You are on page 1of 39

METABOLISME KARBOHIDRAT

Pendahuluan
Kata karbohidrat berasal dari kata karbon dan air. Secara sederhana karbohidrat didefinisikan sebagai
polimer gula. Karbohidrat adalah senyawa karbon yang mengandung sejumlah besar gugus hidroksil.
Karbohidrat paling sederhana bisa berupa aldehid (disebut polihidroksialdehid atau aldosa) atau berupa
keton (disebut polihidroksiketon atau ketosa). Berdasarkan pengertian di atas berarti diketahui bahwa
karbohidrat terdiri atas atom C, H dan O. Adapun rumus umum dari karbohidrat adalah:

Cn(H2O)n atau CnH2nOn

Fungsi karbohidrat

Fungsi primer dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka pendek (gula merupakan sumber
energi). Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka menengah (pati untuk
tumbuhan dan glikogen untuk hewan dan manusia). Fungsi lainnya adalah sebagai komponen struktural
sel.

Klasifikasi karbohidrat

Karbohidrat dapat dikelompokkan menurut jumlah unit gula, ukuran dari rantai karbon, lokasi gugus
karbonil (-C=O), serta stereokimia.

Berdasarkan jumlah unit gula dalam rantai, karbohidrat digolongkan menjadi 4 golongan utama yaitu:

1. Monosakarida (terdiri atas 1 unit gula)

2. Disakarida (terdiri atas 2 unit gula)

3. Oligosakarida (terdiri atas 3-10 unit gula)

4. Polisakarida (terdiri atas lebih dari 10 unit gula)

Pembentukan rantai karbohidrat menggunakan ikatan glikosida.

Berdasarkan lokasi gugus –C=O, monosakarida digolongkan menjadi 2 yaitu:

1. Aldosa (berupa aldehid)

2. Ketosa (berupa keton)


Klasifikasi karbohidrat menurut lokasi gugus karbonil

Berdasarkan jumlah atom C pada rantai, monosakarida digolongkan menjadi:

1. Triosa (tersusun atas 3 atom C)

2. Tetrosa (tersusun atas 4 atom C)

3. Pentosa (tersusun atas 5 atom C)

4. Heksosa (tersusun atas 6 atom C)

5. Heptosa (tersusun atas 7 atom C)

6. Oktosa (tersusun atas 3 atom C)

Klasifikasi karbohidrat menurut jumlah atom C

Contoh monosakarida

Contoh pertama di atas (sebelah kiri) menunjukkan sebuah monosakarida triosa (memiliki 3 atom C),
aldosa (berstruktur aldehid/-COH) sehingga dinamakan gula aldotriosa. Sedangkan contoh kedua
(sebelah kanan) menunjukkan sebuah monosakarida heksosa (memiliki 6 atom C), ketosa (berstruktur
keton/R-CO-R) sehingga dinamakan gula ketoheksosa.

Berdasarkan stereokimia, monosakarida terbagi menjadi beberapa golongan. Stereokimia adalah studi
mengenai susunan spasial dari molekul. Salah satu bagian dari stereokimia adalah stereoisomer.
Stereoisomer mengandung pengertian:

1. memiliki kesamaan order dan jenis ikatan

2. memiliki perbedaan susunan spasial

3. memiliki perbedaan properti (sifat).

Enantiomer merupakan pasangan dari stereoisomer. Dalam hal ini terdapat aturan yaitu:

1. Diberi awalan D dan L

2. Keduanya merupakan gambar cermin yang tak mungkin saling tumpang tindih

Gambar-gambar berikut memberikan penjelasan mengenai perbedaan susunan spasial dalam


enatiomer.

Ilustrasi untuk enantiomer (perhatikan perbedaan susunan spasial yang ada)


Contoh enantiomer dari gula triosa (perhatikan perbedaan susunan spasial yang ada)

Monosakarida-monosakarida penting

Beberapa monosakarida penting bagi tubuh kita di antaranya adalah D-gliseraldehid, D-glukosa, D-
fruktosa, D-galaktosa serta D-ribosa.

1. D-gliseraldehid (karbohidrat paling sederhana)


Karbohidrat ini hanya memiliki 3 atom C (triosa), berupa aldehid (aldosa) sehingga
dinamakan aldotriosa.

D-gliseraldehid (perhatikan bahwa gula ini hanya memiliki 3 atom C sehingga disebut paling sederhana)

2. D-glukosa (karbohidrat terpenting dalam diet)


Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering kita sebut sebagai dekstrosa, gula anggur
ataupun gula darah. Gula ini terbanyak ditemukan di alam.

D-glukosa (perhatikan bahwa glukosa mengalami siklisasi membentuk struktur cincin)

3. D-fruktosa (termanis dari semua gula)


Gula ini berbeda dengan gula yang lain karena merupakan ketoheksosa.

D-fruktosa (perhatikan bahwa fruktosa mengalami siklisasi membentuk struktur cincin)

4. D-galaktosa (bagian dari susu)


Gula ini tidak ditemukan tersendiri pada sistem biologis, namun merupakan bagian dari
disakarida laktosa.

D-galaktosa (perhatikan bahwa galaktosa mengalami siklisasi membentuk struktur cincin)

Perbedaan pokok antara D-glukosa dan D-galaktosa (perhatikan daerah berarsis lingkaran)

5. D-ribosa (digunakan dalam pembentukan RNA)


Karena merupakan penyusun kerangka RNA maka ribosa penting artinya bagi genetika bukan
merupakan sumber energi. Jika atom C nomor 2 dari ribosa kehilangan atom O, maka akan
menjadi deoksiribosa yang merupakan penyusuna kerangka DNA.

D-ribosa (perhatikan gula ini memiliki 5 atom C)

Disakarida-disakarida penting

Beberapa disakarida penting bagi tubuh kita di antaranya adalah β-maltosa, β-laktosa serta sukrosa.

1. β-maltosa
Disakarida ini tak ditemukan di alam kecuali pada kecambah padi-padian. Maltosa merupakan
gabungan dari 2 molekul glukosa.

β-maltosa (ikatan antara kedua monosakarida merupakan ikatan C1-4. Atom C nomor 1 yang tak berikatan
dengan glukosa lain dalam posisi beta)

2. β-laktosa

Laktosa sering disebut sebagai gula susu. Disakarida ini tersusun atas glukosa dan galaktosa.
Kita tidak dapat menggunakan galaktosa secara langsung, tetapi harus diubah menjadi
glukosa.

β-laktosa (ikatan antara kedua monosakarida merupakan ikatan C1-4)

3. Sukrosa

Sukrosa merupakan gula terbanyak yang bisa didapatkan dari tumbuhan. Tumbuhan yang
banyak dimanfaatkan karena kandungan sukrosa adalah tebu dan bit.

Sukrosa (berbeda dengan maltosa dan laktosa, ikatan yang menghubungkan kedua monosakarida adalah ikatan
C1-2)

Polisakarida-polisakarida penting

Beberapa polisakarida penting bagi tubuh kita di antaranya adalah amilum (pati), glikogen dan selulosa.

1. Amilum

Pati merupakan polisakarida yang berfungsi sebagai cadangan energi bagi tumbuhan. Pati
merupakan polimer α-D-glukosa dengan ikatan α (1-4). Kandungan glukosa pada pati bisa
mencapai 4000 unit. Ada 2 macam amilum yaitu amilosa (pati berpolimer lurus) dan
amilopektin (pati berpolimer bercabang-cabang). Sebagian besar pati merupakan amilopektin.

Struktur amilosa (perhatikan bahwa amilosa tidak bercabang)

Struktur amilopektin (bandingkan dengan amilosa)

2. Glikogen

Glikogen merupakan polimer glukosa dengan ikatan α (1-6). Polisakarida ini merupakan
cadangan energi pada hewan dan manusia yang disimpan di hati dan otot sebagai granula.
Glikogen serupa dengan amilopektin.

Struktur glikogen (bandingkan dengan amilum)

3. Selulosa
Selulosa tersusun atas rantai glukosa dengan ikatan β (1-4). Selulosa lazim disebut sebagai serat dan
merupakan polisakarida terbanyak.

Struktur selulosa yang merupakan polimer dari glukosa (bandingkan dengan pati)

Karbohidrat-karbohidrat lain

Beberapa karbohidrat bergabung dengan komponen lain. Sebagai contoh adalah mukopolisakarida,
suatu materi tipis, kental, menyerupai jelly dan melapisi sel.

Stuktur dari mukopolisakarida

Contoh yang lain adalah glikoprotein, suatu protein yang mengikat unit karbohidrat dengan ikatan
kovalen. Struktur ini memainkan beberapa peran penting di antaranya dalam proses proteksi
imunologis, pembekuan darah, pengenalan sel-sel, serta interaksi dengan bahan kimia lain.

Glikoprotein

Metabolisme karbohidrat
Pada bagian-bagian terdahulu Anda telah mempelajari berbagai macam karbohidrat, antara lain
monosakarida, disakarida, oligosakarida serta polisakarida. Karbohidrat siap dikatabolisir menjadi energi
jika berbentuk monosakarida. Energi yang dihasilkan berupa Adenosin trifosfat (ATP).

Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan
diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati,
serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain dalam tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan
bahan bakar metabolik utama bagi jaringan mamalia (kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar
universal bagi janin. Unsur ini diubah menjadi karbohidrat lain dengan fungsi sangat spesifik, misalnya
glikogen untuk simpanan, ribose dalam bentuk asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam
senyawa lipid kompleks tertentu dan dalam bentuk gabungan dengan protein, yaitu glikoprotein serta
proteoglikan.

Sekilas tentang metabolisme

Peristiwa yang dialami unsur-unsur makanan setelah dicerna dan diserap adalah METABOLISME
INTERMEDIAT. Jadi metabolisme intermediat mencakup suatu bidang luas yang berupaya memahami
bukan saja lintasan metabolik yang dialami oleh masing-masing molekul, tetapi juga interelasi dan
mekanisme yang mengatur arus metabolit melewati lintasan tersebut.
Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori:

1. Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)

Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa pembentuk struktur dan mesin tubuh.
Salah satu contoh dari kategori ini adalah sintesis protein.

2. Lintasan katabolik (pemecahan)

Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi bebas, biasanya dalam bentuk
fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

3. Lintasan amfibolik (persimpangan)

Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada persimpangan metabolisme sehingga
bekerja sebagai penghubung antara lintasan anabolik dan lintasan katabolik. Contoh dari lintasan ini
adalah siklus asam sitrat.

Siklus asam sitrat sebagai lintasan amfibolik dalam metabolisme (perhatikan jalur persimpangan jalur katabolisme
dan anabolisme) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Sifat diet atau makanan menentukan pola dasar metabolisme di dalam tubuh. Mamalia, termasuk
manusia harus memproses hasil penyerapan produk-produk pencernaan karbohidrat, lipid dan protein
dari makanan. Secara berurutan, produk-produk ini terutama adalah glukosa, asam lemak serta gliserol
dan asam amino. Semua produk hasil pencernaan diproses melalui lintasan metaboliknya masing-
masing menjadi suatu produk umum yaitu Asetil KoA, yang kemudian akan dioksidasi secara sempurna
melalui siklus asam sitrat.

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Karbohidrat
Protein
Lipid
Gula sederhana (terutama glukosa)
Asam amino
Asam lemak + gliserol

gliserol
Asetil KoA
Siklus asam sitrat
2H
ATP
2CO2
Pencernaan dan absorpsi
Katabolisme

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Ilustrasi skematis dari lintasan metabolik dasar

Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme maupun
anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis serta
glukoneogenesis.

Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut:

1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat
jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.

2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.

3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.

4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah,
melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan
di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen
sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan
energi jangka panjang.

5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah
menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat
sampai dengan siklus asam sitrat.

6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi
non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa
baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.

Beberapa jalur metabolisme karbohidrat

Glikolisis

Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses pemecahan
glukosa menjadi:
1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)

2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)

Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya
asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi
lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.

Keseluruhan persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:

Glukosa + 2ADP +2Pi  2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Lintasan detail glikolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>Secara rinci, tahap-tahap


dalam lintasan glikolisis adalah sebagai berikut (pada setiap tahap, lihat dan hubungkan dengan
Gambar Lintasan detail metabolisme karbohidrat):

1. Glukosa masuk lintasan glikolisis melalui fosforilasi menjadi glukosa-6 fosfat dengan dikatalisir oleh
enzim heksokinase atau glukokinase pada sel parenkim hati dan sel Pulau Langerhans pancreas.
Proses ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat. ATP bereaksi sebagai kompleks Mg-ATP.
Terminal fosfat berenergi tinggi pada ATP digunakan, sehingga hasilnya adalah ADP. (-1P)

Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar berupa kalor, sehingga dalam
kondisi fisiologis dianggap irrevesibel. Heksokinase dihambat secara alosterik oleh produk reaksi
glukosa 6-fosfat.

Mg2+

Glukosa + ATP  glukosa 6-fosfat + ADP

2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 6-fosfat dengan bantuan enzim fosfoheksosa isomerase
dalam suatu reaksi isomerasi aldosa-ketosa. Enzim ini hanya bekerja pada anomer -glukosa 6-
fosfat.

-D-glukosa 6-fosfat  -D-fruktosa 6-fosfat

3. Fruktosa 6-fosfat diubah menjadi Fruktosa 1,6-bifosfat dengan bantuan enzim fosfofruktokinase.
Fosfofruktokinase merupakan enzim yang bersifat alosterik sekaligus bisa diinduksi, sehingga
berperan penting dalam laju glikolisis. Dalam kondisi fisiologis tahap ini bisa dianggap irreversible.
Reaksi ini memerlukan ATP sebagai donor fosfat, sehingga hasilnya adalah ADP.(-1P)
-D-fruktosa 6-fosfat + ATP  D-fruktosa 1,6-bifosfat

4. Fruktosa 1,6-bifosfat dipecah menjadi 2 senyawa triosa fosfat yaitu gliserahdehid 3-fosfat dan
dihidroksi aseton fosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldolase).

D-fruktosa 1,6-bifosfat D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat

5. Gliseraldehid 3-fosfat dapat berubah menjadi dihidroksi aseton fosfat dan sebaliknya (reaksi
interkonversi). Reaksi bolak-balik ini mendapatkan katalisator enzim fosfotriosa isomerase.

D-gliseraldehid 3-fosfat  dihidroksiaseton fosfat

6. Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat, dan karena
aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi
1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-fosfat.

D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+

Enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi di atas adalah gliseraldehid 3-fosfat
dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung kepada NAD.

Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+ yang
terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi.
(+3P)

Catatan:

Karena fruktosa 1,6-bifosfat yang memiliki 6 atom C dipecah menjadi Gliseraldehid 3-fosfat dan
dihidroksi aseton fosfat yang masing-masing memiliki 3 atom C, dengan demikian terbentuk 2
molekul gula yang masing-masing beratom C tiga (triosa). Jika molekul dihidroksiaseton fosfat juga
berubah menjadi 1,3-bifosfogliserat, maka dari 1 molekul glukosa pada bagian awal, sampai
dengan tahap ini akan menghasilkan 2 x 3P = 6P. (+6P)

7. Energi yang dihasilkan dalam proses oksidasi disimpan melalui pembentukan ikatan sulfur berenergi
tinggi, setelah fosforolisis, sebuah gugus fosfat berenergi tinggi dalam posisi 1 senyawa 1,3
bifosfogliserat. Fosfat berenergi tinggi ini ditangkap menjadi ATP dalam reaksi lebih lanjut dengan
ADP, yang dikatalisir oleh enzim fosfogliserat kinase. Senyawa sisa yang dihasilkan adalah 3-
fosfogliserat.

1,3-bifosfogliserat + ADP  3-fosfogliserat + ATP

Catatan:

Karena ada dua molekul 1,3-bifosfogliserat, maka energi yang dihasilkan adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)
8. 3-fosfogliserat diubah menjadi 2-fosfogliserat dengan dikatalisir oleh enzim fosfogliserat mutase.
Senyawa 2,3-bifosfogliserat (difosfogliserat, DPG) merupakan intermediate dalam reaksi ini.

3-fosfogliserat  2-fosfogliserat

9. 2-fosfogliserat diubah menjadi fosfoenol piruvat (PEP) dengan bantuan enzim enolase. Reaksi ini
melibatkan dehidrasi serta pendistribusian kembali energi di dalam molekul, menaikkan valensi
fosfat dari posisi 2 ke status berenergi tinggi.

Enolase dihambat oleh fluoride, suatu unsure yang dapat digunakan jika glikolisis di dalam darah
perlu dicegah sebelum kadar glukosa darah diperiksa. Enzim ini bergantung pada keberadaan Mg2+
atau Mn2+.

2-fosfogliserat  fosfoenol piruvat + H2O

10. Fosfat berenergi tinggi PEP dipindahkan pada ADP oleh enzim piruvat kinase sehingga menghasilkan
ATP. Enol piruvat yang terbentuk dalam reaksi ini mengalami konversi spontan menjadi keto
piruvat. Reaksi ini disertai kehilangan energi bebas dalam jumlah besar sebagai panas dan secara
fisiologis adalah irreversible.

Fosfoenol piruvat + ADP  piruvat + ATP

Catatan:

Karena ada 2 molekul PEP maka terbentuk 2 molekul enol piruvat sehingga total hasil energi pada
tahap ini adalah 2 x 1P = 2P. (+2P)

11. Jika keadaan bersifat anaerob (tak tersedia oksigen), reoksidasi NADH melalui pemindahan
sejumlah unsure ekuivalen pereduksi akan dicegah. Piruvat akan direduksi oleh NADH menjadi
laktat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim laktat dehidrogenase.

Piruvat + NADH + H+  L(+)-Laktat + NAD+

Dalam keadaan aerob, piruvat diambil oleh mitokondria, dan setelah konversi menjadi asetil-KoA,
akan dioksidasi menjadi CO2 melalui siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Ekuivalen pereduksi dari
reaksi NADH + H+ yang terbentuk dalam glikolisis akan diambil oleh mitokondria untuk oksidasi
melalui salah satu dari reaksi ulang alik (shuttle).

Kesimpulan:

Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:

- hasil tingkat substrat :+ 4P


- hasil oksidasi respirasi :+ 6P

- jumlah :+10P

- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : – 2P

+ 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:

- hasil tingkat substrat :+ 4P

- hasil oksidasi respirasi :+ 0P

- jumlah :+ 4P

- dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : – 2P

+ 2P

Oksidasi piruvat

Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang terjadi di dalam
mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda yang bekerja secara berurutan
di dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran interna mitokondria. Secara
kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan kompleks -
keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat.

Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga merupakan
konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non karbohidrat menjadi
karbohidrat.

Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi derivate hidroksietil
tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat dehidrogenase. Produk sisa
yang dihasilkan adalah CO2.

2. Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok prostetik
dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP lepas.

3. Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA, dengan hasil
sampingan berupa lipoamid tereduksi.
4. Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang mengandung FAD, pada
kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini dioksidasi oleh NAD+,
yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai respirasi.

Piruvat + NAD+ + KoA  Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Lintasan oksidasi piruvat (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Siklus asam sitrat

Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Kreb’s dan siklus asam trikarboksilat dan berlangsung di
dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein.

Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan katabolisme asetil KoA, dengan
membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi menyebabkan pelepasan dan
penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker jaringan, dalam bentuk ATP. Residu
asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3-COKoA, asetat aktif), suatu ester koenzim A. Ko-A
mengandung vitamin asam pantotenat.

Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid
dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi
asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut.

Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi dalam bentuk
hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi
ini kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi
oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan
total pada siklus tersebut.

Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks mitokondria, baik dalam bentuk bebas
ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna mitokondria sehingga memfasilitasi
pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada rantai respirasi, yang bertempat di
dalam membran interna mitokondria.

Lintasan detail Siklus Kreb’s (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:

1. Kondensasi awal asetil KoA dengan oksaloasetat membentuk sitrat, dikatalisir oleh enzim sitrat
sintase menyebabkan sintesis ikatan karbon ke karbon di antara atom karbon metil pada asetil KoA
dengan atom karbon karbonil pada oksaloasetat. Reaksi kondensasi, yang membentuk sitril KoA,
diikuti oleh hidrolisis ikatan tioester KoA yang disertai dengan hilangnya energi bebas dalam bentuk
panas dalam jumlah besar, memastikan reaksi tersebut selesai dengan sempurna.

Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O  Sitrat + KoA

2. Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase) yang mengandung besi
Fe2+ dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2 tahap, yaitu:
dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya terikat pada enzim dan rehidrasi
menjadi isositrat.

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Sitrat
Sis-akonitat

(terikat enzim)

Isositrat
H2O
H2O

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA mengadakan
kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa terakhir ini menghambat
akonitase sehingga menimbulkan penumpukan sitrat.

3. Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya enzim isositrat


dehidrogenase. Di antara enzim ini ada yang spesifik NAD+, hanya ditemukan di dalam mitokondria.
Dua enzim lainnya bersifat spesifik NADP+ dan masing-masing secara berurutan dijumpai di dalam
mitokondria serta sitosol. Oksidasi terkait rantai respirasi terhadap isositrat berlangsung hampir
sempurna melalui enzim yang bergantung NAD+.

Isositrat + NAD+  Oksalosuksinat  –ketoglutarat + CO2 + NADH + H+

(terikat enzim)
Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi –ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim isositrat
dehidrogenase. Mn2+ atau Mg2+ merupakan komponen penting reaksi dekarboksilasi. Oksalosuksinat
tampaknya akan tetap terikat pada enzim sebagai intermediate dalam keseluruhan reaksi.

4. Selanjutnya –ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif melalui cara yang sama dengan
dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua substrat berupa asam –keto.

–ketoglutarat + NAD+ + KoA  Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+

Reaksi tersebut yang dikatalisir oleh kompleks –ketoglutarat dehidrogenase, juga memerlukan
kofaktor yang idenstik dengan kompleks piruvat dehidrogenase, contohnya TDP, lipoat, NAD+, FAD
serta KoA, dan menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester berenergi tinggi). Arsenit
menghambat reaksi di atas sehingga menyebabkan penumpukan –ketoglutarat.

5. Tahap selanjutnya terjadi perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan adanya peran enzim
suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase).

Suksinil KoA + Pi + ADP  Suksinat + ATP + KoA

Dalam siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya contoh pembentukan fosfat berenergi tinggi
pada tingkatan substrat dan terjadi karena pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif –
ketoglutarat cukup memadai untuk menghasilkan ikatan berenergi tinggi disamping pembentukan
NADH (setara dengan 3P.

6. Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang diikuti oleh penambahan air dan
kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang menghasilkan kembali oksaloasetat.

Suksinat + FAD  Fumarat + FADH2

Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase yang terikat pada
permukaan dalam membrane interna mitokondria, berbeda dengan enzim-enzim lain yang ditemukan
pada matriks. Reaksi ini adalah satu-satunya reaksi dehidrogenasi dalam siklus asam sitrat yang
melibatkan pemindahan langsung atom hydrogen dari substrat kepada flavoprotein tanpa peran NAD+.
Enzim ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk sebagai hasil
dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir penambahan air pada fumarat untuk
menghasilkan malat.

Fumarat + H2O  L-malat

Enzim fumarase juga mengkatalisir penambahan unsure-unsur air kepada ikatan rangkap fumarat dalam
konfigurasi trans.
Malat dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat dehidrogenase,
suatu reaksi yang memerlukan NAD+.

L-Malat + NAD+  oksaloasetat + NADH + H+

Enzim-enzim dalam siklus asam sitrat, kecuali alfa ketoglutarat dan suksinat dehidrogenase juga
ditemukan di luar mitokondria. Meskipun dapat mengkatalisir reaksi serupa, sebagian enzim tersebut,
misalnya malat dehidrogenase pada kenyataannya mungkin bukan merupakan protein yang sama
seperti enzim mitokondria yang mempunyai nama sama (dengan kata lain enzim tersebut merupakan
isoenzim).

Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat

Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH2 akan dihasilkan
untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam hal ini sejumlah
ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna mitokondria (lihat
kembali gambar tentang siklus ini).

Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan fosfat
berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif. Namun demikian
FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi selanjutnya akan
dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat suksinil KoA diubah menjadi
suksinat.

Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:

1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P

2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 x 2P = 2P

3. Pada tingkat substrat = 1P

Jumlah = 12P

Satu siklus Kreb’s akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P = 12P.

Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Kreb’s, akan dapat kita hitung bahwa 1
mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai berikut:

1. Glikolisis : 8P

2. Oksidasi piruvat (2 x 3P) : 6P


3. Siklus Kreb’s (2 x 12P) : 24P

Jumlah : 38P

Glikogenesis

Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat.
Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus
asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.

Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna
makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka
kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan
glikogenesis.

Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan
amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui
jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati, maka besarnya simpanan
glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. Seperti amilum, glikogen merupakan
polimer -D-Glukosa yang bercabang.

Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman
heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu
makan. Setelah 12-18 jam puasa, hampir semua simpanan glikogen hati terkuras habis. Tetapi glikogen
otot hanya terkuras secara bermakna setelah seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama.

Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:

1. Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan
glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.

2. Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim
fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil
bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.

Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat  Enz-P + Glukosa 1-fosfat

3. Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat
glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.

UTP + Glukosa 1-fosfat  UDPGlc + PPi


Uridin difosfat glukosa (UDPGlc) (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–>

Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

4. Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kea
rah kanan persamaan reaksi

5. Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4
pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir
oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen
primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada
primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.

UDPGlc + (C6)n  UDP + (C6)n+1

Glikogen Glikogen

Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 14 untuk membentuk rantai pendek yang
diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul
glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul
glikogenin.

6. Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga
mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari
rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk
rangkaian 16 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan
tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah
jumlah residu terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan
meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.

Tahap-tahap perangkaian glukosa demi glukosa digambarkan pada bagan berikut.

Biosintesis glikogen (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen sintase.
Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan berpindah tempat
untuk membentuk cabang. Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim pembentuk cabang
(branching enzyme).

Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-
akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan
glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses
fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada
rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu
glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 16.

(C6)n + Pi  (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat

Glikogen Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke
cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 16 terpajan. Hidrolisis ikatan 16 memerlukan kerja
enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang
tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.

Tahap-tahap glikogenolisis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Glukoneogenesis

Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah
menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein
untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh.

Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-
senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.

Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut:

1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak
dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s.
Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.

Ringkasan jalur glukoneogenesis (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Lintasan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein. Perhatikan jalur glukoneogenesis yaitu masuknya lipid dan
asam amino ke dalam lintasan (dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)
<!–[if mso & !supportInlineShapes & supportFields]> SHAPE \* MERGEFORMAT <![endif]–> <!–[if mso &
!supportInlineShapes & supportFields]> <![endif]–>

Glukoneogenesis dari bahan protein. Dalam hal ini protein telah dipecah menjadi berbagai macam asam amino
(dipetik dari: Murray dkk. Biokimia Harper)

Metabolisme Karbohidrat

GLIKOLISIS
Glikogen adalah molekul polisakarida yang tersimpan dalam sel-sel hewan bersama
dengan air dan digunakan sebagai sumber energi. Ketika pecah di dalam tubuh, glikogen diubah
menjadi glukosa, sumber energi yang penting bagi hewan. Banyak penelitian telah dilakukan
pada glikogen dan perannya dalam tubuh ,sejak itu glikogen diakui sebagai bagian penting dari
sistem penyimpanan energi tubuh. \
Glikolisis adalah serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul
asam piruvat. Glikolisis adalah salah satu proses metabolisme yang paling universal yang kita
kenal, dan terjadi (dengan berbagai variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk
organisme. Proses glikolisis sendiri menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa
dibandingkan dengan oksidasi aerobik yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam
senyawa organik berupa adenosine triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah
ATP dan NADH
- Terjadi dalam semua sel tubuh manusia
- Degradasi an-aerob glukosa menjadi laktat
Glukose+2 ADP+2 Pi 2 Laktat + 2 ATP + 2 H2O
Glikolisis PDH

D-Glukosa 2-Piruvat 2 Asetil-KoA

2 CO2
2 Laktat
TCA

PDH= Pyruvate Dehydrogenase


ADP= Adonesine Di Phosphate
ATP= Adonesine Tri Phosphate

GLIKOGENESIS

 Glikogenesis adalah poses pembentukan glikogen dari glukosa.


 Glikogenolisis adalah proses penguraian Glikogen menjadi Glukosa
 Fermentasi adalah Penguraian Glukosa menjadi Senyawa antara ( asam laktat , alkohol)
karena penguraian glukosa dalam suasana Anaerob
 Respirasi adalah sebutan penguraian Glukosa menjadi CO2 dan H2O dalam suasana
Aerob

 Pada metabolisme karbohidrat pada manusia dan hewan secara umum, setelah melalui
dinding usus halus sebagian besar monosakarida dibawa oleh aliran darah ke hati.
 Di dalam hati, monosakarida mengalami sintesis menghasilkan glikogen, oksidasi
menjadi CO 2 dan H 2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah kebagian
tubuh yang memerlukannya sebagaimana digambarkan sbb

Gambaran Umum Metabolisme Karbohidrat: Hubungan antara hati, darah dan otot.
 Sebagian lain monosakarida dibawa langsung ke sel jaringan organ tertentu dan
mengalami proses metabolisme lebih lanjut.
 Karena pengaruh berbagai faktor dan hormon insulinyang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas, maka hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah.
 Bila kadar glkosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan dan
penyerapan karbohidrat, sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik.
 Sebaliknya bila kadar glukosa menurun, misalnya akibat latihan olahraga, glikogern
diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya mengalami proses katabolisme menghasilkan
energi (dalam bentuk energi kimia, ATP) yang dibutuhkan oleh kegiatan olahraga
tersebut

 Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting untuk kelancaran kerja tubuh.
Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100 ml.
 Keadaan dimana kadar glukosa berada di bawah 70mg/100ml disebut hipoglisemia, sedangkan
diatas 90mg/100ml disebut hiperglisemia.
 Hipoglisemia yang ekstrem dapat menghasilkan suatu rentetan reaksi goncangan yang
ditunjukkan oleh gejala gemetarnya otot, perasaan lemah badan dan pucatnya warna kulit.
 Hipoglisemia yang serius dapat menyebabkan kehilangan kesadaran sebagai akibat kekurangan
glukosa dalam otak yang diperlukan untuk pembentukan energi, sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian.

 Kadar glukosa yang tinggi merangsang pembentukan glikogen dari glukosa, sintesis asam
lemak dan kolesterol dari glukosa. Kadar glukosa antara 140 dan 170 mg/100 ml disebut
kadar ambang ginjal, karena pada kadar ini glukosa diekskresi dalam kemih melalui
ginjal.
 Gejala ini disebut glukosuria yaitu keadaan ketidakmampuan ginjal untuk menyerap
kembali glukosa yang telah mengalami filtrasi melalui sel tubuh.

 Kadar glukosa dalam darah diatur oleh beberapa hormon. Insulin dihasilkan oleh kelenjar
pankreas menurunkan kadar glukosa dengan menaikkan pembentukan glikogen dari
glukosa.
 Adrenalin (epineprin) yang juga dihasilkan oleh pankreas, dan glukagon berperan dalam
menaikkan kadar glukosa dalam darah. Semua faktor ini bekerjasama secara
terkoordinasi mempertahankan kadar glukosa tetap normal untuk menunjang
berlangsungnya proses metabolisme secara optimum.

Proses pembentukan glikogen ringkasnya sebagai berikut :

1. Tahap pertama adalah pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa, dengan bantuan enzim
glukokinase dan mendapat tambahan energi dari ATP dan fosfat.
2. Glukosa-6-fosfat dengan enzim glukomutase menjadi glukosa-1-fosfat.
3. Glukosa-1-fosfat bereaksi dengan UTP (Uridin Tri Phospat) dikatalisis oleh uridil
transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi).
4. Tahap terakhir terjadi kondensasi antara UDP-glukosa dengan glukosa nomor satu dalam
rantai glikogen primer menghasilkan rantai glikogen baru dengan tambahan satu unit
glukosa.
 Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat merupakan senyawa antara dalam proses
glikogenesis atau pembentukan glikogen dari glukosa.
 Proses kebalikannya, penguraian glikogen menjadi glukosa yang disebut glikogenolisis
juga melibatkan terjadinya kedua senyawa antara tersebut tetapi dengan jalur yang
berbeda seperti digambarkan pada Gambar dibawah.
 Senyawa antara UDP-glukosa (Glukosa Uridin Difosfat) terjadi pada jalur pembentukan
tetapi tidak pada jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim yang berperan dalam
kedua jalur tersebut juga berbeda.

Gambar Glikogenesis

 Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan glukosa 6-fosfat
dsari glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai senyawa kimia berenergi tinggi.
 Sedang enzim yang mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan
fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat.
Gambar Pembentukan
Uridin Di Phosphat Glucosa

 Glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin tri fosfat (UTP) dikatalis oleh glukosa 1-fosfat
uridil transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa)dan pirofosfat
(PPi).

 Mekanisme reaksi glikogenesis juga merupakan jalur metabolisme umum untuk


biosintesis disakarida dan polisakarida.
 Dalam berbagai tumbuhan seperti tanaman tebu, disakarida sukrosa dihasilkan dari
glukosa dan fruktosa melalui mekanisme biosintesis tersebut.
 Dalam hal ini UDP-glukosa abereaksi dengan fruktosa 6-fosfat, dikatalis oleh sukrosa
fosfat sintase, membentuk sukrosa 6-fosfat yang kemudian dengan enzim sukrosa
fosfatase dihidrolisis menjadi sukrosa.

Glikogenolisis
Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda
dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya
adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh
enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.
 Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda
dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-
fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak
menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.

 Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga
menghasilkan energy , yang energy itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP

Istilah yang berhubungan dengan metabolisme penguraian glukosa Dibagi menjadi dua :

1. Fermentasi ( Respirasi Anaerob)


2. Respirasi Aerob

Fermentasi atau peragian adalah proses penguraian senyawa kimia glukosa tanpa oksigen
melalui proses Glikolisis yang menghasilkan asam Piruvat , namun tidak berlanjut dengan siklus
krebs dan transport Elektron karena suasana reaksi tanpa oksigen.
Asam Piruvat kemudian akan diproses tanpa oksigen menjadi Asam piruvat ( Fermentasi Asam
Piruvat ) atau Asam Piruvat menjadi Asetal dehide kemudian Alkohol dalam Fermentasi Alkohol
Fermentasi menghasilkan gas CO2. Dalam Fermentasi Alkohol
Respirasi aerob adalah proses reaksi kimia yang terjadi apabila sel menyerap O2, menghasilkan
CO2 dan H2O.
Respirasi dalam arti yang lebih khusus adalah prosesproses penguraian glukosa dengan
menggunakan O2, menghasilkan CO2, H2O, dan energi (dalam bentuk energy kimia, ATP)

Proses Respirasi yang berjalan secara Aerob meliputi 3 langkah yaitu


1. Glikosis,
2. Daur Krebs : Dekarbosilasi Oksidatif dan Siklus Krebs
3. Sistem Transport electron (Fosforilasi Oksidatif)

 Glukosa adalah unit terkecil dari Karbohidrat


 Karbohidrat adalah senyawa yang tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O.
 Karbohidrat setelah dicerna di usus, akan diserap oleh dinding usus halus dalam bentuk
monosakarida
 Monosakarida dibawa oleh aliran darah sebagian besar menuju hati, dan sebagian lainnya
dibawa ke sel jaringan tertentu, dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut.
 Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen,
dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke
bagian tubuh yang memerlukan.
 Hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah atas bantuan hormon insulin yang
dikeluarkan oleh kelenjar pankreas.
 Kenaikan proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat menyebabkan glukosa dalam
darah meningkat, sehingga sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik.
 Sebaliknya, jika banyak kegiatan maka banyak energi untuk kontraksi otot sehingga
kadar glukosa dalam darah menurun
 Dalam hal ini, glikogen akan diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya mengalami
katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia, ATP).
 Faktor yang penting dalam kelancaran kerja tubuh adalah kadar glukosa dalam darah.
 Kadar glukosa di bawah 70 mg/100 ml disebut hipoglisemia.
 Adapun di atas 90 mg/100 ml disebut hiperglisemia.
 Hipoglisemia yang serius dapat berakibat kekurangan glukosa dalam otak sehingga
menyebabkan hilangnya kesadaran (pingsan).
 Hiperglisemia merangsang terjadinya gejala glukosuria, yaitu ketidakmampuan ginjal
untuk menyerap kembali glukosa yang telah mengalami filtrasi melalui sel tubuh.

Hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, yaitu:

1. Hormon insulin, dihasilkan oleh pankreas, berfungsi menurunkan kadar glukosa dalam
darah;
2. hormon adrenalin, dihasilkan oleh korteks

Untuk memahami proses penyederhanaan Glukosa dalam Glikolisis, Dekarbolsilasi Oksidatif ,


Siklus krebs dan STE(Fosforilasi oksidatif) secara skematis akan diuraikan disini OK

GLIKOLISIS

 Proses penguraian karbohidrat menjadi piruvat. Juga disebut jalur metabolisme Emden-
Meyergoff dan sering diartikan pula sebagai penguraian glukosa menjadi piruvat. Proses
ini terjadi dalam sitoplasma. Glikolisis anaerob: proses penguraian karbohidrat menjadi
laktat melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
 Proses penguraian glukosa menjadi CO 2 dan air seperti juga semua proses oksidasi.
Energi yang dihasilkan dari proses penguraian glukosa ini adalah 690 kilo-kalori (kkal).
 Jumlah energi ini sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah energi yang dapat
disimpan secara sangkil dalam bentuk energi kimia ATP yang dihasilkan dalam proses
penguraian tersebut.

Dengan adanya oksigen


(dalam suasana aerob), glikolisis menghasilkan piruvat, atau tanpa oksigen (glikolisis
anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis menghasilkan dua senyawa karbohidrat beratom
tiga dari satu senyawa beratom enam; pada proses ini terjadi sintesis ATP dari ADP + Pi.
Gambar 13 me-nunjukkan proses glikolisis secara keselurhan.

 Seperti halnya reaksi dengan glukokinase (reaksi tahap pertama) dan fosfofruktokinase
(reaksi tahap ketiga), reaksi dengan piruvat kinase ini juga merupakan reaksi yang tidak
reversibel, sehingga merupakan salah satu tahap reaksi pendorong glikolisis.

 Reaksi kebalikannya yang merupakan reaksi tahap pertama glukoneogenesis merupakan


suatu reaksi yang kompleksyang melibatkan beberapa enzim dan organel sel yaitu
mitokondrion, yang diperlukan untuk terlebih dahulu mengubah piruvat menjadi malat
sebelum terbentuknya fosfoenol piruvat.
 Pada jalan metabolisme ini, piruvat diangkut kedalam mitokondria dengan cara
pengangkutan aktif melalui membran mitokondrion. Selanjutnya piruvat bereaksi dengan
CO 2 menghasilkan asam oksalasetat.
 Reaksi ini dikatalis oleh piruvat karboksilase (enzim yang terdapat pada mitokondria
tetapi tidak terdapat pada sitoplasma), dan memerlukan koenzim biotin dan kofaktor ion
maggan, serta ATP sebagai sumber energi.
 Dalam mekanisme reaksinya, biotin (sebagai gugus biotinil) yang terikat pada gugus
lisina dari piruvat karboksilase, menarik CO 2 atau HCO 3 dalam mitokondrion
kemudian mengkondensasikan dengan asam piruvat ( dengan bantuan ATP dan Mn -2)
menghasilkan asam oksalasetat.
 Asam oksalasetat kemudian direduksi menjadi asam malat oleh NADH dan dikatalis
malat dehidrogenase. Asam malat diangkut keluar mitokondria dengan cara
pengangkutan aktif melalui membran mitokondrion yang kemudian dioksidasi kembali
menjadi asam oksalasetat oleh NAD + dan malat dehidrogenase yang terdapat dalam
sitoplasma.
 Akhirnya oksalasetat dikarboksilasi dengan CO 2 dan difosforilasi dengan gugus fosfat
dari GTP (guanosin trifosfat, sebagai sumber energi yang khas disamping ATP) dan
dikatalis oleh fosfoenolpiruvat karboksikinase menghasilkan fosfoenolpiruvat.
 Dengan demikian untuk mengubah satu molekul piruvat menjadi fosfoenolpiruvat
diperlukan energi sebanyak satu ATP plus satu GTP dan melibatkan paling sedikit empat
macam enzim.
 Dibandingkan dengan reaksi kebalikannya, yaitu perubahan sat molekul fosfoenol piruvat
menjadi piruvat, dihasilkan satu ATP dan melibatkan satu macam enzim saja.

 Dilihat dari keseluruhan, glikolisis terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama meliputi
tahap reaksi enzim yang memerlukan ATP, yaitu tahap reaksi dari glukosa sampai
dengan pembentukan fruktosa 6-fosfat., yang menggunaka dua molekul ATP tiap satu
molekul glukosa yang dioksidasi. Bagian kedua meliputi tahap reaksi yang menghasilkan
energi (ATP dan NADH) yaitu dari gliseraldehide 3-fosfat sampai dengan piruvat. Dari
bagian kedua ini dihasilkan dua molekul NADH dan empat molekul ATP untuk tiap
molekul glukosa yang dioksidasi (atau untuk dua molekul gliseraldehid 3-fosfat yang
dioksidasi). Karena satu molekul NADH yang masuk rantai pengangkutan elektron dapat
menghasilkan tiga molekul ATP, maka tahap reaksi bagian kedua ini menghasilkan 10
molekul ATP. Dengan demikian, keseluruhan proses glikolisis menghasilkan 10-2 = 8
molekul ATP untuk tiap molekul glukosa yang dioksidasi.

 Sebaliknya, untuk mensintesis satu molekul glukosa dari dua molekul piruvat dalam proses
glukoneogenesis diperlukan energi dari 4 molekul ATP, 2 GTP (sebanding dengan 2 ATP)
dan 2 NADH (= 6 ATP) atau sebanding dengan 12 molekul ATP.

GLUKONEOGENESIS

Glukoneogenesis adalah suatu pembentukan glukosa dari senyawa yang bukan


karbohidrat Glukoneogenesis penting sekali untuk menyediakan glukosa, apabila didalam diet
tidak mengandung cukup karbohidrat. Syaraf, medulla dari ginjal, testes, jaringan embriyo dan
eritrosit memerlukan glukosa sebagai sumber utama penghasil energi. Glukosa diperlukan oleh
jaringan adiposa untuk menjaga senyawa antara siklus asam sitrat. Didalam mammae, glukosa
diperlukan untuk membuat laktosa. Didalam otot, glukosa merupakan satu-satunya bahan untuk
membentuk energi dalam keadaan anaerobik.
Untuk membersihkan darah dari asam laktat yang selalu dibuat oleh sel darah merah dan otot,
dan juga gliserol yang dilepas jaringan lemak, diperlukan suatu proses atau jalur yang bisa
memanfaatkannya. Pada hewan memamah biak, asam propionat merupakan bahan utama untuk
glukoneogenesis. Jalur yang dipakai dalam glukoneogenesis adalah modifikasi dan adaptasi dari
jalur Embden-Meyerhof dan siklus asam sitrat.
Enzim tambahan yang diperlukan dalam proses ini selain dari enzim-enzim dalam kedua jalur
diatas adalah :
a. Piruvat karboksilase
Fosfoenolpiruvat karboksikinase
Fruktosa 1,6-bisfosfatase (tidak ada dalam otot jantung dan otot polos)
Glukosa 6-fosfatase
Dalam keadaan puasa, enzim piruvat karboksilase dan enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase
sintesisnya meningkat. Sintesis enzim ini juga dipengaruhi oleh hormon glukokortikoid. Dalam
keadaan puasa, oksidasi asam lemak dalam hepar meningkat. Ini membawa akibat yang
menguntungkan untuk glukoneogenesis karena akan menghasilkan ATP, NADH dan
oksaloasetat.
Asam lemak dan asetil-KoA akan menghambat enzim-enzim fosfofruktokinase, piruvat kinase
dan piruvat dehidrogenase, mengaktifkan enzim-enzim piruvat karboksilase dan fruktosa 1,6-
bisfosfatase.
b. Substrat untuk glukoneogenesis adalah :
1. asam laktat yang berasal dari otot, sel darah merah, medulla dari glandula supra-renalis, retina
dan sumsum tulang
2. gliserol, yang berasal dari jaringan lemak
3. asam propionat, yang dihasilkan dalam proses pencernaan pada hewan memamah biak.
4. asam amino glikogenik
c. Perubahan asam laktat menjadi glukosa
Untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa dapat dilihat pada diagram (gambar 14):
Asam laktat di dalam sitoplasma diubah menjadi asam piruvat, kemudian asam piruvat masuk ke
dalam mitokhondria dan diubah menjadi oksaloasetat. Karena oksaloasetat tidak dapat melewati
membran mitokhondria, maka diubah dulu menjadi malat. Di sitoplasma malat diubah kembali
menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat kemudian diubah menjadi fosfoenolpiruvat yang selanjutnya
berjalan ke arah kebalikan jalur Embden-Meyerhof dan akhirnya akan menjadi glukosa.
Pada diagram dapat juga kita lihat reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mengubah gliserol dan
asam-asam amino glukogenik menjadi glukosa. Asam amino glukogenik masuk ke dalam jalur
glukoneogenesis ditandai dengan bundaran dan panah pada siklus asam tri karboksilat ( TCA
cycle ).
Beberapa reaksi dan enzim-enzim tambahan untuk mengubah asam laktat menjadi glukosa
(selain jalur kebalikan glikolisis dan TCA cycle) adalah :

Enzim piruvat karboksilase mengkatalisis reaksi


1. Piruvat  Oksaloasetat (gambar 15-16)
Dalam reaksi ini diperlukan ATP, CO2 (berasal dari H2CO3), biotin ( yang diperlukan untuk
mengikat bikarbonat pada enzim sebelum ditambahkan pada asam piruvat ) dan ion Mg.
2. Enzim fosfoenolpiruvat karboksikinase mengkatalisis reaksi :
Oksaloasetat  Fosfoenolpiruvat

Dalam reaksi ini diperlukan "high energy phosphate" GTP atau ATP, dan akan terbentuk CO2.
7.3.3 Enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase akan mengkatalisis reaksi :
Fruktosa 1,6-bisfosfat  Fruktosa 6-fosfat
Enzim ini bisa didapatkan dalam hati, ginjal otot bergaris, sedangkan jaringan lemak, otot
jantung dan otot polos tidak mengandung enzim fruktosa 1,6-bisfosfatase.

Enzim glukosa 6-fosfatase mengkatalisis reaksi :


Glukosa 6-fosfat  Glukosa
Enzim ini terdapat dalam usus halus, hati, ginjal dan platelet, akan tetapi tidak bisa dijumpai
dalam otot dan jaringan lemak.
Enzim gliserokinase mengkatalisis reaksi :
Gliserol  Gliserol 3-fosfat
Dalam reaksi ini diperlukan ATP dan menghasilkan ADP. Enzim ini terutama terdapat dalam
hati dan ginjal.
Enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase mengkatalisis reaksi :
Gliserol 3-fosfat  Dihidroksi aseton fosfat ( DHAP )
Asam propionat perlu diaktivasi dahulu menjadi propionil-KoA. Ensim tiokinase mengkatalisis
reaksi ini dan memerlukan ATP , KoA dan ion Mg. Selanjutnya propionil-KoA diubah menjadi
D-metilmalonil-KoA, selanjutnya setelah mengalami rasemisasi akan diubah menjadi L-
metilmalonil-KoA. Senyawa ini kemudian akan diubah menjadi suksinil-KoA yang akan masuk
ke dalam siklus asam sitrat yang akhirnya akan diubah menjadi glukosa melalui kebalikan jalur
Embden-Meyerhof
Pada burung dara, ayam dan marmut fosfoenolpiruvat (PEP) kaboksikinase hepar terdapat
dalam mitokhondria. PEP yang terbentuk keluar dari mitokhondria.
PEP karboksikinase pada tikus terdapat di sitoplasma. Malat keluar.
Pada manusia, guinea pig dan sapi PEP karboksikinase terdapat di dalam dan di luar
mitokhondria.

METABOLISME ASAM URONAT


Selain dari jalur yang telah diterangkan di atas, glukosa 6-fosfat dapat diubah menjadi asam
glukoronat (glucoronic acid), asam askorbat (ascorbic acid) dan pentosa melalui suatu jalur yang
disebut "the uronic acid pathway" ( gambar-21 ).
Akan tetapi manusia, primata dan guinea pig tidak bisa membuat asam askorbat. Karena
kekurangan enzim tertentu, maka L-gulonat yang terbentuk tidak bisa diubah menjadi L-asam
askorbat. L-gulonat akan dioksidasi menjadi 3-keto-L-gulonat, yang kemudian mengalami
dekarboksilasi menjadi L-xylulose.
Reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut : glukosa-6fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-
fosfat. Glukosa 1-fosfat akan bereaksi dengan UTP (uridin trifosfat) dan membentuk nukleotida
aktif UDPG (uridin difosfat glukosa). Selanjutnya UDPG akan mengalami oksidasi dua tahap
pada atom karbon yang keenam. Asam glukoronat (D-glucoronate) yang terbentuk oleh enzim
yang tergantung pada NADPH, direduksi menjadi L-gulonat.
L-gulonat merupakan bahan baku untuk membuat asam askorbat.
Pada manusia, primata dan guinea pig L-gulonat melalui 3-keto L-gulonat akan diubah
menjadi L-xylulose (L silulose) (mungkin lebih baik dipakai istilah bah Ingrisnya, sebab bisa
disalah artikan dengan selulose=cellulose). D-xylulose merupakan bagian dari HMP Shunt.
Untuk bisa masuk ke dalam HMP Shunt,maka L-xylulose harus diubah dulu menjadi D-xylulose
melalui silitol. Dalam proses ini diperlukan NADPH dan NAD+. Perubahan silitol menjadi D-
silulosa dikatalisis enzim silulosa reduktase.
D-xylulose akan diubah menjadi D-xylulose 5-fosfat, ATP bertindak sebagai donor fosfat.
Pada suatu penyakit yang menurun yang disebut "essential pentosuria" di dalam urinnya
banyak didapatkan L-xylulose, diperkirakan enzim yang mengkatalisis L-xylulose menjadi
silitol tidak ada pada penderita penyakit ini.
METABOLISME GALAKTOSA
Galaktosa diserap usus dengan mudah diubah menjadi glukosa dalam hepar. "Galactose
tolerance test" adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui fungsi hepar, namun sekarang sudah
jarang dipakai.
Jalur yang dipakai untuk mengubah galaktosa menjadi glukosa adalah sebagai berikut (
gambar-23 ):
Galaktokinase mengkatalisis reaksi (1) dan dalam reaksi ini diperlukan ATP sebagai donor
fosfat. Galaktosa 1-fosfat yang terbentuk akan bereaksi dengan uridin difosfat glukosa (UDPG)
dan menghasilkan uridin difosfat galaktosa dan glukosa 1-fosfat. Reaksi ini dikatalisis enzim
galaktosa 1-fosfat uridil transferase, galaktosa menggantikan tempat glukosa.
Suatu epimerase mengubah galaktosa menjadi glukosa (reaksi 3). Reaksi ini terjadi pada suatu
nukleotida yang mengandung galaktosa, peristiwa oksidasi-reduksi berlangsung dan memerlukan
NAD+ sebagai ko-enzim. UDP-glukosa yang dihasilkan, dibebaskan dalam bentuk glukosa 1-
fosfat (reaksi 4). Mungkin sebelum dibebaskan digabung dulu dengan molekul glikogen, baru
kemudian dipecah enzim fosforilase.
Reaksi (3) adalah reaksi dua arah. Dari diagram dapat dilihat bahwa glukosa bisa diubah
menjadi galaktosa.
Dalam tubuh galaktosa diperlukan bukan hanya untuk sintesis laktosa, tetapi juga untuk
membuat serebrosida, proteoglikan dan glikoprotein.
Sintesis laktosa dalam mamma terjadi dengan jalan kondensasi UDP-galaktosa dengan
glukosa dan dikatalisis enzim laktosa sintetase.
Suatu penyakit yang dapat diturunkan menyebabkan galaktosemia, mungkin terjadi akibat
kekurangan enzim-enzim pada reaksi (1), (2) dan (3). Akan tetapi yang paling banyak diketahui
adalah akibat kekurangan enzim uridil transferase (reaksi 2). Karena kadar galaktosa meningkat,
dalam lensa mata galaktosa bisa mengalami reduksi menjadi galaktitol. Apabila kadar galaktitol
ini tertimbun dalam lesa mata maka akan mempercepat terjadinya katarak.
Kekurangan enzim yang mengkatalisis reaksi (2) membawa akibat yang paling buruk bila
dibandingkan dengan kekurangan enzim-enzim yang lain, karena galaktosa 1-fosfat tertimbun
sedangkan hepar kekurangan fosfat inorganik. Ini bisa menyebabkan kegagalan fungsi hepar dan
retardasi mental. Ekspresi klinik terjadi apabila aktivitas uridil transferase berkurang lebih dari
50 %, dan ini hanya terjadi pada homozygote.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabo-lisme karbohidrat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi metabo-lisme karbohidrat.

Pada tiap-tiap jalur metabolisme karbohidrat, telah dibicarakan faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi kerja enzim.
Secara keseluruhan akan ditinjau dengan singkat, terutama pengaruh keadaan kelaparan, diabetes
melitus dan pada pemberian makanan yang tinggi karbohidrat.

a. Pada keadaan kelaparan


Pada keadaan kelaparan, enzim-enzim utama dari glikolisis, HMP shunt dan glikogenesis
aktifitasnya menurun, sebaliknya aktifitas enzim-enzim utama dari glukoneogenesis dan
glikogenolisis meningkat. Diharapkan mahasiswa meninjau kembali jalur-jalur karbohidrat
terutama enzim kunci, enzim-enzim yang dipengaruhi oleh keadaan nutrisi (dalam hal ini kadar
substrat). Perhatikan gambar-26 ! Tulislah kembali jalur demi jalur kemudian rangkaikan
semuanya.
Sebagai petunjuk perhatikan :
-pengaruh glukosa 6-fosfat
-pengaruh fruktosa 1,6-bisfosfat.
-pengaruh macam-macam kofaktor ( ATP, AMP, cAMP dll )
-enzim-enzim kunci pada tiap-tiap jalur
-hubungan jalur satu dengan lainnya (senyawa tertentu dari satu jalur mempengaruhi jalur yang
lain).
Enzim-enzim utama glikolisis adalah :
Glukokinase, heksokinase, fosfofruktokinase (1,2) dan piruvat kinase.
Enzim-enzim utama HMP shunt adalah:
Glukosa 6-fosfat dehidrogenase dan 6 fosfoglukonat dehidrogenase.
Enzim utama glikogenesis adalah glikogen sintetase
Enzim utama glikogenolisis adalah glikogen fosforilase.
Enzim-enzim utama glukoneogenesis adalah:
Piruvat karboksilase, fosfoenolpiruvat karboksikinase, fruktosa 1,6 bisfosfatase dan glukosa 6
fosfatase.
b. Pada keadaan Diabetes Melitus
Aktifitas enzim-enzim tersebut di atas mirip dengan keadaan kelaparan.
c. Pada pemberian makanan tinggi karbohidrat
Pada keadaan ini terjadi yang sebaliknya, aktifitas enzim-enzim glikolisis, HMP shunt dan
glikogenesis meningkat, sedangkan aktifitas enzim-enzim utama glukoneogenesis dan
glikogenolisis menurun.
TOLERTANSI KARBOHIDRAT
Kemampuan tubuh untuk memakai karbohidrat disebut toleransi karbohidrat Berkurangnya
kemampuan ini dinamakan Diabetes Mellitus, yang disebabkan karena sekresi insulin relatif
tidak cukup.
Test toleransi glukosa (Glucose tolerance test) adalah suatu penentuan dimana penderita
diberi glukosa sebanyak 1,75 gr/kg berat badan setelah puasa semalam (8-10 jam).
Darah diambil untuk penentuan glukosa pada waktu (0) atau puasa, satu, dua, tiga, empat
sampai lima jam setelah pemberian glukosa.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari test ini masih terdapat silang pendapat, karena
banyaknya faktor yang mempengaruhinya, seperti makanan yang dimakan beberapa hari
sebelum test, umur, keadaan emosi dan keadaan penderita pada umumnya misalnya apakah
menderita infeksi, apakah mengalami operasi.
Sebagai petunjuk umum kriteria di bawah ini bisa dipakai sebagai acuan apabila
memungkinkan :

1. Kurva normal berada di bawah 200 mg/100 ml pada satu jam dan di bawah 150 mg/100 ml dua
jam setelah pemberian glukosa.
2. Dengan cara "scoring" atau pemberian nilai:
a. Apabila glukosa puasa lebih dari 110 mg/100 ml diberi nilai satu.
b. Harga satu jam lebih dari 170 mg/100 ml nilai = 1/2(setengah)
c. Harga dua jam lebih dari 120 mg/100 ml nilai = 1/2(setengah)
d. Harga tiga jam lebih dari 110 mg/100 ml nilai = 1 (satu)
e. Apabila semua nilai ini ditotal, dan didapatkan hasil dengan nilai dua atau lebih maka ini
merupakan diagnosis diabetes mellitus.
f. Apabila total nilai puasa, satu, dua dan tiga jam besarnya kurang dari 500 mg/100 ml, maka
kurvanya normal.
3. Adapula yang berpendapat bahwa kurva normal berada di bawah 160 mg/100 ml satu jam dan
120 mg/100 ml dua jam setelah pemberian glukosa
GLUKOSA DARAH
Glukosa darah pada orang normal biasanya berkisar antara 50 mg - 100 mg per 100 ml,
tergantung pada makanan, waktu pengambilan darah bila dihubungkan dengan waktu makan,
aktivitas dan keadaan emosi (state of exitement).
Beberapa mekanisme dalam tubuh bekerja untuk mengatur glukosa darah agar berada pada
konsentrasi tersebut di atas. Glukosa dapat dipakai oleh semua sel dalam tubuh. Setelah makan
akan terjadi penimbunan glukosa dalam tubuh, misalnya dalam hepar, otot, jaringan lemak,
dan terjadi peningkatan oksidasi. Sedangkan dalam keadaan puasa ataupun keadaan darurat, akan
terjadi pengambilan glukosa dari cadangan makanan dalam tubuh, hingga glukosa darah berkisar
pada konsentrasi yang dapat ditolerir tubuh.
Glukosa darah berasal dari :
a. Karbohidrat dalam makanan.
Sebagian besar karbohidrat dalam makanan akan membentuk glukosa, galaktosa dan fruktosa
yang diserap dan masuk ke vena porta. Galaktosa dan fruktosa bisa diubah menjadi glukosa
dalam hati.
b. Hasil dari proses glukoneogenesis.
Glukoneogenesis bisa dibagi menjadi dua yaitu:
1. Yang bisa langsung diubah menjadi glukosa, seperti asam amino dan asam propionat.
Senyawa (metabolit) yang merupakan hasil metabolisme parsial glukosa, yang perlu dibawa
ke hati atau ke ginjal di mana akan diubah menjadi glukosa. Sebagai contoh,asam laktat hasil
oksidasi glukosa dalam otot dan sel darah merah akan dibawa ke hati dan ginjal untuk diubah
menjadi glukosa. Glukosa yang terbentuk akan masuk ke dalam peredaran darah untuk bisa
dipakai lagi oleh jaringan. Siklus ini disebut Cori cycle atau "lactic acid cycle" (gambar-29).
Contoh yang lain misalnya gliserol yang diperlukan untuk sintesis triasilgliserol dalam jaringan
lemak tidak bisa dipakai oleh jaringan ini, akan tetapi akan dibawa ke hepar, dan bisa diubah
menjadi glukosa.
2. Telah diketahui bahwa asam amino, sebagian besar alanin, pada waktu kelaparan diangkut dari
otot menuju ke hati. Ini menyebabkan timbulnya suatu postulat akan adanya suatu siklus
glukosa-alanin, di mana terjadi suatu siklus glukosa dari hepar menuju ke otot dan alanin dari
otot menuju ke hepar yang menghasilkan hasil netto adanya pemindahan alanin dari otot ke
hepar dan "free energy" dari hepar ke otot. "Energy" atau tenaga yang diperlukan untuk membuat
glukosa dari asam laktat berasal dari oksidasi asam lemak ( gambar-29 ).
c. Dari pemecahan glikogen dalam hepar.

Peran ginjal dalam kontrol kadar glukosa darah

Ginjal juga mempunyai peran dalam mengatur kadar glukosa darah, terutama pada waktu
kadar glukosa darah meningkat.
Glukosa dapat melalui filter glomeruli, tapi biasanya direabsorpsi kembali dan masuk ke dalam
peredaran darah. Proses reabsorpsi kembali ini merupakan transport berbantuan (facilitated
diffusion), yang dapat dipengaruhi oleh insulin. Apabila kadar glukosa darah meningkat,
demikian juga glukosa yang melalui filter glumeruli juga meningkat, keadaan ini merangsang
sekresi insulin. Insulin dapat meningkatkan V max transport (lihat enzim).
Insulin juga dapat meningkatkan kadar cGMP dalam sel tubulus yang bertindak sebagai mediator
insulin untuk mempengaruhi enzim-enzim yang berada di bawah pengaruhnya.
Kapasitas sistim tubulus untuk mengabsorpsi kembali glukosa terbatas pada kecepatan kira
kira 350 mg/ menit. Apabila kadar glukosa darah meningkat tinggi, glukosa dalam lumen
tubulus keadaannya lebih tinggi dari kemampuan untuk mengabsorpsi kembali, sehingga glukosa
akan didapatkan dalam urine. Keadaan ini disebut glukosuria. Pada orang normal glukosuria
akan terjadi apabila kadar glukosa darah vena melebihi 170 - 180 mg/ dl. Kadar glukosa darah
vena ini disebut glukosa "renal threshold".
Pada binatang percobaan, glukosuria dapat dibuat dengan memberikan phlorhizin. Senyawa
ini dapat menghambat reabsorpsi glukosa dalam tubulus. Keadaan ini dikenal dengan nama renal
glukosuria.
Glukosuria yang disebabkan karena kelainan ginjal dapat diturunkan, tapi bisa juga akibat
menderita suatu penyakit.

Referensi:
Anonim, 2000, Petunjuk Praktikum Biokimia Untuk PSIK (B) Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta: Lab. Biokimia FK UGM
Guyton AC, Hall JE, 1996, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX, Penerjemah: Setiawan I, Tengadi
LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC

http://www.biology.arizona.edu\biochemistry, 2003, The Biology Project-Biochemistry

http://www.bioweb.wku.edu\courses\BIOL115\Wyatt, 2008, WKU Bio 113 Biochemistry

http://www.en.wikipedia.org, 2008, Oxidative Phosphorylation

http://www.gwu.edu\_mpb, 1998, The Metabolic Pathways of Biochemistry, Karl J. Miller

http://www.ull.chemistry.uakron.edu\genobc, 2008, General, Organic and Biochemistry

http://www.wiley.com\legacy\college\boyer470003790\animations\electron_transport, 2008,
Interactive Concepts in Biochemistry: Oxidative Phosphorylation

Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003, Biokimia Harper, Edisi XXV, Penerjemah Hartono
Andry, Jakarta: EGC

Stryer L, 1996, Biokimia, Edisi IV, Penerjemah: Sadikin dkk (Tim Penerjemah Bagian Biokimia FKUI),
Jakarta: EGC

Supardan, 1989, Metabolisme Karbohidrat, Malang: Lab. Biokimia Universitas Brawijaya

You might also like