You are on page 1of 15

1

EVALUASI KINERJA PENGAWASAN PAJAK REKLAME DI

KABUPATEN ACEH UTARA (STUDI PADA DINAS PENDAPATAN

PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN ACEH UTARA)

Yunan Maulana
Universitas Malikussaleh
Yunanmaulana71@gmail.com

Abstrak

The purpose of this study was to evaluate the job of tax supervision mobile
billboards in Sidoarjo. The study was based on the basis of the conditions in the
field where there are many damaged mobile billboards in the district of North
Aceh that are still set on the vehicle. This study used a qualitative approach with
interviews and documentation data collection methods. Data were analyzed using
triangulation and theory. The study concluded that the job done by a team of
billboards in North Aceh has not done well. It is caused by established procedures
for doing supervisory functions billboards is less effective, object of the
supervision is not appropriate when using guideline rules for incidental
billboards used to control mobile billboard, and no follow-up of police as SKPD
who have the authority to curb if there are mobile billboards that violate the
regulations on the administration of the billboard.
Keywords: Tax, Mobile Billboards, Evaluation, Monitoring

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah suatu kegiatan atau proses yang dilakukan

oleh manusia secara sadar dan terus-menerus untuk meningkatkan kualitas

kehidupannya. Oleh karena itu, setiap negara baik negara berkembang maupun

negara maju tentunya melaksanakan pembangunan guna mencapai tujuan atau

cita-citanya yaitu meningkatkan kemakmuran atau kesejahteraan bangsanya.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah

pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan pembiayaan


2

pembangunan yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negera

berupa penerimaan pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah dalam pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Pajak Daerah

yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan daerah. Pajak daerah merupakan salah satu sumber

dari Pendapatan Asli Daerah dan akan digunakan untuk keperluan daerah dalam

membiayai penyelenggaraan pembangunan pemerintah daerah.

Satu komponen pajak daerah yang diatur dalam peraturan daerah

Kabupaten Aceh Utara adalah pajak reklame. Pajak Reklame di Kabupaten Aceh

Utara dikelompokan menurut jenisnya, salah satunya adalah Pajak Reklame

Berjalan. Reklame berjalan adalah reklame yang diselenggarakan dengan cara

diletakkan pada kendaraan bermotor.

Potensi dari penerimaan pajak reklame berjalan di Kabupaten Aceh Utara

sangatlah besar dikarenakan ada banyaknya industri atau perdagangan yang

berada di Kabupaten Aceh Utara yang dapat mempromosikan produk dengan

kualitas agar pelanggan yang lain dapat mengenal dan pesaing yang lain akan

mengerti produk tersebut yang mana akan memperlancar tingkat penerimaan

pajak reklame di Kabupaten Aceh Utara. Disinilah penerimaan pajak bagi daerah

sangat penting sehingga perlu adanya suatu pengawasan pajak, khususnya pada

penerimaan pajak reklame dan prosedur yang menyeluruh pada kinerja yang

seharusnya dilakukan untuk mencegah terjadinya kecurangan–kecurangan,


3

sehingga penerimaan pajak reklame salah satu sumber pendapatan asli daeiah

dapat ditingkatkan.

Pengawasan reklame merupakan upaya untuk memastikan apakah

penyelenggaraan reklame dilapangan telah sesuai dengan izin yang diberikan dan

menemukan adanya penyimpangan berupa pelanggaran reklame tidak berizin,

ukuran, lokasi reklame yang tidak sesuai dengan izin diperbolehkan supaya

diberikan tindakan korektif berupa penertiban reklame.

Pengawasan penyelenggaraan reklame dilakukan oleh tim reklame

terhadap aspek izin, perpajakan, estetika, konstruksi bangunan dan aspek teknis

lainya yang selanjutnya akan dilakukan penertiban reklame. Penertiban reklame

dilakukan oleh Satpol PP.

Reklame berjalan yang telah rusak, usang atau reklame dari produk-

produk lama yang masih beredar menimbulkan banyak tanggapan dari penulis dan

dari masyarakat kalangan advertising apakah reklame ini sudah habis masa pajak

yang tidak diperbarui dan tidak dilakukan penertiban atas tindakan koreksi dari

pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Jika memang reklame berjalan itu sudah habis

masa pajaknya dan tidak dilakukan perpanjangan izin itu merupakan pelanggaran

atas penyelenggaraan reklame. Banyaknya pelanggaran penyelenggaraan reklame

yang terjadi bisa menimbulkan kerugian yang berasal dari penerimaan pajak

reklame.

Beberapa penelitian yang membahas menganai pajak reklame terkait

pengenaan dan pengawasan antara lain menurut Gunawan (2015) yang berjudul

“Studi Deskriptif tentang Efektifitas Pengawasan Perizinan Reklame di Kota

Surabaya” dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengawasan izin


4

reklame di Kota Surabaya belum berjalan Efektif dikarenakan keterbatasan jumlah

SDM pengawasan izin reklame, kurangnya peralatan maupun biaya operasional,

dan kurangnya jadwal pengawasan dari tim reklame.

Menurut Nugrahani (2014) dengan penelitian yang berjudul “Analisis

Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Reklame dalam Upaya Menudukung

Pengendalian Internal” dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa belum

ada kesadaran pemilik persil untuk mengajukan izin reklame, masih banyak

beredar reklame yang masa pajaknya sudah berakhir dan tidak diperpanjang, serta

adanya keterlambatan pembayaran pajak oleh wajib pajak.

Menurut Sudarman (2015) dengan penelitian yang berjudul “Studi

Tentang Pengawasan Reklame Oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan

dan Aset di Kota Bontang” yang menunjukkan hasil penelitian bahwa pengawasan

reklame oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset di Kota

Bontang melalui penelitian dan observasi dari pendataan yang di lakukan oleh

berbagai bidang yang ada di DPPKA sudah optimal. Karena adanya bantuan yang

diberikan dari Satuan Polisi Pamong Praja dan masyarakat terkait, dan dengan

diberikannya sanksi tegas dari penegak hukum kepada pihak yang melakukan

pelanggaran sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 13 Tahun

2012 tentang Pajak Daerah, sehingga dapat memberikan efek jera kepada pelaku

pelanggaran tersebut. Namun kenyataan dilapangan ternyata upaya tersebut belum

terlaksana dengan baik, karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam

membayar pajak yang disebabkan banyak wajib pajak yang belum mengetahui isi

dari peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 13 Tahun 2012 tentang pajak Daerah.
5

Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis melakukan penelitian

dengan judul “Evaluasi Kinerja Pengawasan Pajak Reklame Berjalan di

Kabupaten Aceh Utara (Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan

Aset Kabupaten Aceh Utara)”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu bagaimana kinerja pengawasan pajak reklame berjalan

yang ada di Kabupaten Aceh Utara?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tentang

pengawasan pajak reklame berjalan yang diterapkan di Kabupaten Aceh Utara dan

mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pengawasan pajak

reklame jenis reklame berjalan.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Kebijakan Publik

Terdapat beberapa klasifikasi definisi mengenai kebijakan publik. Salah

satunya adalah menurut Dunn (2000:21) kebijakan publik adalah suatu daftar

pilihan tindakan yang saling berhubungan yang disusun oleh instansi atau pejabat

pemerintah antara lain dalam bidang pertahanan, kesehatan, pendidikan,

kesejahteraan, pengendalian kriminalitas, dan pembangunan perkotaan.


6

Pengawasan

Siagian (2005:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan

pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan

organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan

berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Pengawasan bertujuan agar hasil dari pelaksanaan kegiatan bisa diperoleh

hasil efektif dan sesuai dengan rencana. Hal ini sesuai dengan pendapatnya

Handayaningrat mengatakan bahwa pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan

pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif),

sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. (Handayaningrat,

1996:143).

Pajak

Menurut Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak Daerah

Pajak daerah adalah salah satu sumber pendanaan yang sangat penting

bagi daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

daerah. Untuk itu, sejalan dengan tujuan otonomi daerah penerimaan daerah yang

berasal dari Pajak Daerah dari waktu ke waktu harus senantiasa ditingkatkan. Hal

ini dimaksudkan agar peranan daerah khususnya dalam hal penyediaan pelayanan

kepada masyarakat dapat semakin meningkat.


7

Salah satu jenis pajak yang dapat dipungut oleh Pemerintah Kabupaten

Aceh Utara sesuai Pasal 2 ayat (2) huruf j Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah pajak Bumi dan Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan sesuai ketentuan pemungutan Pajak Daerah harus

ditetapkan dengan Qanun. Sejalan dengan hal tersebut, penetapan Qanun ini

dimaksudkan agar adanya kepastian hukum dan pemungutan Pajak Bumi dan

Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Maka perlu membentuk suatu Qanun.

Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraaan reklame. Sedangkan

pengertian reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang dibuat untuk

tujuan komersial dan digunakan untuk memperkenalkan suatu barang atau jasa

untuk menarik perhatian umum yang ditempatkan atau yang dapat dilihat oleh

masyarakat umum. Pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame yang

meliputi:

a) Reklame papan;

b) Reklame berjalan;

c) Reklame kain;

d) Reklame baliho;

e) Reklame selebaran;

f) Reklame melekat;

g) Reklame film;

h) Reklame udara;

i) Reklame suara;

j) Reklame peragaan.
8

Reklame Berjalan

a) Definisi Reklame Berjalan

Reklame Berjalan adalah reklame yang ditempatkan pada kendaraan atau

benda yang dapat bergerak dan diselenggarakan dengan menggunakan

kendaraan atau dengan cara dibawa/didorong/ditarik oleh orang. Termasuk

di dalamnya reklame pada gerobak/rombong, kendaraan baik bermotor

ataupun tidak.

b) Dasar Hukum Pajak Reklame Berjalan

Qanun Kabupaten Aceh Utara Nomor 41 tahun 2005 tentang reklame.

c) Cara Perhitungan Pajak Reklame Berjalan

Pajak = Nilai Sewa Reklame x 25%

NSR = Total NJOP + Total Nilai Strategi

NSR = (Luas Reklame x Nilai Satuan Luas/m2 + Tinggi Reklame x Harga

Satuan Tinggi/m) + ((Bobot x skor lokasi +Bobot x skor sudut

pandang+Bobot x skor ketinggian) x Nilai satu satuan Nilai Strategis)

Prosedur Pengawasan dan Penertiban Reklame Berjalan

Pada Peraturan Bupati Aceh Utara Nomor 41 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Penyelenggaraan Reklame dalam bab Pengawasan dan Penertiban

menyatakan:
9

a. Pengawasan penyelenggaraan reklame dilakukan oleh Tim Reklame

sesuai dengan kewenangannya masing-masing/ tupoksi yang melekat

pada masing masing SKPD sebagai bagian anggota Tim Reklame.

b. Pengawasan dilakukan terhadap aspek masa berlakunya izin,

perpajakan, retribusi, estetika, konstruksi bangunan dan aspek teknis

lainnya.

c. Penertiban reklame dilakukan terhadap penyenggaraan reklame yang:

1) Tanpa izin

2) Telah berakhir masa izinnya dan tidak diperpanjang

3) Terdapat perubahan ukuran, bentuk dan tema sehingga tidak

sesuai lagi dengan izin yang diberikan

4) Perletakan titik reklamenya tidak pada titik yang telah ditetapkan

dalam gambar TLB

5) Konstruksi reklamenya tidak sesuai dengan IMB reklame yang

telah diterbitkan

d. Pelaksanaan penertiban terhadap reklame yang terpasang tanpa izin

dapat dilakukan secara langsung oleh Satuan Polisi Pamong Praja

beserta Pengawas Bangunan.

e. Terhadap Reklame yang telah berakhir masa izinnya dan tidak

dilakukan perpanjangan, BPPT segera membuat Surat Peringatan (SP)

kepada Penyelenggara Reklame untuk segera mengajukan

perpanjangan.
10

f. Apabila sampai dengan jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja Surat

Peringatan (SP) tidak ditanggapi, maka BPPT segera mengajukan

Surat Permintaan Penertiban kepada Satuan Polisi Pamong Praja.

g. Terhadap pelanggaran yang dilakukan BPPT dapat mengajukan

permintaan penertiban/pembongkaran kepada Satuan Polisi Pamong

Praja.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakanadalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif. Pendekatan penelitian deskriptif adalah penelitian yang

memberikan gambaran penjelasan secara cermat mengenai individu atau

kelompok tertentu tentang suatu keadaan dan gejala yang terjadi

(Koentjaraningrat, 1993:89). Penelitian deskriptif ini digunakan penulis untuk

memfokuskan pembahasan tentang gambaran mengenai kinerja pengawasan pajak

reklame berjalan yang ada di Kabupaten Aceh Utara.

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Aceh Utara. Peneliti melakukan wawancara,

observasi dan dokumentasi mengenai kinerja pengawasan reklame berjalan yang

berada di Kabupaten Aceh Utara untuk mengetahui bagaimana prosedur dan tata

cara pengawasan pajak reklame yang dilakukan oleh Tim Reklame dari DPPKA

Kabupaten Aceh Utara.

Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh peneliti menggunakan

teknik triangulasi. Menurut Moleong (2010: 330) triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu dari luar data itu untuk
11

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh.

Dalam penelitian ini menggunakan jenis triangulasi teori untuk menguji

keabsahan data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Triangulasi teori

dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dengan peraturan

perundang-undangan, serta buku lainnya. Setelah melakukan triangulasi tersebut

peneliti diharakan mampu menyimpulkan keabsahan data yang diharapkan.

PEMBAHASAN

Kebijakan Penyelenggaraan Reklame Berjalan

Kebijakan pemberian perizinan reklame Kabupaten Aceh Utara yang

diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Aceh Utara Nomor 41 Tahun 2009

menjelaskan bahwa pengajuan penyenggaraan reklame dilaksanakan dengan

mengajukan izin dahulu ke Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Aceh

Utara untuk mendapatkan surat izin dari bupati dalam pendirian dan

penyelenggaraan reklame. Setelah mendapatkan izin dari BPPTAceh Utara

selanjutnyapenyenggara reklame meneruskan administrasi ke DPPKA Aceh Utara

untuk menentukan besarnya pajak yang harus dibayar dalam pemasangan

reklame.

Saat ini di Kabupaten Aceh Utara penyelenggaraan reklame digolongkan

menjadi 2 (dua), yaitu reklame tetap dan reklame insidentil. Dari 2 (dua) jenis

reklame tersebut yang membedakan adalah masa penyelenggaraannya. Untuk

reklame tetap masa penyelenggaraanya adalah 1 (satu) tahun, sedangkan untuk

reklame insidentil adalah paling lama 30 (tiga puluh) hari.


12

Dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Reklame,

reklame berjalan masuk dalam jenis reklame tetap yang mempunyai masa izin

penyelenggaraan reklame selama 1 (satu) tahun. Namun di lapangan ternyata tidak

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Reklame berjalan di

Kabupaten Aceh Utara saat ini digolongkan dalam jenis reklame insidentil. Hal ini

seperti yang dituturkan Petugas DPPKA Aceh Utara yang mengatakan,

“kalau bicara tentang reklame berjalan saat ini di Aceh Utara


mengkategorikan reklame berjalan itu masuk dalam jenis reklame
insidentil mas”.

Dari penjelasan petugas DPPKA Kabupaten Aceh Utara tersebut dapat

diketahui bahwa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi DPPKA tidak

menerapkan apa yang seharusnya tertulis dalam peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang pajak reklame.

Objek pemungutan dari reklame berjalan adalah reklame yang

ditempatkan pada kendaraan atau benda yang dapat bergerak dengan cara ditarik

atau dibawa oleh orang. Saat ini yang banyak terselenggara adalah reklame

berjalan yang ditempatkan pada kendaraan umum seperti angkot, bus kota dan

kendaraan operasional milik perusahaan. Akan tetapi pemungutan pajak reklame

yang berada di Kabupaten Aceh Utara saat ini adalah pada bus kota dan kendaraan

operasional perusahaan saja. Sedangkan reklame berjalan yang ada pada angkot

tidak dipungut pajak reklame. Hal ini dituturkan oleh petugas DPPKA Aceh Utara

yang mengatakan,

"Saat ini di aceh utara penyelenggaraan reklame berjalan kita tidak


memungut untuk reklame yang berada di angkot-angkot. Jadi penerimaan
kita untuk pajak reklame berjalan hanya reklame branding dari kendaraan
perusahaan yang mengajukan penyenggaraan reklame pada
kendaraannya”.
13

Jika reklame yang berada pada angkot tidak dikenakan pajak reklame

maka bisa disimpulkan bahwa reklame yang beredar pada angkot adalah reklame

liar dan tidak memiliki ijin dalam penyenggaraannya. Jika dilihat dijalanan

sekarang angkot yang kaca belakangnya ditempel stiker berupa materi reklame

sangat banyak, dan kebanyakan dari pemilik angkot tersebut merasa senang jika

dipasangi reklame dari perusahaan yang menitipkan pasang reklame pada

angkotnya. Seharusnya pemilik perusahaan yang memasang reklamelah yang

mengajukan ijin kepada pemerintah kabupaten untuk pemungutan pajak, dan

pemilik perusahaan juga memberi kompensasi kepada pemilik angkot untuk

dipasangi reklame dari produk miliknya. Ini yang bisa menyebabkan penerimaan

pajak dari pajak reklame menurun.

Dari hasil pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan

penyelenggaraan reklame berjalan belum dilakukan dengan maksimal, karena

tidak semua objek pajak reklame berjalan dikenakan pemungutan pajak untuk

reklame berjalan.

Pengawasan Pajak Reklame Berjalan

Pengawasan yang dilakukan oleh tim reklame pada Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kabupaten Aceh Utara masih belum efektif

dilakukan, ini dikarenakan kurangnya personil yang melakukan pengawasan. Dari

tim reklame DPPKA Kabupaten Aceh Utara yang melakukan tugas lapangan

mengawasi pajak reklame hanya 5 (lima) orang, ini dituturkan oleh petugas

DPPKA yang menjadi informan mengatakan,

“Saat ini tim reklame dari dispenda sini 5 orang mas, itu meliputi orang
lapangan yang biasanya tugas luar untuk ikut patroli dengan dinas
14

lainnya mengecek masa pajak dari reklame yang telah tayang


dilapangan”.

Dari pengawasan tim reklame yang melakukan patroli menemukan

reklame yang tidak berizin maupun yang menyalahi aturan estetika dari perizinan

reklame akan meneruskan kepada Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Aceh Utara yang selanjutnya akan dilakukan penertiban berupa pembongkaran

reklame tersebut yang dibantu oleh Satpol PP sebagai SKPD yang mempunyai

wewenang untuk melakukan penertiban reklame.

Hasil observasi lapangan dari peneliti menemukan bahwa pemberian izin

reklmae berjalan yang ada di Kabupaten Aceh Utara tidak terdapat peneng atau

tanda izin dari DPPKA atas masa berakhir dari pajak reklmae yang terpasang. Hal

tersebut diperkuat oleh pernyataan petugas DPPKA yang mengatakan,

“Saat ini untuk reklame berjalan tidak diberi peneng mas dalam
perizinannya, jadi kami mencatat jenis kendaraan dan plat nomor dari
kendaraan yang dipasangi reklame. Memang untuk reklame berjalan ini
masih rentan mas terhadap reklame illegal yang tidak berizin”.

Ini yang menyebabkan reklame berjalan sulit untuk dilakukan pengawasan

dari masa izin pemasangan reklame berjalan. Seharusnya dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Aceh Utara Nomor 7 Tahun 2005 bahwa setiap reklame yang telah

diberikan izin pemasangan selanjutnya akan diberi peneng atau tanda masa

berakhirnya izin dari reklame tersebut.

Tindak Lanjut Atas Pengawasan Pajak Reklame Berjalan

Tindakan koreksi atas pengawasan reklame berjalan sampai saat ini belum

dilakukan dikarenakan tidak adanya peneng atau tanda masa berakhirnya masa

pajak yang diberikan setiap penyelenggaraan reklame dan keterbatasan biaya


15

untuk melakukan penertiban reklame. Pernyataan ini dikuatkan oleh pernyataan

petugas DPPKA yang mengatakan,

“Kalau untuk pembongkaran reklame berjalan tidak dilakukan, itu


disebabkan yang pertama kita tidak tahu apakah reklame itu berizin atau
tidak karena tidak ada peneng dalam reklame berjalan, yang kedua kita
disini tidak memberlakukan jaminan bongkar terhadap reklame berjalan,
jadi kalau dihitung itu biaya operasional pembongkaran dengan pajak
yang didapat untuk satu kendaraan itu tidak sebanding”.

Jika untuk reklame lain ada jaminan bongkar untuk setiap izin

penyelanggaraan reklame dalam reklame berjalan ini tidak ada jaminan bongkar

maka dari itu dari tim reklame tidak melakukan penertiban karena biayanya tidak

sebanding dengan yang dikeluarkan dalam melakukan penertiban berupa

pembongkaran reklame. Hal ini merupakan penyebab adanya kebocoran

penerimaan pajak reklame berjalan, bisa saja reklame berjalan yang sekarang

banyak beredar itu tidak berizin dan penyelenggara tahu bahwa tidak ada

penertiban, maka orang-orang bebas melakukan reklame berjalan pada kendaraan

tanpa takut untuk reklame mereka dibongkar.

You might also like