Professional Documents
Culture Documents
Analisa Blast Injury (Trauma Ledakan ) Pada Kasus Bom Bunuh Diri
DISUSUN OLEH
AHMAD KUSAIRI
0917146530007
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Balakang
1.2.Justifikasi
Bagaimana Analisa Blast Injury (Trauma Ledakan ) Pada Kasus Bom Bunuh Diri
1.3.Tujuan
Manfaat dari penulisan maklah ini adalah dapat memberikan informasi dan
pembelajaran tentang Blast Injury (Trauma Ledakan ) Pada Kasus Bom Bunuh Diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Berdasarkan salah satu organisasi kesehatan pusat kontrol penyakit (CDC), blast
injury atau trauma ledakan didefinisikan sebagai trauma yang disebabkan oleh
gelombang overpressure atau gelombang kejut yang mengakibatkan perbedaan
tekanan positif secara cepat. Ledakan ini dapat mengancam jiwa karena menyebabkan
kerusakan organ yang multipel terutama paru, sistem saraf pusat, dan organ yang rusak
akibat ledakan ini dapat hanya satu atau beberapa. Ledakan di ruang tertutup seperti
bangunan atau mobil serta ledakan yang menyebabkan struktur bangunan runtuh
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar (CDC, 2008)
Menurut Burlian (2008) dalam buku bahan ledak dan klasifikasi dampak
ledakan, blast injury dapat dibagi dalam 4 kategori :
a. Cedera primer
b. Cedera sekunder
Cedera sekunder adalah orang-orang yang terluka karena pecahan peluru oleh
objek dan didorong oleh ledakan. Cedera ini dapat mempengaruhi setiap bagian
dari tubuh dan kadang-kadang menyebabkan trauma tembus dengan pendarahan
terlihat.
c. Cedera tersier
Cedera tersier ini disebabkan kekuatan dinamis dari blast wind itu sendiri yang
mengakibatkan terlemparnya tubuh manusia yang kemudian menabrak dinding
atau benda stasioner lainnya. Cedera ini terutama terjadi pada pasien yang dekat
dengan sumber ledakan.
d. Cedera kuarter
Cedera kuarter yaitu semua luka lain yang tidak termasuk dalam tiga kelas
pertama.Ini termasuk luka bakar flash dan cedera yang menghancurkan
pernapasan.
Bahan yang biasa digunakan dalam industri petasan rumahan tangga ini
kebanyakan berasal dari bubuk mesiu. Bubuk mesiu dikenal juga dengan black powder
yang berisi campuran dari potasium nitrat (NaNO3), atau kalium nitrat (KNO3) dengan
arang dan belerang. Perbedaan komposisi dan jumlah menyebabkan hasil ledakan yang
berbeda- beda.
Cedera primer disebabkan oleh efek langsung dari gelombang yang bertekanan
sangat tinggi pada daerah yang dekat dengan lokasi ledakan. Cedera sekunder
disebabkan oleh benda-benda yang terbang dan mengenai korban ledakan. Cedera
tersebut juga bisa terlihat pada trauma penetrasi dan cedera akibat fragmentasi. Cedera
tersier hanya terjadi bila korban ledakan terbang dan terbentur sesuatu yang keras
akibat ledakan yang mengeluarkan gelombang energi yang sangat besar. Cedera
kuarter adalah semua cedera yang disebabkan oleh ledakan selain ketiga cedera tersebut
diatas. Cedera kuarter meliputi luka bakar, asfiksia, inhalasi bahan toksik dan
eksaserbasi penyakit yang telah dimiliki oleh korban sebelum terjadi ledakan.
Tipe luka akibat trauma ledakan bergantung pada lokasi terjadinya ledakan di
luar ruangan pada udara terbuka atau di dalam gedung dan menyebabkan kolaps suatu
gedung atau bangunan. Berikut merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh trauma
ledakan dan akan dibahas lebih lanjut.
Luka trauma bendatumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau senjata
yang mengenai atau melukai orang yang relative tidak bergerak dan yang lain orang
bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul
dibagi menjadi beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), dan
luka robek (laserasi).
Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan
kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Pelebaran kapiler
bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35 derajat celcius selama 120 detik.
Vesikel terbentuk pada suhu 53-57 derajat celcius selama kontak 30-120 detik.
Luka bakar derajat I mengenai lapisan kulit paling luar (epidermis). Kulit
biasanya memerah, bengkak, dan terasa sakit. Lapisan luar kulit tidak
seluruhnya terbakar. Pada luka derajat ini tidak dijumpai adanya bulla.
Luka bakar ini disebut juga dengan partial thickness burn (luka bakar parsial).
Artinya, luka bakar ini mengenai sebagian ketebalan kulit (epidermis dan
sebagian dermis). Pada keadaan ini dijumpai adanya bulla serta rasa nyeri yang
hebat karena iritasi ujung-ujung saraf sensoris. Dasar luka berwarna merah atau
pucat, dan sering kali terletak lebih tinggi di atas kulit normal.
Luka bakar ini disebut juga dengan full thickness burn, dimana seluruh
ketebalan kulit terkena (epidermis, dermis, hingga subkutan). Pada luka bakar
ini biasanya didapatkan daerah hitam seperti arang, dan tidak dijumpai bulla.
Orang tersebut bias mengalami rasa sakit yang hebat. Apabila terjadi kerusakan
saraf yang luas, orang tersebut hanya akan merasa sedikit sakit atau malah tidak
sakit sama sekali.
2.9.1 Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang dikenal dengan
nama rule of nine atau rule of Wallace, yakni:
Kepala
1) dan leher : 9%
Masing-masing
2) lengan : 9%
Badan
3) depan : 18%
Badan
4) belakang : 18%
Masing-masing tungkai : 18%
Genitalia/perineum : 1%
Tahap II:
1. Tuliskan nomer kantong jenazah dan bandingkan dengan form pink data
postmortem
2. Lepaskan pakaian, cuci dan bilas, deskripsikan dan catat
3. Lepaskan perhiasan, barang pribadi, cuci, foto, dan tempatkan dalam tas tersegel
dengan label
4. Antropologi forensik untuk mengidentifikasi jenis kelamin, usia, perawakan,
keturunan
5. Dilakukan pengambilan x ray dada jika banyak korban sudah berusia lanjut untuk
mendeteksi kemungkinan pemakaian alat pacu jantung
6. Patologi forensik untuk otopsi, pencatatan tato, bekas luka, bukti
7. Pemeriksaan gigi. Ambil radiografi gigi jika ada tambalan gigi, jacket, atau gigi
tiruan, untuk mencocokkan dengan catatan gigi yang tersedia
8. Ambil sampel untuk kemungkinan tes DNA darah, jaringan)
9. Dalam kasus fragmentasi tubuh, catat fragmentasi tubuh: bagian tubuh mana yang
hilang, kanan atau kiri, atas atau bawah. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi
tubuh tanpa kepala dan kepala tanpa tubuh
Tahap III:
Tahap IV:
Tahap V:
3.1.Diskusi
Peting dalam memahami damfak terjadinya Blast injury secara tidak langsung juga
kita perlu tahu mekanisme terjadinya luka akibat bahan peledak ,dalam beberapa jurnal
Analisa dampak Blast injury banyak di bahas antara lain
4.1. Kesimpulan
Blast injury atau luka ledakan adalah pecahnya setiap jaringan, kerusakan
multisistem yang mengancam jiwa, atau organ tanpa cedera eksternal, akibat dari
kekuatan ledakan. Blast injury dapat dibagi dalam 4 kategori yaitu cedera primer
(disebabkan oleh gelombang ledakan overpressure, atau gelombang kejut),cedera
sekunder (orang-orang yang terluka karena pecahan peluru oleh objek dan lain
didorong oleh ledakan), cedera tersier (disebabkan kekuatan dinamis dari blast wind
itu sendiri yang mengakibatkan terlemparnya tubuh manusia yang kemudian menabrak
dinding atau benda stasioner lainnya), cedera kuarter, atau luka-luka bernama lain-lain,
semua luka lain yang tidak termasuk dalam tiga kelas pertama.
Aflani , Iwan.dr. M.Kes., Sp.F., SH, dkk: 2017 . Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Jakarta. Rajawali Pers.
David M. Lemonick, MD, FAAEP, FACEP: 2011. Bombings and Blast Injuries.A
Primer for Physicians. American journal Clinical medicine.
De Palma Ralph: 2005. Blast Injuries. The New England Journal of Medicine.
Dr. Punnet Khurana dan Dr. JSDalal : 2011. Bomb blast injuries yang diterbitkan oleh
Punjab academy of forensic medicine and toxicology .
Haryono, Endi: 2010. Kebijakan Anti Terorisme Indonesia Dilema Demokrasi dan
Represi. Jakarta. Jurna Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Heide P. Cordi, MD,MPH, MS, EMTP , FACEP, FAADM: 2017. Associate Professor,
Emergency Medicine Albany Medical Center dalam persentasinya yang
berjudul Bomb and Blast Injury . EMS Week.
Munim Idris , Abdul, dr. SpF dan Legowo Tjiptomartono, Agung: 2013. Penerapan
Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan . Jakarta . Sagung Seto
Soeparmono, R. SH: 2016. Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum Dalam Aspek
Hukum Acara Pidana. Semarang . Cv. Mandar Maju.
Taqwa, Rahmanda, dkk : 2015. Referat Kasus Korban Trauma Ledakan di Rumah Sakit
Umum dr. Saiful Anwar Malang periode 2010 – 2015. Laboratorium/SMF
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang.