Professional Documents
Culture Documents
Laporan Teknologi Bahan Penyegar
Laporan Teknologi Bahan Penyegar
Disusun Oleh:
Prasetia Triyanto Pamungkas (F34150052)
Yogi Anom Pangestu (F34150057)
Muhammad Yunus (F34150058)
Latar Belakang
Kopi adalah salah satu hasil perkebunan yang paling banyak dihasilkan di
Indonesia. Kopi termasuk komoditi bahan penyegar yang merupakan salah satu
komoditi ekspor utama Indonesia. Ekspor kopi Indonesia sangat besar bahkan
menjadi urutan keempat pengekspor kopi terbesar didunia sehingga komoditi kopi
ini mempunyai peran sebagai sumber pendapatan petani, penghasil devisa negara,
peluang agribisnis yang besar, penciptaan lapangan kerja, serta pengembangan
potensi tiap wilayah.
Potensi pengembangan kopi sangat besar, karena kopi memiliki prosepk
yang sangat cemerlang kedepannya. Kopi semakin disukai semua orang sehingga
permintaan kopi di indonesia dan dunia terus mengalami peningkatan. Selain
mendapatkan keuntungan pengembangan komoditi kopi akan membuka banyak
lapangan kerja dan pengembangan bidang agroindustri. Meskipun hingga saat ini
produksi kopi masih terhambat mutunya sehingga dibutuhkan peningkatan
pengolahan kopi agar memiliki mutu yang lebih baik. Hal ini disebabkan, karena
penanganan pasca panen yang tidak tepat antara lain proses fermentasi, pencucian,
sortasi, pengeringan, dan penyangraian. Selain itu spesifikasi alat/mesin yang
digunakan juga dapat mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi.
Oleh karena itu, untuk memperoleh biji kopi yang bermutu baik maka
diperlukan penanganan pasca panen yang tepat dengan melakukan setiap tahapan
secara benar. Proses penyangraian merupakan salah satu tahapan yang penting,
namun saat ini masih sedikit data tentang bagaimana proses penyangraian yang
tepat untuk menghasilkan produk kopi berkualitas.
Tujuan
Metode
Analisa Mutu Kopi Beras Pengolahan Kopi Bubuk
Dinginkan
Laporkan hasil
Kopi Bubuk
Analisa seduhan Kopi Penetapan kadar sari
Kopi Bubuk
Kopi Bubuk
Data analisa
seduhan kopi Dinginkan di eksikator lalu timbang
Kopi Bubuk
Kadar VRS
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
[Terlampir]
Pembahasan
Kopi(Coffea sp.) termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Kopi
merupakan tanaman pohon sehimgga tumbuh tegak mencapai 12 meter biji kopi
berbentuk bulat dan bergerombol, menth berwarna hijau dan apabila matang akan
berwarna merah, daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing. Kopi
merupakan tanaman tropis yang dapat tumbuh diberbagai tempat. Kualitas dan
mutu kopi tergantung pada jenis bibit, keadaan lingkungan, dan ketinggian kebun
kopi itu sendiri.
Pengolahan kopi beras bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu cara basah
dan cara kering. Pengolahan kopi secara basah hanya dapat dilakukan pada biji
kopi yang telah masak, berwarna merah penuh, sedangkan pengolahan kering
dapat dilakukan pada sembarang mutu buah kopi. Perbedaan kedua jenis
pengolahan ini terdapat pada proses atau langkah pengolahannya, pengolahan cara
basah(WIB) dilakukan dengan proses yang panjang mulai dari pemanenan, sortasi
biji, sortasi kering, sortasi basah, pengupasan, fermentasi yang terdiri dari
fermentasi basah, fermentasi kering dan fermentasi enzim lalu dicuci dan
dikeringkan.
Hasil pengukuran biji kopi pada kelompok 3 dihasilkan biji ukuran besar
sebanyak 77,2% , biji ukuran sedang sebanyak 12,5% , dan biji ukuran kecil 9,6%
dengan asumsi yang sama dengan kelompok 1. Mutu biji kopi kelompok 3 dapat
dikatan biji kopi ukuran kecil karena lebih dari 5% yang lolos ayakan lubang kecil.
Sementara itu hasil pengukuran kelompok 5 dengan asumsi yang sama didapatkan
data biji kopi ukurn besar sebanyak 52,46% , biji kopi ukuran sedang 18,96% ,
dan biji kopi ukuran kecil 25,21% maka secara keseluruhan dapat dikatakan
memiliki mutu biji kopi dengan ukuran kecil karena lebih dar 5% yang lolos
ayakan lubang kecil.
Hasil praktikum selanjutnya adalah mutu biji kopi berdasarkan nilai cacat.
Data yang diperoleh kelompok 2 sesuai dengan yang terlampir hasil terbesar
ditunjukan pada kondisi shrunk bean sebesar 17,56%. Kerusakan tersebut dapat
diakibatkan kegagalan proses fertilisasi atau kekeringan. Data pada kelompok 4
menghasilkan 32,24% biji kopi dalam kondisi yang baik. Sementara pada
kelompok 6 data terbesar diperoleh kondisi pressed or crushed bead sebesar
25,42% yang dapat diakibatkan kesalahan dalam proses drying maupun pulping.
Proses pengolahan kopi beras menjadi kopi bubuk terdiri dari beberapa
tahapan proses yaitu proses penyangraian, dan penggilingan biji kopi sangrai.
Perubahan sifat fisik dan kimia terjadi selama proses penyangraian, menurut
Ukers dan Prescott dalam Ciptadi dan Nasution (1985) seperti swelling,
penguapan air, tebentuknya senyawa volatil, karamelisasi karbohidrat,
pengurangan serat kasar, denaturasi protein, terbentuknya gas sebagai hasil
oksidasi dan terbentuknya aroma yang khas pada kopi. Biji kopi sangrai
dihaluskan dengan mesin penghalus sampai diperoleh butiran kopi bubuk dengan
ukuran tertentu. Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang relatif besar
dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa pembentuk
citarasa dan senyawa penyegar mudah larut dalam air seduhan (Mulato 2002).
Kunci atau titik kritis dari proses produksi kopi bubuk adalah
penyangraian. Proses ini merupakan tahapan pembentukan aroma dan citarasa
khas kopi dari dalam biji kopi dengan perlakuan panas. Biji kopi secara alami
mengandung cukup banyak senyawa organik calon pembentuk citarasa dan aroma
khas kopi. Waktu sangrai ditentukan atas dasar warna biji kopi sangrai atau sering
disebut derajat sangria (Mulato 2002).
Titik kritis pengolahan kopi instan terletak pada proses ekstraksi. Ekstraksi
yang optimum tergantung pada suhu air ekstraksi dan laju alir melalui ampas kopi.
Pada prakteknya air panas dimasukkan dengan tekanan dan suhunya 180°C. Suhu
dari cairan pada setiap kolom makin turun sampai cairan berhubungan dengan
kopi pada suhu 100°C. Penggunaan suhu air tertinggi memungkinkan hasil
konsentrasi ekstrak tertinggi. Akibat penggunaan suhu tinggi adalah menjaga
tekanan sistem tetap rendah untuk mempertahankan kondisi hidroulik (suhu air
173°C, dibutuhkan tekanan 120 psig atau 828 kPa) dan kolom yang dihubungkan
oleh pipa harus didesain pada tekanan sedemikian rupa sehingga tidak melebihi
hidraulik minimum (Wijaya 2010).
Hasil praktikum kadar sari dan uji VRS pada kopi bubuk dihasilkan
kelompok 1 kadar VRS sebesar 6, kelompok 3 kadar VRS sebesar 8, dan
kelompok 5 kadar VRS sebesar 12. Sementara menurut SNI 01-3542-2004
persyaratan mutu kopi bubuk adalah kadar air maksimum 7%.
Beberapa jenis kopi yang akan diuji organoleptik adalah kopi tubruk, kopi
creamer, dan kopi aneka rasa. Evaluasi sensori yang diterapkan meliputi warna,
aroma, dan rasa. Evaluasi sensori yang dilakukan bertujuan untuk memelihara
mutu produk yang dihasilkan, optimasi, peningkatan mutu produk, pengembangan
produk baru, dan pendugaan pangsa pasar yang potensial (Nopitasari 2010).
Berdasarkan hasil pengujian kopi tubruk dapat disimpulkan bahwa warna yang
paling disukai kode 618 (kopi arabika 100%), aroma dan warna paling disukai
kode 867 (robusta 80% dan beras 20%). Berdasarkan hasil pengujian kopi
creamer didapatkan hasil warna yang paling disukai adalah kode 429 (arabika
100%), aroma dan rasa paling disukai kode 643 (robusta 80% dan beras 20%).
Berdasarkan hasil pengujian kopi aneka rasa didapatkan hasil warna dan rasa yang
paling disukai adalah kode 628 (robusta 80% dan beras 20%) dan aroma yang
paling disukai adalah kode 153 (robusta 40%, arabika 50%, dan beras 10%).
Berdasarkan literatur kopi yang disangrai dengan tambahan beras akan
menghasilkan aroma dan rasa yang lebih khas kerena selama proses penyangrain
terjadi reaksi kimiawi yang mendegradasi senyawa-senyawa yang terkandung
seperti karbohidrat dari beras, alkaloid, senyawa volatil dan trigonelin
(Fitriatunnisa 2015). Sedangkan warna yang dihasilkan akan ditentukan oleh
durasi penyangraian. Semakin lama proses penyangraian maka warna kopi akan
menjadi cokelat tua kehitaman (Mulato 2002).
Salah satu produk turunan kopi yang komersial adalah kopi fermentasi
yang menjadi populer seperti kopi instant luwak white coffe. Bahan yang
digunakan dalam proses pengolahan ini adalah kopi basah, yeast, larutan alkali
(Na2CO3, CaCO3, dan NaOH. Proses pengolahan kopi fermentasi menggunakan
tiga jenis metode yaitu fermentasi basah, fermentasi kopi dengan bantuan luwak,
dan proses fermentasi menggunakan yeast (Soedarto 2013). Metode dengan
fermentasi basah dilakukan dengan perendaman kopi selama kurang lebih 12 jam.
Selanjutnya diproses sehingga menghasilkan green beans. Metode fermentasi
dilakukan dengan pemberian kopi basah ke hewan luwak sebanyak 2-3 kg.
Pengambilan biji yang telah dikeluarkan oleh luwak tersebut sehingga didapatkan
green beans. Setelah didapatkan green beans selanjutnya dilakukan proses
penyangraian yang bertujuan untuk mengurangi kadar air, membentuk aroma
yang spesifik, dan menghasilkan perubahan warna yang diinginkan (Nopitasari
2010). Proses selnajutnya adalah proses penggilingan sampai dihasilkan kopi
dalam bentuk bubuk yang bertujuan meningkatkan jumlah koloid yang larut
dalam air, memperpendek jarak antar titik pusat partikel ke permukaa, dan
membuka permukaan menjadi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA