You are on page 1of 18

PENGANTAR ILMU EKONOMI PERIKANAN

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI INDONESIA

Oleh:
Gian Losung
NIM. 14051103020

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kesempatan waktu, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah dengan judul “Pengelolaan Sumberdaya
Ikan di Indonesia”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi tugas
(Matakuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Perikanan).
Selama penulisan Makalah ini, banyak bantuan yang diterima dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang
Tua yang tidak henti-hentinya berdoa serta tidak pernah mengeluh sedikitpun dalam
memberikan dana, kemudian kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyelesaian Makalah ini.
Upaya maksimal telah dilakukan, tapi penulis menyadari bahwa Makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan Makalah selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga Makalah
ini bermanfaat bagi yang memerlukannya terutama untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang Perikanan dan Kelautan.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2

2. PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI INDONESIIA ................... 3


2.1 Pengertian Perikanan .......................................................................... 3
2.2 Jenis Perikanan dan Penyebarannya di Indonesia .............................. 4
2.3 Pengelolaan Sumberdaya Ikan ........................................................... 6
2.4 Kendala-kendala dalam Bidang Perikanan ........................................ 11
2.5 Pendekatan Pengelolaan Perikanan .................................................... 13
2.6 Model Pengelolaan Perikanan ............................................................ 13
2.7 Pertimbangan Pengelolaan Perikanan ................................................ 13

3. KESIMPULAN ........................................................................................... 15

DAFTAR PUTAKA ............................................................................................. 16

3
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas yang membentang dari

barat ke timur sepanjang 5.110 km dan membujur dari utara ke selatan sepanjang

1.888 km. Dengan wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km2 yang terdiri atas

1.890.754 km2 luas daratan dan 3.302.498 km2 luas lautan. Luas daratan Indonesia

hanya sekitar 1/3 dari luas seluruh Indonesia, sedangkan 2/3-nya berupa lautan. Ini

menunjukkan bahwa lautan menempati sebagian besar wilayah Indonesia.

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Berbagai

upaya dan cara dilakukan oleh masyarakat dan negara untuk memanfaatkannya.

Sumber daya alam merupakan modal utama bagi suatu negara untuk kesejahteraan

rakyat. Indonesia memiliki luas laut mencapai ribuan kilometer, dengan potensi

sumber daya alam yang besar.

Di Indonesia sebenarnya pemanfaatan sumber daya alam di daratan sudah

hampir mencapai 80% mungkin lebih. Tetapi ternyata untuk sumber daya perairan

Indonesia masih belum optimal pemanfaatannya yaitu sekitar 30% saja. Hal ini

membuktikan bahwa dunia perikanan Indonesia masih besar potensinya untuk

dikembangkan bahkan Indonesia sendiri bisa menjadi negara maju dengan dunia

perikanan ini.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dibeberapa

Negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari

waktu ke waktu. Meningkatnya permintaan ikan ini mengarah pada jumlah yang

4
tidak terbatas, mengingat kegiatan pembangunan yang merupakan faktor

pendorong dari permintaan ikan berlangsung secara terus menerus. Sementara disisi

lain, permintaan ikan tersebut dipenuhi dari sumberdaya ikan yang jumlahnya di

alam memang terbatas.

Bagi Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam

pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor,

diantaranya adalah : (1) sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah

tangga budidaya, menggantungkan hidupnya dari kegiatan usaha perikanan; (2)

adanya sumbangan devisa yang jumlahnya cukup signifikan dan cendrung

meningkat dari tahun ketahun; (3) mulai terpenuhinya kebutuhan sumber protein

hewani bagi sebagian masyarakat; (4) terbukanya lapangan kerja bagi angkatan

kerja baru, sehingga diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran; (5)

adanya potensi perikanan yang dimiliki Indonesia.

Kecendrungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang

berkembang pesatnya industri perikanan, baik perikanan tangkap maupun

perikanan budidaya. Hanya sayangnya, perkembangan industri perikanan ini lebih

banyak dilandasi oleh pertimbangan teknologi dan ekonomi, dan sekaligus

mengabaikan pertimbangan lainnya seperti lingkungan, social budaya serta

kelestarian sumberdaya perikanan. Dalam kerangka pembangunan nasional, maka

peningkatan kontribusi perikanan harus diupayakan secara berhati-hati, agar tidak

menimbulkan dampak negatif dimasa yang akan datang.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan Makalah ini adalah untuk mengetahui aturan-aturan

pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia, kegiatan apa saja yang mempengaruhi

5
pengelolaan sumberdaya ikan di Indonesia, mengetahui konsep-konsep yang

dipakai Indonesia dalam mengelolah sumberdaya perikanannya, serta kendala-

kendala apa saja yang menghambat perikanan di Indonesia.

2. PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DI INDONESIA

2.1 Pengertian Perikanan

Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan

dan pemanfaatan sumber daya hayati perairan. Sumberdaya hayati perairan tidak

dibatasi secara tegas dan pada umumnya mencakup ikan, amfibi, dan berbagai

avertebrata penghuni perairan dan wilayah yang berdekatan, serta lingkungannya.

Di Indonesia, menurut UU RI No. 31/2004, sebagaimana telah diubah dengan UU

RI No. 45/2009, kegiatan yang termasuk dalam perikanan dimulai dari praproduksi,

produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu

sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat dianggap merupakan

usaha agribisnis.

Umumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan pangan

bagi manusia. Selain itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, rekreasi

(pemancingan ikan), dan mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau

mengambil minyak ikan. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau

badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan,

pembibitan, pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan,

pengeringan, atau mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai

tambah ekonomi bagi pelaku usaha (komersial/bisnis).

2.2 Jenis Perikanan dan Penyebarannya di Indonesia

6
a. Perikanan Pantai

Perikanan jenis ini dilakukan pada daerah kurang dari 60 mil dari bibir

pantai. Biasanya pemanfaatan sumber daya jenis perikanan ini dilakukan oleh para

nelayan tradisional dengan menggunakan perahu motor ukuran kecil, atau perahu

dayung. Oleh karena luas daerah tangkapannya relatif sempit dan hanya

menggunakan peralatan tradisional, maka hasil tangkapannya pun kurang maksimal

dan faktor cuaca juga sangat mempengaruhi. Jenis ikan yang sering ditangkap,

antara lain kembung, teri, petek, lemuru, dan beberapa jenis moluska, seperti cumi

dan ubur-ubur.

b. Perikanan Laut Dalam

Perikanan laut dalam merupakan jenis penangkapan ikan yang dilakukan di

samudera atau di laut lepas. Biasanya yang melakukan pemanfaatan dan

pengelolaan perikanan jenis ini dilakukan oleh nelayan modern atau perusahan

perikanan besar yang tentunya menggunakan perlatan canggih. Hasil tangkapan

ikannya pun bisa dalam jumlah besar. Beberapa wilayah di Indonesia yang

merupakan kawasan perikanan laut yang potensial antara lain sebagai berikut:

 Selat Malaka, biasanya terdapat banyak ikan terumbuk.

 Perairan utara jawa dan segara anak (Cilacap) banyak terdapat rumput laut.

 Daerah Bitung, Air tembaga dan Sulawesi utara banyak terdapat ikan tuna

dan cakalang.

 Maluku, terdapat banyak jenis ikan hias, rumput laut dan cakalang.

 Sekitar kepulauan Aru dan Kei terdapat banyak mutiara, rumput laut, bunga

karang, tripang dan rumput laut.

7
Selain daerah di atas terdapat banyak pula jenis ikan dan sumber daya alam

laut yang banyak, tersebar di seluruh Indonesia dari Aceh hingga Merauke, Papua.

c. Perikanan Darat

Selain perikanan laut, di Indonesia juga mengenal perikanan darat yang

dilakukan di air tawar dan air payau. Pengelolaan dan pembudidayaan ikan

biasanya dilakukan di daerah sungai, danau, empang atau kolam, sawah dan

bendungan. Jenis hasil budidayanya sangat beragam seperti udang, lobster, ikan

lele, nila, gurameh, bawal, belut dll.

2.3 Pengelolaan Sumberdaya Ikan

Pengelolaan sumberdaya ikan adalah semua upaya termasuk proses yang

terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,

pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi dalam rangka

menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan. Tujuan

utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah untuk :

 Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta

tindakan perbaikan (enhancement).

 Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan serta

 Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut.

a. Penangkapan Ikan

Penangkapan ikan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh

ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara

apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal penangkapan ikan untuk

memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah, atau

8
mengawetkannya. Usaha perikanan yang bekerja di bidang penangkapan tercakup

dalam kegiatan perikanan tangkap (wild fishery).

b. Pembudidayaan Ikan

Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan

dan/atau membiakkan ikan, dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang

terkontrol. Usaha perikanan yang berupa produksi hasil perikanan melalui budi

daya dikenal sebagai perikanan budi daya atau budi daya perairan (aquaculture).

2.4 Kendala-kendala dalam Bidang Perikanan

Kegiatan ekonomi disektor perikanan banyak terdapat kendala yang

mengakibatkan kesejahteraan para nelayan atau pelaku budidaya ikan dinilai masih

jauh dari harapan. Adapun beberapa kendala tersebut, antara lain sebagai berikut:

 Masih banyak sistem penangkapan ikan di perairan darat yang kurang

memerhatikan faktor kelestarian lingkungan alam seperti menggunakan

bom, racun, setrum listrik dll.

 Pengetahuan para nelayan tentang perikanan masih tergolong rendah

sehingga belum mampu mengelola sumber daya alam secara optimal.

 Peralatan yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan masih relatif

sederhana dan masih tergantung oleh faktor cuaca.

 Nelayan tidak punya modal sehingga sulit untuk mengembangkan diri.

 Proses pengolahan ikan masih menggunakan alat-alat sederhana sehingga

seringkali tidak efisiensi tenaga, biaya dan hasilnya pun hanya sedikit.

 Banyak para nelayan yang terjerat utang oleh para tengkulak dan rentenir

sehingga para nelayan semakin terpuruk dalam kemiskinan.

9
2.5 Pendekatan Pengelolaan Perikanan

Salah satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah

bagaimana memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat

ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun kelestariannya tetap terjaga. Secara

implisit pertanyaan tersebut mengandung dua makna, yaitu makna ekonomi dan

makna konservasi atau biologi. Dengan demikian, pemanfaatan optimal

sumberdaya ikan mau tidak mau harus mengakomodasi kedua disiplin ilmu

tersebut. Oleh karena itu, pendekatan bio-ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya

ikan merupakan hal yang harus dipahami oleh setiap pelaku yang terlibat dalam

pengelolaan sumberdaya ikan.

a. Pengaturan Musim Penangkapan Ikan

Manajemen sumberdaya perikanan melalui pendekatan penutupan musim

penangkapan, memerlukan dukungan semua lapisan masyarakat khususnya

masyarakat nelayan sebagai pemanfaat sumberdaya untuk memiliki rasa kepedulian

dan disiplin yang tinggi dalam pelaksanaan peraturan perundang-undanganyang

ada. Sebagaimana dikatakan Nikijuluw (2002), bahwa penutupan musim

penangkapan merupakan pendekatan manajemen yang umumnya dilakukan di

negara yang sistem penegakan hukumnya sudah maju.

Beddington dan Retting (1983) mengatakan, paling tidak ada dua bentuk

penutupan musim penangkapan ikan. Pertama, menutup musim penangkapan ikan

pada waktu tertentu untuk memungkinkan ikan dapat memijah dan berkembang.

Contoh dari bentuk ini adalah penangkapan ikan teri (anchovy) di Peru yang

biasanya menutup kegiatan penangkapan pada awal tahun ketika juvenil dan ikan

10
berukuran kecil sangat banyak di perairan. Kedua, penutupan kegiatan

penangkapan ikan karena sumberdaya ikan telah mengalami degradasi, dan ikan

yang ditangkap semakin sedikit.

b. Penutupan Daerah Penangkapan Ikan

Pendekatan penutupan daerah penangkapan ikan berarti menghentikan

kegiatan penangkapan ikan disuatu perairan pada musim tertentu atau secara

permanen. Pendekatan ini dilakukan seiring dengan penutupan musim

penangkapan. Penutupan daerah penangkapan dalam jangka panjang biasanya

dilakukan dengan usaha-usaha konservasi jenis ikan tertentu yang memang dalam

status terancam kepunahan. Hal ini juga dilakukan secara permanen atau sementara

untuk menutup kegiatan penangkapan ikan di daerah tempat ikan berpijah

(spawning ground) atau daerah asuhan (nursery ground).

c. Selektifitas Alat Tangkap

Pendekatan manajemen sumberdaya perikanan ini dilaksanakan melalui

penggunaan alat penangkapan ikan yang tinggi selektifitasnya. Beberapa contoh

pendekatan ini adalah pembatasan minimum terhadap ukuran mata jaring (mesh

size), pembatasan minimum ukuran mata pancing, serta pembatasan ukuran mulut

perangkap pada kondisi terbuka.

Masalah utama yang dihadapi dalam penerapan kebijakan ini adalah

tingginya biaya pelaksanaan, pengawasan, pemantauan atau pengendalian.

Disamping itu juga diperlukan adanya personil perikanan yang memiliki

kemampuan teknis dalam bertindak cepat di lapangan untuk menentukan jenis dan

skala alat tangkap yang digunakan.

11
d. Pelarangan Alat Tangkap

Pelarangan jenis alat tangkap tertentu dapat dilakukan secara permanen atau

sementara waktu, yang dilakukan untuk melindungi sumberdaya ikan dari

penggunaan alat tangkap yang merusak atau destruktif, atau pertimbangan lain yang

bertujuan untuk melindungi nelayan kecil/tradisional. Cara-cara penangkapan ikan

yang dewasa ini sudah lazim dilarang adalah penangkapan ikan dengan

menggunakan racun dan bahan peledak.

e. Kuota Penangkapan Ikan

Kuota penangkapan ikan adalah salah satu cara pendekatan dalam

manajemen sumberdaya perikanan, yaitu pola manajemen rasionalisasi yang

dicapai melalui pemberian hak kepada industri atau perusahaan perikanan untuk

menangkap ikan sejumlah tertentu dalam suatu perairan.

f. Pengendalian Upaya Penangkapan Ikan

Pengendalian upaya penangkapan adalah salah satu pendekatan pengelolaan

sumberdaya perikanan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil tangkapan, kinerja

ekonomi industri perikanan melalui pengurangan upaya atau kapasitas

penangkapan ikan yang berlebihan. Pendekatan lain yang dapat dilakukan dalam

mengendalikan upaya penangkapan ikan adalah penentuan jumlah unit

penangkapan ikan yang diperbolehkan melalui pengaturan perijinan.

2.6 Model Pengelolaan Perikanan

Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep

“hasil maksimum yang lestari” (Maximum Sustainable Yield) atau juga disebut

dengan “MSY”. Konsep MSY berangkat dari model pertumbuhan biologis yang

12
dikembangkan oleh seorang ahli Biologi bernama Schaefer pada tahun 1957. Inti

dari konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar

dapat dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang. Pendekatan

konsep ini berangkat dari dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 4 (empat)

factor utama, yaitu rekrutment, pertumbuhan, mortalitas dan hasil tangkapan.

Pengelolaan sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi pada sumberdaya

(resource oriented) yang lebih ditujukan untuk melestarikan sumberdaya dan

memperoleh hasil tangkapan maksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya

tersebut. Dengan kata lain, pengelolaan seperti ini belum berorientasi pada

perikanan secara keseluruhan (fisheries oriented), apalagi berorientasi pada

manusia (social oriented).

Pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan

“Maximum Sustainable Yield” telah mendapat tantangan cukup keras, terutama

dari para ahli ekonomi yang berpendapat bahwa pencapaian“yield” yang

maksimum pada dasarnya tidak mempunyai arti secara ekonomi. Hal ini berangkat

dari adanya masalah “diminishing return” yang menunjukkan bahwa kenaikan

“yield” akan berlangsung semakin lambat dengan adanya penambahan “effort”

(Lawson, 1984). Pemikiran dengan memasukan unsur ekonomi didalam

pengelolaan sumberdaya ikan, telah menghasilkan pendekatan baru yang dikenal

dengan “Maximum Economic Yield” atau lebih popular dengan

“MEY”.Pendekatan ini pada intinya adalah mencari titik yield dan effort yang

mampu menghasilkan selisih maksimum antara total revenue dan total cost.

Selanjutnya, hasil kompromi dari kedua pendekatan diatas kemudian

melahirkan konsep “Optimum Sustainable Yield” (OSY), sebagaimana

13
dikemukakan oleh Cunningham, Dunn dan Whitmarsh (1985).Secara umum

konsep ini dimodifikasi dari konsep “MSY”, sehingga menjadi relevan baik dilihat

dari sisi ekonomi, social, lingkungan dan factor lainnya.Dengan demikian, besaran

dari “OSY” adalah lebih kecil dari “MSY” dan besaran dari konsep inilah yang

kemudian dikenal dengan “Total Allowable Catch”(TAC). Konsep pendekatan ini

mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan “MSY”, diantaranya adalah:

 Berkurangnya resiko terjadinya deplesi dari stok ikan

 Jumlah tangkapan per unit effort akan menjadi semakin besar

 Fluktuasi TAC juga akan menjadi semakin kecil dari waktu ke waktu

2.7 Pertimbangan Pengelolaan Perikanan

Seandainya sumberdaya hayati laut bukan tidak terbatas dan bukan tidak

terusakkan, maka kita dapat saja membiarkan manusia untuk memanfaatkannya dan

menyalahgunakan pemanfaatan itu dengan cara semena-mena.Produksi dan potensi

perikanan dibatasi oleh sejumlah faktor yang dapat dikelompokkan ke dalam

biologi, ekologi dan lingkungan, teknologi, sosial, kultural dan ekonomi.

a. Pertimbangan Biologi

Sebagai populasi atau komunitas yang hidup, sumberdaya hayati laut

mampu membarui dirinya melalui proses pertumbuhan dalam ukuran (panjang) dan

massa (bobot) individu selain pertambahan terhadap populasi atau komunitas

melalui reproduksi (yang biasa disebut dalam dunia perikanan sebagai rekrutmen).

Dalam populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas total mencakup

mortalitas alami yang terdiri dari proses-proses seperti pemangsaan, penyakit, dan

kematian melalui perubahan-perubahan drastisdari lingkungan dan lain-lain. Dalam

14
populasi yang dieksploitasi, mortalitas total terdiri dari mortalitas alami plus

mortalitas penangkapan. Tugas utama dari pengelolaan perikanan adalah menjamin

bahwa mortalitas penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk

bertahan dan tidak mengancam atau merusak kelestarian dan produktivitas dari

populasi ikan yang sedang dikelola.

b. Pertimbangan Ekologi dan Lingkungan

Kelimpahan dan dinamika populasi ikan mempunyai peranan penting dalam

perikanan tetapi populasi akuatik tidak hidup dalam isolasi. Mereka menjadi salah

satu komponen ekosistem yang rumit, terdiri dari komponen biologi yang mungkin

memangsa, dimangsa, atau berkompetisi dengan stok atau populasi tertentu.

Komponen fisik ekosistem, seperti air itu sendiri, substrat, masukan air tawar atau

nutrient atau proses non-biologi lainnya mungkin juga menjadi sangat penting

dalam pertimbangan ini.

Lingkungan dari ikan jarang bersifat statis dan kondisi lingkungan akuatik

dapat berubah secara nyata menurut waktu, seperti pasang surut, suhu air, dan lain-

lain. Perubahan lingkungan seperti itu mempengaruhi dinamika dari populasi ikan,

pertumbuhan, rekrutmen, mortalitas alami atau kombinasi dari itu semua.

c. Pertimbangan Sosial, Budaya dan Kelembagaan

Populasi manusia dan masyarakat bersifat dinamis seperi halnya populasi

biologi lainnya. Selain itu perubahan sosial berlangsungterus menerus dalam skala

yang berbeda, dipengaruhi oleh perubahan dalam cuaca, lapangan pekerjaan,

kondisi politik, penawaran dan permintaan produk perikanan, dan faktor-faktor

lainnya. Perubahan seperti itu mempengaruhi efektifitas dari strategi pengelolaan

dan oleh sebab itu harus dipertimbangkan dan diakomodasi.

15
Kendala sosial utama dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa

masyarakat dan perilakunya tidak mudah ditransformasikan. Keluarga dan

komunitas nelayan mungkin tidak akan bersedia pindah ke pekerjaan lainnya, atau

ketempat jauh dari rumah mereka yang bila terjadi surplus kapasitas dalam

perikanan, meskipun kualitas hidup mereka akan mengalami penurunan sebagai

akibat sumberdaya yang menipis atau rusak. Disamping itu, ketersediaan lapangan

pekerjaan bagi mereka juga tidak tersedia secara memadai.

d. Pertimbangan Ekonomi

Kekuatan pasar sangat berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan. Selain

itu pengelolaan perikanan masih sering dihadapkan pada persoalan perikanan akses

terbuka (open acces), dimana setiap orang diperbolehkan masuk ke dalam usaha

perikanan. Dibawah keadaan seperti itu orang akan terus masuk ke perikanan

sampai keuntungan dariusahaperikanan sedemikian rendah, sehingga tidak lagi

menarik bagi pelaku usaha baru (new entrance). Akibat yang tidak dapat dielakkan

dari usaha perikanan akses terbuka adalah hilangnya keuntungan sehingga

mengarah kepada tidak efisiensi secara ekonomi, dan jika tidak dapat ditegakkan

tindakan pengelolaan yang efektif, akan terjadi over exploitation.

16
3. KESIMPULAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lautan sangat luas yaitu 2/3

dari luas keseluruhan wilayah Indonesia. Sudah sepantasnya Indonesia memiliki

potensi sumber daya alam yang melimpah, khususnya di bidang perikanan. Akan

tetapi, ternyata untuk sumber daya perairan Indonesia masih belum optimal

pemanfaatannya yaitu sekitar 30% saja.

Hal tersebut berkaitan dengan adanya kendala-kendala di bidang perikanan.

Beberapa diantaranya yaitu: aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan yang tidak

memperhatikan kelestarian lingkungan, pengetahuan nelayang tentang perikanan

masih tergolong rendah, alat yang digunakan nelayan masih sangat sederhana, serta

nelayan tidak mempunyai modal untuk mengembangkan diri.

17
Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan pengelolaan sumberdaya ikan yang

berkelanjutan yaitu dengan menerapkan aturan-aturan dalam mengelolah perikanan

sehingga bisa menjamin pemanfaatan di masa mendatang. Beberapa aturan tersebut

diantaranya yaitu: pengaturan musim penangkapan ikan, selektifitas alat tangkap

yang digunakan dan pelarangan alat tangkap yang bersifat tidak ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.co.id/amp/s/muzfarrooo.wordpress.com/2014/03/02/pengertia
n-perikanan/amp/

http://tugas-abah.blogspot.co.id/2016/02/makalah-sumber-daya-perikanan.html

https://www.siswapedia.com/pemanfaatan-dan-pengelolaan-sumber-daya-
perikanan/

http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/component/k2/item/182-pengelolaan-
sumberdaya-perikanan-yang-berkelanjutan

18

You might also like