Professional Documents
Culture Documents
Penilaian Risiko.
Penilaian Risiko.
Penilaian Risiko.
LATAR BELAKANG
Eagles D., Siregar E.S., Dung D.H., Weaver J., Wong F., and Daniels
P. (2009). H5N1 highly pathogenic avian influenza in Southeast Asia. Rev. sci.
tech. Off. Int. Epiz., 28(1): 341-348.
a) Host sendiri merupakan adalah organisme tempat hidup agent tertentu yang
dalam suatu keadaan menimbulkan penyakit pada organisme tersebut. Jika
membicarakan masalah penyakit flu burung pada manusia maka host yang
dimaksud adalah manusia. Faktor intristik pada flu burung diantaranya
kekebalan tubuh (imunitas) dan pola pikir seseorang1. Flu burung
sebenarnya tidak mudah menular dari hewan yang telah terinfeksi, namun
jalan untuk penularan itu akan semakin mudah apabila seseorang itu berada
dalam kondisi yang lemah dan tidak memiliki system imun yang baik,
begitu pula dengan pola pikir orang yang masih tidak percaya dan terkesan
meremehkan bahaya penyakit ini.
Sumber :
1) Tahap prepatogenesis
Fase rentan (pre-patogenesis) adalah tahap berlangsungnya proses
etiologis, dimana faktor penyebab pertama untuk pertama kalinya bertemu
dengan pejamu (Host). Faktor penyebab pertama ini belum menimbulkan
penyakit, tetapi telah mulai meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya
penyakit di kemudian hari. Faktor penyebab pertama ini disebut juga
faktor resiko karena kehadirannya meninggalkan kemungkinan terhadap
terjadinya penyakit sebelum fase ireverbilitas. Tahap rentan pada flu
burung adalah orang yang berada di daerah endemik. Pada tahap ini terjadi
penyebaran dan penularan virus tapi proses penyebarannya belum
dipahami secara menyeluruh. Bebek dan angsa merupakan pembawa
(carrier) virus influenza A subtipe H5 dan H7. Unggas air liar ini juga
menjadi reservoir alami untuk semua virus influenza. Diperkirakan
penyebaran virus flu burung karena adanya migrasi dari unggas liar
tersebut.
2) Tahap patogonesis
Tahap ini meliputi 4 sub tahap yaitu :
Tahap inkubasi
Pada Unggas : 1 minggu
Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Tahap Penyakit Dini Tahap ini melalui dengan munculnya gejala
penyakit yang kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi
masalah kesehatan.
Demam (suhu badan diatas 38 °C)
Batuk dan nyeri tenggorokan
Radang saluran pernapasan atas
Pneumonia
Infeksi mata
Nyeri otot.
Tahap Penyakit Lanjut
3) Tahap pascatogenesis
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas
medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun
panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis
yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara
lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus
tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu
sehingga diperlukan opini dokter.
Sumber :
Soeyoko, Tinjauan Pustaka Flu Burung, Vol.1, No.1 Januari 2007 : 1-50,
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/410715.pdf, di akses pada
tanggal 24 april 2017
D. Transisi Epidemiologi Penyakit Flu Burung
Variasi antigenik virus influenza sering ditemukan melalui drift dan
shift antigenik. Drift antigenik terjadi karena adanya perubahan struktur
antigenik yag bersifat minor pada permukaan antegen H dan atau N, sedangkan
shift antigenik terjadi karena adanya perubahan yang bersifat dominan pada
struktur antigenik. Pengaturan kembali struktur genetik virus pada unggas dan
manusia diperkirakan merupakan suatu sebab timbulnya strain baru virus pada
manusia yang bersifat pandemik (meluas ke berbagai negara). Dalam hal ini
virus pada unggas dapat berperan pada perubahan struktur genetik virus
influenza pada manusia dengan menyumbangkan gen pada virus galur
manusia.
Unggas yang menderita flu burung dapat mengeluarkan virus
berjumlah besar dalam kotoran (feses) maupun sekreta yang dikeluarkannya.
Menurut WHO, kontak unggas liar dengan ungas ternak menyebabkan
epidemik flu burung di kalangan uggas. Penularan penyakit terjadi melalui
udara dan eskret unggas yang terinfeksi. Virus flu burung mampu bertahan
hidup dalam air sampai 4 hari pada suhu 22 derajat celius dan lebih dari 30 hari
pada suhu 0 derajat celcius. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas
yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama, namun akan mati pada pemanasan
60 detajat celcius selama 30 menit atau 90 derajat celcius selama 1 menit.
Anonim, Key Facts About Avian Influenza (Bird Flu) And Highly Pathogenic
Avian Influenza A (H5N1) Virus,
Http://Www.Cdc.Gov/Flu/Avian/Gen-Info/Facts.Htm,di akses pada
tanggal 24 april 2017
E. Pencegahan Flu burung
Menurut Ririh (2006: 187-188) Tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan
adalah:
1) Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci tangan
dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan dengan unggas.
2) Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita.
3) Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi
serta sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
4) Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di luar rumah.
5) Bersihkan alat pelindung diri dengan de terjen dan air hangat, sedangkan
benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat dimusnahkan.
6) Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala flu burung) hindari
membeli unggas dari daerah yang diduga tertular flu burung.
7) Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan daging
akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir, berbau dan bebas
faeces dan kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan serangga
lainnya
8) Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dulu agar bebas dari faeces
dan kotoran unggas lainnya.
9) Memasak daging dan telur unggas hingga 70 ºC sedikitnya selama 1 menit.
Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman mengkonsumsi unggas
dan produknya asal telah dimasak dengan baik.
10) Pola hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat cukup
untuk menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan dengan gizi
seimbang serta olah raga teratur dan jangan lupa komsumsi vitamin C.
11) Hindari kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi flu
burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat gejala
klinis flu burung pada hewan piaraan.
12) Tutup hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkan virus.
13) Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan makan
makanan bergizi.
14) Membawa hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk memberikan
imunisasi.
15) Sering mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan
menjemurnya dibawah sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat
mematikan virus flu burung ini.
16) Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari petugas
rumah sakit untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab) masker,
sarung tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan ruangan
pasien harus melepaskan semua alat pelindung diri dan mencuci tangan
dengan sabun.
17) Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda –tanda seperti flu
burung harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1
meter.
Eagles D., Siregar E.S., Dung D.H., Weaver J., Wong F., and Daniels P.
(2009). H5N1 highly pathogenic avian influenza in Southeast Asia.
Rev. sci. tech. Off. Int. Epiz., 28(1): 341-348.
Sims L.D. and Brown I.H. (2008). Multicontinental epidemic of H5N1 HPAI
virus (1996-2007). In: Avian Influenza (Swayne D., ed.). Blackwell,
Iowa, 251-286.
Soeyoko, Tinjauan Pustaka Flu Burung, Vol.1, No.1 Januari 2007 : 1-50,
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/410715.pdf, di akses pada
tanggal 24 april 2017
Anonim, Key Facts About Avian Influenza (Bird Flu) And Highly Pathogenic
Avian Influenza A (H5N1) Virus,
Http://Www.Cdc.Gov/Flu/Avian/Gen-Info/Facts.Htm,di akses pada
tanggal 24 april 2017