You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang paling menakutkan dan
mencemaskan bagi setiap orang. Pasien yang menderita kanker akan menjalani perawatan
yang lama, prosedur pemeriksaan yang berbagai macam dan efek pengobatan yang tidak
menyenangkan. Belum lagi dampak sosial ekonomi yang bukan hanya ditanggung pasien
tapi juga keluarganya. Dari sisi psikologis dan spiritual pasien juga tentunya terganggu,
bahkan sebagian orang menganggap diagnosa kanker seolah menjadi ‘vonis mati’ bagi
dirinya.
Semakin lama penderita kanker semakin meningkat. Untuk prevalensi penyakit
kanker di Indonesia, secara keseluruhan memiliki persentase 1,4 per seribu penduduk atau
sama dengan 330 ribu orang. Dengan perincian menurut provinsi, posisi paling tinggi
terdapat di DI Yogyakarta dengan 4,1‰, lalu di Jawa tengah dengan 2,1‰, diikuti oleh
bali dengan 2‰, dan DKI Jakarta serta Bengkulu masing-masing 1,9‰. (Riskesdas 2013).
Namun karena registrasi kanker di negara kita belum berjalan dengan baik, maka angka
sesungguhnya kemungkinan lebih tinggi.
Menurut Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, Jumlah pasien kanker
payudara merupakan yang paling tinggi yaitu 12.014 orang, disusul oleh pasien kanker
serviks 5.349 orang, pasien kanker darah (Leukemia) 4.342 orang, pasien kanker lipoma
3.486 orang dan pasien kanker paru-paru sebanyak 3.244 orang. Perempuan lebih banyak
terkena kanker dibanding pada laki-laki, pada perempuan persentasenya mencapai angka
2,2‰ sedangkan pada laki-laki hanya berada pada angka 0,6‰.
B. Rumusan masalah
a. Apa defenisi kanker?
b. Apa Etiologi kanker?
c. Apa tanda dan gejala ?
d. Bagaimana phatofisiologi terjadinya kanker ?
e. Apa definisi Kemoterapi ?
f. Bagaimana klasifikasi Kemoterapi ?
g. Apasaja tujuan pemberian Kemoterapi ?
h. Apa manfaat pemberian Kemoterapi ?
i. Bagaimana cara kerja Kemoterapi ?
j. Bagaimana cara penatalaksanaan Kemoterapi ?
k. Apasaja macam-macam obat Kemoterapi ?
l. Apa indikasi pemberian Kemoterapi ?
m. Apa kontra indikasi pemberian Kemoterapi ?
n. Bagaimana efek samping Kemoterapi ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi kanker dan Kemoterapi
b. Untuk mengetahui klasifikasi Kemoterapi
c. Untuk mengetahui tujuan pemberian Kemoterapi

1
d. Untuk mengetahui pemberian Kemoterapi
e. Untuk mengetahui cara kerja Kemoterapi
f. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan Kemoterapi
g. Untuk mengetahui macam-macam obat Kemoterapi
h. Untuk mengetahui indikasi pemberian Kemoterapi
i. Untuk mengetahui kontra indikasi pemberian Kemoterapi
j. Untuk mengetahui efek samping Kemoterap

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Kanker
Kanker adalah penyakit yang menyerang proses dasar kehidupan sel, mengubah
genom sel (komplemen genetik total sel) dan menyebabkan penyebaran liar dan
pertumbuhan sel-sel. sel kanker
Penyebab mutasi genom berubah dari satu atau lebih gen atau mutasi dari segmen
besar dari untai DNA yang mengandung banyak gen atau kehilangan segmen kromosom
besar (Guyton, 1981).
Kanker bukanlah penyakit tunggal dengan satu penyebab, melainkan merupakan grup
penyakit berbeda dengan penyebab yang berbeda, manifestasi, perawatan dan prognosis
(Brunner).
a. Jenis/Lokasi Kanker
1. Payudara
2. Kolon rektum
3. Laring
4. Paru
5. Leukemia
6. Pankreas
7. Prostat
8. Gaster
9. Uterus
10. Serviks
11. Lain : Hodgkin’s, Thyroid dll
b. Etiologi Kanker
Kanker adalah penyakit yang berasal dari interaksi multigenik , multifaktorial yang
berakibat sel normal menjadi ganas.Kanker dapat disebabkan oleh mutasi. Mutasi dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor
endogen adalah faktor yang berasal dari penderita itu sendiri contohnya herediter, usia,
jenis kelamin, dan imunitas. Sedangkan faktor eksogen adalah faktor yang berasal dari
luar penderita contohnya karsinogen kimia , karsinogen fisika , dan virus karsinogen.
c. Tanda dan gejala
Gejalanya sangat bervariasi, atau mungkin tidak terjadi sama sekali. Beberapa pasien
memiliki benjolan yang tidak normal, demam yang tidak dapat dijelaskan, keringat di
malam hari, atau penurunan berat badan yang tidak disengaja.
Jenis yang paling umum :
 Kanker payudara
Gejala kanker payudara termasuk benjolan di payudara, keluarnya cairan
berdarah dari puting, dan perubahan bentuk atau tekstur puting atau payudara.
 Kanker prostat
Gejala termasuk kesulitan buang air kecil, tapi terkadang tidak ada gejala sama
sekali.

3
 Karsinoma sel basal
Kanker ini biasanya muncul sebagai benjolan lunak putih atau bercak bersisik
cokelat di bagian
d. Phatofisiologi kanker
e. Diagnostik Kanker
1. Riwayat keperawatan & penyakit, sosial, pemeriksaan fisik
2. Biopsi patologis
3. Pemeriksaan darah, darah lengkap, thrombosit, kimia darah: elektrolit & LFT &
BUN & chreatinin
4. Imaging : foto toraks, scan-nuklir, CT-scan, MRI.

Manajemen : Pendekatan Multi Disiplin

Tindakan pengobatan : pembedahan, kemotherapi, radiasi, imunotherapi, atau


kombinasi

Jenis Pembedahan :

1. Biopsi
2. Rekontruksi
3. Paliatif
4. Adjuvant
5. Pembedahan primer otak
6. Reseksi metastasis
7. Profilaksis : polip
8. Kuratif
9. Kemotherapi
B. Definisi Kemoterapi
Secara bahasa kemoterapi berasal dari kata ‘chemical’ (kimia) dan therapy
(pengobatan) artinya pengobatan dengan menggunakan zat-zat kimia. Namun secara
istilah kemoterapi adalah pengobatan pada penyakit kanker dengan menggunakan preparat
anti neoplastik yang berkhasiat membunuh dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker
dengan mengganggu metabolisme dan reproduksi seluler. Obat-obat kemoterapi umumnya
disebut obat sitostatika.
Kemoterapi banyak dilakukan sebagai salah satu modalitas terapi kanker disamping
pembedahan (surgery) dan radioterapi. Namun tidak seperti pembedahan/ radioterapi yang
bersifat lokal, kemoterapi bersifat sistemik karena beredar ke seluruh sistem tubuh.
Kerugian pemberian kemoterapi adalah karena selain membunuh sel-sel kanker, juga akan
merusak sel-sel sehat yang berproliferasi secara cepat seperti folikel rambut, mukosa,
produksi sel-sel darah di sumsum tulang dan organ reproduksi. Inilah yang menimbulkan
berbagai efek samping seperti kerontokan rambut, sariawan, diare, pansitopenia dan
infertilitas. Namun sebagian besar efek samping tersebut bersifat sementara selama masa
pengobatan.
Pada sejarah awalnya penggunaan kemoterapi hanya digunakan satu jenis sitostatika,
namun dalam perkembangannya kini digunakan kombinasi sitostatika atau disebut

4
regimen kemoterapi, dalam usaha meningkatkan efektifitas pengobatan. Penggunaan obat
kombinasi ini apabila sudah melalui riset mengenai khasiat dan efek sampingnya dan
disahkan oleh kementerian kesehatan di suatu negara maka akan menjadi regimen standar
negara tersebut, sedangkan bila masih dalam penelitian disebut regimen kemoterapi dalam
uji klinik (clinical trial).
C. Tujuan Kemoterapi
a. Membasmi sel-sel kanker sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak
terjangkau pisau bedah.
b. Mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan operasi pengangkatan.
c. Mencegah metastase (penyebaran) kanker ke organ lain.
d. Mencegah sel kanker tumbuh kembali (rekuren).
e. Meringankan gejala akibat tumor (nyeri, luka bau, basah dll).
f. Memperbaiki kualitas hidup pasien.
Dokter onkologi biasanya merekomendasikan untuk dilakukan kemoterapi sebagai :
1. Primary Treatment (Pengobatan Utama)
Kemoterapi sebagai terapi utama missal pada kasus kanker non solid (hematologi)
seperti leukimia
2. Adjuvant
Kemoterapi sebagai terapi tambahan dan diberikan setelah terapi utama misal pada
kanker payudara dilakukan setelah mastektomi.
3. Neo adjuvant
Kemoterapi sebagai terapi tambahan dan diberikan sebelum terapi utama biasanya
bertujuan untuk mengecilkan ukuran tumor sebelum dilakukan pengangkatan.
4. Radiosensitizer
Kemoterapi dilakukan sebelum radioterapi untuk meningkatkan efektifitasnya
D. Jenis Kemoterapi
a. Inhibitor Mitosis
Inhibitor mitosis berasal dari divat alkaloid tanaman dan produk alam lainnya.
Kemoterapi jenis ini bekerja dengan cara menghentikan proses mitosis dan
menghambat reproduksi sel. Kemoterapi jenis ini dapat digunakan untuk mengobati
berbagai macam kanker.
b. Antibiotik Antitumor
Antibiotik antitumor, seperti anthracyclines, adalah antibiotik yang ditujukan untuk
menyerang tumor. Kemoterapi jenis ini memiliki cara kerja dengan mempengaruhi
enzim yang terlibat dalam proses replikasi DNA. Namun menurut American Cancer
Society dosis tinggi anthracyclines dapat merusak jantung secara permanen.
c. Agen Alkylating
Cara kerja agen alkylating adalah dengan merusak DNA sel kanker secara langsung,
sehingga mencegah sel kanker berkembang biak dan efektif untuk semua fase siklus
sel. Agen Alkylating dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis kanker, termasuk
penyakit Hodgkin, multiple myeloma, leukemia akut dan kronis, lymphoma, kanker
paru-paru, kanker payudara, dan kanker ovarium.
d. Antimetabolites

5
Antimetabolites digunakan untuk mengobati berbagai jenis leukemia, serta tumor
yang ditemukan di saluran payudara, ovarium, dan usus. Cara kerja antimetabolites
adalah dengan merusak sel-sel kanker selama fase S, sehingga tidak memungkinkan sel
kanker untuk hidup atau berkembang.
e. Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk mencegah muntah atau reaksi alergi yang
berhubungan dengan kemoterapi. Namun, American Cancer Society juga menyebutkan
bahwa kortikosteroid juga terkadang dapat digunakan untuk langsung membunuh sel
kanker atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi jenis ini terdiri dari
hormon alami dan obat yang menyerupai hormon.
E. Cara Pemberian Kemoterapi
Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :

a. Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®,
Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®. Tekankan
pentingnya untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
b. Subcutan dan Intramuskular
Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-
Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per
IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
c. Topikal
Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati
agar pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk
memakai pakaian katun dan longgar.
d. Intra arterial.
Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena
adanya tekanan arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan
mengunakan infus pump. Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu
ektremitas, dan kemungkinan perdarahan pada tempat penusukan .
e. Intrakavitas
Masukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang
dada ke dalam rongga pleura. Ikuti dosis premedikasi yang telah ditentukan untuk
meminimalkan kemungkinan iritasi lokal yang disebabkan oleh obat-obat yang
diberikan secara intrakavitas.
f. Intraperitoneal.
Berikan obat dalam rongga abdomen melalui port yang ditanam (implantable) dan
atau kateter suprapubik eksternal. Pantau pasien terhadap tekanan abdomen, nyeri,
demam dan status elektrolit. Ukur dan catat lingkar perut selama 48 jam. Hangatkan
larutan infus (dengan penghangat kering) pada suhu 38 o C sebelum pemberian.
g. Intratekal.
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam
cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C. Obat diberikan melalui
prosedur pungsi lumbal. Volume obat yang dimasukkan adalah 15 cc atau kurang.

6
Encerkan obat dengan saline normal yang bebas pengawet. Obat harus disuntikkan
pelan-pelan pantau tanda vital dan keadaan umum setelah tindakan. Hanya dokter
yang boleh memberikan obat intratekal.
h. Intravena
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-pelan
sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan continous
drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya
F. Efek Samping Kemoterapi
Efek samping kemoterapi dilihat dari onsetnya :
a. Immediate
Efek samping yang terjadi segera setelah kemoterapi, dari beberapa jam sampai
beberapa hari setelah kemoterapi.
Contoh : nausea/ vomiting, local tissue necrosis, phlebitis, hiperuricemia, skin rash,
anaphylaxis, demam menggigil (bleomycin), hipotensi (etoposide), hipertensi
(procarbacine)
b. Early
Efek samping yang terjadi beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
kemoterapi.
Contoh : leucopenia, trombositopenia, alopecia, stomatitis, diarrhea, hipercalcemia
(estrogen), hipomagnesemia (cisplatin), DIC (asparaginase), hiperglicemia
(kortikosteroid), ototoxicity (cisplatin), conjungtivitis (MTX)
c. Delayed
Efek samping yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah
kemoterapi.
Contoh : anemia, aspermia, hepatocelluler damage, hiperpigmentation, pulmonary
fibrosis, peripheral neuropati (vincristine), cardiac necrosis (cyclophosphamide),
cholestatic jaundice (6-MP)
d. Late
Efek samping yang terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun setelah kemoterapi.
Contoh : sterility, premature menopause, acute leukemia, lymphoma, solid tumor,
hepatic necrosis (MTX), osteoporosis (kortikosteroid), cataracts (busulvan).
Obat kemoterapi bersifat toksik pada organ-organ tubuh antara lain :
 Toksis pada paru
Obat-obat yang bersifat toksik pada paru antara lain : bleomycin, busulfan,
carmustine
 Toksis pada telinga
Obat-obat yang bersifat toksik pada telinga yaitu cisplatin
 Kardiotoksik
Obat-obat yang bersifat toksik pada jantung antara lain : cyclophosphamide,
doxorubicin, daunorubicin dan mitaoxantron.
 Neurotoksik
Obat-obat yang bersifat toksik pada persarafan antara lain : vincristine, vinblastine,
dosis tinggi cytarabin dan cisplatin.

7
 Hepatotoksik
Obat-obat yang bersifat toksik pada hepar antara lain : Adriamycin, asparaginase,
methotrexate, cytarabin, cyclophosphamide dan busulfan.
G. Ekstravasasi
a. Definisi
Ekstravasasi adalah terjadinya infiltrasi obat kemoterapi yang vesikan atau iritan dari
vena ke jaringan sekitarnya.
Vesikan adalah obat kemoterapi yang mengakibatkan kerusakan jaringan. Misalnya
obat daunorubicin, doxorubicin, epirubicin, vincristin, vinblastin, dacarbazine,
dactinomysin.
Iritan adalah obat kemoterapi yang menyebabkan rasa sakit pada lokasi penusukan
sepanjang vena dengan atau tanpa inflamasi. Misalnya obat etoposide, carmustine,
plicamycin,
b. Faktor Resiko Ekstravasasi
 Kelemahan Vena
 Trauma penusukan canul
 Jenis kanul
 Oedema
 Bekas area radiasi
 Konsentrasi obat sitostatika
 Jumlah obat terinfiltrasi
 Lama jaringan terkena infiltrasi obat
 Ketidakmampuan pasien komunikasi
c. Pencegahan Ekstravasasi
 Pilih vena yang tepat
 Cek kepatenan vena sebelum pemberian obat
 Hindari penusukan kanul berulang di tempat yang sama
 Gunakan penutup area penusukan dengan yang transparan
 Observasi daerah yang di infus selama pemberian obat
 Lakukan pembilasan setiap selesai pemberian obat
 Sarankan pasien melaporkan rasa nyeri di tempat penusukan saat pemberian obat
d. Penanganan Ekstravasasi
 Stop infus kanul jangan dicabut
 Aspirasi darah dari kanul
 Masukkan dexamethason injeksi 1 ml
 Cabut canul secara perlahan
 Menggunakan spuit steril, aspirasi jaringan subcutan apabila memungkinkan
 Masukkan dexamethason injeksi 1 ml secara subcutan searah jarum jam apabila
memungkinkan
 Hindari perabaan pada area ektravasasi
 Kompres dingin pada pemberian doxorubicin
 Kompres hangat pada pemberian vincristin

8
 Oleskan salep bethametason di sekitar tusukan infus
 Evaluasi
 Pindah lokasi infuse apabila kemoterapi bisa dilanjutkan
 Dokumentasikan

9
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pasien Kemoterapi (Fokus)


a. Pengkajian Pre Kemoterapi
 Identitas
 TB dan BB
 d.Riwayat penyakit dan pengobatan
 Riwayat alergi
 Pemeriksaan fisik per sistem
 Hasil pemeriksaan penunjang
 Karnofsky Score
 Psikososiospiritual
 Dukungan dari orang-orang terdekat
 k Pengetahuan pasien kemoterapi
 Informed Consent
b. Pengkajian Intra Kemoterapi
 Evaluasi tetesan
 Observasi daerah tusukan infus, waspadai gejala ekstravasasi (bengkak/ merah/ nyeri)
 Adakah tanda alergi (sesak napas/dada berdebar/gatal/pusing)
 Monitor KU & TTV
 Mual / muntah
 Psikologis pasien (rasa takut, cemas)
c. Pengkajian Post Kemoterapi
 Keluhan pasien setelah menjalani kemo (kerontokan rambut/mual muntah/lemes)
 Penanganan efek samping
 Cek darah rutin (2 minggu post kemoterapi)
 Respon terhadap pengobatan
 Obat2 yg diminum : antiemetik, vitamin dll
B. Diagnosa
1. Nyeri kronis berhubungan dengan pertumbuhan/metastase tumor
Noc :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di poli tulip klien mampu :
a. Mengontrol nyeri
Dengan KH klien mampu :
a. Mengukur nyerinya dengan menggunakan skala nyeri, menetapkan tujuan untuk
penurunan nyeri yang diharapkan dan membuat rencana kegiatan untuk mengelola
nyerinya
b. Mendiskripsikan tentang rencana pengelolaan nyeri baik farmakologis maupun non
farmakologis termasuk mengenali keuntungan dan kerugian pengelolaan nyeri
menggunakan obat dan non obat

10
Nic :

a. Mendemontrasikan kemampuan untuk tenang, beristirahat


b. Menerima keadaan yang sedang dialami dan mampu beraktifitas dengan minimal
terjadinya nyeri
c. Manajemen nyeri :
d. Administrasi analgetik :
e. Kaji pengalaman klien ketika berhadapan dengan nyeri untuk pertama kali, jika
memungkinkan lakukan intervensi untuk menurunkan nyeri
f. Anjurkan klien untuk menggambarkan pengalamam yang telah lalu mengenai nyeri
dan metode yang digunakan untuk menangani nyerinya, termasuk pengalaman
tentang efek samping, tipe koping respon, dan bagaimana dia mengekspresikan nyeri
g. Mendeskripsikan tentang efek yang merugikan dari nyeri yang tidak tertahankan
h. Anjurkan klien untuk melaporkan tentang lokasi, intensitas dan kualitas dari nyeri
ketika sedang mengalami nyeri
i. Minta klien untuk melakukan pengelolaan tingkat nyeri, waktu, pencetus,
pengobatan dan perawatan dan tindakan yang lain yang dapat mengurangi nyeri
j. Tentukan penggunaan obat yang dibutuhkan klien
2. Nyeri akut berhubungan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan akibat
metastase tumor.
Noc:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di poli tulip nyeri berkurang dengan
KH :
Skala nyeri menurun 1-3
 Klien melaporkan nyeri berkurang/hilang
 Klien nampak rileks
 Klien mampu beristirahat

Nic :
a. Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif : lokasi, karek teristik, durasi,
frekuensi, kuali tas dan faktor predisposisi.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalama nyeri klien.
4. Evaluasi pengalamam nyeri masa lampau.
5. Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
6. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan.
7. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
8. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/ non farmakologis).
9. Ajarkan teknik relaksasi.
10. Berikan analgetik sesuai program
11. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
12. Tingkatkan istirahat.

11
13. Kolaborasi dengan dokter jika ada komplain dan tindakan nyeri tidak berhasil.
14. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
b. Administrasi analgetik :
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat.
2. Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi.
3. Cek riwayat alergi.
4. Pilih analgesik yang diperlukan.
5. Tentukan pilihan analgesik tergantung dari tipe dan beratnya nyeri.
6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
7. Pilih rute pemberian secara iv, im untuk pengibatan nyeri secara teratur.
8. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
9. Evaluasi keefektifan analgetik dan efek samping.
3. nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah (parmesetik (kemotherapi
Noc :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di poli tulip mual klien akan berkurang
dengan KH :
Klien akan merasa lebih nyaman, status cairan seimbang, intake nutrisi adekuat
Nic :
1. Kaji penyebab mual dan muntah klien.
2. Jaga kebersihan klien setelah muntah dan letakan tissue pembersih pada likasi
yang mudah dijangkau oleh klien.
3. Berikan perawatan oral setelah klien muntah.
4. Berikan/ajarkan metose distraksi dari sensasi mual misalnya menggunakan musik
dsb.
5. Jaga lingkungan yang bersih, tenang dan ventilasi yang baik.
6. Hindarkan pergerakan yang tiba-tiba, biarkan klien tetap terlentang.
7. Penberian aromaterpi peppermint untuk menurunkan skala mual
8. Kolaborasi pemberian antiemetik.
9. Berikan antiemetik satu jam sebelum pemberian khemoterapi.
10. Motifasi klien untuk makan/minum sedikit-sedikit tetapi sering.
11. Berikan diit yang disukai dalam kondisi hangat dan sajikan dengan menarik.
4. Ansietas berhubungan dengan lingkungan rumah sakit yang tak dikenal/ ketidakpastian
tentang hasil pengobatan kanker, perasan putus asa dan tak berdaya/ ketidak cukupan
pengetahuan tentang kanker dan pengobatan
Noc :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di poli tulip klien akan mampu
mengontrol cemas, mengembangkan koping yang adaptif dengan KH klien mampu :
a. Mengidentifikasi dan mengungkapkan kecemasan
b. Mengidentifikasi, mengung kapkan dan mendemons trasikan teknik mengontrol
ansietas
c. Mengungkapkan terbebas/ penurunan distress yang dirasakan
d. TTV memberi gambaran terbebas dari disstress
e. Ekspresi tubuh, wajah, sikap terbebas dari disstres

12
f. Mampu berkonsentrasi dan akurasi perhatian
g. Mengidentifikasi dan mengungkapkan faktor-faktor yang menimbulkan kecemasan,
konflik dan penanganannya
h. Mendemonstrasikan ketrampilan mengatasi masalah
Nic :
a. Kaji tingkat kecemasan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya cemas.
b. Yakinkan klien bahwa perawat siap membantu masalah kesehatan yang dihadapi
klien dan dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan dan persepsi.
c. Kaji harapan klien terhadap pengobatan dan perawatan.
d. Pahami persepsi klien tentang situasi stress.
e. Temani klien untuk memberikan keamanan dan mengurangi ketakutan.
f. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan, dan prognosis.
g. Dorong keluarga untuk menemani klien.
h. Edukasi Keluarga untuk penberian suport.
i. Bantu klien untuk mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan.
j. Ajarkan teknik relaksasi untuk mereduksi kecemasan.
k. Berikan kesempatan klien, keluarga untuk mengungkapkan perasaan (marah, rasa
bersalah, kehilangan, dan nyeri) :
1. Lakukan kontak yang sering dan berikan suasana yang meningkatkan ketenagan
dan rileks
2. Tunjukian sikap tidak menilai dan mendengar dengan penuh perhatian
3. Gali perasaan dan perilaku sendiri
l. Dorong untuk mendiskusikan secara terbuka tentang kanker, pengalaman orang
lain, dan potensial mengontrol dan penyembuhannya.
m. Jelaskan rutinitas rumah sakit dan pertegas penjelasan dokter tentang jadwal
pemeriksaan dan tujuan rencana pengobatan. Fokuskan pada apa yang diharapkan
klien
n. Tunjukan adanya harapan
o. Tingkatkan aktifitas dan latihan fisik
p. Identifikasi adanya ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah yang tidak
efektif, kurang motifasi, kesehatan secara umum memburuk, kurang sistem
pendukung
5. Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan askep selama dipoli tulip tidak terdapat faktor
risiko infeksi pada klien dibuktikan dengan status imune klien adekuat,
Noc : mendeteksi risiko dan mengontrol risiko
Konrol infeksi :
Nic :
a. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
b. Pertahankan teknik isolasi.
c. Batasi pengunjung bila perlu.
d. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan saat kontak dan sesudahnya.
e. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan.
f. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
g. Monitor perubahan tingkat energi.

13
h. Dorong peningkatan mobilitas dan latihan.
i. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program.
j. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.
k. Laporkan kecurigaan infeksi.
l. Laporkan jika kultur positif

14
BAB IV

PENUTUP

A. Penutup

Kemoterapi bisa menjadi pengalaman traumatis bagi pasien kanker karena banyaknya
efek samping yang ditimbulkan. Karena itu tak jarang beberapa pasien drop out dari program
pengobatan. Perawat berperan meminimalkan melalui edukasi yang mencukupi di awal,
pengawasan saat kemoterapi dan evaluasi setelahnya.

Asuhan keperawatan yang diberikan bersifat komprehensif sehingga bukan hanya


memperhatikan aspek fisik pasien tetapi juga psikososiospiritual dan melibatkan orang-orang
sekitar pasien. Senyum, caring dan kesiapan perawat untuk selalu membantu dan mendengar
keluh kesah pasien akan meningkatkan kepuasan pasien akan pelayanan keperawatan.

B. Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, Holmes, et al. 2011. Cancer Nursing : Principles and Practice 7th Ed. By Jones
And Bartlett Publishers, USA

Musrini, SST. Peran Perawat Dalam Pemberian Kemoterapi. RSUD Dr Soetomo Surabaya

Eli Subekti, S.Kep, Ns. Prosedur dan Cara Pemberian Kemoterapi RSUP Dr Kariadi
Semarang

http://www.pasienkanker.my.id/2015/12/penyakit-kanker-di-indonesia.html

http://www.perawatkemo.blogspot.com

Bongard, Frederic, S. Sue, darryl. Y, 1994, Current

16

You might also like