You are on page 1of 7

PERCOBAAN V

KIMIA MAGNET (MAGNETO CHEMISTRY)

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah menunjukkan sifat momen magnet suatu
ion logam dalam berbagai garam.
II. DASAR TEORI
Semua unsur dibumi digolongkan ke dalam unsur kemagnetan
feromagnetik, paramagnetik, dan diamagnetik. Unsur yang bersifat diamagnetik
mengalami magnetisasi kearah berlawanan dengan medan magnet. Sedangkan
unsur feromagnetik dan paramagnetic akan mengalami magnetisasi searah dengan
medan magnet. Unsur yang bersifat feromagnetik adalah Fe, Pt dan Al merupakan
unsur yang bersifat paramagnetik. Sedangkan unsur yang bersifat diamagnetik
adalah Au dan Cu (Sari dkk.,2015).
Diamagnetik adalah suatu sifat yang dimiliki oleh semua atom, tidak peduli
apakah masih mempunyai perilaku magnet jenis lain. Sifat ini timbul karena
interaksi medan magnet terpasang dengan magnet terimbas dalam kelompok
electron tertentu yang penuh. Medan ini dengan sendirinya menantang medan
terpasang efek antar atom yang membuat benda diamagnetic itu menyingkir dari
medan magnet terpasang agar interaksi berkurang (Resnick, 1996).
Sifat magnetik suatu material dapat dirancang melalui pembentukan
senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat bersifat diamagnetik atau
paramagnetik. Senyawa kompleks mononuklir umumnya bersifat paramagnetik
dan memiliki momen magnetik yang rendah yaitu 1,7 - 5,9 Bohr Magneton (BM).
Sifat paramagnetik suatu senyawa dapat berupa feromagnetik dan
antiferomagnetik. Senyawa yang bersifat feromagnetik atau antiferomagnetik
disebabkan adanya interaksi antar elektron tidak berpasangan yang terdapat pada
orbital d dari ion logam penyusun senyawa kompleks. Interaksi feromagnetik
senyawa kompleks umumnya ditunjukkan pada temperatur rendah (Swastika dan
Martak, 2012).
Gejala magnetik di dalam zat kimia dapat timbal balik dari elektron
maupun dari neutron akan tetapi efek magnetik yang ditimbulkan elektronkurang
dari 103 kali lebih besar dari neutron. Elektron pada hakikatnya dapat dianggap
sebagai suatu magnet unsur bila menggambarkan elektron sebagai bola keras
bermuatn negatif yang mengisi (spin) pada sumbunya. Gerak pertama
menyebabkan momen spin elektron dan kedua menyebabkan momen paramagnetic
yang ditemukan pada ion atau logam tertentu (Wilkinson, 1989).
Berdasarkan sifat kemagnetannya, material magnet dapat diklasifikasikan
ke dalam jenis diamagnetic, paramagnetic, dan ferromagnetic : (Goebel, 2007)
a. Diamagnetic adalah gejala kemagnetan suatu bahan, dimana jika suatu
bahan diberikan medan magnet luar H, maka akan terinduksi dengan adanya
perubahan electron orbital yang disebabkan oleh medan magnet luar. Besarnya
momen magnet induksi sangat kecil & arahnya kebalikan dari medan magnet
luar. Material diamagnetic mempunyai susceptibilitas yang sangat kecil (dalam
orde 10-15) dan negatif.
b. Paramagnetic adalah gejala kemagnetan suatu bahan, dimana jika
bahan tersebut diberikan medan magnet luar, maka momen magnet pada bahan
tersebut disejajarkan pada arah medan magnet yang diberikan. Nilai
susceptibilitasnya kecil (dalam orde 10-5) dan positif.
c. Ferromagnetic adalah gejala terjadinya penyejajaran momen-momen
magnet pada suatu material karena diberikan medan magnet luar. Akan tetapi
di dalam ferromagnetisme terdapat interaksi pertukaran (exchange coupling)
diantara atom-atom yang berdekatan. Sehingga momen-momen magnet dapat
tersejajarkan dalam derajat penyejajaran yang tinggi. Material ferromagnetic
memiliki susceptibilitas dengan nilai yang besar dan positif.

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1.) Magnetic Susceptibility Balance (MSB-AUTO)
2.) Neraca Analitik

B. BAHAN
1.) CuSO4.5H2O
2.) K2Cr2O7
3.) K4[Fe(CN)6].3H2O
C. GAMBAR ALAT

Gambar 3.1 MSB-AUTO Gambar 3.2 Neraca Analitik

IV. CARA KERJA


MSB auto dinyalakan dengan menekan tombol on. Autozeoring dilakukan
hingga angka mendekati nol. Kalibrasi dilakukan dengan memasukkan tabung
kosong yang sebelumnya telah ditimbang dengan neraca dan dicatat beratnya.
Sensitivitas massa dengan menekan tombol range hingga tampak dilayar E-EV x
10-4 . Fungsi tare dilakukansupaya tampilan muncul angka nol. Tabung kosong
diambil dan diisi dengan sampel kira-kira 2-3 cm. Berat sampel ditimbang dengan
mengurangi berat total dengan berat tabung kosong. Tabung berisi sampel
dimasukkan kedalam alat MSB. Panjang sampel diinput setelah prosessing selesai
dengan menekan fungsi “Length”. Berat sampel diinput dengan menekan fungsi
“Weight”. Fungsi “Mag sus” ditekan dan diamati sensitivitas massanya. Data yang
ditampilkan dilayar dicatat. Harga momen magnet senyawa ditentukan. Percobaan
diulangidengan mengganti sampel yang dipakai.
V. DATA PERCOBAAN
Senyawa Xg Me Sifat
CuSO4.5H2O 6,535 x 10-6 2,048 BM Paramagnetik
K2Cr2O7 2,767 x 10-6 1,478 BM Diamagnetik
K4Fe(CN)6.3H2O 0,951 x 10-6 1,191 BM Diamagnetik
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan sifat momen magnet suatu ion
logam dalam berbagai garam. Prinsip dari percobaan ini adalah menghitung
momen magnet suatu senyawa logam dengan mengukur sensitifitas menggunakan
MSB. Ketika dimasukka ke dalam MSB ion logam akan berinteraksi dengan dua
medan magnet, jika logam tersebut bersifat paramagnetik maka akan terjadi
inetraksi tarik menarik, jika logam tersebut bersifat diamagnetik maka akan
berinteraksi tolak-menolak.
Data yang diperoleh dari pengukuran dengan MSB adalah sensitivitas
massa (Xg). Sampel yang pertama diuji adalah CuSO4.5H2O sebagai standar
karena 29Cu memiliki nomer atom yang paling besar sehingga Xg dari semua
logam transisi yang diukur tidak diperbolehkan melebihi Xg dari CuSO4.

a. CuSO4.5H2O.
CuSO4.5H2O Cu2+ + SO42- + 5H2O
Konfigurasi elektron CuSO4:
29Cu = [Ar] 3d10 4s1 ___
Cu2+ = [Ar] 3d9 4s0 ___ ___ ___ ___ ___
pada Cu2+ menunjukkan adanya elektron yang belum berpasangan pada satu
orbital. Hal ini dapat menerangkan beberapa hal:
1) Adanya warna biru muda pada CuSO4 merupakan akibat adanya elektron
tunggal (pada 29Cu, berwarna putih).
2) Cu2+ bersifat paramagnetik karena memilik elektron yang belum/ tidak
berpasangan (berdasar pemasangan secara spin)
Berdasarkan percobaan dan perhitungan di dapatkan hasil:
XL -118 x 10-6 cgs.
XM 1630,48 x 10-6
cgs.
XA 1748,48 x 10-6
cgs.
μe 2,048 BM.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa μe > μ (1,73 BM),
sehingga dapat diketahui bahwa CuSO4.5H2O bersifat paramagnetik.
b. K2Cr2O7.
K2Cr2O7 2K+ + Cr2O72-
Konfigurasi elektron K2Cr2O7:
28K = [Ar] 4s1 ___
K+ = [Ar] 4s0 ___ ___ ___
pada K+ menunjukkan tidak adanya elektron yang belum berpasangan. Hal ini
dapat menerangkan beberapa hal:
1) K+ bersifat diamagnetik karena semua orbital terisi penuh.
2) Adanya warna ditimbulkan bukan oleh ion K+ tetapi oleh ion Cr2O72-.
Berdasarkan percobaan dan perhitungan di dapatkan hasil:
XL -98 x 10-6 cgs.
XM 813,4 x 10-6 cgs.
XA 911,4 x 10-6 cgs.
μe 1,478 BM.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa μe < μ (1,73 BM),
sehingga dapat diketahui bahwa K2Cr2O7bersifat diamagnetic.
c. K4[Fe(CN)6].3H2O.
K4[Fe(CN)6] 4K+ + [Fe(CN)6]4-
Konfigurasi elektron K2Cr2O7:
28K = [Ar] 4s1 ___
K+ = [Ar] 4s0 ___ ___ ___
pada K+ menunjukkan tidak adanya elektron yang belum berpasangan. Hal ini
dapat menerangkan beberapa hal:
1) K+ bersifat diamagnetik karena semua orbital terisi penuh.
2) Adanya warna disebabkan karena K4[Fe(CN)6] mengikat H2O.
Berdasarkan percobaan dan perhitungan di dapatkan hasil:
XL -190 x 10-6 cgs.
XM 401,3 x 10-6 cgs.
XA 591,3 x 10-6 cgs.
μe 1,191BM.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa μe < μ (1,73 BM),
sehingga dapat diketahui bahwa K4[Fe(CN)6] bersifat diamagnetic.
VII. KESIMPULAN

Senyawa Xg Me Sifat
CuSO4.5H2O 6,535 x 10-6 2,048 BM Paramagnetik
K2Cr2O7 2,767 x 10-6 1,478 BM Diamagnetik
K4Fe(CN)6.3H2O 0,951 x 10-6 1,191 BM Diamagnetik

Berdasarkan percobaan diketahui bahwa sifat kemagnetan suatu logam


dipengaruhi oleh jumlah elektron yang tidak berpasangan. Selain mempengaruhi sifat
kemagnetannya, elektron tidak berpasangan juga mempengaruhi warna dari suatu
senyawa.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Goebel, G. 2007. Magnetic Properties of the Atom, Elementary Quantum Physics.
US : University of Georgia Inc.
Resnick, H. 1996. Fisika Jilid 2 edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Sari, R.E.Y.W, Trapolo, P, dan Sudarti. 2015. Aplikasi Medan Magnet Extremely
Low Frequency (ELS) 100 µT dan 300 µT pada Pertumbuhan Tanaman
Tomat Ranti. Jurnal Pendidikan Fisika.4(2) : 164-170.
Swatika, L.N, dan Fatimah, M. 2012. Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion
Logam Cu (II) dengan Ligan 2 –Feniletilamin. Jurnal Sains dan Seni
Pomits.1(1) : 1-5.
Wilkinson, C. 1989. Kimia Anorganik. Yogayakarta : UGM Press.
IX. LAMPIRAN
a. Laporan Kelompok
b. Perhitungan
c. Gambar Praktikum
d. Jurnal
Surakarta, 3 April 2018

Asisten Praktikum Praktikan

( Yudha Pratama Putra ) ( Muhammad Sarifudin )

You might also like