You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kebanyakan bayi adalah matur, sehat dan terbentuk sempurna pada saat lahir,
tetapi dalam presentase kecil tidaklah demikian. Bagi mereka yang mengalami hal
demikian, deteksi dan penanganan awal terhadap masalah adalah penting.
Sebetulnya semua bayi yang berkembang dibawah normal disebut premature
kemudian diketahui bahwa baik usia gestasi dan pertumbuhan yang diukur melalui
berat badan merupakan indicator penting terhadap derajat resiko yang sesuai.
Berbicara sesuai umum, bayi paterm dan mereka dengan BBLR memiliki tingkat
mortalitas yang tinggi dibandingkan dengan bayi lahir fullterm dengan berat badan
yang sesuai. Bayi yang memiliki masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan
biasanya mengalami gangguan pernafasan, neurology dan terminal.
Namun belakangan ini teknologi kedokteran sangat maju. Jaman dulu bayi
prematur yang lahir usia 6 bulan ke bawah (25 minggu atau kurang) hamper tidak ada
harapan hidup sama sekali. Boleh dibilang hampir semuanya mati. Karena kemajuan
kedokteran sekarang, bayi lahir prematur sekitar 6 bulan bisa dipertahankan hidupnya.
Pada mulanya tim dokter dan orang tua senang dengan adanya teknologi ini. Mereka
bisa menyelamatkan nyawa bayi yang pada jaman dulu sudah hampir pasti akan mati
jika lahir usia kandungan 25 minggu atau kurang. Karena teknologi ini sangat baru,
efeknya tidak terlalu diketahui. Sampai pada akhirnya ada yang mempelajari efek bayi
prematur. Dan hasilnya bahwa bayi prematur yang diselamatkan dahulu hanya 25%
yang bisa dianggap nomal. Dari jumlah yang sedikit itupun, sebagian besar
kecerdasannya sangat terbatas (bodoh). 75% sisanya mengalami berbagai macam
kelainan, dari gagal ginjal, problem dengan jantung, sampai pada keterbelakangan
mental akut.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan bayi premature?
2. Bagaimana etiologi dari bayi premature ?
3. Bagaimana patofisiologi dari bayi premature?
4. Bagaimana pathway dari bayi premature?
5. Apa saja klasifikasi dari bayi premature?
6. Apa saja manifestasi klinis dari bayi premature?
1
7. Apa saja komplikasi dari bayi premature?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada prematuritas?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada prematuritas?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yg dimaksud dari bayi premature
2. Untuk mengetahui etiologi dari bayi premature
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari bayi premature
4. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari prematuritas
5. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari bayi premature
6. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis dari bayi premature
7. Untuk megetahui apa saja komplikasi dari bayi premature
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada prematuritas
9. Untuk mengetahui bagaimna asuhan keperawatan pada prematuritas

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Konsep dasar teori


A. Definisi
Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari
dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007)

Kelahiran premature juga diartikan sebagai kelahiran yang berlangsung pada


umur kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
American College of Obstetricians and Gynecology dalam Suspimantri (2014).
Terdapat tiga kategori bayi lahir prematur menurut WHO, yaitu:
1. Extremly Preterm (< 28 minggu)
2. Very Preterm(28 minggu hingga < 32 minggu)
3. Moderate to Late Preterm(32 minggu hingga < 37 minggu).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bayi prematur ditetapkan
berdasarkan umur kehamilan.

B. Etiologi
Prematuritas adalah penyebab utama dari kematian perinatal di negara idiopatik,
meskipun pada beberapa kasus disebabkan oleh infeksi, kelainan uterus,
inkompetensia serviks dan kelainan placenta (Adnyanti, 2011).. Etiologi prematur
adalah :
1. Demografi
a. Insidens bertambah
1. Batas usia teratas dan terbawah Mungkin berkaitan dengan campuran faktor
lainnya.
2. Status sosial ekonomi yang rendah
3. Prenatal care yang tidak adekuat
4. Ras. Beberapa penelitian melaporkan kenaikan dua kali lipat kulit hitam.
2. Gaya hidup dan pekerjaan
a. Terbukti menaikkan insidens
1. Merokok
2. Penggunaan obat-obatan (drug ust)
b. Mungkin insidens naik
3
1. Berdiri terlalu lama
2. Kelelahan kerja dan kerja terlalu lama
3. Kerja berat mengangkat berat pada pasien yang mempunyai predisposisi
melahirkan prematur.
3. Riwayat Reproduksi
Faktor utama dalam menetapkan resiko pada kehamilan yang sedang
berlangsung.
4. Anomali uterus
Lelomiomata pada uterus bisa juga meningkatkan insidens partus prematurus.
5. Kenaikan berat badan
Berat badan yang rendah atau kenaikan berat badan yang sedikit bisa
meningkatkan resiko.
6. Anemia
a. Alat prediksi yang paling lemah.
b. Kemungkinan berkaitan dengan faktor resiko lainnya.
7. Ukuran uterus dan kelainan placenta
Uterus yang menggelembung (distended) bisa memperbesar perbentukan
junction.
a. Kehamilan ganda
b. Polihramnnion
Faktor yang dapat mendorong timbulnya prematuritas adalah :
1. Faktor ibu adalah meliputi :
a. Usia dibawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
b. Penyakit yang diderita ibu, misalnya pendarahan antepartum, trauma psikis,
toksimia gravidarum.
c. Hipotensi tiba-tiba
d. Pre eklami dan eklamsi
e. Multigravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat.
f. Keadaan sosial ekonomi rendah
g. Ibu perokok, peminum alkohol.
2. Faktor janin adalah :
a. Kehamilan ganda
b. Kelainan kromosom
c. Infeksi dalam kandungan
4
d. KPD
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal
b. Radiasi
c. Zat-zat racun

Penyebab dari bayi prematur menurut Surasmi (2003) antara lain:


1. Faktor ibu
a. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi.
b. Kelainan bentuk uterus (mis. Uterus bikornis, inkompeten serviks).
c. Tumor (mis. mioma uteri dan , sistoma).
d. Ibu yang menderita angkara sakit antara lain:
e. Akut dengan gejala panas tinggi (mis. tifus abdominalis, malaria).
f. Kronis (mis. TBC, penyakit jaunting, gromerulonefonis).
2. Trauma pada masa kehamilan antara lain:
a. Fisik (mis. Jatuh).
b. Psikologis (mis. stres).
3. Usia ibu pada waktu hamilkurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun..
4. Plasenta antara lain plasenta previo, solusio plasenta.
5. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. Ketuban pecah dini
d. Cacat bawaan
e. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)
f. Insufisiesi plasenta
g. Inkompatibilitas darah ibu dan janin (factor Rhessus, golongan darah ABO)
6. Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Solusio plasenta
7. Tidak diketahui

5
C. Patofisiologi
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan karena
respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah
aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu lingkungan rendah
adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons terhadap rangsangan dingin, tubuh
bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari
cadangan lemak cokelat untuk menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah
ke jaringan. Sterss dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan
hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respons terhadap stress dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat
memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang ( hipoksia) dan keadaan ini akan
menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah
dan kelaina paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit terolong oleh
haemoglobin fetal ( HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi
dapat bertahan lebih lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stress akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan ventilasi paru
sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini menghambat metabolisme
glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob yang menyebabkan peningkatan asam
laktat, kondisi ini bersamaandengan metabolisme lemak cokelat yang menghasilkan
asam sehingga meningkatkan konstribusi terjadinya asidosis.
Termoregulasi. Bayi prematur umurnya relatif kurang mampu untuk bertahan
hidup karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut berpengaruh terhadap
kesanggupan bayi untuk mengatur dan mempertahankan suhu badannya dalam batas
normal. Bayi prematur dan imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal, karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya
cadangan glikogen dan lemak cokelat sebagai sumber kalori. Tidak ada atau
kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih luas akan
menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak. Respons menggigil pada
bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak dapat meningkatkan panas tubuh
melalui aktivitas. Selain itu kontrol refleks kapiler kulit juga masih kurang. (asrining
surasmi dkk, 2003).
6
D. Pathway
Etiologi kelahiran prematur

Faktor ibu faktor janin


- Tumor - kehamilan ganda
- Hipotensi mendadak pada ibu - hidramnion
- Pre eklamsia dan eklamsi. - KPD
- Gangguan mendadak pada plasenta - infeksi
Ganggua aliaran darah

Perfusi O2 kejaringan cyanosis sirkulasi darah ke paru

PO2 darah PCO2 sesak

Gangguan pertukaran gas asidosis respiratori odem paru perubahan polanafas

HB – CO2 metabolisme anaerob CO


As. Laktat
anemi Glikolisis glikogen tubuh
(jantung – hepar) Tonus otot

Daya tahan tubuh menurun Asidosis metabolik Intoleransi aktifitas


Penurunan
perfusi jaringan resiko infeksi
Mengenai otak

kematian

( Surasmi, Asrining. 2003)

E. Klasifikasi
Menurut Prawirohardjo (2002 ), klasifikasi prematur adalah:

7
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu. Bayi dengan
gestasi 24-27 minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara yang belum
atau sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28-30 minggu masih
mungkin dapat hidup dengan perawatan yang intensif.
2. Bayi pada derajat prematur sedang (moderately premature): 31-36 minggu. Pada
golongan ini kesanggupan untuk hidup lebih jauh lebih baik dari golongan
pertama dan gejala sisa yang dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal
saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
3. Borderline premature: masa gestasi 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat-sifat
prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola seperti
bayi matur. Sehingga bayi ini harus diawasi dengan seksama.
F. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala atau manifestasi klinis bayi prematur (Surasmi, 2003). adalah:
1. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.
2. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.
3. Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. .Kepala relative lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya
banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus.
7. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul apnea.
8. Reflek tonik leher lemah danr efleks morro positif.
9. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang,
testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol,
labia minora belum tertutup labia mayora.
10. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah.
11. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.
12. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan reflex hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif.
13. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga
seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga (Surasmi, 2003).
14. Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
15. Otot-otot masih hipotonik
16. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
8
17. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
18. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagalnapas)
19. Kepala tidak mampu tegak .

G. Komplikasi
Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur
1. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera menangis secara
spontan dan teratur stelah lahir(Aminullah,2006, hal 709).
2. Hipotermia
Hipotermia adalah peristiwa kehilangan panas yang terjadi bila suhu tubuh
bayi turun di bawah suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5oC - 37oC (suhu
aksila).Gejala hipotermia apabila suhu < 36 oC atau kedua kaki dan tangan teraba
dingin.Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang
mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen,
mengakibatkan hipoksemia dapat berlanjut dengan kematian (Prawirohardjo,
2006, hal 373).
3. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi.Ini disebabkan oleh karena daya
tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatifbelum sanggup membentuk
antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum
baik(Budjang, 2006, hal 780).
4. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
5. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring. (Whaley & Wong, 1995)
6. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
7. Necrotizing Enterocolitas (NEC) à (Bobak. 2005)

H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
9
2. Pemantauan gas darah arteri
Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar
PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %.
3. Kimia darah sesuai kebutuhan
4. Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
5. Penyimpangan darah tali pusat

I. Penatalaksanaan
a. medik
1. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi
sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh
permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan
lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan
lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat
konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat
badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2
– 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta mempertahankan suhu tubuh sekitar
37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan
yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan
pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi
dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di
letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C.
Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk
10
mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan
memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam
incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi.
Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan
alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit
bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini
suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan
sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang
rendah.Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin
untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku,
warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang
diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan
dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi
ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan
komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan
perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila
bayi lahir sangant premature.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur
refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap
kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan
ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras
ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada
bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung.
1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi)
dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari
pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor
dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari.

11
2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu),
refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan
ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi
prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu),
refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah
melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan
terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/
hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah
sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup
bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar
bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan
cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia
esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga
dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya
bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya.
Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap
air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi
diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5
ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam.
Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari
dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap
peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan
sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan,
12
keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening
(TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan
perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus
selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus.
Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter,
perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi.
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa
menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan
pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya.
Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian
menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi
jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya
stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa
pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat
badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg
kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi
kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur
dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga
diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang
terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat
mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
13
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya
lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh
bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas
ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya
orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih
sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya
cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar
apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus
seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,
mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan
warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Proses sistematik berupa pengumpulan , verifikasi dan komunikasi data klien (potter
and perry vol 1, 144) meliputi:
1. Biodata
2. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi ke dinginan atau suhu tubuh
rendah
3. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat badan
kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3
menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-10
normal
4. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
5. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru, Tumor
kandungan, Kista, Hipertensi
6. Riwayat kehamilan
7. ADL
Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu.
Pola Istirahat tidur : terganggu oleh karena hipotermia.
Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan.
PolaAktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas.
PolaEliminasi : BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah
8. Pemeriksaan
Pemeriksaan Umum
PemeriksaanFisik
1. Kardiovaskular
a. Denyut jantung 120 – 160 x per menit pada sisi apikal dengan irama teratur
b. Saat kelahiran, terdengar murmur
15
2. Gastrointestinal
a. Protruding abdomen
b. Keluaran mekonium setelah 12 jam
c. Kelemahan menghisap dan penurunan reflex
d. Pastikan anus tanpa/dengan abnormalitas kongenital
5. Integumen
a. Cyanosis, jaundice, mottling, kemerahan, atau kulit berwarna kuning
b. Verniks caseosa sedikit dengan rambut lanugo di seluruh tubuh
c. Kurus
d. Edema general atau local
e. Kuku pendek
f. Kadang-kadang terdapat petechie atau ekimosis
6. Muskuloskeletal
a. Cartilago pada telinga belum sempurna
b. Tengkorak lunak
c. Keadaan rileks, inaktive atau lethargi
7. Neurologik
a. Refleks dan pergerakan pada test neurologik tanpa resistansi
b. Reflek menghisap, swalowing, gag reflek serta reflek batuk lemah atau
tidak efektif
c. Tidak ada atau minimalnya tanda neurologic
d. Mata masih tertutup pada bayi dengan umur kehamilan 25 – 26 minggu
e. Suhu tubuh yang tidak stabil : biasanya hipotermik
8. Pulmonary
a. Respiratory rate antara 40 – 60 x/menit dengan periode apnea
b. Respirasi irreguler dengan nasal flaring, grunting dan retraksi (interkostal,
suprasternal, substrenal)
c. Terdengar crakles pada auskultasi
9. Renal
a. Berkemih terjadi 8 jam setelah lahir
b. Kemungkinan ketidakmampuan mengekresikan sulution dalam urine
10. Reproduksi
a. Perempuan: labia mayora belum menutupi klitoris sehingga tampak
menonjol
16
b. Laki-laki: testis belum turun secara sempurna ke kantong skrotum, mungkin
terdapat inguinal hernia.
11. Data penunjang
a. X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas
b. Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ
c. Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa
d. Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia
e. Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur
lebih peka terhadap hiperbilirubinemia)
f. Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis,
analisis feses dan lain sebagainya

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan belum sempurnanya ekspansi
paru bayi
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan lemahnya reflek telan
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan simpanan lemak
cokelat
4. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan bayi terhadap system
imun yang belum matang
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan.
C. Intervensi keperawatan

N Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
o. keperawatan

1. Ketidakefektifan NOC NIC


pola napas
berhubungan Respiratory status : Airway Management 1) Memudahkan
Ventilation ekspansi paru
dengan belum Manajemen jalan napas dan
sempurnanya Respiratory status : Airway menurunkan
ekspansi paru bayi 1) Atur posisi pasien untuk adanya
patency
memaksimalkan ventilasi kemungkinan
Setelah dilakukan tindakan 2) Anjurkan bernafas yang lidah jatuh
pelan dan dalam yang
keperawatan ....x 24jam pola
3) Auskultasi suara nafas, catat

17
napas kembali efektif dengan area penurunan atau menyumbat
kriteria hasil: ketiadaan ventilasi dan jalan napas
adanya suara nafas 2) Membantu
a) RR normal (16- tambahan keefektifan
20x/menit) 4) Monitor respirasi dan pernafasan
b) Pergerakan dada normal oksigenasi pasien
c) Penggunaan otot-otot 5) Kolaborasi pemberian 3) Perubahan
bantu pernapasan oksigen yang sudah dapat
berkurang terhumidifikasi menandakan
awitan
komplikasi
pulmonal
atau
menandakan
lokasi/
luasnya
keterlibatan
otak
4) Menentukan
kecukupan
pernapasan,
keseimbanga
n asam basa
dan
kebutuhan
akan terapi
5) Memaksimal
kan oksigen
pada darah
arteri dan
membantu
dalam
pencegahan
hipoksia
2. Ketidakefektifan NOC NIC 1. Memaksimalk
bersihan jalan napas an jalan nafas
berhubungan Respiratory status : Airway Management 2. Mengurangi
Ventilation penyebab
dengan lemahnya 1. Posisikan pasien untuk 3. Memaksimalk
reflek telan Respiratory status : Airway memaksimalkan ventilasi an jalan nafas
patency 2. Lakukan fisioterapi dada 4. Mengidentifik
jika perlu asi penyebab
Setelah dilakukan tindakan 3. Keluarkan sekret dengan dan
keperawatan selama 3 x 24 batuk atau suction menetukan
4. Auskultasi suara nafas, catat intervensi
jam, pasien mampu dengan
adanya suara tambahan lanjutan
kriteria hasil : 5. Berikan bronkodilator bila 5. Memaksimala
perlu kan jalan nafas
1. Mendemonstrasikan batuk
6. Atur intake untuk cairan 6. Mengurangi
efektif dan suara nafas
mengoptimalkan dampak
yang bersih, tidak ada

18
sianosis dan dyspneu keseimbangan. kekurangan
(mampu mengeluarkan 7. Monitor respirasi dan status nutrisi
sputum, mampu bernafas O2 7. Memaksimala
dengan mudah, tidak ada kan jalan nafas
pursed lips)
2. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
3. Termoregulasi tidak Setelah dilakukan asuhan 1. Tempatkan bayi pada 1.
keperawatan selama 3 x 24 penghangat (inkubator) Mempertahanka
efektif berhubungan
jam termoregulasi efektif 2. Gunakan lampu pemanas n lingkungan
dengan keterbatasan termonetral,
dengan kriteria hasil: selama prosedur
membantu
simpanan lemak 3. Kurangi pajanan pada aliran
a. Mempertahankan suhu mencegah
cokelat udara, hindari pembukaan stress dingin
tubuh dalam batas normal jendela inkubator 2. Menurunkan
(35,5 sampai 37,3 0C) 4. Ganti pakaian dan linen bila kehilangan
basah panas pada
b. Bebas dari tanda stress
5. Berikan penghangat bertahap lingkungan
dingin yang lebih
pada bayi
dingin dari
6. Observasi suhu tubuh pada ruangan.
awal penghangatan tiap 15 3. Menurunkan
menit kehilangan
7. Kaji kemampuan bayi untuk panas karena
beradaptasi terhadap suhu konveksi atau
rendah konduksi
membatasi
kehilangan
panas melalui
radiasi
4. Menurunkan
kehilangan
panas melalui
evaporasi
5. Peningkatan
suhu tubuh
yang cepat
dapat
menyebabkan
konsumsi

19
oksigen
berlebihan dan
apnea
6. Hipotermi
membuat bayi
cenderung pada
stress dingin,
penghangatan
terlalu cepat
akan
menyebabkan
abnea.
7. Bayi dapat
mempertahanka
n suhu tubuh
stabil dalam
ruangan dan
tetap
meningkatkan
berat badan
4. Resiko infeksi NOC NIC 1. Untuk
berhubungan mengetahui
penurunan daya Self management chronic Fluid / Electrolyte Management nilai dan
disease kondisi
tahan tubuh 1. Monitor elektrolit level yang elektrolit
Setelah dilakukan tindakan tersedia pasien. Masih
keperawatan selama 3 x 24 2. Monitor hasil laboratorium di rentang
pasien normal atau
jam, pasien mampu dengan
3. Monitor tanda – tanda vitasl memerlukan
kriteria hasil : pasien perbaikan
4. Ajarkan pasien dan elektrolit
1. Menggunakan strategi
keluaraga untuk mengenal 2. Untuk
untuk meningkatkan
tamda – tanda terjadinya mengetahui
kenyamanan
infeksi kondisi sel
2. Menggunakan strategi
5. Kolaborasi pemberian dalam darah
untuk mengontrol nyeri
antibiotik maupun faal
3. Monitor perubahan
penyakit lainnya yang
ada di dalam
tubuh
3. Mengetahui
adanya
perubahan
gejala yang
dialami pasien.
4. Supaya segera
membawa ke
pelayanan
kesehatan dan
segera
melaporkan

20
jika terjadi
tanda infeksi
5. Membantu
mengurangi
resiko infeksi
5. Ketidakseimbangan NOC : NIC : 1. Mengurangi
nutrisi kurang dari Nutritional Status : food and Nutrition Management komplikasi
kebutuhan tubuh Fluid Intake 2. Memaksimalk
1. Kaji adanya alergi makanan an kebutuhan
berhubungan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Nutritional Status : nutrient nutrisi
dengan faktor untuk menentukan jumlah 3. Meningkatkan
Intake
psikologis dan kalori dan nutrisi yang nutrisi dan
biologis yang dibutuhkan pasien. stamina
mengurangi 3. Berikan makanan yang 4. Meningkatkan
pemasukan Setelah dilakukan tindakan terpilih ( sudah nafsu makan
keperawatan selama 3 x 24 dikonsultasikan dengan ahli 5. Intake adekuat
makanan.
jam, pasien mampu dengan gizi) 6. Meningkatkan
4. Berikan informasi tentang pengetahuan
kriteria hasil:
kebutuhan nutrisi pasien dan
1. Adanya peningkatan berat 5. Lakukan oral hygiene keluarga
badan sesuai dengan tujuan 6. Timbang berat badan tentang nutrisi
2. Berat badan ideal sesuai 7. Kaji kemampuan pasien 7. Memaksimalk
dengan tinggi badan untuk mendapatkan nutrisi an nutrisi yang
3. Mampu mengidentifikasi yang dibutuhkan. sesuai dengan
kebutuhan nutrisi klien
4. Tidak terjadi edema
5. Makan minum positif
6. Tidak muntah
6. Ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan 1. Circulation Precaution 1. Capillary refill
perifer berhubungan Setelah diberikan asuhan a. Kaji secara komprehensif time, akral,
keperawatan selama ...x24 sirkulasi perifer (CRT, dan suhu
dengan perubahan
jam diharapkan perfusi akral, suhu ekstremitas) ekstremitas
aliran darah jaringan perifer klien efektif b. Hindari adanya luka pada menunjukkan
sekunder akibat dengan kriteria hasil: area dengan penurunan status
peningkatan a. Tissue Perfusion: sirkulasi sirkulasi
viskositas darah Peripheral c. Anjurkan klien untuk perifer
b. CRT pada jari tangan klien mempertahankan asupan 2. Apabila ada
< 3 detik (5 = no deviation cairan adekuat luka pada area
from normal range) d. Pantau TTV klien tiap 8 sirkulasi maka
c. CRT pada jari kaki klien < jam proses
3 detik (5 = no deviation penyembuhann
from normal range) 2. Skin Surveilance ya akan
d. Denyut perifer teraba kuat a. Pantau denyut nadi perifer terhambat
(5 = no deviation from karena
normal range) sirkulasi yang
e. Akral pada Ekstremitas tidak adekuat,
klien tidak dingin (5 = no maka harus
deviation from normal dihindari
range) adanya luka

21
f. Tekanan darah sistolik 3. Asupan cairan
110-130 mmHg (5 = no adekuat
deviation from normal mencegah
range) peningkatan
g. Tekanan darah diastolik viskositas
70-90 mmHg (5 = no darah yang
deviation from normal memperburuk
range) sirkulasi
4. Gambaran
tekanan darah
dan nadi
menunjukkan
status sirkulasi
klien
5. Denyut nadi
perifer perlu
dikaji untuk
mengetahui
status sirkulasi
perifer adekuat
atau tidak

D. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan mencapai tujuan yang spesifik
(Nursalam, 2008).
Jenis tindakan dalam tahap pelaksanaan :
1. Mandiri (independen).
Tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk membantu pasien dalam
mengatasi masalahnya seperti merawat kebersihan daerah kewanitaan agr
tidak terjadi infeksi.
2. Saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent)
Tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama perawatan atau dengan tim
kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapi, analisis kesehatan, misalnya
dalam hal memberi obat-obatan.
3. Rujukan/ketergantungan (dependen)
Tindakan atas dasar rujukan dari profesi lain seperti, pemberian makan pada
pasien. Sesuai dengan diit dan latihan fisik (mobilitas fisik) sesuai dengan
anjuran bagian fisioterapi.

E. Ealuasi

22
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya (Lynda J.C, 2002).

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Premature adalah persalinan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat
bayi kurang dari 2500 gram. Masalah Kesehatan pada bayi prematur, membutuhkan asuhan
kebidanan.
Faktor penyebat persalinan bayi prematur adalah adanya faktor maternal, faktor fetal,
dan faktor lain, seperti kehamilan, kondisi medis, faktor sosial ekonomi dan faktor gaya idup
kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm.

B. Saran
Dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan diharapkan mahasiswa lebih berperan aktif
dalam melakukan pembinaan kasus. Sehingga asuhan yang diberikan dapat diterapkan
sesuai dengan teori yang didapat di institusi pendidik

24
DAFTAR PUSTAKA

Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Dorlan, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Asculapius FKUI
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
http/healthrefernce-ilham.blogspot.com

25

You might also like