakukan bersama dengan pemeriksaan abdomen yang lain dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Inspeksi
Inspeksi dilakukan dengan posisi duduk atau supine dilihat adanya pembesaran di
daerah pinggang atau abdomen sebelah atas; asimetris ataukah adanya perubahan
warna kulit. Pembesaran pada daerah ini dapat disebabkan karena hidronefrosis atau
tumor pada retroperitonium.

Palpasi
Palpasi pada ginjal dilakukan secara bimanual yaitu dengan memakai dua tangan, tangan
kiri diletakkan di sudut kosta-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan
tangan kanan meraba dari depan dengan sedikit menekan ke bawah (pada ginjal kanan),
bagian bawah dapat teraba pada orang yang kurus. Adanya pembesaran pada ginjal
seperti tumor, kista atau hidronefrosis biasa teraba dan terasa nyeri. Ureter tidak dapat
dipalpasi, tetapi bila terjadi spasme pada otot-ototnya akan menghasilkan nyeri pada
pinggang atau perut bagian bawah, menjalar ke skrotum atau labia. Adanya distensi buli-
buli akan teraba pada area di atas simphisis atau setinggi umbilikus, yang disebabkan
adanya obstruksi pada leher buli-buli.

Perkusi
Perkusi dilakukan dengan memberikan ketokan pada sudut kostavertebra, adanya
pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal akan terasa nyeri ketok. Pada
buli-buli diketahui adanya distensi karena retensi urine dan terdengar redup, dapat
diketahui batas atas buli-buli serta adanya tumor/massa.

Auskultasi
Auscultasi dilakukan dengan menggunakan belt dari stetoskop di atas aorta atau arteri
renal untuk memeriksa adanya ‘bruit’. Adanya bruit di atas arteri renal dapat disebabkan
oleh gangguan aliran pada pembuluh darah seperti stenosis atau aneurisma arteri renal.

3. Pemeriksaan lab

1. Urinalisa : warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah; secara umum menunjukkan
SDM, SDP, kristal (sistin, asam urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus; pH
mungkin asam (meningkatkan magnesium, fosfat amonium atau batu kalsium fosfat).
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin mungkin
meningkat.
3. Kultur urine : mungkin menunjukkan ISK (Staphilococcus aureus, proteus, klebseila,
pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein,
elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukkan infeksi/septikemia.
8. Hormon paratiroid : mungkin meningkat jika ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorpsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).

4. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos abdomen: Pembuatan foto polos Abdomen bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya batu radio-opak disaluran kemih. Batu –batu jenis kalsium oksalat
dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat non radio-opak (radio-lusen).
2. Foto ronsen KUB : menunjukkan adanya kalkuli dan atau perubahan anatomik pada
area ginjal dan sepanjang ureter
3. Pielografi intra vena (IVU): pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi
dan fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu
non opak yang tidak bias dilihat dengan foto polos perut.
4. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter) dan garis
bentuk kalkuli.
5. Sistouterkopi : visualisasi langsung kandung kemih dapat menunjukkan batu dan atau
efek obstruksi (Doenges, 1999).

6. USG: dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,yaitu keadaaan
–keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal menuruun, sedang hamil.
Pemeriksaan usg dapat menilai adanya batu di ginjal atau dibuli-buli (yang ditunjukkan
sebagai echoic sahdow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengkerutan ginjal

You might also like