Professional Documents
Culture Documents
Laporan TA
Laporan TA
TUGAS AKHIR
Oleh :
NAMA :SUPRIYATNA
NIM. 1501028
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah-masalah yang muncul pada “Pembuatan Alat Simulasi K3 untuk
Pemahaman Dalam Dunia Kerja” meliputi :
1. Proses Pembuatan Desain.
2. Proses Fabrikasi.
3. Analisis Keamanan alat simulasi K3 untuk pembelajaran.
1.3 BATASAN MASALAH
Pada penulisan laporan tugas akhir ini agar ruang lingkup batasan lebih
terarah, maka penulis memberi batasan hanya pada masalah : Perancangan alat
peraga simulasi k3 yang dibuat untuk simulasi k3.
1.4 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari pembuatan alat peraga pengujian simulasi keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) yaitu ;
1. Merancang alat peraga simulasi k3
4. Diharapkan alat peraga simulasi k3 ini dapat digunakan sebagai salah satu alat
praktikum mata kuliah fabrikasi / k3
3
A. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini ada beberapa pemaparan yang akan di bahas oleh penulis,
seperti latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan laporan.
B. BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan beberapa pemaparan tentang materi yang akan menjadi
teori dasar dalam perancangan dan pembuatan alat peraga simulasi k3
C. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang tahapan dan metode penelitian
yang dibuat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada
diagram alir (Flowchart) dibuat untuk menjelaskan tehapan – tahapan
tersebut.
D. BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas tentang tahapan proses perancangan dan
pembuatan alat peraga unjuk kerja kompresor torak tunggal, dari tahap analisis
perancangan desain, mengimplementasikan desain pada proses perancangan dan
pembuatan serta implementasinya, berupa penjelasan teoritik, baik secara
kualikatif, kuantitatif atau secara sistematik.
E. BAB V PENUTUP PENELITIAN
Pada bab ini membahas mengenai kesimpulan yang berhubungan dengan
pembuktian yang diperoleh dalam proses perancangan dan pembuatan alat
peraga simulasi k3
4
BAB II
LANDASAN TOERI
5
Terjepit oleh benda
Gerakan melebihi kemampuan
Pengaruh suhu tinggi
Terkena arus listrik
Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi
(Sumber : ILO 1962)
2002).
6
2.4 Klasifikasi roda gigi
Roda gigi diklasifikasikan sebagai berikut :
Menurut letak poros.
Menurut arah putaran.
Menurut bentuk jalur gigi
2.4.2 Menurut arah putaran
Menurut arah putarannya, roda gigi dapat dibedakan yaitu :
Roda gigi luar ; arah putarannya berlawanan.
Rodagigi dalam dan pinion ; arah putarannya sama
2.4.3 Jenis-jenis roda gigi antara lain :
1. Roda gigi lurus
2. Roda gigi miring
3. Roda gigi payung
2.5 Definisi Bantalan (Bearing).
Bantalan (Bearing) adalah Elemen Mesin yang digunakan untuk menumpu
poros yang berbeban, sehingga putaran atau gesekan bolak baliknya dapat
berlangsung secara halus, aman dan tahan atau memisahkan antara bagian yang
berputar dengan bagian yang diam. Bantalan tersebut dapat memikul beban radial,
aksial dan kombinasi serta harus kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka
prestasi seluruh system akan menurun atau tidak dapat bekerja secara baik. Jadi,
bantalan dalam permesinan dapat diartikan dengan pondasi pada sebuah gedung.
Pada perencanaan pada bantalan yang dapat berfungsi sebagai anti gesekan
dihadapkan dengan persoalan dalam merencanakan sekelompok elemen yang
membentuk sebuah bantalan rol ; elemen – elemen ini harus direncanakan untuk
masuk kedalam suatu ruang yang ukurannya sudah tertentu, ini direncanakan untuk
menerima suatu beban yang mempunyai karakter tertentu dan elemen ini harus
direncanakan untuk umur yang memuaskan bila dioperasikan pada suatu kondisi
tertentu. Sofyan Hadi on Feb 11, 2016
Para tenaga ahli di bidang perancangan (design), bantalan harus
mempertimbangkan hal – hal seperti berikut ;
7
Pembebanan lelah
Panas
Gesekan (friction)
Ketahanan terhadap korosi
Kinematika
Sifat-sifat bahan
Teloransi pengerjaan mesin
Pelumasan
Pemasangan
Pemakaian
Biaya
2.5.1 Klasifikasi bantalan (Bearing Classification)
Bantalan dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
(1). Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros.
Identifikasi Bearing
8
Gambar 2.3. Identigikasi Beraing (1-2)
Bentuk : 62 NU 22
Urutan diameter Poros : 03 12
Diameter Poros : 17 mm 60 mm
9
Gambar 2.4. Struktur unit bantalan (Rumah Bearing)
Sumber Sofyan Hadi on Feb 11, 2016
10
Rantai lebih banyak digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros satu ke
poros lain ketika jarak pusat antara poros adalah pendek seperti pada sepeda, sepeda
motor, mesin pertanian (tracktor), konveyor, rolling mills, dan lain-lain. Rantai
bisa juga digunakan untuk jarak pusat yang panjang hingga 8 meter. Rantai
digunakan untuk kecepatan hingga 25 m/s dan untuk daya sampai 110 kW. Dalam
beberapa kasus, transmisi daya yang lebih tinggi juga memungkinkan
menggunakan rantai. Asep Sukarya on Jun 09, 2015
1. Tidak slip selama rantai bergerak, di sini rasio kecepatan yang sempurna dapat
dicapai.
2. Karena rantai dibuat dari logam, maka rantai menempati ruang yang kecil dalam
lebar dari pada belt.
9. Dapat dioperasikan pada kondisi atmosfir dan temperatur yang lebih besar.
Kerugian :
11
1. Pitch of chain (kisar dari rantai). Itu adalah jarak antara pusat engsel pada
rantai seperti pada Gambar 2.6. Kisar biasa dinotasikan p.
2. Diameter lingkar kisar dari sprocket rantai. Ini adalah diameter lingkaran
dimana pusat engsel dari rantai diletakkan, ketika rantai dibelitkan melingkar ke
sebuah sprocket seperti pada Gambar 2.6. Titik A, B, C dan D adalah pusat engsel
dari rantai dan membentuk lingkaran melalui pusat tersebut dinamakan lingkaran
kisar (pitch circle) dan diameternya dinamakan sebagai diameter lingkar kisar.
1. Block atau bush chain (rantai ring). Seperti pada Gambar 2.7, tipe ini
menghasilkan suara berisik ketika bergesekan dengan gigi sprocket. Tipe ini
digunakan sedemikian luas seperti rantai conveyor pada kecepatan rendah.
12
2. Bush roller chain (rantai roll ring). Seperti pada Gambar 2.8, terdiri dari
plat luar, plat dalam, pin, bush (ring) dan rol. Pin, bush dan rol dibuat dari paduan
baja. Suara berisik yang ditimbulkan sangat kecil akibat impak antara rol dengan
gigi sprocket. Rantai ini hanya memerlukan pelumasan yang sedikit.
3. Silent chain (rantai sunyi). Seperti pada Gambar 9, rantai ini dirancang
untuk menghilangkan pengaruh buruk akibat kelonggaran dan untuk
menghasilkan suara yang lembut (tak bersuara).
13
Gambar 2.10.: Silent chain
Tabel 1: Karakteristik untuk rantai rol menurut IS:2403-1991 Asep Sukarya on Jun
09, 2015.
14
2.6 Pengertian puli
Puli merupakan salah satu elemen dalam mesin yang mereduksi putaran dari
motor bensin menuju reducer, ini juga berfungsi sebagai kopling putaran motor
bensin dengan reducer. Puli dapat terbuat dari besi cor, baja cor, baja pres, atau
aluminium.
2.7.1 Besi
Besi adalah logam transisi yang paling banyak dipakai karena relatf melimpah
dialam dan mudah diolah. Besi murni tidak begitu kuat, tetapi bila dicampur
dengan logam lain dan karbon didapat baja yan sangat keras. Biji besi biasanya
mengandung hematite (Fe2O3) yang dikotori oleh pasir (SiO2) sekitar 10%, serta
15
sedikit senyawa sulfur, posfor, alumunium dan mangan. (Jensen/Chenoweth,
Kekuatan bahan terapan).
Besi cor (Cast iron) Secara umum Besi Tuang adalah Besi yang mempunyai
kandungan karbon antara 2,5%- 4%, karena kandungannya hanya 2,5%- 4% maka
besi tuang ini mempunyai kemampuan las yang rendah. Karbon dalam Besi Tuang
dapat berupa sementit (Fe3C) atau biasa disebut dengan Karbon Bebas (grafit).
(Jensen/Chenoweth,1991, Kekuatan bahan terapan).
Besi Tuang jenis ini dibuat dari Besi Tuang Putih dengan melakukan heat
treatment kembali yang tujuannya menguraikan seluruh gumpalan graphit (Fe3C)
akan terurai menjadi matriks Ferrite, Pearlite dan Martensite. Mempunyai sifat
yang mirip dengan Baja. (Jensen/Chenoweth, 1991, Kekuatan bahan terapan).
Jenis Besi Tuang ini sering dijumpai (sekitar 70% besi tuang berwarna abu-abu).
Mempunyai graphite yang berbentuk flake. Sifat dari besi tuang ini kekuatan
tariknya tidak begitu tinggi dan keuletannya rendah sekali.
16
D. Besi Tempa
Besi tempa (Wrought Iron) adalah suatu besi yang dihasilkan melalui pembuatan
dan penyempurnaan sedemikian rupa sehingga memiliki sifat-sifat penting seperti
keuletan, kemamputempaan, dan ketangguhan. Oleh karena itu besi tempa ini
cocoknya untuk bagian-bagian mesin yang dibentuk dengan penempaan.
(Jensen/Chenoweth, 1991, Kekuatan bahan terapan).
Besi tempa di peroleh melalui beberapa proses. Dari proses-proses ini ini terdapat
satu proses yaitu proses kubangan (upddling process) yang paling umum
digunakan. Pada proses ini besi pig disertai sejumlah fluks dilebur dalam suatu
tanur reflektur yang berdinding besi oksida, sehingga mengurangi kandungan
karbon dari besi berkurang menjadi 0,15% dan juga membebaskan sejumlah
belerang. Kemudian campuran dilumuri, yang diaduk dengan tongkat baja.
Mendekati akhir proses pemurnian besi, panas tanur tidak mempu menjadi besi
yang telah dimurnikan dalam keadaan meleleh, dan oleh karena terbentuk bolabola
adonan yang mengandung sejumlah terak kecil.
2.7.3 Baja
Baja Adalah suatu produksi besi yang mengandung kadar karbon sekitar 1,7%.
Produk ini secara khusus dan secara teknis dinyatakan sebagai baja karbon (
carbon steel ). Baja paduan (alloy steel) adalah suatau baja karbon yang sudah
ditambahkan satu atau lebih unsur-unsur tambahan dalam jumlah yang cukup
untuk menghasilkan sifat-sifat yang dikehendaki, yang tidak dimiliki oleh baja
karbon. (Jensen/Chenoweth, 1991 Kekuatan bahan terapan).
1. Baja karbon
Besi murni (ferrit) tentuhlah tidak mengandung karbon . besi ini relative lunak
dan liat serta mampu tempa, tetapi tidak kuat. (Jensen/Chenoweth,1991 Kekuatan
bahan terapan).
17
.
2. Baja Paduan
Bila satu atau lebih logam yang ditambahkan kedalam baja karbon dalam jumlah
yang cukup, maka akan diperoleh sifat-sifat baja yang baru, hasil ini
18
2.8.2 Proses Pemotongan ( Cutting proces ).
Proses pemotongan (Cutting proces) adalah proses pemotongan material
rangka yang sebelumnya sudah melewati proses penandaan yang sesuai dengan
ukuran pada desain gambar.
Mesin gerinda (Lihat Gambar 2.13) adalah salah satu mesin perkakas yang
digunakan untuk mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip
kerja mesin gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda. kerja
sehingga terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan.
19
beberapa bagian, yang mana bagian yang satu dengan yang lain akan
dihubungkan. Salah satu cara untuk menghubungkan suku bagian-suku bagian
tersebut adalah dengan cara memberikan sambungan. (Jensen/Chenoweth 1991,
Kekuatan bahan terapan).
20
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt dan amper nya kurang dari 90
A). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi
sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik
dapat diatur sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan tipe
elektrodanya. (Jensen/Chenoweth,1991, Kekuatan bahan terapan).
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur
listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam
pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga
terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan benda
kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan penghantar
timbulah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam busur dan suhu
dapat mencapai 5500 °C. (Jensen/Chenoweth,1991, Kekuatan bahan terapan).
2.8.5 Elektroda
Elektroda (Lihat Gambar 2.15.) adalah konduktor yang dilalui arus listrik
dari satu media ke yang lain, biasanya dari sumber listrik ke perangkat atau
bahan. Fungsi dari elektroda itu sendiri ialah Sebagai penghantar arus listrik dari
tang elektroda ke busur yang terbentuk, setelah bersentuhan dengan benda kerja.
21
Peralatan pendukung pengelasan lainnya (Lihat Gambar 2.16.), diantaranya :
• Sikat Kawat
Sambungan las (Lihat Gambar 2.17.) dalam kontruksi baja pada dasarnya
dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan
tumpang, sambungan dengan penguat dan sambungan sisi seperti yang ditunjukan
dalam gambar. Pembagian lebih lanjut dari sambungan ini dapat dilihat, dalam
gambar dibawah. (Wiryosumarto H, 1994 : 159)
22
Gambar 2.17 Jenis-jenis Sambungan Las Dasar
(Wiryosumarto H, 1994, 157)
B. Sambungan Tumpul
Sambungan dan jaminan sambungan. Karena itu pemilihan bentuk alur sangat
penting, bentuk dan ukuran alur sambungan datar ini sudah banyak distandarkan
dalam standar AWS, BS, DIN, GOST, JSSC dan lain-lainnya.
Pada dasarnya dalam memilih bentuk alur harus menuju kepada penurunan logam
las. Sampai kepada harga yang terendah tidak menurunkan mutu sambungan.
Karena hal ini maka dalam pemilihan bentuk alur diperlukan kemampuan dan
23
penglaman yang luas. Bentuk-bentuk yang telah distandarkan pada umumnya
hanya meliputi pelaksanaan pengelasan yang sering dilakukan sehingga dalam
pengelasan khusus bentuk alur harus ditentukan sendiri berdasarkan penglaman
yang dapat dipercaya. (Wiryosumarto H, 1994 : 159)
C. Sambungan bentuk T
Pada kedua sambungan ini (Lihat Gambar 2.18.) secara garis besar dibagi dalam
dua jenis yaitu jenis las dengan alur dan jenis las sudut, hal-hal yang dijelaskan
untuk sambungan tumpul diatas juga berlaku untuk sambungan jenis ini, dalam
pelaksanaan pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang menghalngi yang
dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur.
24
D. Sambungan sudut
Dalam sambungan ini (Lihat tabel 2.7) dapat terjadi penyusunan dalam arah tebal
pelat yang dapat menyebabkan terjadinya retak lamel, hal ini dapat dihindari
dengan membuat alur pada pelat tegak seperti yang terlihat dalam pengelasan yang
tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaanya dapat
dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.
(Wiryosumarto H, 1994 : 159)
F. Sambungan Tumpang
1. Benda yang dilas tersebut harus dapat cair atau lebur oleh panas
25
2. Bahwa antara benda-benda padat yang disambungkan tersebut terdapat
kesesuain sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau meninggalkan
sambungan tersebut.
Tegangan Total :
0,F7.A 1 6.lH 2
26