You are on page 1of 6

1.

Prinsip-prinsip apa saja yang harus di penuhi dalam teori etika deontologi

Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :


1. Supaya tindakan punya nilai moral, tindakan ini harus dijalankan berdasarkan
kewajiban.
2. Nilai moral dari tindakan ini tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari
tindakan itu melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang
untuk melakukan tindakan itu, berarti kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu
sudah dinilai baik.
3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.
Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada
dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus kita lakukan. Sebaliknya,
suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita
lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk
bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi
orang lain adalah tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.
Bagi Kant, Hukum Moral ini dianggapnya sebagai perintah tak bersyarat (imperatif
kategoris), yang berarti hukum moral ini berlaku bagi semua orang pada segala situasi
dan tempat.
Perintah Bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang menghendaki
akibatnya, atau kalau akibat dari tindakan itu merupakan hal yang diinginkan dan
dikehendaki oleh orang tersebut. Perintah Tak Bersyarat adalah perintah yang
dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan akibatnya,
atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi orang tersebut
atau tidak.
Dengan demikian, etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari
tindakan tersebut, baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah
diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan. Hal ini akan
membuka peluang bagi subyektivitas dari rasionalisasi yang menyebabkan kita ingkar
akan kewajiban-kewajiban moral.

2. Apa perbedaan antara teori etika deontologi dengan teori etika teologi? Sebutkan
contohnya

>>> Etika Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang
berarti kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, ‘karena
perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Karena bagi etika
deontology yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan
deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu
teori etika yang terpenting.
Contoh kasus dari etika deontologi :
1. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas maka itu
dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan tugas.
2. Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontology bukan karena tindakan
itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya melainkan karena tindakan itu sejalan
dengan kewajiban si pelaku untuk misalnya menberikan pelayanan terbaik untuk semua
konsumennya, untuk mengembalikan hutangnya sesuai dengan perjanjian , untuk
menawarkan barang dan jasa dengan mutu sebanding dengan harganya.
3. PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi
pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi
enggan untuk berinvestasi. Dalam kasus ini, PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero)
sesungguhnya mempunyai tujuan yang baik, yaitu bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan listrik nasional. Akan tetapi tidak diikuti dengan perbuatan atau tindakan
yang baik, karena PT. PLN belum mampu memenuhi kebutuhan listrik secara adil dan
merata. Jadi menurut teori etika deontologi tidak etis dalam kegiatan usahanya.

>>Etika Teleologi
Teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos (τέλος), yang berarti akhir, tujuan,
maksud, dan logos (λόγος), perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan
segala sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologi
mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Artinya, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik buruknya suatu
tindakan yang dilakukan. Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang
salah, tetapi itu bukan ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan
akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai salah menurut hukum, tetapi jika itu
bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik. Namun dengan demikian,
tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar menurut hukum.
Menurut Kant, setiap norma dan dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu saja
dalam setiap situasi. Jadi, sejalan dengan pendapat Kant, etika teleologi lebih bersifat
situasional karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi
khusus tertentu.
Contoh kasus dari etika teleologi :
1. Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit. Tindakan ini
baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan ini melanggar
hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan akibatnya
suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.
2. PT. PLN memonopoli kelistrikan nasional, kebutuhan listrik masyarakat sangat
bergantung pada PT. PLN, tetapi mereka sendiri tidak mampu secara merata dan adil
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
daerah-daerah yang kebutuhan listriknya belum terpenuhi dan juga sering terjadi
pemadaman listrik secara sepihak sebagaimana contoh diatas. Kejadian ini
menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi masyarakat, dan investor menjadi
enggan untuk berinvestasi, monopoli di PT. PLN terbentuk secara tidak langsung
dipengaruhi oleh Pasal 33 UUD 1945, dimana pengaturan, penyelengaraan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan sumber daya alam serta pengaturan
hubungan hukumnya ada pada negara untuk kepentingan mayoritas masyarakat dan
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Maka PT. PLN dinilai etis bila ditinjau dari teori
etika teleologi.

3. Apa yang dapat dilakukan akuntan professional untuk mencegah berkembangnya jurang
kredibilitas dan jurang harapan?
untuk mencegah berkembangnya kesenjangan kredibilitas dan kesenjangan harapan,
audit komite dan komite etika (akuntan profesional) telah melakukan perluasan kode
prilaku perusahaan dan meningkatkan pelaporan keuangan perusahaan. Sensitivitas
moral juga terlihat pada isu-isu internasional dan domestic, Kampanye untuk memboikot
pembelian dan perusahaan—perusahaan yang terlibat dalam penggunaan tenaga kerja
anak atau mempekerjakan tenaga kerja dan upah rendah dinegara-negara asing
memberikan kesaksian yang cukup. Hal tersebut telah menghasilkan terciptanya kode
etik praktik untuk para pemasok dan mekanisme-mekanisme untuk memastikan bahwa
mereka mematuhi kode
tersebut.

4. Mengapa etika perilaku perusahaan memimpin dapat mendatangkan keuntungan yang


lebih tinggi?
Peningkatan persaingan membuat para akuntan publik dan profesi lain menjadi lebih
sulit untuk berperilaku secara profesional. Meningkatnya persaingan membuat banyak
kantor akuntan lebih berkepentingan untuk mempertahankan klien dan laba yang besar.
Peningkatan persaingan juga menyebabkan banyak kantor akuntan menerapkan falsafah
dan praktik yang sering disebut sebagai praktik bisnis yang disepurnakan. Hal ini
meliputi penyempurnaan praktik penerimaan tenaga kerja dan personalia, manajemen
kantor yang lebih baik, dan iklan yang lebih efektif.
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap
profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan
profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan. Bagi akuntan publik, sangat
penting untuk meyakinkan klien dan pemakai laporan keuangan akan kualitas audit dan
jasa lainnya. Sebagian pemakai tidak memiliki kompetensi dan waktu untuk melakukan
evaluasi. Kepercayaan masyarakat tehadap kualitas jasa profesional meningkat jika
profesi menunjukkan standar kerja dan perilaku yang tinggi.

5. Mengapa menjadi suatu faktor penting bagi klien agar akuntan profesional berperilaku
etis?
Etika dalam auditing sangat penting karena hal ini merupakan suatu prinsip untuk
melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan
kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria adalah yang dilakukan oleh
seorang yang kompeten dan independen. Profesi akuntan memegang peranan yang
penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan ketergantungan dalam hal tanggung jawab
akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan Publik merupakan kepentingan
masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya
mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam
kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien
yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik.
Kepentingan publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.

6. Bagaimana perusahaan memastikan bahwa karyawannya bersikap etis?


Perusahaan dapat melihat dari kinerja karyawannya apakah telah melakukan tindakan
yang bersifat etis atau tidak. Hal ini dapat ditinjau dari prilaku dan tindakan karyawan
dan telah melaksanakan kode etik sebagai pakuntan professional.

7. Haruskah para eksekutif dan direktur ditahan (dikirim kepenjara) atas tindakan
karyawan perusahaan mereka?
Berdasarakn pada kesadaran masyarakat memberikan dampak politisi yang beraksi
dengan menyiapkan undang-undang yang baru atau mengetatkan peraturan, Akibatnya
banyak masalah membawa kesadaran masyarakat dalam penguatan kelembagaan dan
kodifikasi pada hukum yang berlaku. Oleh sebab itu perlunya penelusuran terhadap
tindakan karyawan apabila tindakan karyawan tersebut berasal dari para perbuatan para
eksekutif dan direktur . Tentu adanya undang-undang yang nantinya menyeret mereka
kejalur hukum.
Sanksi Pelanggaran Etika:
1. Sanksi Sosial : Sanksi ini diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan pihak
berwenang. Pelanggaran yang terkena sanksi sosial biasanya merupakan kejahatan kecil,
ataupun pelanggaran yang dapat dimaafkan. Dengan demikian hukuman yang diterima
akan ditentukan leh masyarakat, misalnya membayar ganti rugi dsb, pedoman yang
digunakan adalah etika setempat berdasarkan keputusan bersama.
2. Sanksi Hukum : Sanksi ini diberikan oleh pihak berwengan, dalam hal ini pihak
kepolisian dan hakim. Pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran berat dan
harus diganjar dengan hukuman pidana ataupun perdata. Pedomannya suatu KUHP.

8. Mengapa harapan para pemangku kepentingan perusahaan penting untuk reputasi


perusahaan dan profitabilitasnya?
Harapan pemangku kepentingan tentu diperlukan dan penting bagi perusahaan karena
setiap pemangku kepentingan perusahaan memegang nama dari tiapa perusahaan dan
sebagai point yang menunjukkan kinerjaa perusahaan yang memperlihatkan reputasi
dan kehebatan perusahaan yang nantinya dapat meningkatkan profitabilitan
perusahaan.

9. Bagaimana sebuah perusahaan menunjukkan rasa hormat bagi para pemangku


kepentingan perusahaan (perusahaan tersebut)?
Keberhasilan masa depan tergantung pada sejauh mana bisnis dapat menyeimbangkan
keuntungan dan interes pemangku kepentingan lainnya. Hal ini, selajutnya, akan
mustahil untuk dikelola, kecuali sturktur pelaporan dan tata kelola baru muncul. Jika
etika dan tujuan ekonomi tidak dapat diintegrasikan dan di diseimbangkan dengan
sukses, dan interes dari pemegang saham secara terus-menerus secara tidak masuk akal
akan mendominasi para pemangku kepentingan, ketegangan anara pemangku
kepentingan bisnis dan masyarakat akan terus tumbuh.
Untungnya, mandate untuk berbisnis telah berubah;, jadi, focus bergeser dari pandangan
pemangku keberhasilan yang lebih luas mencangkup apa dan bagaimana suatu
persentasi dicapai. Kerja berorientasi pemangku kepentingan yang luas, termasuk apa
yang telah dicapai den bagaiman mencapainya.

10. Bagaimana konflik kepentingan diantara para pemangku kepentingan dapat


diselesaikan oleh manajemen sebuah perusahaan?
Konflik kepentingan merupakan sebuah konflik yang tentunya sulit diselesaikan,
Terlebih lagi konflik terjadi didalam ruang lingkup perusahaan. Cara penyelesaian tentu
lebih ditujukan melalui pihak ketiga yakni manajer perusahaan, Dimana seorang oknum
yang paling memahami dan mengerti apa yang dikerjakan dan apa yang diperlukan oleh
para pemangku kepentingan, sebagai mediasi yang dapat menyelesaikan konflik antara
pemangku kepentingan

You might also like