You are on page 1of 7

ANALISIS PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI

TERHADAP PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN


BELANJA DESA (APBDesa) SUMBERSARI TAHUN 2016

(Studi Kasus Pada Perangkat Desa di Kecamatan Sumbersari, Jember)

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

CINTIA WULANDARI

NIM : 1610421071

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah desa sering kali identik dengan masyarakatnya yang miskin,


tradisionalis, dan kolot, namun sebenarnya desa mempunyai keluhuran dan
kearifan lokal yang luar biasa. Desa adalah pelopor system demokrasi yang
otonom dan berdaulat penuh. Sejak lama, desa telah memiliki sistem dan
mekanisme pemerintahan serta norma social masing-masing. Sampai saat ini
pembangunan desa masih dianggap seperempat mata oleh pemerintah. Desa
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, bahwa
desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarka asal-usul
dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam system Pemerintah Nasional dan
berada di Daerah Kabupaten, sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah, Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat tempat
yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam perspektif sosiologis, desa adalah komunitas yang menempati
wilayah tertentu dimana warganya saling mengenal satu sama lain dengan baik,
bercorak homogeny, dan banyak tergantung pada alam.

Menurut kacamata politik, desa dipahami sebagai organisasi kekuasaan yang


memiliki kewenangan tertentu dalam struktur pemerintahan Negara (Pratikno,
2000). Kajian-kajian politik juga telah memiliki tradisi membahas desa dalam
topik otonomi dan demokrasi. Pembicaraan mengenai desa sebagai komunitas
yang otonom menghasilkan sejumlah gagasan mengenai tipe desa seperti self-
governing community (berpemerintahan sendiri), local self government
(pemerintahan lokal yang otonom) dan local state government (pemerintah
Negara ditingkat lokal). Sutoro, (2007) mengatakan pembicaraan yang
menghubungkan desa dalam topic demokrasi, umumnya melihat desa sebagai
republic mini yang sanggup melangsungkan pengurusan public dan pergantian
kepemimpinan secara demokratis. Desa adalah republic kecil yang self contained.
Ukurannya tidak ditekankan pada pemenuhan atas tiga cabang kekuasaan yakni
legislative, eksekutif dan yudikatif. Ukurannya dijatuhkan pada kultur
berdemokrasi yang disinyalir telah lama ditumbuhkan dan dirawat oleh desa.
Karena itu, pelembagaan kultur dan tradisi demokrasi desa dianggap lebih penting
ketimbang pengaturan dan penciptaan institusi-institusi formal demokrasi.

Peraturan memberikan landasan bagi semakin otonomnya desa secara praktek,


bukan hanya sekedar normatif. Dengan adanya pemberian kewenangan
pengelolaan keuangan desa (berdasarkan Permendagri 37/2007) dan adanya
alokasi dana desa (berdasarkan PP 72/2005), seharusnya desa semakin terbuka
(transparan) dan responsible terhadap proses pengelolaan keuangan. Dalam
ketentuan umum Permendagri No.37/2007 juga disampaikan bahwa pengelolaan
keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi : perencanaan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan desa, sehingga dengan hak
otonom tersebut diharapkan desa dapat mengelola keuangannya secara mandiri,
baik mengelola pendapatan dan sumber-sumber pendapatan, juga mengelola
pembelanjaan anggaran.

Akan tetapi pada kenyataannya sangat banyak desa yang belum dapat
memanfaatkan keistimewaannya tersebut, ketergantungan dana dari pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah sangat kuat. Desa belum dapat mengoptimalkan
sumber-sumber pendapatan desa dengan berbasis pada kekayaan dan potensi
desanya. Penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDesa) yang seharusnya diisi dengan kegiatan/program-program yang
dibutuhkan oleh masyarakat belum dapat diwujudkan, misalnya : kegiatan
pembangunan fisik tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum di
dalam APBDesa, contoh adanya perbedaan volume, kualitas, harga dan
sebagainya.
Sistem pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa termasuk
didalamnya mekanisme penghimpunan dan pertanggungjawaban merujuk pada
Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pertimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam aturan tersebut dijelaskan
bahwa pendanaan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah termasuk
didalamnya pemerintah desa menganut prinsip money follows function yang
berarti bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintahan yang menjadi kewajiban
dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan. Dengan kondisi
tersebut maka transfer dana menjadi penting untuk menjaga/menjamin tercapainya
standar pelayanan public minimum (Simanjuntak, 2002). Konsekuensi dari
pernyataan tersebut adalah desentralisasi kewenangan harus disertai dengan
desentralisasi fiscal. Realisasi pelaksanaan desentralisasi fiscal di daerah
mengakibatkan adanya dana pertimbangan keuangan antara kabupaten dan desa
yang lebih dikenal sebutan Alokasi Dana Desa (ADD).

Transparansi adalah prinsip menciptakan kepercayaan timbal-balik antara


pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin
kemudahan didalam memperoleh informasi adalah suatu kebutuhan penting
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal
tersebut pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat.

Transparansi adalah suatu proses keterbukaan dari para pengelola manajemen,


utamanya manajemen publik, untuk membangun akses dalam proses pengelolaan
sehingga arus informasi keluar dan masuk berimbang. Jadi, dalam proses
transparansi informasi tidak hanya diberikan oleh pengelolaan manajemen public
tapi masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi yang menyangkut
kepentingan public.

Dalam system pemerintahan yang ada saat ini, desa mempunyai peran yang
strategis dalam membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua itu dilakukan sebagai langkah
nyata pemerintah daerah mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya.

Melihat fenomena seperti di atas, peneliti mencoba untuk melakukan


penelitian dengan unit analisis, seluruh desa yang ada di Kecamatan Sumbersari,
Jember. Adapun Kecamatan Sumbersari memiliki tujuh desa yaitu : Desa
Sumbersari, Desa Kebonsari, Desa Karangrejo, Desa Tegal Gede, Desa Wirolegi,
Desa Antirogo, Desa Keranjingan.Secra Prinsip masalah yang ditemukan dalam
penelitian ini, seringkali Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
tidak berimbang, antara penerimaan dengan pengeluaran. Kenyataan yang
demikian disebabkan oleh empat factor utama (Hudayana, 2005). Pertama; desa
memiliki APBDesa yang kecil dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada
bantuan yang sangat kecil pula. Kedua; kesejahteraan masyarakat desa rendah.
Ketiga; rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat;
bahwa banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya dikelola oleh
dinas.

Berdasarkan uraian diatas mengingat sangat pentingnya akuntabilitas dan


transparansi terhadap pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa maka
penulis tertarik untuk menulis tugas proposal dengan judul “ANALISIS
PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP
PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA
(APBDesa) SUMBERSARI 2016.”

1.2 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini untuk mempermudah dalam melakukan penelitian untuk
mengembangakan pengetahuan obyek yang diteliti, maka peneliti memberikan
penelitian dengan asumsi sebagai berikut:
1. Obyek yang diteliti adalah Perangkat Desa di Kecamatan Sumbersari.
2. Masalah yang diteliti adalah Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi
Terhadap Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)
Sumbersari.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDesa) di Sumbersari?
2. Bagaimana transparansi pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa
(APBDesa) di Sumbersari?
3. Bagaimana pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap pengelolaan
anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) ?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan dari rumusan masalah yang diuraikan, maka tujuan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui akuntabilitas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja
desa (APBDesa) di Sumbersari.
2. Untuk mengetahui transparansi pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja
desa (APBDesa) di Sumbersari.
3. Untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas dan transparansi terhadap
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa).

1.5 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Sebagai bahan masukan sehingga dapat menerapkan perpaduan yang tepat
antara praktik dan keadaan teoritis yang diperoleh dari bangku kuliah.
2. Bagi Universitas
Sebagai bahan referensi diperpustakaan Universitas Muhammadiyah Jember
serta menambah informasi mengenai akuntabilitas dan transparansi.
3. Bagi Pihak yg Diteliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat
digunakan oleh Perangkat Desa Sumbersari dalam melaksanakan kegiatan
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa).

You might also like