You are on page 1of 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontrasepsi efektif adalah metode kontrasepsi IUD, implant dan kontrasepsi


mantap. Program Keluarga Berencana Nasional yang pada pelita V telah berkembang
menjadi Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah mencapai hasil-hasil yang
menggembirakan. Berdasarkan hasil Survey Prevalensi Indonesia tahun 1987, 61,2%
dari wanita berstatus kawin pada saat itu pernah menggunakan salah satu alat
kontrasepsi modern 21,1% diantaranya pernah menggunakan IUD, 0,4%
menggunakan implant dan 3,3% menggunakan cara kontrasepsi mantap.Lebih jauh
lagi dinyatakan bahwa 44,08% dari wanita yang berstatus kawin sedang aktif
menggunakan salah satu alat konrasepsi modern dan 13,2% diantara ibu-ibu tersebut
menggunakaan IUD, 0,4% menggunakan implan dan 3,3% menggunakan cara
kontrasepsi mantap.
Dengan hasil tersebut diatas tampak bahwa metode kontrasepsi mantap semakin
diterima oleh masyarakat. Pada akhir pelita V diharapkan peserta KB yang
menggunakan cara-cara kontasepsi modern akan meningkat menjadi 40,41% dan
wanita bwrstatus kawin dengan rincian 26,47% menggunakan IUD, 6,36%
menggunakan implant dan 7,58% menggunakn cara kontrasepsi mantap
Dengan meningkatnya peserta KB dengan metode kontrasepsi efektif terpilih
tersebut, maka dituntut pelayanan yang lebih tinggi kualitasnya serta pengayoman
yang lebih baik.Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan serta pengayoman
ini, sistem rujukan merupakansalah satu hal yang penting, yang perlu diketahui oleh
setiap petugas atau setiap unsur yang ikut serta dalam gerakan KB Nasional
khususnya maupun oleh setiap peserta atau calon peserta KB pada umumnya.semakin
rapi sistem rujukan, semakin meningkat pula mampu pelayanan serta pengayoman,
2

sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta KB dengan metode kontrasepsi


efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pelayanan kontrasepsi ?
2. Apa yang dimaksud dengan rujukan dari pelayanan kontrasepsi ?
3. Apa yang dimaksud dengan tujuan dari sistem rujukan ?
4. Apa yang dimaksud dengan jenis dari sistem rujukan ?
5. Apa yang dimaksud dengan jenjang tingkat tempat rujukan dari sistem
rujukan ?
6. Apa yang dimaksud dengan jalur rujukan dari sistem rujukan ?
7. Apa yang dimaksud dengan mekanisme rujukan dari sistem rujukan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Untuk memahami dan mengetahui pelayanan kontrasepsi beserta
rujukannya dan sistem rujukannya.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk memahami dan mengetahui pengertian pelayanan
kontrasepsi
2. Untuk memahami dan mengetahui rujukan dari pelayanan
kontrasepsi
3. Untuk memahami dan mengetahui tujuan dari sistem rujukan
4. Untuk memahami dan mengetahui jenis dari sistem rujukan
5. Untuk memahami dan mengetahui jenjang tingkat tempat rujukan
dari sistem rujukan
6. Untuk memahami dan mengetahui jalur rujukan dari sistem rujukan
7. Untuk memahami dan mengetahui mekanisme rujukan dari sistem
rujukan
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pelayanan Kontrasepsi

KeluargaBerencana (KB) adalah perencanaan kehamilan sehingga kehamilan


itu terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak antara kelahiran diperpanjang
untuk membina kesehatan yang sebaik-baiknya bagi seluruh anggota keluarga,
apabila jumlah anggota keluarga telah mencapai jumlah yang dikehendaki.
(WHO Technical Report Series, 1972 NO. 458 dengan perubahan)
Keluarga Berencana (KB) adalah suatu perencanaan individu atau pasangan suami
istri khusus perempuan untuk :
 Menunda kesuburan untuk usia < 20 tahun
 Menghentikan kesuburan untuk usia > 35 tahun
 Menghindari resiko paling rendah bagi ibu dan anak pada kehamilan dan kelahiran
yaitu antara 20-35 tahun
 Menjarangkan kehamilan (sebaiknya menjarakkan kehamilan 2 - 4 tahun).
(Sarwono Prawirodihardjo, 2005)

2.1.1. Program Keluarga Berencana di Indonesia

Secara resmi Program Nasional Keluarga Berencana mulai dilaksanakan


Kepres No. 8 Tahun 1970 yang dua tahun kemudian disempurnakan Keppres
No. 33 tahun 1973. Mengingat laju perkembangan program semakin pesat dan
semakin luas jangkauannya maka struktur organisasi ini disempurnakan
kembali dengan Keppres No. 38 Tahun 1978, yang mencakup program
Kependudukan Keluarga Berencana.
4

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang


menghadapi masalah yang dewasa ini merupakan masalah dunia, yaitu masalah
peledakan penduduk. Khawatir akan masalah ini, pemerintah dan masyarakat
menyadari perlunya dilaksanakan Program Kependudukan dan Keluarga
Berencana. Di Indonesia usaha untuk mengatasi pertambahan penduduk mulai
dilakukan dengan pelaksanaan Program Keluarga Berencana disertai dengan
pemindahan penduduk dari daerah-daerah yang kurang padat penduduknya
(transmigrasi). Ciri-ciri kependudukan di Indonesia :
 Jumlah penduduk yang besar
 Pertumbuhan penduduk yang cepat
 Penyebaran yang tidak merata
 Struktur umur penduduk yang muda
 Tingkat social ekonomi yang rendah.
Garis-garis Haluan Negara (GBHN) Tap MPR No. IV/MPR/1978
ditemukan bahwa kebijaksanaan kependudukan perlu dirumuskan seca
ranasional dan menyeluruh serta dituangkan dalam program-program
kependudukan yang terpadu. Kebijaksanaan kependudukan yang perlu
ditangani antara lain :
 Pengendalian kelahiran
 Penurunan tingkat kematian, terutama kematian anak-anak
 Perpanjangan harapan hidup
 Penyebaran penduduk yang seimbang dan merata
 Perkembangan dan penyebaran angkatan kerja
Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan
mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi. Berhasil
tidaknya Program Keluarga Berencana akan menentukan pula berhasil tidaknya
usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Pertambahan penduduk
yang cepat, yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi, akan
5

mengakibatkan kegelisahan dan ketegangan - ketegangan social dengan segala


akibatnya yang luas.

Program Nasional Keluarga Berencana terdiri dari :


 Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat
 Pendidikan dan latihan petugas pelaksana program KB
 Pelaksanaan pelayanan KB yang terdiri dari; nasehat perkawinan, pelayanan
kontrasepsi dan pengobatan kemandulan
 Penelitian dan penilaian program
 Pencatatan dan pelaporan

2.1.2 Tujuan dan Sasaran Program Keluarga Berencana


A. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka
mewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran, sekaligus dalam rangka menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk di Indonesia.

B. Tujuan Khusus
 Khusus Penurunan fertilitas melalui pengaturan kelahiran dengan
pemakaian alat kontrasepsi
 Penurunan angka kematian ibu hamil dan melahirkan
 Penurunan angka kematian bayi
 Penanganan masalah kesehatan reproduksi
 Pemenuhan hak-hak reproduksi
6

C. SasaranLangsung
 PUS : agar menjadi pasien KB aktif sehingga memberikan efek
langsung penurunan fertilitas.
 Sasaran tidak langsung
 Instansi pemerintah (Pemda, Dinkes, Depag, Diknas, Koperasi &
UKM, Deptan,dll)
 Organisasi kemasyarakatan (PKBI, MUI, LKAAM, Bundo
Kanduang, PKK, Dharmawanita, Muhammadiyah, dll)
 Organisasi profesi (IDI, IBI, ISFI)
 Organisasi pemuda (KNPI, Karang taruna, remaja dll)
 Tokoh masyarakat dsb.

D. Ruang Lingkup Program KB


 Kehamilan
 Bayi
 Kanak-kanak
 Remaja
 PUS
 Pasca PUS
 Lansia

E. Dampak-dampak KB:
 Menggunakan kb suntik efek samping yg terasa tebal atau gemuk
bagian perut seperti sedang hamil 3-4 bulan
 Menstruasi tidak lancar
 Kenaikan atau penurunan berat badan, payudara terasa kencang,
mual, muntah, depresi. Dan wanita dengan tekanan darah tinggi
dan penyakit jantung dianjurkan tidak menggunakan pil kb ini.
7

 Menstruasi yang tidak teratur dan peningkatan berat badan serta


pemulihan kesuburan agak terlambat.

F. Strategi KB
Strategi penggarapan program KB tahun 2008 dilaksanakan
dengan mengacu rencana Akselerasi Penggarapan program KB
tahun 2003 – 2008 yang pada saat itu dilakukan berbagai kajian
untuk mencapai sasaran yang diharapkan dengan memperhatikan
isu-isu strategis program KB.
Sesuai dengan kajian tersebut maka strategi yang dilakukan
adalah menyangkut strategi dasar dan strategi intensifikasi dan
ektensifikasi opersional program KB.

Strategi dasar yang dilakukan adalah :


1. Segmentasi sasaran
2. Optimalisasi momentum
3. Pengembangan dinamika masyarakat
4. Evidence based policy
5. Fasilitasi dan dukungan operasional
6. Capacity building

Strategi intensifikasi dan ekstensifikasi meliputi :


1. Peningkatan Komitmen Program KB di Setiap Tingkatan.
2. Intensifikasi Pelayanan KB
3. Pemberdayaan Keluarga
4. Intensifikasi Pemantapan PUP
5. Peningkatan Kepedulian dan Peran Serta Masyarakat
8

2.1.3. Manfaat Keluarga Berencana

A. Manfaat Keluarga Berencana terhadap Pengendalian Penduduk


(Bangsa dan Negara)
 Program Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha
penanggulangan kependudukan yang merupakan bagian yang
terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan
untuk turut serta mencipatakan kesejahteraan ekonomi, spiritual
dan social budaya penduduk Indonesia, agar dapat dicapai
keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.

B. Manfaat Keluarga Berencana bagi Kepentingan Nasional


 Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak
serta keluarga dan bangsa pada umumnya
 Meningkatkan taraf hidup rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran sehingga pertambahan penduduk sebanding dengan
peningkatan produksi.

2.1.4. PelaksanaanProgramKeluargaBerencana
A. Prinsip kepentingan nasional
B. Sukarela, demokrasi dan menghormati hak azazi manusia.
Karena berpijak pada prinsip sukarela maka usaha yang dilakukan
merangsang minat masyarakat terhadap pelaksana Keluarga
Berencana. Adapun usaha-usaha yang dilakukan antara lain melalui
pendidikan, penyuluhan dan pendekatan medis. Kegiatan penerangan
dan penyuluhan ditujukan pada masyarakat umum agar setiap
anggota masyarakat memiliki pengertian dan rasa tanggung jawab
9

akan terciptanya keluarga sejahtera dengan menerima Norma


Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

2.1.5. Perkembangan Program KB di Indonesia


Dua inti pokok mengapa BKKBN di adakan di Indonesia adalah
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia dengan jalan Keluarga
Berencana (KB). Jadi dua kata kunci : kualitas manusia dan KB.
Kualitas manusia dipengaruhi oleh pendidikan, kesehatan, dan sosial-
ekonomi. Pendidikan dapat secara formal di sekolah dan non formal di
keluarga dan masyarakat. Kesehatan meliputi kesehatan lahir, spiritual,
dan emosional. Kesehatan lahir tergantung pada ketersediaan pangan,
sandang dan papan.
Manusia miskin di Indonesia cukup banyak tergantung kriteria
mana yang mau di pakai, kriteria BPS, kriteria Bank Dunia atau kriteria
yang lain. Dari berbagai kriteria dapat diestimasi jumlah penduduk
miskin antara 20- 50 % penduduk Indonesia.
BKKBN sukses sampai tahun 2000. Sejarah sukses ini diakui oleh
seluruh dunia. Sukses paling besar adalah bukan hanya kenaikan jumlah
penduduk yang dapat dikendalikan, tetapi perubahan budaya dalam
menyikapi masalah kualitas hidup keluarga atau kualitas hidup anak.

2.2. Rujukan Dari Pelayanan Kontrasepsi


Kasus komplikasi/kegagalan yang memerlukan rujukan.Apabila peserta KB yang
mengalami komplikasi/kegagalan harus dirujuk dari unit pelayanan yang lebih rendah
ke unit pelayanan KB yang lebih tinggi, bantuan biaya transport penderita ditanggung
sesuai dengan peraturan yang ada.Semua kasus efek samping, komplikasi serta
kegagalan tersebut diatas dapat dilayani di semua tempat pelayanan tidak dibatasi
pada domisili/tempat tinggal peserta KB yang bersangkutan.
10

Peserta KB yang mengalami kegagalan/komplikasi dan mencari jasa


pelayanan/perawatan swasta yang tidak ditunjuk untuk itu (seperti dokter swasta,
RB/RS swasta) dianggap untuk menanggulangi dengan kemampuannya sendiri.Bagi
mereka dipandang tidak perlu diberikan bantuan biaya atau maksimal hanya
diberikan bantuan minimum, kecuali untuk kasus-kasus gawat darurat seperti
misalnya pemakaian IUD dengan kehamilan diluar kandungan dengan perdarahan
dalam keadaan pre shock.

A. Unit Pelayanan Yang Merujuk


1) Mencatat penderita yang dirujuk dalam register klinik.
2) Membuat surat pengiriman penderita
3) Melaporkan jumlah penderita yang dirujuk dalam laporan bulanan klinik
B. Unit Pelayanan Yang Menerima Rujukan
1) Membuat tanda terima penderita
2) Mencatat penderita dalam register klinik
3) Memberikan informasi kepada unit pelayanan yang merujuk, jika penderita
yang dirujuk tidak perlu perawatan, pengobatan atau pembinaan lanjut dari
unit-unit pelayanan yang merujuk
4) Membuat surat pengiriman kembali serta memberikan informasi kepada unit
pelayanan yang merujuk tentang pemeriksaan yang dilakukan terhadap
penderita, bila penderita yang dirujuk perlu perawatan dan pengobatan di unit
pelayanan yang merujuk
5) Membuat surat pengiriman kembali dan memberikan informasi kepada unit
pelayanan yang merujuk tentang pemeriksaan dan perawatan serta pengobatan
yang diberikan kepada penderita yang dirujuk, jika penderita memerlukan
pembinaan lanjut unit pelayanan yang merujuk
11

2.2.1 Pengelolaan Bantuan Biaya Penanggulangan Komplikasi, Kegagalan


Dan Biaya Rujukan
A. Bantuan Biaya
Diberikan kepada peserta KB yang mengalami efek samping
komplikasi maupun kegagalan :
1) Efek samping, dengan memberikan obat-obat efek samping secara
gratis.
2) Kasus kegagalan AKDR, implant dan kontrasepsi mantap dengan
kelahiran normal mendapat bantuan biaya yang disesuaikan dengan
peraturan daerah setempat dengan ketentuan tarif rumah sakit
pemerintah kelas 3.
3) Yang dimaksud dengan komplikasi/ kasus kegagalan yang disertai
komplikasi AKDR, Implant dan kontrasepsi mantap misalnya:
 Infeksi berat yang memerlukan perawatan
 Perdarahan berat yang memerlukan perawatan
 Tindakan pemeriksaan roentgen dan laboratorium untuk
membantu diagnosis.
 Komplikasi yang memerlukan tindakan operasiBerdasarkan
biaya komplikasi disesuaikan dengan peraturan daerah setempat
dengan ketentuan tariff Rumah Sakit Pemerintah kelas 3,
termasuk biaya obat-obatan terpakai.

B. Prosedur :
1) Efek Sampingan
Pengadaan obat-obat efek samping dilaksanakan secara
terkoordinir ditingkat propinsi antara BKKBN dengan unit pelaksana
sesuai rencana kebutuhan yang telah disepakati.Sedangkan
distribusinya dilaksanakan melalui BKKBN kabupaten/kodya dan
12

alokasinya (penjatahannya) pada masing-masing klinik KB


dibicarakan bersama dengan unit pelaksana Kabupaten/Kodya yang
bersangkutan.

2) Komplikasi dan Kegagalan


Bantuan biaya komplikasi dan kegagalan yang disebabkan
pemakaian alat kontrasepsi diambil di BKKBN kabupaten/kodya oleh:
a) Tempat pelayanan (Rumah Sakit/Puskesmas/PKBRS).
b) Dalam keadaan khusus oleh pasien/suami pasien/ orang lain yang
diberi kuasa secara tertulis.
c) Pengambilan bantuan biaya penanggulangan kegagalan/komplikasi
pemakaian kontrasepsi dengan menyerahkan kwitansi bukti
pembayaran kegagalan/komplikasi pemakaian alat kontrasepsi
disertai dengan surat keterangan diagnosa dari dokter yang merawat
serta surat keterangan dari KKb tempat pemasangan
kontrasepsinya, dan surat pernyataan pasien bahwa sudah mendapat
perawatan dan pengobatan dan sudah/belum membayar.
d) Rumah Sakit/Puskesmas/PKBRS dapat mengajukan uang muka ke
BKKBN kab/kodya. Penyaluran uang mula selanjutnya kepada
BKKBN Dati II setempat.

3) Rujukan Kasus
a) Surat pengiriman rujukan dari unit pelayanan yang merujuk
b) Tanda terima pasien oleh unit pelayanan yang menerima
rujukan
c) K/I/KB dan surat pernyataan klinik KB tempat pemasangan
kontrasepsi
13

2.3 Pengertian Sistem Rujukan


Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif
dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya
terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari
golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan
neonatal di wilayahmerekaberada (Depkes RI, 2006).
Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 Tahun 1972 sistem rujukan adalah
suatu system penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggungjawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan secara vertikal,
dalam arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Dapat dikatakan bahwa sistem rujukan adalah suatu system jaringan pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale
balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masayarakat,
baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
dilakukan secara rasional.

2.3.1 TujuanDari Sistem Rujukan


Sistem rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertoplongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan,
dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.

2.3.2 Jenis Dari Sistem Rujukan


1. Menurut tata hubungannya, system rujukan terdiri dari rujukan internal
dan rujukan eksternal.
a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring
puskesmas (puskesmas pembantu) kepuskesmas induk.
14

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam


jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat
inap) maupun vertikal (dari puskesmas kerumah sakit umum
daerah).
2. Menurut lingkup pelayanannya, system rujukan terdiri dari rujukan
medic dan rujukan kesehatan
a. Rujukan Medik
 Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan
 Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap
 Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan suatu pelayanan pengobatan setempat.
b. Rujukan Kesehatan
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan
masayarakat yang bersifat preventif dan promotif.

TujuanSistem Rujukan Upaya Kesehatan :


1) Umum
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu
pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
secara berdayaguna dan berhasil guna.
2) Khusus
 Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabilitativ secara berhasil guna dan berdayaguna.
 Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif
dan promotif secara berhasil guna dan berdayaguna.
15

2.3.3 JenjangTingkat Tempat Rujukan Dari Sistem Rujukan

RUMAH SAKIT TIPE A

RUMAH SAKIT TIPE B

RUMAH SAKIT TIPE C/D

RUMAH SAKIT TIPE INAP

PUSKESMAS/ BP/ RB/ BKIA


SWASTA

PUSKESMAS PEMBANTU/ BIDAN

POSYANDU/ KADER/ DUKUN BAYI


16

2.3.4 JalurRujukanDari Sistem Rujukan

1. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :


a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin/ bidan desa
c. Puskesmas/ puskesmas rawatinap
d. Rumah sakit pemerintah/ swasta
2. Dari posyandu, dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin/ bidan desa
c. Puskesmas/ puskesmas rawatinap
d. Rumah sakit pemerintah/ swasta
3. Dari puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk kerumah sakit tipe D/C atau rumah sakit
swasta.
4. Dari pondok bersalin
Dapat langsung merujuk kerumah sakit tipe D. atau rumah sakit swasta

2.3.5 MekanismeRujukan Dari Sistem Rujukan


1. Menentukan Kegawadaruratan Penderita
a. PadaTingkat Kader Atau Dukun Bayi Terlatih
Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh
keluarga atau kader/ dukun bayi, maka segera dirujuk kefasilitas
pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum
tentu dapat menerapkan ketingkat kegawatdaruratan.
b. PadaTingkat Bidan Desa, Puskesmas Pembantu Dan Puskesmas
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus
yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya,
17

mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri


dan kasus mana yang harus dirujuk.
c. Memberikan Informasi Kepada Penderita Dan Keluarga
Sebaiknya bayi yang akan dirujuk harus sepengatahuan ibu atau
keluarga bayi yang bersangkutan dengan cara petugas kesehatan
menjelaskan kondisi atau masalah bayi yang akan dirujuk dengan
cara yang baik.
d. Mengirimkan Informasi Pada Tempat Rujukan Yang Dituju
1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
2) Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ketempat rujukan.
3) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong
penderita bila penderita tidak mungkin dikirim.
e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan
disingkat “BAKSOKUDA” yang diartikan sebagai berikut :
 B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga
kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan kegawatdaruratan.
 A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan seperti spuit, infus set, tensimeter dan stetoskop.
 K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
(klien) dan alasan mengapa iya dirujuk. Suami dan anggota
keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ketempat
rujukan.
 S (Surat) : Beri surat ketempat rujukan yang berisi identifikasi
ibu (klien), alas an rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan atau
obat-obat yang telah diterima ibu.
18

 O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama


perjalanan merujuk.
 K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan
dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
 U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan
yang diperlukan di tempat rujukan.
 DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfuse darah apabila terjadi perdarahan.

f. Pengiriman Penderita
Untuk mempercepat sampai ketujuan, perlu diupayakan kendaraan/
sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
g. Tindak lanjut penderita
Untuk penderita yang telah dikembalikan harus kunjungan rumah
bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor.
19

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kontrasepsi efektif adalah metode kontrasepsi IUD, implant dan kontrasepsi


mantap. Program Keluarga Berencana Nasional yang pad pelita V telah
berkembang menjadi Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah mencapai
hasil-hasil yang menggembirakan.Dengan meningkatnya peserta KB dengan
metode kontrasepsi efektif terpilih tersebut, maka dituntut pelayanan yang lebih
tinggi kualitasnya serta pengayoman yang lebih baik.Dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan serta pengayoman ini, sistem rujukan merupakansalah satu hal
yang penting, yang perlu diketahui oleh setiap petugas atau setiap unsur yang ikut
serta dalam gerakan KB Nasional khususnya maupun oleh setiap peserta atau
calon peserta KB pada umumnya.semakin rapi sistem rujukan, semakin
meningkat pula mampu pelayanan serta pengayoman, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan peserta KB dengan metode kontrasepsi efektif.

3.2 Saran

Guna penyempurnaan makalah ini,kelompok kami sangat mengharapkan

kritik,saran serta masukan dari rekan-rekan pembaca khususnya Dosen

Pembimbing.Semoga Makalah ini bermanfaat bagi rekan-rekan dalam membantu

kegiatan belajar kita.Sekian & Terima Kasih.


20

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin Bari, Abdul. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Mulyadi. 2011. Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih.Jakarta: Badan Koordinasi


Keluarga Berencana Nasional.

Meilani, Niken, dkk. 2012. Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Fitramaya.

Dinas Kesehatan. 2012. Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan. Nusa
Tenggara Barat: Dinas Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. 2012. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Depkes.

You might also like