Professional Documents
Culture Documents
Ternak Lele
Ternak Lele
EXECUTIVE SUMMARY
Usaha budidaya ikan lele merupakan usaha yang mudah dijalankan. Jenis ikan lele yang
digunakan dalam usaha budidaya adalah jenis ikan lele sangkuriang. Jenis lele sangkuriang
adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Lele disukai konsumen karena berdaging
lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan
banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Peluang
usaha budidaya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang cukup diperhitungkan saat
ini. Apabila diperhatikan banyak terdapat penjual pecel lele yang memerlukan pasokan ikan
lele setiap harinya, hal inilah yang membuat permintaan ikan tersebut menjadi semakin tinggi
di pasaran dan membuka potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan
lele relatif lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas
atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. Budidaya lele
1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi,
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan
penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air Budidaya masih tetap dapat
dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Budidaya lele, baik kegiatan
pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik.
Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan
marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau
sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air
yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut : Suhu air yang
ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju
pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
pH air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l. Budidaya
ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam
Budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan
Dalam usaha ternak atau budidaya lele semakin menginspirasi banyak orang untuk ikut
terjun dan berharap meraih kesuksesan dalam usaha ini. Ditambah lagi dengan semakin
banyaknya informasi dari beberapa media tentang peluang usaha budidaya ikan lele yang
semakin menjanjikan karena pasarnya yang luas dan permintaan akan ikan lele yang terus
meningkat, bahkan belakangan ini telah ramai dibicarakan bahwa ikan lele akan ikut andil
dalam komoditi ekspor, dikarenakan ada beberapa negara yang memang sangat membutuhkan
pasokan ikan lele. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk membudidayakan ikan lele
tersebut.
1. Visi
Menjadi perusahaan yang bergerak dibidang peternakan lele yang amanah, sinergi dan
profitable.
2. Misi
b. Menjadi salah satu perusahaan yang menyuplai kebutuhan lele di daerah yogyakarta
c. Membudidayakan lele yang berkualitas tinggi yaitu sehat dan murah
b. Keadaan kolam yang strategis yaitu ditengah perkampungan dan cukup luas
ditanggung
1. Bentuk Bisnis
pengolahan lele ini adalah karena daerah ini merupakan daerah yang strategis serta masih
Perusahaan ini bergerak dalam budidaya lele dan memiliki sumberdaya manusia
yang handal dan memiliki kapabilitas di dalamnya. Dari mulai menejerial, pengembangan,
dan teknis lapangan. Budidaya lele membutuhkan waktu persiapan yang lama hingga bibit
yang dihasilkan memenuhi kualitas dan kuantitas standar untuk pembesaran sehingga ada
masa kosong yang tidak produktif. Masa itu memiliki periode selama 6 bulan, untuk mengisi
masa tidak produktif tersebut menjadi masa yang produktif maka kami memanfaatkan kolam-
kolam yang kosong tersebut dengan pembesaran yang bibit pembesarannya kami belikan
bukan kami produksi sendiri hingga bibit yang kami siapkan yang nantinya kami manfaatkan
guna pembesaran siap untuk di manfaatkan. Tenaga ahli yang ada sudah berpengalaman baik
secara teori maupun praktek dilapangan yang kami peroleh dari Universitas Airlangga dan
beberapa warga yang sudah ahli dibidang budidaya lele, sehingga sudah tidak diragukan lagi
kemampuannya dalam budidaya dan pemanfaatan lele kedepan. Selain membudidayakan lele,
perusahaan ini juga menggerakkan masyarakat sekitar untuk bekerja dengan cara mengolah
produk olahan pangan asal lele. Produk olahan yang dihasilkan adalah berupa lele dan juga
kerupuk lele.
2. Tujuan Perusahaan
Adapun tujuan dari didirikannya peternakan lele ini adalah untuk memanfaatkan
kelebihan lahan yang ada di Kecamatan Licin serta untuk menggerakkan masyarakat sekitar
untuk beternak lele dan mengolah produk olahan pangan asal lele. . Disisi lain pangan
olahan asal lele yakni dan kerupuk dapat dijadikan sebagai salah satu produk unggulan
khas Kecamatan Licin yang bisa dibawa pulang oleh konsumen sebagai oleh-oleh asli dari
Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. Tujuan jangka panjangnya adalah peternakan lele ini
akan berkembang menjadi perusahaan dari hulu sampai hilir serta memiliki daya saing yang
tinggi.
Strategi pemasaran pasca panen lele dan pasca produksi hasl olahan lele dilakukan dengan
distributor, juga menggunakan tenaga seles, sehingga cakupan distribusi produk dapat lebih
luas. Pemasaran dan kerupuk lele dapat menggunakan metode konsinyasi atau penitipan
produk dengan pembayaran pada akhir penjualan maupun produsen dapat membeli produk
dengan pembayaran kontan pada produsen. Berdasarkan Marketing Planning Program, sasaran
yang dijadikan target utama dalam pemasaran kerupuk susu dibagi dalam berbagai segmentasi
berikut ini :
Konsumen Kelas I
Terdiri dari konsumen yang membeli produk dari produsen untuk dikonsumsi langsung dan
konsumen yang diberi penitipan dan kerupuk lele dengan kemasan kecil termasuk dalam
kelas ini adalah konsumen perumahan dan anak sekolahan. Lele juga dipasarkan dalam
bentuk non olahan, yang termasuk konsumen kelas I peminat lele non olahan adalah ibu-ibu
Konsumen Kelas II
Terdiri dari konsumen yang membeli produk dari produsen untuk dijual kembali. Termasuk
dalam kelas ini adalah warung-warung, toko-toko, dan supermarket makanan. Lele non
olahan dipasarkan kepada penjual di pasar Banyuwangi atau warung penjual makanan
Terdiri dari konsumen yang relatif lebih besar dibanding konsumen kelas II yang membeli
produk dari produsen untuk dijual kembali. Termasuk dalam kelas ini adalah supermarket.
Lele non olahan dipasarkan pada pabrik pengolahan lele dan juga dikspo ke beberapa negara
Strategi pemasaran yang dijalankan dalam memasarkan kerupuk lele dan lele non olahan
ini menganut sistem Marketing Mix, yang terdiri dari beberapa aspek pemasaran, antara lain :
aspek Produk (product), Price (harga), Place (tempat/distribusi pemasaran) dan Promotion
(promosi).
2. Penetapan Harga
Penentuan harga yang kompetitif dan fleksibel, dalam hal ini dimaksudkan agar seluruh
lapisan masyarakat mampu membeli produk yang ditawarkan. Adapun beberapa paket harga
Paket A
Merupakan penawaran harga yang diberikan kepada konsumen kelas I. Kerupuk lele
Paket B
Merupakan penawaran harga yang diberikan kepada konsumen kelas II. Produk yang
ditawarkan berupa kerupuk susu mentah, ukuran yaitu ukuran besar (500 g) dan kecil (250
Paket C
Lele dijual per kg bila dibawah 10 kg seharga Rp. 10.000,- sedangkan bila diatas 10 kg
Sarana promosi yang akan dijalankan antara lain leaflet, dan selebaran dalam bentuk
iklan serta dengan mengikuti kegiatan pameran yang diadakan di daerah yang menjadi sasaran
pemasaran produk kerupuk susu. Efektivitas promosi yang dilakukan akan terus dievaluasi dan
dipantau untuk menetapkan strategi pemasaran ke depan dan membandingkan hasil yang telah
4. Lokasi Pemasaran
Design saluran distribusi yang terstruktur mulai dari produsen, agen, pedagang besar,
pengecer hingga sampai pada konsumen terakhir. Distribusi produk dibagi menjadi dua tahap.
dan diterapkan Desain Distribusi Tahap II, yaitu distribusi pada wilayah di luar Banyuwangi.
Untuk distribusi tahap I, konsentrasi pemasaran dilakukan pada wilayah yang potensial,
terutama wilayah di Banyuwangi kota. Wilayah- wilayah potensial yang akan menjadi place of
Varietas lele yang saya budidayakan disini adalah varietas lele unggul yakni Lele
Sangkuriang. Lele Sangkuriang merupakan versi perbaikan dari lele dumbo yang saat ini
mengalami penurunan kualitas. Ikan ini dihasilkan berkat penelitian panjang BBPBAT untuk
mengembalikan sifat unggul dan produktivitas lele dumbo. Perbandingan yang paling
mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah
kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg
induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari
ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.
Dilihat dari pertumbuhannya, pembesaran harian ikan lele sangkuriang bisa mencapai
3,53% sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Dan, konversi pakan atau Food Convertion Ratio
(FCR)ikan lele sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara lele dumbo lebih besar sama dengan
1. FCR merupakan nisbah antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan
daging ikan. Semakin kecil nisbah FCR semakin ekonomis ikan tersebut dipelihara.
2. Sistem Budidaya
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu
kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa
mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu
A Pembuatan Kolam
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan
tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis
baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
a. Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi
b. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan
telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan
c. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini
harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai
d. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan
telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan
B. Pemilihan Induk
4. Perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
C. Persiapan Lahan
penyakit.
b. Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk
mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati
oleh pengeringan.
dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya
dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami
lele.
2. Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
b. Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat
langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D. Pemijahan
untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat
kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum
matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam
E. Pemindahan
Cara pemindahan :
piring.
pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.
F. Pendederan
enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang
menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele
G. Manajemen Pakan
2. Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,
dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya),
berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
H. Manajemen Air
Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian
pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting,
lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan
pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun
dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh
lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu
pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON
adalah 25 g/100m2.
I. Manajemen Kesehatan
Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai
ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh
kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya
berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam
menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan
kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan
POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit,
oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium
Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang
Adapun bahan baku yang digunakan yakni daging lele, tepung tapioca, telur, bleng, garam,
perasa.
BAHAN
Daging lele
Tepung Tapioka
Telur
Garam
Bawang Putih atau Garlic Powder
Merica
Ketumbar
ALAT
Susuk Pengaduk
Timbangan
ALUR PEMBUATAN
1. Lele dibersihkan terlebih dahulu kemudian dipisahkan dari tulang dan bagian tubuh
2. Mencampur daging lele yang telah dihaluskan ditambah tiga bagian tepung kanji, satu
7. Mengiris tipis-tipis
Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele, biaya awal dan biaya operasional. Perincian
- Biaya Awal
Biaya awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali, perinciannya sebagai berikut:
Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya operasional awal dan biaya operasional berjalan.
Pada masa pembesaran membutuhkan biaya operasional awal dan biaya operasional berjalan,
Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan asumsi bahwa minimal lele
panen 5 kali dalam setahun dan jumlah tingkat kehidupan hanya 70% yang nantinya dapat kami
= IDR 15,637,000.00
Jadi terlihat pada panen pertama saja kita sudah dapat balik modal dan bahkan sudah
Pada panen kedua dan ketiga keuntungan bersih yang didapat persekali panen adalah
= IDR 21,727,000.00
Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen kedua dan ketiga adalah sama yakni
= IDR 39,727,000.00
Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen keempat dan kelima adalah sama yakni
Sehingga keuntungan bersih sebelum zakat pertahun adalah akumulasi keuntungan bersih
pada:
= Panen Pertama + Panen Kedua + Panen Ketiga + Panen Keempat + Panen Kelima
39,727,000.00
= IDR 138,545,000.00
Karena kami menggunakan syariah sebagai perhitungan ekonominya sehingga wajib dikenakan
zakat pertanian sebesar 10% (dalam bentuk hasil panen) sehingga perhitungan keuntungan
= IDR 124,690,500.00
Keuntungan ini merupakan perhitungan minimal karena kita menghitung tingkat Mortalitas
Perbandingan ini lebih besar dari perbandingan yang dikepuarkan BI untuk system syariah
konvesional
Contoh:
IDR 1,000,000.00 40
[ ] × IDR 124,690,500.00 × [ ] = IDR 784,673.47
IDR 63,563,000.00 40 + 60
Jadi, Investor mendapatkan keuntungan setiap = IDR 1,000,000.00 sebesar = IDR 784,673.47
setiap tahunnya sehingga dana yang dikembalikan kepada investor jika investor tidak mau
memperpanjang kontraknya sebesar = IDR 1,748,600.00 (dengan pembulatan sebesar = IDR 73.47
yang akan diakumulasikan dengan yang lain dan hasilnya akan disumbangkan keorang yang
membutuhkan). Keuntungan yang diberikan kepada investor sudah dipotong zakat pertanian
sebesar 10% dan investor masih harus membayarkan zakat harta kepada orang-orang yang
1. Pesaing
Banyaknya petani yang membudidayakan lele di daerah Banyuwangi tidak membuat pesimis
karena faktanya lele yang dikonsumsi sehari-hari masih disuplai dari luar Banyuwangi
Banyaknya pemasok lele dari luar Banyuwangi memberikan peluang bagi peternakan ini
untuk bisa bersaing lebih baik dengan cara menawarkan pada harga yang lebih rendah tetapi
tidak merugi karena produk diperoleh dari tempat dekat dengan pemasaran. Dan selain itu
ada alternatif untuk menjual olahan lele oleh Masyarakat Licin Banyuwangi. dari Dharma
Resiko yang dipertimbangkan dalam memulai dan mengembangkan usaha ini adalah :
Permodalan
Resiko pertama dan kedua dapat diminimalisir dengan cara perawatan yang baik dan
benar oleh ahlinya. Sedangkan untuk permodalan tahap awal dapat diusahakan melalui bantuan
3. Analisis SWOT
Dalam perencanaan bisnis budidaya ikan lele ini, kami tidak melakukan perekrutan
tenaga kerja, kami dapat bekerja sama dengan kelompok untuk menjalankan bisnis budidaya ikan
lele tersebut. Baik dari pemeliharaan ikan lele, perawatan kolam dan bagian pemasaran. Dalam
menjalankan bisnis budidaya ikan lele, kami akan menerapkan sistemAnalisis SWOT. Sebelum
kita memulai sesuatu usaha kita harus mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi usaha
kita. Dengan harapan supaya usaha kita dapat lancer dan sukses. Yaitu dengan melakukan
1. Straight
a. Dengan budi baya ikan lele ini tidak terlalu memerlukan tenaga besar.
b. Penjualan ikan lele tidak terlalu sulit, tidak seperti ikan yang lainya.
2. Weaknes
Bagi anda yang tak memiliki lahan yang cukup anda bisa membudidayakan ikan lele
3. Opportunities
a. Peluang usaha yang tidak pernah mati adalah usaha perikanan. Sebab setiap hari
b. Umur pembudidayaan ikan lele yang relative singkat yang hanya kurang lebih 3 bulan
4. Threat
a. Dalam usaha ikan lele ini harus teliti karena ikan tidak tahan dengan cuaca yang tidak
setabil.
b. Selalu mengecek kedalaman air. Kedalaman air jangan sampai kurang dari 70cm
Kelebihan
1. Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya harga lele di
pasar.
Kekurangan
1. Banyaknya penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena berarti lele masih
2. Belum banyaknya pengembangan hasil produk pakan berbahan dasar lele menjadi
1. Banjir menjadi ancaman besar terhadap segala jenis tambak tidak terkecuali lele.
Untuk itu sudah jelas pastialah kami mencari lahan yang aman dari banjir.
2. Hama seperti luak dan ular menjadi penting untuk di khawatirkan karena dapat
bibit2 penyakit, juga persiapan lahan yang matang menjadi salah ssatu faktor
rutin terhadap lele dikarenakan kemungkinan terserang wabah juga besar sehingga
Analisis pengembangan
1. Dikarenakan masih sangat tingginya permintaan pasar terhadap lele sehingga untuk
pengembangan lahan dalam jumlah besarpun masih dirasa memungkinkan jika hanya
peternakan lele yang nantinya kita hanya bermodalkan bibit yang kita produksi
sendiri sehingga kita dapat menjual hasil bibit, peralatan dan pangan terhadap orang
2. Menciptakan pasar sendiri juga dinilai penting guna melewati batas equlibrium
penjualan dengan cara mengolah hasil pembudidayaan jadi produk olahan yang dapat
dikonsumsi secara instan yang tenaga ahlinya diambil dari Universitas Jenderal
Soedirman seperti tim ahli pembudidayaan yang juga kami ambil dari universitas
tersebut.
3. Menciptakan momentum dan prestis dari produk lele juga menjadi marketing dari
hasil olah lele sehingga terttancap pada benak mereka bahwa suatu kebanggaan atau
kebiasaan merngonsumsi lele pada waktu tertentu tentunya dalam pengolahan produk