You are on page 1of 9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya, pendekatan penelitian yang digunakan


adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian
kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami feenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007, p.6).
Studi Kasus (case study) merupakan rancangan penelitian yang
mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif misalnya satu klien,
keluarga, kelompok, àkomunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjek
cenderung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena
itu sangat penting untuk menegetahui semua variabel yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Rancangan dari studi kasus bergantung pada
keadaan kasus namun tetap mempertimbangkan faktor penelitian waktu.
Riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci meskipun
jumlah respondennya sedikit, sehingga akan didapatkan gambaran satu unit
subjek secara jelas (Nursalam, 2008, p.81).
Penulis menggunakan penelitian kualitatif berbasis studi kasus yakni
dengan cara membandingkan 2 orang pasien anak dengan penyakit DBD yang
dapat menggambarkan keberhasilan dari penerapan tindakan keperawatan
yaitu tepid sponge.

B. Subjek Penelitian/ Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah 2 orang pasien anak di ruang


samolo 3 RSUD Sayang Cianjur dengan penyakit DBD. Kriteria yang menjadi
sample dalam penelitian ini anak dengan demam berdarah dengue (DBD).

53
54

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Samolo 3 RSUD Sayang Kabupaten Canjur.
Dengan lokasi pasien kasus 1 di kamar 1 bed 2. Sedangkan lokasi pasien
kasus 2 di kamar 2 bed 4.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan mulai dari bulan Februari-Juni 2018.

D. Setting Penelitian

Setting penelitian dilakukan di ruang anak Samolo 3 RSUD Sayang


Kabupaten Cianjur. Setting ruangan terdapat 3 kamar yang terdiri dari kamar 1
dengan kapasitas 10 bed, kamar 2 kapasitas 10 bed, kamar 3 kapasitas 10 bed
dan lorong 3 bed. Pasien pada kasus pertama berada di kamar 1 bed 2 dan
pasien pada kasus kedua berada di kamar 2 bed 4.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara
Digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Dalam teknik ini peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawaban nya pun telah
dipersiapkan. Dalam wawancara ini setiap responden diberikan pertanyaan
yang sama. Alat bantu yang dapat digunakan dalam wawancara antara lain
tape recorder, gambar brosur dan sebagainya (Sugiyono, 2011, p. 311).
55

Dalam metode ini peneliti melakukan anamnesis dengan fokus


pertanyaan:
a. Identitas/data umum klien dan penanggung jawab, mulai dari identitas
klien nama klien, usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku/bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, ruangan, alamat dan
diagnosa medis. Dan identitas penanggung jawab mulai dari nama
penanggung jawab, usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat
dan hubungan dengan klien.
b. Riwayat kesehatan, mulai dari riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat imunisasi, genogram dan pola kebiasaan
sehari-hari.
Anamnesis pada klien kasus 1, penulis melakukan wawancara
kepada ibu An.R dan ibu klien menjawab semua pertanyaan yang di ajukan
oleh penulis dan memberikan informasi untuk data yang dibutuhkan.
Sedangkan anamnesis pada klien kasus 2, penulis melakukan wawancara
kepada ayah An.A dan ayah klien menjawab semua pertanyaan yang di
ajukan oleh penulis dan memberikan informasi untuk data yang
dibutuhkan.
2. Observasi partisifatif
Metode observasi partisipatif adalah jenis pengamatan terlibat,
dimana pengamat atau observer benar-benar mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan yang dilaukan oleh pengamatan (observe). Dengan kata
lain, pengamat ikut berpartisipasi pada aktivitas dalam kontak sosial yang
tengah diselidiki (Notoatmodjo, Soekidjo, 2012), yang meliputi :
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Pemeriksaan fisik
Penulis melakukan metode obserpasi partisifatif yaitu dengan cara
melakukan pemeriksaan pada anak dengan pengukuran pertumbuhan dan
perkembangan pada anak sesuai usia juga melakukan pemeriksaan fisik
dengan memeriksa klien menggunakan metode inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi dari ujung rambut hingga ujung kaki (head to toe).
56

3. Study pustaka
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari buku-buku referensi, laporan-laporan, majalah-majalah,
jurnal-jurnal dan media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah studi
pustaka, yakni pencarian sumber atau opini pakar tentang suatu hal yang
berkaitan dengan tujuan penelitian (Djiwandono, 2015, p. 27).
Penulis melakukan penelitian dengan study pustaka yakni dengan
mengumpulkan referensi dalam literatur pada beberapa buku juga jurnal
yang memfokuskan pada teori tentang asuhan keperawatan pada anak
dengan penyakit demam berdarah dengue dan tindakan yang dapat
membantu mengatasi masalah yang ditemukan.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data peneelitian
melalui dokumen (data sekunder) seperti data statistik, status pemeriksaan
pasien, ekam medik, laporan, dan lain – lain (Hidayat, 2017, p. 84).
Penulis melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan
berdasarkan 5 pokok asuhan keperawatan yakni pengkajian, diagnose
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Juga dengan
mendokumentasikan tindakan melalui catatan perkembangan.

F. Metode Uji Keabsahan Data

Penelitian kualitaatif harus mengungkap kebenaranyang objektif.


Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif tercapai.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data yang lain (Moeloeng, 2007, p. 330).
57

Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi


dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajt kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berada dalam penelitian kualitatif
(Moeloeng, 2007, p. 29).
Teknik triangulasi berarti penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama secara serentak. Triangulasi juga dapat diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggambarikan berbagai teknik
pengumpulan data dari sumber data yang ada (Sugiyono, 2011, p. 330).
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan :
1. Triangulasi pengumpulan data, dilakukan dengan membandingkan data
yang dikumpulkan melalui wawancara dengan data yang diperoleh melalui
observasi atau informasi yang didapat melalui studi dokumentasi.
2. Triangulasi sumber data, dengan cara menayakan kebenaran suatu data
atau informasi yang diperoleh dari seorang informan kepada informan
lainnya.
3. Pengecekan anggota dilakukan dengan cara menunjukan data atau
informasi, termasuk interpretasi peneliti, yang telah disusun dalam format
catatan lapangan.
Penulis melakukan uji keabsahan data menggunakan teknik triangulasi
dengan memferivikasi ulang informasi terhadap ibu klien untuk kasus 1 dan
pada ayah klien untuk kasus 2. Penulis juga melakukan persetujuan dengan
memberikan lembaran informed consent dan penanggungjawab klien
menandatanganinya dan sudah tercantum agar memberkan informasi yang
sejujur-jujurnya.
58

G. Metode Analisis Data

Analisa data dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan analisa


PICOT, kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat berkembang karena
masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara.
ANALISIS PICOT
1. Population :
Pasien / Problem ( seperti apa karakteristik pasien kita/ poin poin
pentingnya saja, hal – hal yang berhubungan atau relevan).
Kasus I
Seorang anak usia 4 tahun yang terserang penyakit demam berdarah
dengue (DBD) dengan prioritas masalah hipertermi di ruang anak samolo
3 RSUD Sayang Kabupaten Cianjur kamar 1 bed 2.
Kasus II
Seorrang anak usia 8 tahun yang terserang penyakit demam berdarah
dengue (DBD) dengan prioritas masalah hipertermi di ruang anak samolo
3 RSUD Sayang Kabupaten Cianjur kamar 2 bed 4.
2. Intervention :
Intervensi ( berisikan hal berhubungan dengan intervensi yang di berikan
ke pasien).
Kasus I
Pemberian tindakan tepid sponge terhadap puntuk mempercepat evavorasi
dan konduksi sehingga terjadi penurunan suhu tubuh.
Kasus II
Pemberian tindakan tepid sponge untuk mempercepat evavorasi dan
konduksi sehingga terjadi penurunan suhu tubuh.
3. Comparasion:
Comparasion (pembanding / hal yang dapat menjadi alternative intervensi
yang digunakan / pembanding tindakana yang lain / korelasi hubungan dari
intervensi).
59

Menurut Surapati (2008) dalam penelitian Sri Hayani (2015, p.1)


menunjukan ada pengaruh kompres tepid sponge hangat terhadap
penurunan suhu tubuh pada anak dengan umur 1-10 tahun dengan demam
atau hipetermia. Dimana penurunan rata rata sebesar 1,4ºC. Kompres tepid
sponge adalah suatu teknik kompres hangat yang menggambungkan teknik
kompres blok pada pembuluh darah dengan teknik seka, tepid sponge
sangat efektif dalam mengurangi demam pada anak dan mampu
mengurangi rasa sakit dan nyeri, tujuan dari teknik tepid Sponge adalah
meningkatkan kontrol panas tubuh melalui evaporasi dan konduksi.
Pada hasil penelitian Tia Setiawati, Yeni Rustina dan Kuntarti
(2015, p.3) menunjukan pengaruh tepid sponge disertai pemberian
antipiretik terhadap penurunan suhu tubuh dan kenyamanan anak bahwa
pemberian antipiretik disertai tepid sponge lebih efektif menurunkan
demam dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja.
4. Outcome : outcame (hasil/ harapan yang kita inginkan dari intervensi yang
diberikan).
Kasus I
Setelah dilakukan tindakan tepid sponge pada anak yang mengalami
hipertermi pada kasus DBD di Ruang Samolo RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur, terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal 36,5º C – 37,5º C.
Kasus II
Setelah dilakukan tindakan tepid sponge pada anak yang mengalami
hipertermi pada kasus DBD di Ruang Samolo RSUD Sayang Kabupaten
Cianjur, terjadi penurunan suhu tubuh menjadi normal 36,5º C – 37,5º C.
5. Time : timing (waktu).
Tindakan dilakukan pada anak selama 15 – 20 menit. Selama 3 hari hingga
suhu kembali ke normal 36,5º C – 37,5º C.
Kasus I dilakukan tindakan tepid sponge selama 15-20 menit dalam 3 hari.
Kasus II dilakukan tindakan tepid sponge selama 15-20 menit selama 3
hari.
60

H. Etika Penelitian

Pada penelitian ini dicantumkan etika yang menjadi dasar penyusunan


studikasus yang terdiri dari :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan untuk kesediaan
responden ketika dilakukan penelitian. Tujuannya agar responden mengerti
maksud dan tujuan penelitian. Subjek harus mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas berpatisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan
dipergunakan untuk pengembangan ilmu (Hidayat, 2008, p.83).
Penulis melakukan informed consent pada penanggung jawab klien.
Pada kasus I penulis melakukan informed consent pada ibu An.R dengan
memberikan lembar persetujuan tindakan dan di tandataangani. Sedangkan
pada kasus II penulis melakukan informed consent pada ayah An.A dengan
memberikan lembar persetujuan tindakan dan di tandataangani.
2. Anonimity
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil peneitian yang
akan disajikan (Hidayat, 2008, p. 83).
Penulis melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan
etika anonymity yaitu menginisialkan nama pasien pada kedua kasus yang
dijadikan bahan penelitian.
61

3. Confidentiality
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah – masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya
oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil penelitian (Hidayat, 2008, p. 83).
Penulis menerapkan etika kerahasiaan ini dengan tidak
menyebarluaskan dokumentasi asuhan keperawatan maupun dokumentasi
berbentuk bukti penelitian di luar kepentingan penelitian.

You might also like