You are on page 1of 27

I.

EXECUTIVE SUMMARY

Usaha budidaya ikan lele merupakan usaha yang mudah dijalankan. Jenis ikan lele yang

digunakan dalam usaha budidaya adalah jenis ikan lele sangkuriang. Jenis lele sangkuriang

adalah ikan budidaya air tawar yang sangat populer. Lele disukai konsumen karena berdaging

lunak, sedikit tulang, tidak berduri, dan murah. Dari sisi budidaya, lele relatif tidak memerlukan

banyak perawatan dan memiliki masa tunggu panen yang singkat. Peluang

usaha budidaya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang cukup diperhitungkan saat

ini. Apabila diperhatikan banyak terdapat penjual pecel lele yang memerlukan pasokan ikan

lele setiap harinya, hal inilah yang membuat permintaan ikan tersebut menjadi semakin tinggi

di pasaran dan membuka potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan

lele relatif lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas

atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. Budidaya lele

berkembang pesat dikarenakan :

1. Dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar

tinggi,

2. Teknologi Budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,

3. Pemasarannya relatif mudah dan

4. Modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.

Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m - 800 m dpi.

Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya dengan

penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air Budidaya masih tetap dapat

dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas >800 m dpi. Budidaya lele, baik kegiatan

pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik.

Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan

marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau
sumur dalam), ataupun air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter kualitas air

yang baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut : Suhu air yang

ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju

pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.

pH air yang ideal berkisar antara 6-9. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l. Budidaya

ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok atau kolam tanah. Dalam

Budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan

pintu pemasukan dan pengeluaran air.

Dalam usaha ternak atau budidaya lele semakin menginspirasi banyak orang untuk ikut

terjun dan berharap meraih kesuksesan dalam usaha ini. Ditambah lagi dengan semakin

banyaknya informasi dari beberapa media tentang peluang usaha budidaya ikan lele yang

semakin menjanjikan karena pasarnya yang luas dan permintaan akan ikan lele yang terus

meningkat, bahkan belakangan ini telah ramai dibicarakan bahwa ikan lele akan ikut andil

dalam komoditi ekspor, dikarenakan ada beberapa negara yang memang sangat membutuhkan

pasokan ikan lele. Oleh karena itu kami berkeinginan untuk membudidayakan ikan lele

tersebut.

II. MISSION STATEMENT (Pernyataan Visi Misi)

1. Visi

Menjadi perusahaan yang bergerak dibidang peternakan lele yang amanah, sinergi dan

profitable.

2. Misi

a. Menciptakan manajemen yang tepat

b. Menjadi salah satu perusahaan yang menyuplai kebutuhan lele di daerah yogyakarta
c. Membudidayakan lele yang berkualitas tinggi yaitu sehat dan murah

d. Membuat produk olahan lele yang berkualitas

3. Faktor Kunci Sukses

a. Budidaya menggunakan bibit lele sangkuriang yang merupakan bibit unggul di

daerah Banyuwangi, khususnya Kecamatan Licin

b. Keadaan kolam yang strategis yaitu ditengah perkampungan dan cukup luas

sehingga mampu menampung banyak lele.

c. Manajemen keuangan dan sumber daya manusia yang profesional

d. Disiplin dan bertanggungjawab dalam melaksanakan setiap pekerjaan yang

ditanggung

III. BUSSINES ENVIRONMENT (Lingkungan Bisnis)

1. Bentuk Bisnis

Nama Perusahaan : UD. Effendy Jaya Maju

Nama Brand : Kerupuk MOO

Lokasi Perusahaan : Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi

Pemilik Perusahaan : Vivi Oktaviana

Telepon Perusahaan : 0838 9876 3928

Pemilihan Kecamatan Licin sebagai tempat didirikannya peternakan sekaligus

pengolahan lele ini adalah karena daerah ini merupakan daerah yang strategis serta masih

memiliki banyak lahan kosong.

Perusahaan ini bergerak dalam budidaya lele dan memiliki sumberdaya manusia

yang handal dan memiliki kapabilitas di dalamnya. Dari mulai menejerial, pengembangan,

dan teknis lapangan. Budidaya lele membutuhkan waktu persiapan yang lama hingga bibit
yang dihasilkan memenuhi kualitas dan kuantitas standar untuk pembesaran sehingga ada

masa kosong yang tidak produktif. Masa itu memiliki periode selama 6 bulan, untuk mengisi

masa tidak produktif tersebut menjadi masa yang produktif maka kami memanfaatkan kolam-

kolam yang kosong tersebut dengan pembesaran yang bibit pembesarannya kami belikan

bukan kami produksi sendiri hingga bibit yang kami siapkan yang nantinya kami manfaatkan

guna pembesaran siap untuk di manfaatkan. Tenaga ahli yang ada sudah berpengalaman baik

secara teori maupun praktek dilapangan yang kami peroleh dari Universitas Airlangga dan

beberapa warga yang sudah ahli dibidang budidaya lele, sehingga sudah tidak diragukan lagi

kemampuannya dalam budidaya dan pemanfaatan lele kedepan. Selain membudidayakan lele,

perusahaan ini juga menggerakkan masyarakat sekitar untuk bekerja dengan cara mengolah

produk olahan pangan asal lele. Produk olahan yang dihasilkan adalah berupa lele dan juga

kerupuk lele.

2. Tujuan Perusahaan

Adapun tujuan dari didirikannya peternakan lele ini adalah untuk memanfaatkan

kelebihan lahan yang ada di Kecamatan Licin serta untuk menggerakkan masyarakat sekitar

untuk beternak lele dan mengolah produk olahan pangan asal lele. . Disisi lain pangan

olahan asal lele yakni dan kerupuk dapat dijadikan sebagai salah satu produk unggulan

khas Kecamatan Licin yang bisa dibawa pulang oleh konsumen sebagai oleh-oleh asli dari

Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi. Tujuan jangka panjangnya adalah peternakan lele ini

akan berkembang menjadi perusahaan dari hulu sampai hilir serta memiliki daya saing yang

tinggi.

IV. MARKETING PLAN (Rencana Pemasaran)

1. Strategi Pasar, Penjualan, dan Strategi

Konsolidasi Manajemen Internal, meliputi :


1. Melakukan survei pasar, baik untuk lokasi penyediaan benih ikan lele maupun untuk

lokasi dan target pemasaran

2. Penyediaan ikan lele untuk konsumen secara kontinu.

3. Melengkapi sarana produksi dan fasilitas penunjang.

4. Membuat struktur kinerja tim yang solid.

5. Menanamkan motivasi kerja dan rasa memiliki pada masing-masing anggota.

Strategi pemasaran pasca panen lele dan pasca produksi hasl olahan lele dilakukan dengan

menggunakan saluran distribusi berganda, yaitu selain memasarkan langsung kepada

distributor, juga menggunakan tenaga seles, sehingga cakupan distribusi produk dapat lebih

luas. Pemasaran dan kerupuk lele dapat menggunakan metode konsinyasi atau penitipan

produk dengan pembayaran pada akhir penjualan maupun produsen dapat membeli produk

dengan pembayaran kontan pada produsen. Berdasarkan Marketing Planning Program, sasaran

yang dijadikan target utama dalam pemasaran kerupuk susu dibagi dalam berbagai segmentasi

berikut ini :

 Konsumen Kelas I

Terdiri dari konsumen yang membeli produk dari produsen untuk dikonsumsi langsung dan

konsumen yang diberi penitipan dan kerupuk lele dengan kemasan kecil termasuk dalam

kelas ini adalah konsumen perumahan dan anak sekolahan. Lele juga dipasarkan dalam

bentuk non olahan, yang termasuk konsumen kelas I peminat lele non olahan adalah ibu-ibu

rumah tangga sekitar dan juga wisatawan ijen.

 Konsumen Kelas II

Terdiri dari konsumen yang membeli produk dari produsen untuk dijual kembali. Termasuk

dalam kelas ini adalah warung-warung, toko-toko, dan supermarket makanan. Lele non
olahan dipasarkan kepada penjual di pasar Banyuwangi atau warung penjual makanan

olahan lele seperti lalapan lele, penyetan lele, dll.

 Konsumen Kelas III

Terdiri dari konsumen yang relatif lebih besar dibanding konsumen kelas II yang membeli

produk dari produsen untuk dijual kembali. Termasuk dalam kelas ini adalah supermarket.

Lele non olahan dipasarkan pada pabrik pengolahan lele dan juga dikspo ke beberapa negara

seperti Malaysia, dan Singapura.

Strategi pemasaran yang dijalankan dalam memasarkan kerupuk lele dan lele non olahan

ini menganut sistem Marketing Mix, yang terdiri dari beberapa aspek pemasaran, antara lain :

aspek Produk (product), Price (harga), Place (tempat/distribusi pemasaran) dan Promotion

(promosi).

2. Penetapan Harga

Penentuan harga yang kompetitif dan fleksibel, dalam hal ini dimaksudkan agar seluruh

lapisan masyarakat mampu membeli produk yang ditawarkan. Adapun beberapa paket harga

yang ditawarkan kepada konsumen antara lain:

 Paket A

Merupakan penawaran harga yang diberikan kepada konsumen kelas I. Kerupuk lele

matang dikemas dalam ukuran 500 gram, dengan harga Rp.50.000.

 Paket B

Merupakan penawaran harga yang diberikan kepada konsumen kelas II. Produk yang

ditawarkan berupa kerupuk susu mentah, ukuran yaitu ukuran besar (500 g) dan kecil (250

g) masing-masing dengan harga Rp. 50.000,- dan Rp. 25.000,-.

 Paket C

Lele dijual per kg bila dibawah 10 kg seharga Rp. 10.000,- sedangkan bila diatas 10 kg

seharga Rp. 9.500,-


3. Periklanan dan Promosi

Sarana promosi yang akan dijalankan antara lain leaflet, dan selebaran dalam bentuk

iklan serta dengan mengikuti kegiatan pameran yang diadakan di daerah yang menjadi sasaran

pemasaran produk kerupuk susu. Efektivitas promosi yang dilakukan akan terus dievaluasi dan

dipantau untuk menetapkan strategi pemasaran ke depan dan membandingkan hasil yang telah

diperoleh dengan target-target yang telah ditetapkan.

4. Lokasi Pemasaran

Design saluran distribusi yang terstruktur mulai dari produsen, agen, pedagang besar,

pengecer hingga sampai pada konsumen terakhir. Distribusi produk dibagi menjadi dua tahap.

Tahap I meliputi distribusi untuk wilayah Banyuwangi selanjutnya dilakukan pengembangan

dan diterapkan Desain Distribusi Tahap II, yaitu distribusi pada wilayah di luar Banyuwangi.

Untuk distribusi tahap I, konsentrasi pemasaran dilakukan pada wilayah yang potensial,

terutama wilayah di Banyuwangi kota. Wilayah- wilayah potensial yang akan menjadi place of

target antara lain Banyuwangi kota, Genteng, Rogojampi, dan Jajag.

V. PRODUCTION PLAN (Rencana Produksi)

1. Varietas Lele yang di budidayakan

Varietas lele yang saya budidayakan disini adalah varietas lele unggul yakni Lele

Sangkuriang. Lele Sangkuriang merupakan versi perbaikan dari lele dumbo yang saat ini

mengalami penurunan kualitas. Ikan ini dihasilkan berkat penelitian panjang BBPBAT untuk

mengembalikan sifat unggul dan produktivitas lele dumbo. Perbandingan yang paling

mencolok antara ikan lele dumbo dengan ikan lele Sangkuriang antara lain, adalah

kemampuan bertelur (fekunditas) ikan lele sangkuriang yang mencapai 40.000-60.000 per kg
induk betina dibanding lele dumbo yang hanya 20.000-30.000, derajat penetasan telur dari

ikan lele sangkuriang lebih dari 90% sedangkan lele dumbo lebih dari 80%.

Dilihat dari pertumbuhannya, pembesaran harian ikan lele sangkuriang bisa mencapai

3,53% sedangkan lele dumbo hanya 2,73%. Dan, konversi pakan atau Food Convertion Ratio

(FCR)ikan lele sangkuriang mencapai 0,8-1 sementara lele dumbo lebih besar sama dengan

1. FCR merupakan nisbah antara berat pakan yang diberikan dengan berat pertumbuhan

daging ikan. Semakin kecil nisbah FCR semakin ekonomis ikan tersebut dipelihara.

2. Sistem Budidaya

Digunakan 2 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :

1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu

kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa

mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat

tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.

2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu

kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang

cocok antara kedua induk.

3. Tahap Proses Budidaya

A Pembuatan Kolam

Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan

tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis

baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
a. Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi

untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam

tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.

b. Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan

telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan

sel telur dan sel sperma.

c. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini

harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai

tempat hubungan induk jantan dan betina.

d. Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan

telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan

mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning

telur induk dalam saluran pencernaannya.

B. Pemilihan Induk

Induk jantan mempunyai tanda :

1. Tulang kepala berbentuk pipih

2. Warna lebih gelap

3. Gerakannya lebih lincah

4. Perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung

5. Alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :

1. Tulang kepala berbentuk cembung

2. Warna badan lebih cerah


3. Gerakan lamban

4. Perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.

C. Persiapan Lahan

1. Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :

a. Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit

penyakit.

b. Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk

mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati

oleh pengeringan.

c. Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun

dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya

dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan

pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.

d. Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan

dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami

lele.

2. Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :

a. Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.

b. Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat

langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama

D. Pemijahan

Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina

untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat
kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum

matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam

waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.

E. Pemindahan

Cara pemindahan :

1. Mengurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.

2. Menyiapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi

dengan air di sarang.

3. Menyamakan suhu pada kedua kolam

4. Memindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau

piring.

5. Memindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati

pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

F. Pendederan

Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 –

12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa

enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang

menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele

dipindahkan ke kolam pendederan ini.

G. Manajemen Pakan

Pakan anakan lele berupa :


1. Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling

baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.

2. Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,

terutama kadar proteinnya.

3. Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur

dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya),

untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung

berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

H. Manajemen Air

 Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :

1. Air harus bersih

2. Berwarna hijau cerah

3. Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).

 Ukuran kualitas air secara kimia :

1. Bebas senyawa beracun seperti amoniak

2. Mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian

pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting,

lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan

pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun

dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh

lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu
pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON

adalah 25 g/100m2.

I. Manajemen Kesehatan

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai

ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh

kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya

berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam

menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan

kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan

POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit,

dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan

oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium

Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang

digunakan juga harus sesuai.

4. Produksi Olahan Kerupuk Lele

Adapun bahan baku yang digunakan yakni daging lele, tepung tapioca, telur, bleng, garam,

perasa.

BAHAN

 Daging lele

 Tepung Tapioka

 Telur

 Soda Kue atau Pengembang Kue atau “Bleng”

 Garam
 Bawang Putih atau Garlic Powder

 Merica

 Ketumbar

ALAT

 Kompor Gas dan tabungnya  OVEN

 MIXER  ALAT PEMOTONG

 Wajan  Freezer DLL

 STEAM  Rak dan Wadah menjemur

 Serok  Impulse Sealer atau alat press

 Susuk  Pengaduk

 Timbangan

ALUR PEMBUATAN

Cara pembuatan kerupuk susu antara lain meliputi :

1. Lele dibersihkan terlebih dahulu kemudian dipisahkan dari tulang dan bagian tubuh

lainnya dan haluskan

2. Mencampur daging lele yang telah dihaluskan ditambah tiga bagian tepung kanji, satu

butir kuning telur serta bumbu-bumbu dalam suatu wadah.

3. Menguleni Adonan tersebut sampai homogen (rata)

4. Membungkus dengan daun pisang seperti membuat lemper


5. Mengukus diatas dandang sampai masak kurang lebih satu jam

6. Mengangkatnya setelah masak kamudian mendinginkannya.

7. Mengiris tipis-tipis

8. Menjemur kerupuk sampai kering

9. Menggoreng Kerupuk setelah benar-benar kerin

Daging lele Haluskan Daging Lele


dipisahkan dari
bagian tubuh lainnya
VI. MANAGEMENT PLAN (Rencana Manajemen)

A. Organisasi dan Manajemen


Usaha kerupuk susu dijalankan oleh para pemilik sendiri yang terdiri
dari 8 orang , yaitu Manager, Keuangan, produksi, marketing, adminstrasi dan
tenaga lepas.

Vivi Oktaviana General Manajer


Abdul Latif Muhammad Administrasi dan Keuangan
Henny Supervisor Produksi
Indro Kiyosih Supervisor Pemasaran

B. Sumber Tenaga Kerja


Banyaknya tenaga kerja yang dibutuhan oleh perusahaan diharapkan
mampu menyerap tenaga professional yang handal, enerjik dan penuh dedikasi.
Adapun sumber tenaga kerja akan diprioritaskan berasal dari putra/putri
unggulan di wilayah Aceh dan sekitarnya.
C. Balas Jasa Tenaga Kerja
Bentuk apresiasi dan balas jasa atas kinerja yang dilakukan oleh seluruh
staff/karyawan di Kerupuk susu berupa gaji pokok dan insentif yang
proporsional. Adapun rincian gaji pokok yang dikeluarkan ialah sebagai
berikut.
 Direktur : Rp. 2.500.000,00
 Karyawan : Rp. 1.500.000,00
 Operator : Rp. 1.500.000,00
 Tenaga Lepas : Rp 500.000,00

VII. FINANCIAL PLAN (Rencana Keuangan)

Ada dua jenis pengeluaran dalam bisnis lele, biaya awal dan biaya operasional. Perincian

biaya awal dan biaya operasional antara lain sebagai berikut:

- Biaya Awal

Biaya awal adalah biaya yang hanya dikeluarkan satu kali, perinciannya sebagai berikut:

No Nama quantity satuan harga satuan Total


IDR IDR
1 Sewa 1 tahun
2,500,000.00 2,500,000.00
IDR
2 Peralatan 1 set IDR 100,000.00
100,000.00
IDR
3 lele Indukan 2 set IDR 700,000.00
1,400,000.00
IDR
4 Laboratorium 6 sample IDR 15,000.00
90,000.00
Pagar, pipa paralon dan IDR IDR
5 1 set
Jembatan 2,000,000.00 2,000,000.00
Jumlah IDR 6,090,000.00
- Biaya Operasional

Biaya operasional dibagi menjadi 2 yaitu biaya operasional awal dan biaya operasional berjalan.

Pada masa pembesaran membutuhkan biaya operasional awal dan biaya operasional berjalan,

sedangkan pada masa peternakan hanya biaya operasional berjalan (lihat

No Nama Quantity satuan harga satuan Total


Biaya operasi awal
IDR IDR
1 72000 ekor
lele pembesaran 250.00 18,000,000.00
Biaya operasi berjalan
IDR IDR
1 2 bulan
upah pekerja 600,000.00 1,200,000.00
IDR IDR
2 2 sak
kapur 4,000.00 8,000.00
IDR IDR
3 25 kg
garam 1,000.00 25,000.00
IDR IDR
4 64 kg
pupuk 10,000.00 640,000.00
IDR IDR
5 188 sak
Pellet 200,000.00 37,600,000.00
Jumlah IDR 57,473,000.00

Sehingga modal yang dibutukan meliputi:

Biaya Awal + Biaya Operasional = Modal

IDR 6,090,000.00 + IDR 57,473,000.00 = IDR 63,563,000.00


Keuntungan

Dari investasi awal tersebut maka dapat dihitung cash flow (dengan asumsi bahwa minimal lele

panen 5 kali dalam setahun dan jumlah tingkat kehidupan hanya 70% yang nantinya dapat kami

tekan hingga dibawah 8% karena kami memiliki sumberdaya yang mendukung)

Bibit Tingkat Jumlah 7 lele per kg Harga/Kg Total


kehidupan

72000 70% 0,142857142857 IDR 11.000,- IDR 79,200,000.00

Maka Keuntungan bersih yang didapat pada panen pertama adalah

= Keuntungan – modal awal

= IDR 79,200,000.00 - IDR 63,563,000.00

= IDR 15,637,000.00

Jadi terlihat pada panen pertama saja kita sudah dapat balik modal dan bahkan sudah

memiliki keuntungan sebesar = IDR 15,637,000.00

Pada panen kedua dan ketiga keuntungan bersih yang didapat persekali panen adalah

= Keuntungan – Biaya operasional total

= IDR 79,200,000.00 – IDR 57,473,000.00

= IDR 21,727,000.00

Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen kedua dan ketiga adalah sama yakni

sebesar = IDR 21,727,000.00/panen.


Pada panen keempat dan kelima keuntungan bersih yang didapat persekali panen adalah

= Keuntungan – Biaya operasional total

= IDR 79,200,000.00 – IDR 39,473,000.00

= IDR 39,727,000.00

Keuntungan bersih yang didapat pada periode panen keempat dan kelima adalah sama yakni

sebesar = IDR 39,727,000.00/panen.

Sehingga keuntungan bersih sebelum zakat pertahun adalah akumulasi keuntungan bersih

pada:

= Panen Pertama + Panen Kedua + Panen Ketiga + Panen Keempat + Panen Kelima

= IDR 15,637,000.00+IDR 21,727,000.00+IDR 21,727,000.00+IDR 39,727,000.00+ IDR

39,727,000.00

= IDR 138,545,000.00

Karena kami menggunakan syariah sebagai perhitungan ekonominya sehingga wajib dikenakan

zakat pertanian sebesar 10% (dalam bentuk hasil panen) sehingga perhitungan keuntungan

bersih setelah zakat menjadi sebagai berikut

= Keuntungan – zakat pertanian (10%)

= IDR 138,545,000.00 – IDR 13,854,500.00

= IDR 124,690,500.00

Keuntungan ini merupakan perhitungan minimal karena kita menghitung tingkat Mortalitas

(kematian) sebesar 30 %, pada kenyataannya mortalitas dapat diminimalisir sampai 8 %.


1. Profit Sharing

Pembagian hasil antara pengelola dengan investor adalah 60 : 40

Perbandingan ini lebih besar dari perbandingan yang dikepuarkan BI untuk system syariah

sebesar 65 : 35 sehingga lebih menguntungan investor dibandingan dengan investasi syariah

konvesional

Jika investor hanya sebagian maka perhitungan profit sharingnya adalah :

𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 40


[ ] × 𝑘𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 × [ ]
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛 40 + 60
= 𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑜𝑟

Contoh:

IDR 1,000,000.00 40
[ ] × IDR 124,690,500.00 × [ ] = IDR 784,673.47
IDR 63,563,000.00 40 + 60

Jadi, Investor mendapatkan keuntungan setiap = IDR 1,000,000.00 sebesar = IDR 784,673.47

setiap tahunnya sehingga dana yang dikembalikan kepada investor jika investor tidak mau

memperpanjang kontraknya sebesar = IDR 1,748,600.00 (dengan pembulatan sebesar = IDR 73.47

yang akan diakumulasikan dengan yang lain dan hasilnya akan disumbangkan keorang yang

membutuhkan). Keuntungan yang diberikan kepada investor sudah dipotong zakat pertanian

sebesar 10% dan investor masih harus membayarkan zakat harta kepada orang-orang yang

membutuhkan sebesar 2.5% yang akan dibayarkan investor masing-masing.


VIII. OPERASI USAHA

IX. ASPEK RESIKO

1. Pesaing

 Banyaknya petani yang membudidayakan lele di daerah Banyuwangi tidak membuat pesimis

karena faktanya lele yang dikonsumsi sehari-hari masih disuplai dari luar Banyuwangi

sehingga suplai dari Banyuwangi sendiri masih kurang.

 Banyaknya pemasok lele dari luar Banyuwangi memberikan peluang bagi peternakan ini

untuk bisa bersaing lebih baik dengan cara menawarkan pada harga yang lebih rendah tetapi

tidak merugi karena produk diperoleh dari tempat dekat dengan pemasaran. Dan selain itu

ada alternatif untuk menjual olahan lele oleh Masyarakat Licin Banyuwangi. dari Dharma

Wanita Tk Kecamatan yang ada di DKI Jakarta.

2. Resiko atau Hambatan

Resiko yang dipertimbangkan dalam memulai dan mengembangkan usaha ini adalah :

 Hama penyakit yang ada ketika Budidaya berlangsung.

 tingkat mortalitas yang tinggi.

 Permodalan

Resiko pertama dan kedua dapat diminimalisir dengan cara perawatan yang baik dan

benar oleh ahlinya. Sedangkan untuk permodalan tahap awal dapat diusahakan melalui bantuan

pemerintah dan donatur atau investor.

3. Analisis SWOT
Dalam perencanaan bisnis budidaya ikan lele ini, kami tidak melakukan perekrutan

tenaga kerja, kami dapat bekerja sama dengan kelompok untuk menjalankan bisnis budidaya ikan

lele tersebut. Baik dari pemeliharaan ikan lele, perawatan kolam dan bagian pemasaran. Dalam

menjalankan bisnis budidaya ikan lele, kami akan menerapkan sistemAnalisis SWOT. Sebelum

kita memulai sesuatu usaha kita harus mengetahui aspek-aspek yang dapat mempengaruhi usaha

kita. Dengan harapan supaya usaha kita dapat lancer dan sukses. Yaitu dengan melakukan

analisis sebagai berikut:

1. Straight

a. Dengan budi baya ikan lele ini tidak terlalu memerlukan tenaga besar.

b. Penjualan ikan lele tidak terlalu sulit, tidak seperti ikan yang lainya.

2. Weaknes

Bagi anda yang tak memiliki lahan yang cukup anda bisa membudidayakan ikan lele

dengan menggunakan kolam dari terpal

3. Opportunities

a. Peluang usaha yang tidak pernah mati adalah usaha perikanan. Sebab setiap hari

masyarakat membutuhkan ikan untuk dikonsumsi semakin meningkat.

b. Umur pembudidayaan ikan lele yang relative singkat yang hanya kurang lebih 3 bulan

membuat banyak yang memilih ikan lele untuk di budidayakan.

4. Threat

a. Dalam usaha ikan lele ini harus teliti karena ikan tidak tahan dengan cuaca yang tidak

setabil.

b. Selalu mengecek kedalaman air. Kedalaman air jangan sampai kurang dari 70cm

karena itu akan menghambat pertumbuhan ikan.


4. Analisis Masalah

 Kelebihan

1. Masih tingginya permintaan pasar terhadap lele terlihat dari mahalnya harga lele di

pasar.

2. Masih impornya perikanan Purwokerto terutama lele dari luar kota

3. Murahnya harga pekerja dan tanah di wilayah Banyuwangi

 Kekurangan

1. Jauhnya jarak antara tengkulak dengan tambak menambah biaya transportasi.

2. Angka penyusutan penjualan yang dikarenakan jauhnya jarak ke tengkulak sehingga

banyaknya lele yang mati membuat pengurangan nilai produksi.

 Ruang kesempatan yang tersedia

1. Banyaknya penjual lele di pasar menjadi nilai tambah karena berarti lele masih

mudah dalam pemasaran.

2. Belum banyaknya pengembangan hasil produk pakan berbahan dasar lele menjadi

wilayah olah sendiri.

 Ancaman dan penanggulangannya

1. Banjir menjadi ancaman besar terhadap segala jenis tambak tidak terkecuali lele.

Untuk itu sudah jelas pastialah kami mencari lahan yang aman dari banjir.

2. Hama seperti luak dan ular menjadi penting untuk di khawatirkan karena dapat

menurunkan jumlah produksi. Untuk itu kami menanggulanginya dari membuat

pagar hingga mengadakan jebakan guna mengurangi jumlah kerugian yang

dihasilkan karena kemungkinan terserang oleh hama ini.


3. Penyakit juga biasa meyerang perikanan. Untuk itu kami menganggap penting untuk

menganalisis kualitas air dan kemungkinan tumbuhnya penyakit dikarenakan adanya

bibit2 penyakit, juga persiapan lahan yang matang menjadi salah ssatu faktor

penekatan terhadap penyerangan penyakit ini. Kami juga mengadakan pemeriksaan

rutin terhadap lele dikarenakan kemungkinan terserang wabah juga besar sehingga

penting untuk segera ditanggulangi

 Analisis pengembangan

1. Dikarenakan masih sangat tingginya permintaan pasar terhadap lele sehingga untuk

pengembangan lahan dalam jumlah besarpun masih dirasa memungkinkan jika hanya

mengincar pasar yang sudah ada. Seperti misalanya diciptakannya frencise

peternakan lele yang nantinya kita hanya bermodalkan bibit yang kita produksi

sendiri sehingga kita dapat menjual hasil bibit, peralatan dan pangan terhadap orang

yang mengikuti frencise kita.

2. Menciptakan pasar sendiri juga dinilai penting guna melewati batas equlibrium

penjualan dengan cara mengolah hasil pembudidayaan jadi produk olahan yang dapat

dikonsumsi secara instan yang tenaga ahlinya diambil dari Universitas Jenderal

Soedirman seperti tim ahli pembudidayaan yang juga kami ambil dari universitas

tersebut.

3. Menciptakan momentum dan prestis dari produk lele juga menjadi marketing dari

hasil olah lele sehingga terttancap pada benak mereka bahwa suatu kebanggaan atau

kebiasaan merngonsumsi lele pada waktu tertentu tentunya dalam pengolahan produk

lele berbentuk lain.


X. DAFTAR PUSTAKA

You might also like