You are on page 1of 7

PENGENDALIAN KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN

MENGGUNAKAN PENAMBAHAN ZAT INHIBITOR


Sugeng Tirta Atmadja
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, SH. Tembalang Semarang 50255

Abstract
Corrosion is defined as the destruction or deterioration of a material because of reaction with its
environtment. Corrosion can attack all kinds metals. Corrosion can occur at cooling system which always
contact with water. It is caused by chemical reaction between metal surface and water. This corrosion
can be controlled by adding inhibitor substance into cooling system. Inhibitor is a substance that when
added in smalled concentration to an environtment decrease the corrosion rate. With adding inhibitor
properly into cooling system, agresivity of corrosion attack will be reduced. Therefore we keep
performance of cooling system.

Key words : Cooling system, agresivity of corrosion attack , inhibitor substance

1. PENDAHULUAN air sinilah ditambahkan zat-zat anti korosi atau yang


lebih dikenal dengan zat inhibitor.
Di dalam dunia industri, korosi merupakan
salah satu hal yang sering menimbulkan kendala bagi
II. DASAR TEORI
jalannya proses kerja di lingkungan industri. Korosi
banyak menyerang semua peralatan-peralatan pabrik Korosi adalah proses degradasi / deteriosasi /
terutama mesin-mesin dan bangunan dari logam. perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
Korosi dapat terjadi pada semua logam , terutama yang lingkungan yang bersifat kemis, fisis dan biologis.
berhubungan dengan udara atau cairan yang korosif. Beberapa hal penting yang menyangkut
Mesin-mesin yang bersinggungan langsung dengan air mengenai definisi korosi yang perlu ditekankan yaitu :
atau cairan lain yang korosif akan mudah terserang
1. Reaksi Korosi sejati yaitu :
korosi lebih-lebih jika mesin tersebut berhubungan
langsung dengan air secara terus menerus. Seperi M M n+ + ne- ,
halnya pada sistem pendingin yang mana berfungsi
sebagai penyuplai air dingin ke mesin-mesin industri jadi hanya setengah reaksi.
seperti kompresor, kondensor dan chiller, air 2. Penggunaan istilah penurunan mutu berarti
bersirkulasi di dalam sistem pendingin dan terjadi menunjukkan bahwa korosi adalah suatu proses
kontak langsung dengan semua komponennya. yang tidak diinginkan.
3. Reaksi yang terjadi tidak hanya reaksi kimia
Akibatnya komponen-komponen tersebut akan mudah
namun juga reaksi elektrokimia, karena bahan-
terserang korosi. Di PT. Polysindo Eka Perkasa itu
sendiri, masalah korosi yang terjadi di sistem bahan yang bersangkutan terjadi perpindahan
pendingin sebelumnya kurang mendapat perhatian electron.
serius dari pihak-pihak perusahaan, hingga sampai Reaksi kimia adalah reaksi penggabungan antara
suatu ketika banyak ditemukan kerusakan-kerusakan unsur-unsur maupun senyawa sederhana
membentuk senyawa yang lebih kompleks atau
signifikan yang ditimbulkan oleh adanya produk korosi
tersebut.. Pipa –pipa masuk ke penukar kalor reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi
kompresor ( aftercooler) ditemukan telah mengalami senyawa yang lebih sederhana atau menjadi
kebocoran , disamping itu impeller pompa banyak unsure-unsur.
mengalami rongga-rongga( lubang) dan tidak sedikit 4. Lingkungan yang dimaksud pada pengertian ini
yang hancur terutama pada bagian sudu-sudu adalah semua unsur di sekitar logam yang
terkorosi pada saat reaksi korosi berlangsung.
impellernya. Dengan adanya kerusakan-kerusakan ini ,
sistem pendingin tidak bisa bekerja secara optimal.
Akhirnya pihak perusahaan mengambil kebijakan Pada saat korosi terjadi , logam mengalami reaksi
untuk mengganti impelar pompa dan menutup oksidasi sehingga logam akan terurai menjadi ion dan
elektron, seperti ditunjukkan oleh persamaan di bawah
kebocoran pipa penukar kalor. Dari sinilah masalah
ini :
korosi mulai mendapat perhatian serius dari semua
pihak perusahaaan . Upaya pencegahan korosi mulai M M n+ + ne-
dijalankan . Karena seluruh komponen dalam sistem
pendingin kontak langsung dengan dengan air dimana Mn+ + ne- M
air merupakan salah satu fluida yang korosif maka dari Fe Fe2+ + 2e-

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 7


Jika tidak terjadi reaksi oksidasi atau reaksi reduksi, (Korosi di bawah deposit /Under Deposit
reaksi totalnya adalah sebagai berikut : Corrosion)

Zn Zn2 2e

(Reaksi Anodik /Oksidasi ) (Persamaan 2.1)

2H 2e H2( gas)

Reaksi katodik / reduksi )

Zn 2H Zn2 H2( gas)

2.2 Reaksi Anodik Gambar 2.2


Grafik hubungan laju korosi dan temperatur
Reaksi anodik adalah suatu reaksi yang
menghasilkan elektron. Seperti ditunjukkan persamaan Kecepatan aliran air.
( 2.1) merupakan reaksi utama terjadinya korosi, Kecepatan aliran air yang tinggi diatas kecepatan
sehingga logam akan melepaskan elektron dan terurai kritisnya di dalam pipa berpotensi menimbulkan
menjadi ion-ionnya. Reaksi yang terjadi pada anoda ini
korosi. Kerusakan permukaan logam yang
kemudian disebut reaksi oksidasi dan akibat dari reaksi
disebabkan oleh aliran fluida yang sangat deras itu
ini logam akan mengalami korosi.
yang disebut erosi. Proses erosi dipercepat oleh
kandungan partikel padat dalam fluida yang
2.3 Reaksi katodik mengalir tersebut atau oleh adanya gelembung-
Reaksi katode adalah reaksi yang menangkap gelembung gas. Dengan rusaknya permukaan
electron. Reaksi katodik juga bisa disebut reaksi logam, rusak pula lapisan film pelindung sehingga
reduksi karena terjadi pengurangan muatan positif. memudahkan terjadinya korosi . Kalau hal ini
terjadi maka proses ini disebut karat erosi.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi
Pertumbuhan Mikrobiologi.
 PH Secara teoritis apabila tidak terdapat zat asam ,
maka laju korosi pada baja relatif lambat, namun
pada kondisi-kondisi tertentu ternyata laju
korosinya justru tinggi sekali. Setelah diselidiki
ternyata di daerah tersebut hidup sejenis bakteri
anaerobic yang hanya bertahan dalam kondisi tanpa
zat asam. Bakteri ini mengubah ( reducing ) garam
sulfat menjadi asam yang reaktif dan menyebabkan
korosi ( Sri Widharto, 1999 )

2.5 Sel korosi


Sel korosi adalah suatu proses pengkorosian
Gambar 2.1 Grafik hubungan PH dan laju korosi
yang terjadi dalam ukuran kecil namun mandiri.
Semakin tinggi PH maka laju korosi akan semakin
cepat, sehingga air dalam system pendingin dikontrol
agar PH sekitar PH netral yaitu 7,5 – 8,5

Temperatur
Partikel padat dan sistem deposit
Banyaknya partikel padat/ mineral-mineral yang
terkandung di dalam air bertendensi menyebabkan
terbentuknya deposit. Deposit yang keras dan Gambar 2.3 Sel korosi sederhana
melekat kuat dipermukaan logam disebabkan oleh
konsentrasi mineral-mineral nyang melebihi batas Jenis sel korosi adalah sebagai berikut :
kelarutannya. Dari adanya deposit maka di daerah Sel korosi konsentrasi kimia berbeda
bawah deposit akan mudah terbentuk korosi Sel korosi konsentrasi oksigen

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 8


 Sel korosi perbedaan temperatur  Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat
 Sel galvanik mengganggu aliran laminar.

2.6. Tipe-tipe Korosi 2.6.5. Korosi Sumuran ( Pitting corrosion)


Beberapa tipe-tipe dari korosi antara lain : Bentuknya ada yang merata di seluruh
permukaan metal, ada yang terisolir ( isolated ), namun
2.6.1 Korosi Atmosfer ( General corrosion ) keseluruhannya berada dalam lingkungan yang cair
Jenis korosi ini terjadi akibat proses atau basah, hal ini dikarenakan sumuran tersebut
elektrokimia antara dua bagian benda padat khususnya sebagai akibat proses elektrokimia yang terkonsentrasi
logam besi yang berbeda potensial dan langsung pada suatu lokasi secara berkesinambungan
berhubungan dengan udar terbuka. di udara, perbedaan
struktur molecular dari material logam itu sendiri, serta
perbedaan tegangan di dalam bagian-bagian logam besi
tersebut. Secara alami hal-hal tersebut menimbulkan
perbedaan potensial antara bagian-bagian, perbedaan
potensial ini menyebabkan sebagian dari logam bersifat
katodis, yakni kotoran , oksida, dan struktur molecular
yang katodis, serta bagian yang anodis, yakni bagian
metal besi yang murni.

Gambar 2.6 korosi sumuran

Secara Umum karat ini memiliki ciri-ciri sebagai


berikut :
a. Anoda sangat kecil
b. Sering terjadi dibawah deposit atau titik lemah.
2.6.6 Korosi kavitasi
Apabila karena tingginya kecepatan cairan
Gambar 2.4. korosi atmosfer menciptakan daerah-daerah bertekanan tinggi dan
rendah secara berulang-ulang pada permukaan
2.6.2 Korosi Galvanis peralatan dimana cairan tersebut mengalir, maka
Korosi galvanis berprinsip reaksi sebagaimana terjadilah gelembung –gelembung uap cairan pada
halnya sel galvanis. Korosi galvanis merupakan proses permukaan tersebut, yang apabila pecah kembali
pengkorosian elektrokimiawi apabila dua macam menjadi cairan yang menimbulkan pukulan pada
logam yang berbeda potensial dihubungkan langsung permukaan yang cukup besar untuk memecahkan film
di dalam elektrolit yang sama. oksida pelindung permukaan tadi ( Rachmat Supardi ,
1997)

Gambar 2.7. Mekanisme kavitasi ( Fontana, 1997 )


Mekanisme kavitasi secara skematis
Gambar. 2.5. Korosi Galvanis ditunjukkan oleh gambar 2.8. yakni melalui beberapa
langkah-langkah sebagai berikut :
2.6.4 Korosi Erosi ( Errosion Corrosi) 1. Gelembung kavitasi terbentuk pada film pelindung.
 Erosi adalah kerusakan permukaan metal yang 2. Gelembung-gelembung tersebut pecah dan merusak
disebabkan oleh aliran fluida yang sangat deras. lapisan film tersebut.
aliran fluida di permukaan logam yang sebetulnya 3. Permukaan logam yang sudah tak terlindungi mulai
halus. terkorosi dan film terbentuk kembali.
 Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir 4. Gelembung-gelembung kavitasi yang baru,
di luar aliran utama. terbentuk lagi pada tempat yang sama .

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 9


5. Gelembung pecah dan merusak lapisan film. disebut sebagai inhibitor yang berbahaya, karena
6. Daerah yang terbuka ( tak terlindungi lapisan film) dalam kondisi tertentu justru akan mempercepat
terkorosi lagi dan lapisan film terbentuk kembali pengkaratan.
dan seterusnya
2. Inhibitor katodik
2.7 Efek yang ditimbulkan oleh adanya Korosi Ialah zat-zat yang dapat menghambat terjadinya
Beberapa efek yang ditimbulkan oleh adanya reaksi di katoda. Pelambatan karat ( inhibition )
korosi adalah dengan mempolarisasi reaksi katodik. Berpengaruh
Merusak logam dari cooling system. terhadap kedua reaksi katodik yang biasa. Dalam
Korosi menghasilkan deposit dalam penukar kalor. reaksi pertama:
Efisiensi perpindahan panas berkurang oleh
adanya deposit. 2H 2O O2 4e 4OH
Kebocoran pada perlengkapan maupun peralatan.
Terjadi kontaminasi pada proses dan airnya Inhibitor bereaksi dengan ion hidroksil untuk
sendiri. mengendapkan senyawa-senyawa tidak dapat larut
ke permukaan katoda, yang karena itu menyelimuti
2.8 Komponen – komponen dari cooling sistem katoda dari elektrolit dan mencegah masuknya
yang biasa terserang korosi oksigen ke situ..
Sistem pendigin bekerja berdasarkan Dalam reaksi katodik kedua :
perpindahan panas antara udara dan air. Di dalam
sistem pendingin terjadi suatu siklus panas dan dingin. 2H 2e 2H H2
Air yang telah didinginkan oleh cooling tower dipompa
dan didistribusikan ke mesin-mesin industri seperti Inhibitor katodik ada kecenderungan tidak efisien
kompresor, kondensor dan chiller untuk mendinginkan walaupun tidak berbahaya pada logam , tapi jelas
fluida kerjanya. Air panas yang keluar dari penukar kurang memperbaiki ketahanan pada korosi.
kalor mesin-mesin tersebur selanjutnya kembali lagi
ke cooling tower untuk didinginkan lagi hingga 3. Inhibitor anodik
seterusnya.
Inhibitor ini akan diadsorbsi pada bagian yang
Di sistem pendingin ini karena permukaan
anodik dan akan menahan terjadinya korosi pada
logam selalu kontak dengan air maka korosi di sistem
yang anodik. Karena korosi terjadinya pada anoda,
pendingin ini sering dikatakan sebagai korosi dalam
maka penggunaan inhibitor anoda ini sangat efisien.
air. Semua air dapat jadi penyebab korosi karena air
Hanya ada bahayanya yaitu bila inhibitor tidak
dapat berfungsi sebagai pereaksi, katalisator, sebagai
menutupiu seluruh anoda, akan memperluas daerah
pelarut , maupun sebagai elektrolit untuk terjadinya
katoda.
korosi padsa logam. Tetapi korosivitas dari masing-
Yang termasuk inhibitor anodik adalah zat-zat
masing air ini akan berlainan terhadap logam yang
yang membentuk zat tidak laruit seperti NaOH,
sama karena agresivitas berbeda disebabkan
PO4 3-, CO3 2-, karena akan membentuk Fe(OH) 3,
mempunyai kom posisi zat terlarut yang tidak sama.
FePO4, Fe(CO3)3 yang jadi lapis lindung pada besi
Komponen-komponen dari cooling system yang biasa
terserang korosi adalah sebagai berikut :
1. Pompa dan pipa pompa. 4. Inhibitor Adsorpsi
2. Pipa masuk after cooler kompresor. Jenis inhibitor adsorpsi adalah merupakan
3. Katup-katup ,elbow , dan sambungan-sambungan kelompok yang terbesar. Terutama zat organik dan
koloid-koloid yang dapat membentuk lapisan film
2.9 Zat Inhibitor pada permukaan logam.
2.9.1 Arti zat inhibitor
5. Inhibitor organik
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila
Senyawa organik banyak yang bersifat
ditambahkan / dimasukkan dalam jumlah sedikit
menghambat proses pengkaratan yang tidak dapat
kedalam suatu zat karoden ( lingkungan yang korosif),
digolongkan sebagai bersifat katodik atau anodik.
dapat secara efektif memperlambat atau mengurangi
Secara umum dapat dikatakan bahwa zat ini
laju pengkaratan yang ada. Terdapat beberapa jenis zat
mempengaruhi seluruh permukaan metal yang
inhibitor :
sedang berkarat apabila diberikan dalam
konsentrasi secukupnya. ( Rachmat Supardi, 1997 )
1. Passivating inhibitor
Passivating inhibitor adalah jenis inhibitor yang 2.9.2 Maksud penggunaan inhibitor
paling efektif dari seluruh jenis inhibitor lainnya
Penggunaan inhibitor dimaksudkan untuk
karena dapat melumpuhkan pengkaratan hampir
melindungi permukaan metal dari serangan korosi
secara menyeluruh , namun jenis inhibitor ini
dengan tujuan untuk :

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 10


a. Memperpanjang usia pakai peralatan. 2 3
2. Ca PO4 Ca3 (PO4 )2
b. Mencegah penghentian pabrik ( shut down )
c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan. Lapisan proteksi di ANODIC.
d. Mencegah kehilangan pertukaran panas ( heat
transfer )  Chemical : N 4661
e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik.
Fungsi : Anti kerak (mencegah kerak)
Cara kerja :
2.9.3 Cara pemakaian inhibitor
1. Membentuk senyawa kompleks ( karena
Untuk menambahkan inhibitor ke sistem bereaksi dengan N 4661 ) sehingga masih tetap
pendingin bisa dilakukan dengan : larut di air.
 Injeksi terus menerus 2. Memodifikasi bentuk kristal kerak ( scale ),
Dilakukan dengan sistem injeksi air pada cooling sehingga daya lekatnya ke permukaan pipa akan
sistem.Bentuk inhibitor adalah cair dan diinjeksikan jauh berkurang.
ke dalam sistem dengan pompa injeksi bahan kimia
( dosing Pump ). Dosing pump dapat daatur dengan  Chemical : N 7348 ( Bio- Disperant )
memutar stroke sehingga inhibitor yang Fungsi : Mencegah terjadinya deposit di
diinjeksikan bisa diatur sesuai kebutuhan.. Inhibitor dalam coling water sistem.
disimpan di dalam cartridge/ profil tank dan Cara kerja :
dipasang pada pipa penyalur, sehingga zat tersebut Mendispersi ( merusak ) slime / deposit , sehingga
merembes sedikit demi sedikit ( leached out ) mikroorganisme akan keluar dari slime / deposit
berikut air ( soft water ) yang melewati pipa-pipa tersebut dan akan dibunuh dengan Biocid. Ada
dari supply header. kontak antara mikroorganisme dengan chemical
Dibawah ini digambarkan instalasi sistem tersebut.
perpipaan serta sistem dosing pump :
 Pemasokan secara batch ( setakar-setakar ) atau
dituang langsung ke sistem
Setakar inhibitor dimasukkan ke dalam system
pendingin ( basin cooling tower ) untuk melindungi
hingga waktu tertentu.Pengunaan ini biasanya pada
sistem tertutup( close loop ).
Beberapa inhibitor yang ditambahkan ke cooling
sistem adalah :

Gambar 2.8 Cara kerja Biodisperant

 Chemical : N 7647
Fungsi : Sebagai Biocide untuk membunuh
mikroorganisme.
Cara kerja :
1. Mendifusi dan menyusup ( penetrasi ) ke dalam
sel mikroorganisme.
2. Setelah berhasil melakukan penetrasi, maka
2.9.4 Beberapa cara kerja dari masing-masing akan merusak inti sel mikroorganisme dan
inhibitor mengganggu metabolisme / menimbulkan
 Chemical : N 7359 penyakit bagi mikroorganisme tersebut.
( Zinc / Zn & Phospate / PO4 ) 3. Sebagian dari N 7647 akan menyelubungi sel-
sel mikroorganisme sehingga sel-sel mikro
Fungsi : Anti korosi organisme akan terisolasi dan susah / tidak
Kontrol : mampu mendapatkan nutrisi.Akibatnya
1. Zn : 0,3 - 1,5 ppm mikroorhanisme akan mati, karena metabolisme
(cathodic corrosion inhibitor) terganggu dan tidak mendapatkan nutrisi.
2. PO4 : 4 - 7 ppm
(anodic corrosion inhibitor)  Asam Sulfat ( H2SO4)
Cara Kerja : Fungsi :
Untuk mengontrol PH air pendingin sekitar PH
1. Zn 2 OH Zn(OH )2 netral ( 7,5 – 8,5), sehingga tidak terlalu condong
Lapisan pro-teksi di CHATODIC korosif, maupun terlalu condong membentuk kerak.
Cara Kerja :

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 11


Di dalam air, H2SO4 akan ter-ionasi menjadi H+ dan sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
SO4 2-, bersifat ASAM dan akan menurunkan PH sekitar . Berbagai macam zat kontaminan yang berada
air. di udara bebas maupun di dasar tanah sedikit banyak
mempengaruhi parameter-parameter dari feed water
yang disuplai ke cooling sistem maupun sistem-sistem
III. HASIL DAN PEMBAHASAN yang lain. Semua parameter-parameter diatas dijaga
3.1 Hasil pengamatan sekitar control limit, jika melebihi batas atau diluar dari
kontrol limit maka berarti konsentrasi zat inhibitor
Hasil pengamatan terhadap kondisi air
yang ada di air pendingin sudah sangat berkurang
pendingin berikut parameter-parameter yang
sehingga perlu ditambahkan lagi dengan mengatur
terkandung dalam air tersebut :
pompa injeksi ( pompa dos ) sesuai kebutuhan.
Analisa Laporan Dari Cooling water treatment PT.
Penambahan zat inhibitor tersebut dilakukan secara
Polysindo Eka Perkasa Cooling Water Spinning IV
kontinu melalui pipa-pipa paralon yang sudah
tanggal 14 Februari 2006
bercampur dengan air pipa header suplai. Kecuali
untuk jenis zat inhibitor tertentu dilakukan dengan
dituang langsung ke basin cooling tower. Sebelum feed
water didistribusikan ke basin dari cooling tower ,
terlebih dahulu diolah di water treatment plant untuk
memperbaiki kualitas airnya. Setelah diperoleh
kualitas air yang diinginkan kemudian didistribusikan
melalui pipa –pipa header ke masing-masing sistem.
Sistem yang menerima feed water ini diantaranya
adalah sistem pendingin, sistem Uap ( boiler ) dan lain-
lain.

PH di cooling water agak tinggi , karenanya H2SO4 Hal-hal yang terjadi di lapangan
perlu ditambahkan lagi
Hardness di cooling water masih tinggi, maka Hal-hal yang pernah ditemui di lapangan
penambahan blowdown sebaiknya dilakukan berkenaan dengan masalah korosi :
 Kebocoran Pipa masuk aftercooler, terjadi sebagai
Analisa Laporan Dari Cooling water treatment PT. akibat korosi erosi ( korosi karena kecepatan aliran
Polysindo Eka Perkasa. fluida yang deras mengikis lapisan pelindung
permukaan pipa ).
Cooling Water Spinning III Tanggal 22 januari 2006  Impeler pompa banyak yang ditemukan rusak
yakni bagian sudu-sudu impeler yang
patah/hancur. Hal ini terjadi sebagai akibat korosi
kavitasi dan juga korosi erosi.
 Aliran air yang melalui sebuah pipa-pipa sistem
pendingin sering mengalami hambatan/gangguan ,
diakibatkan katup-katup yang menghubungkan
pipa suction dan pompa dan juga katup-katup yang
lain banyak terserang korosi dan kerak sehingga
keduanya membentuk korosi bawah kerak (
corrrosion under deposit )

3.2 Pembahasan
Penambahan zat inhibitor sebagai salah satu
langkah pengendalian korosi disamping pemilihan
bahan untuk komponen sistem pendingin yang tahan
karat, dan juga perancangan instalasi sistem pendingin
yang baik , akan sangat efektif mengurangi produk
korosi yang terjadi. Dengan pengamatan yang
PH, Zn, & PO4 diluar control limit, karena chemical dilakukan setiap 2 minggu sekali terhadap kondisi air
sedang habis. pendingin di cooling tower yang selanjutnya dilakukan
Untuk parameter yang lain masih cukup bagus. pengujian di lab.maka diperoleh nilai/harga setiap
parameter-parameter yang terkandung dalam air
Pengamatan kondisi air diatas dilakukan pendingin tersebut. Jika nilai tersebut diluar/ melebihi
setiap dua minggu sekali atau selambat-lambatnya satu batas normal yang ditentukan maka penambahan zat
bulan sekali tergantung situasi dan kondisi.. Masing- inhiibitor diatur sedemikian hingga diperoleh nilai
masing lokasi memiliki parameter yang berbeda satu sekitar batas normal ( control limit ) yang dikehendaki.

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 12


Dengan demikiaan air yang bersirkulasi di sistem tower tersebut selanjutnya mengalami resirkulasi. Air
pendingin bisa dipastikan aman dari sifat-sifat korosif. yang berada dibasin cooling tower dipompa ke heat
excanger plat untuk mendinginkan udara tekan yang
dihasilkan oleh kompresor. Selanjutnya air yang keluar
dari dari penukar kalor kompresor yang temperaturnya
lebih tinggi kembali lagi ke cooling tower untuk
didinginkan lagi hingga seterusnya.

IV. KESIMPULAN
1. Dengan penambahan zat inhibitor secara tepat ke
air pendingin maka sedikit banyak akan
mengurangi agresivitas serangan korosi pada
Gambar 4.1. Instalasi Sistem pendingin sistem pendingin
2. Berkurangnya agresivitas serangan korosi pada
Instalasi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : sistem pendingin akan menjaga performa dari
sistem pendingin tetap tinggi dan umur dari setiap
Air yang digunakan untuk mengganti / ditambahkan ke
komponen sistem pendingin menjadi lebih lama.
basin cooling tower atau yang dinamakan make up
water disuplai dari sumbernya yakni dari water
treatment plant. Air dari water treatment tersebut DAFTAR PUSTAKA
dipompa ke basin cooling tower melalui pipa header 1. Fontana G. Mars, Corrosion Engineering.
suplai . Selanjutnya dari pipa header suplai tersebut Department of Metallurgical Engineering, 1986.
bercabang empat yang masing-masing cabang Mc Graw-Hill,
dihubungkan oleh pipa-pipa pvc/paralon . Pipa-pipa 2. Widharto Sri, Karat dan Pencegahannya, PT.
paralon tersebut mendistribusikan air soft ( dari water Pradnya Paramita.1999 Jakarta
treatment ) ke basin cooling tower yang sebelumnya 3. Supardi Rachmat, Korosi, Tarsito 1997 Bandung,
sudah dibubuhkan zat-zat inhibitor dengan injeksi 4. Trethhewey Kenneth R, Korosi Untuk Mahasiswa
langsung oleh dosing pump melaui selang yang dan Rekayasawan, PT. Gramedia Pustaka Umum ,
dihubungkan ke pipa paralon. Air yang sudah 1988. Jakarta.
bercampur dengan zat-zat inhibitor di basin cooling

ROTASI – Volume 12 Nomor 2 – April 2010 13

You might also like