You are on page 1of 24

Tugas Makalah

Mata Kuliah Ilmu Forensik

Analisa Blast Injury (Trauma Ledakan ) Pada Kasus Bom Bunuh Diri

DISUSUN OLEH

AHMAD KUSAIRI

0917146530007

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FORENSIK

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Balakang

Mempelajari Ilmu forensik mempunyai pengertian pengenalan lebih jauh terhadap


sebuah penerepan berbagi ilmu pengetahuan untuk menjawab pertanyaan yang penting
untuk sebuah sistem hukum yang berkaitan dengan tindak pidana. Ilmu forensik
umumnya lebih mengarah ke suatu motode-modote ilmiah atau keilmuan dan juga
aturan yang di bentuk dari fakta-fakta berbagai kejadian , untuk melakukan pengenalan
terhadap bukti-bukti fisik baik itu tindak kekerasan, pemeriksaan orang hidup maupun
meninggal.
Indonesia Sebagai negara berkembang dengan latar belakang penduduk yang
beraneka ragam suku, agama, kehidupan sosial . Adanya kebergaman tersebut tidak
menutup kemungkinan berakibat konflik yang dapat di timbukan salah satunya adalah
masuknya paham radikalisme memunculkan golongan tertentu dengan paham
berkedok jihad dan menumpas kemungkaran yang salah kaprah yang menghalalkan
kekerasan dan berakibat kerugian bagi orang banyak. Munculnya golongan ini di kenal
dengan istilah terorisme.
Kejahatan terorisme pada aras global yang telah berlangsung lama mendapatkan
momentum dengan terjadinya pemboman atas gedung kembar World Trade Centre
(WTC) di New York, 9 September 2001, Di Indonesia, mementum tindak kejahatan
terorisme muncul pada pemboman Sari Club, Legian, Bali, pada 12 Oktober 2002,
yang menewaskan sekitar 185 orang akan tetapi Sebelum pemboman di Bali, tindak
kejahatan terorisme dalam bentuk pemboman dengan sasaran sipil telah terjadi di
Indonesia, dengan frekuensi yang terus meningkat sejak transisi menuju demokrasi
tahun 1999. (Endi Haryono ,2010).
Kasus terorisme terbaru dengan pengunaan bom bunuh diri adalah yang terjadi di
Surabaya dan Sidoarjo pada tanggal 13 sampai 14 mei 2018 dengan korban warga sipil
sebanyak 14 orang dan terduga teroris sebanyak 12 orang.(Humas Polda Jatim ,2018).
Kasus ini sendiri meninggalkan trauma dan duka mendalam bagi warga Surabaya,
banyaknya korban akibat ledakan bom diakibatkan luka serius dan cedera yang
ditimbulkan oleh material bom yang digunakan.
Luka ledakan bom terhadap warga sipil menjadi semakin umum selama dua dekade
terakhir terutama karena serangan teroris dan tidak hanya terbatas pada perang tetapi
juga menjadi pandemi dengan aksi terorisme yang semakin meningkat meskipun
insiden tersebut bersifat sporadis. Cedera ledakan adalah hasil dari trauma fisik yang
diderita dalam sebuah ledakan. Ledakan menyebabkan jenis cedera unik yang
membahayakan kehidupan yang melibatkan sistem multi organ terutama paru-paru &
sistem saraf pusat pada korban tunggal atau ganda secara bersamaan sehingga
menghasilkan korban massal

Identifikasi dan deskripsi luka mungkin memiliki implikasi medikolegal yang


serius pada tahap berikutnya, dan sering setelah beberapa waktu yang cukup telah
berlalu sejak perlukaan tersebut berlaku.Oleh karena itu penting bahwa berbagai jenis
luka dapat diidentifikasi dan dijelaskan dengan benar, dengan deskripsi lengkap yang
dibuat dalam catatan yang diambil pada saat, atau segera setelah pemeriksaan ('catatan
kontemporer'). Luka adalah istilah yang diberikan untuk kerusakan jaringan yang
disebabkan oleh kekuatan mekanik (juga disebut cedera atau trauma).Ini termasuk luka
akibat tusukan, trauma tumpul (ditinju, ditendang, dipukul dll), cekik, gigit, tembak,
jatuh dari ketinggian, ditabrak oleh kendaraan, dan trauma ledakan dari bahan peledak.

1.2.Justifikasi

Bagaimana Analisa Blast Injury (Trauma Ledakan ) Pada Kasus Bom Bunuh Diri

1.3.Tujuan

1. Bagaimanakah pemeriksaan forensik pada korban Blast Injury (Trauma


Ledakan )?
2. Bagaiamana mekanisme terjadi Blast Injury (Trauma Ledakan )?
3. Apa dampak kerusakan organ yang ditimbulkan setelah terjadinya Blast Injury
(Trauma Ledakan )?
1.4.Manfaat

Manfaat dari penulisan maklah ini adalah dapat memberikan informasi dan
pembelajaran tentang Blast Injury (Trauma Ledakan ) Pada Kasus Bom Bunuh Diri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Berdasarkan salah satu organisasi kesehatan pusat kontrol penyakit (CDC), blast
injury atau trauma ledakan didefinisikan sebagai trauma yang disebabkan oleh
gelombang overpressure atau gelombang kejut yang mengakibatkan perbedaan
tekanan positif secara cepat. Ledakan ini dapat mengancam jiwa karena menyebabkan
kerusakan organ yang multipel terutama paru, sistem saraf pusat, dan organ yang rusak
akibat ledakan ini dapat hanya satu atau beberapa. Ledakan di ruang tertutup seperti
bangunan atau mobil serta ledakan yang menyebabkan struktur bangunan runtuh
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar (CDC, 2008)

2.2 Klasifikasi Blast Injury

Menurut Burlian (2008) dalam buku bahan ledak dan klasifikasi dampak
ledakan, blast injury dapat dibagi dalam 4 kategori :

a. Cedera primer

Cedera primer disebabkan oleh gelombang ledakan overpressure, atau gelombang


kejut. Ini sangat mungkin ketika seseorang dekat dengan amunisi meledak, seperti
ranjau darat. Telinga yang paling sering dipengaruhi oleh overpressure. Cedera
dari overpressure ledakan adalah tekanan dan fungsi tergantung waktu. Dengan
meningkatkan tekanan atau durasi, tingkat keparahan cedera juga akan meningkat.

b. Cedera sekunder

Cedera sekunder adalah orang-orang yang terluka karena pecahan peluru oleh
objek dan didorong oleh ledakan. Cedera ini dapat mempengaruhi setiap bagian
dari tubuh dan kadang-kadang menyebabkan trauma tembus dengan pendarahan
terlihat.
c. Cedera tersier

Cedera tersier ini disebabkan kekuatan dinamis dari blast wind itu sendiri yang
mengakibatkan terlemparnya tubuh manusia yang kemudian menabrak dinding
atau benda stasioner lainnya. Cedera ini terutama terjadi pada pasien yang dekat
dengan sumber ledakan.

d. Cedera kuarter

Cedera kuarter yaitu semua luka lain yang tidak termasuk dalam tiga kelas
pertama.Ini termasuk luka bakar flash dan cedera yang menghancurkan
pernapasan.

2.3 Macam Bahan yang berpotensi menimbulkan ledakan

Bahan yang biasa digunakan dalam industri petasan rumahan tangga ini
kebanyakan berasal dari bubuk mesiu. Bubuk mesiu dikenal juga dengan black powder
yang berisi campuran dari potasium nitrat (NaNO3), atau kalium nitrat (KNO3) dengan
arang dan belerang. Perbedaan komposisi dan jumlah menyebabkan hasil ledakan yang
berbeda- beda.

2.4 Mekanisme Blast Injury

Mekanisme ledakan yang disebabkan oleh bahan High-Explosive terjadi


melalui:

1. Adanya gelombang tekanan yang disebabkan ledakan


2. Fragmentasi
3. Gelombang udara yang disebabkan oleh ledakan
4. Efek panas disekitar ledakan
5. Tekanan ledakan sekunder
6. Tekanan pada tanah dan air akibat ledakan yang juga terjadi di bawah tanah dan
air
Mekanisme ledakan yang disebabkan oleh bahan low explosive terjadi melalui
deflagrasi yang diikuti gelombang energy yang lemah dan efek panas. Efek panas pada
low explosive lebih lama dan suhu yang relative rendah bila dibandingkan efek panas
pada High Explosive yang lebih singkat dengan suhu yang sangat tinggi.

Gambar 1. Mekanisme Blast Injury

Cedera primer disebabkan oleh efek langsung dari gelombang yang bertekanan
sangat tinggi pada daerah yang dekat dengan lokasi ledakan. Cedera sekunder
disebabkan oleh benda-benda yang terbang dan mengenai korban ledakan. Cedera
tersebut juga bisa terlihat pada trauma penetrasi dan cedera akibat fragmentasi. Cedera
tersier hanya terjadi bila korban ledakan terbang dan terbentur sesuatu yang keras
akibat ledakan yang mengeluarkan gelombang energi yang sangat besar. Cedera
kuarter adalah semua cedera yang disebabkan oleh ledakan selain ketiga cedera tersebut
diatas. Cedera kuarter meliputi luka bakar, asfiksia, inhalasi bahan toksik dan
eksaserbasi penyakit yang telah dimiliki oleh korban sebelum terjadi ledakan.

2.5 Jenis Trauma pada Blast Injury

Tipe luka akibat trauma ledakan bergantung pada lokasi terjadinya ledakan di
luar ruangan pada udara terbuka atau di dalam gedung dan menyebabkan kolaps suatu
gedung atau bangunan. Berikut merupakan jenis trauma yang disebabkan oleh trauma
ledakan dan akan dibahas lebih lanjut.

Katagori Karakteristik Bagian tubuh yang Tipe injuri


terkena dampak
Primer Barotrauma : Telinga  Rupture membrane
pengaruh gelombang Paru-paru timpani
tekanan yang tinggi Usus neuropraxaxi
dengan tubuh Mata temporen
 Tuli, tinnitus,
vertigo
 Kontusio pulmonal
 Pneumothorak
 Hemothorak
 Emfisema
subkutan
 Rupture pada
kolon, usus halus
 Retinitis sercus,
hifema
Sekunder Pecahan dari Bom Semua organ dapat  Trauma oculi
terkena perforans
 Trauma kepala
 Trauma dada
 Trauma abdomen
 Trauma
ekstremitas
Tertier Terpaparnya tubuh Semua organ dapat  Kompertmen
akibat ledakan terkena syndrome
 Fraktur
Quarternary Komplikasi Semua orgam dapat  Keracunan karbon
terkena moniksida
 Crush injury
 COPD
 Asma
 Luka bakar
Table 1. Jenis Trauma pada Blast Injury

2.6 Kerusakan Organ Akibat Blast Injury

Organ Dampak Kerusakan


Paru-paru Konstusio pulmonum, pneumothoraks, emfisema interstisial,
pneumomediastinum dan emfisema subkutis
Gastrointestinal Perdarahan abdomen, perforasi organ abdomen dan laserasi
Neurologi Diffuse axonal injury, fraktur tengkorak, trauma coup and
counter coup dan perdarahan subarchnoid dan subdural, mild
traumatic brain injury
Pendengaran Perforasi membrane timpani dan kerusakan koklea dan
kartikula, tuli konduksi dan sensorineural
Mata Koprpus alienum, nyeri dan iritasi penurunan penglihatan dan
inflamasi penriorbital, trauma bola mata, fraktur orbital,
ablasio retina, hyphemes dan laserasi.
Musculoskeletal Fraktur, sindrom kompertemen
Table 2. Kerusakan Organ Akibat Blast Injury
Gambar 2. Tipe Trauma Akibat Ledakan

2.7 Luka Tumpul pada Blast Injury

Luka trauma bendatumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu alat atau senjata
yang mengenai atau melukai orang yang relative tidak bergerak dan yang lain orang
bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul
dibagi menjadi beberapa kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio), dan
luka robek (laserasi).

2.8 Luka Bakar pada Blast Injury

Luka bakar terjadi akibat kontak kulit dengan benda bersuhu tinggi. Kerusakan
kulit yang terjadi bergantung pada tinggi suhu dan lama kontak. Pelebaran kapiler
bawah kulit mulai terjadi pada saat suhu mencapai 35 derajat celcius selama 120 detik.

Vesikel terbentuk pada suhu 53-57 derajat celcius selama kontak 30-120 detik.

2.9 Klasifikasi Luka Bakar Berdasarkan Dalamnya Luka

Luka bakar biasanya digolongkan berdasarkan dalamnya luka yang terbentuk


(kerusakan jaringan). Tipe luka bakar adalah sebagai berikut :
a. Luka bakar derajat I

Luka bakar derajat I mengenai lapisan kulit paling luar (epidermis). Kulit
biasanya memerah, bengkak, dan terasa sakit. Lapisan luar kulit tidak
seluruhnya terbakar. Pada luka derajat ini tidak dijumpai adanya bulla.

b. Luka bakar derajat II

Luka bakar ini disebut juga dengan partial thickness burn (luka bakar parsial).
Artinya, luka bakar ini mengenai sebagian ketebalan kulit (epidermis dan
sebagian dermis). Pada keadaan ini dijumpai adanya bulla serta rasa nyeri yang
hebat karena iritasi ujung-ujung saraf sensoris. Dasar luka berwarna merah atau
pucat, dan sering kali terletak lebih tinggi di atas kulit normal.

Luka bakarderajat II ini dibedakan menjadi 2:

Derajat IIA (superficial)

1) Kerusakan mengenai bagian superficial dermis


2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea masih utuh Derajat IIB (deep)
3) Kerusakan hamper seluruh bagian dermis
4) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih ada
c. Luka bakar derajat III

Luka bakar ini disebut juga dengan full thickness burn, dimana seluruh
ketebalan kulit terkena (epidermis, dermis, hingga subkutan). Pada luka bakar
ini biasanya didapatkan daerah hitam seperti arang, dan tidak dijumpai bulla.
Orang tersebut bias mengalami rasa sakit yang hebat. Apabila terjadi kerusakan
saraf yang luas, orang tersebut hanya akan merasa sedikit sakit atau malah tidak
sakit sama sekali.
2.9.1 Luas Luka Bakar

Luas Area Luka Bakar (De Palma Ralph, 2005)

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang dikenal dengan
nama rule of nine atau rule of Wallace, yakni:

Kepala
1) dan leher : 9%
Masing-masing
2) lengan : 9%
Badan
3) depan : 18%
Badan
4) belakang : 18%
Masing-masing tungkai : 18%
Genitalia/perineum : 1%

Gambar 3. Rule Of Nine


2.9.2 Identifikasi Korban Blast Injury
Identifikasi forensik Setelah terjadi sebuah bencana (ledakan), ada lima tahap
prosedural yang dilakukan dalam proses identifikasi korban bencana. Indonesia
menggunakan Interpol (International Police) Standing Committee on Disaster Victim
Identification in Lyon, France. Untuk pencatatan data, digunakan form pink untuk
pemeriksaan postmortem, dan form kuning untuk pengumpulan data antemortem. Lima
tahap dalam proses identifikasi korban, yaitu: (Indriati, 2014)
Tahap I:

Scene (pemeriksaan TKP), yaitu dilakukan proses pencarian tubuh, bagian


tubuh, barang-barang, pemetaan daerah bencana, pelabelan (jika ada lebih dari satu
tempat- diberi label berbeda), dokumentasi, menempatkan tubuh di kantong mayat. Ini
harus dicatat dimana lokasi sisa-sisa dan posisi anatomi. Seringkali, orang-orang yang
datang pertama ke lokasi bencana adalah orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
Informasi di mana kantong mayat itu berasal sangat penting.

Tahap II:

Mortuary: pemeriksaan postmortem, biasanya di kamar mayat rumah sakit. a.


Menerima kantong mayat ke kamar mayat setelah pengambilan sidik jari, dan
menandatangani formulir pemeriksaan, pastikan untuk mendapatkan informasi di mana
tubuh itu berasal.

1. Tuliskan nomer kantong jenazah dan bandingkan dengan form pink data
postmortem
2. Lepaskan pakaian, cuci dan bilas, deskripsikan dan catat
3. Lepaskan perhiasan, barang pribadi, cuci, foto, dan tempatkan dalam tas tersegel
dengan label
4. Antropologi forensik untuk mengidentifikasi jenis kelamin, usia, perawakan,
keturunan
5. Dilakukan pengambilan x ray dada jika banyak korban sudah berusia lanjut untuk
mendeteksi kemungkinan pemakaian alat pacu jantung
6. Patologi forensik untuk otopsi, pencatatan tato, bekas luka, bukti
7. Pemeriksaan gigi. Ambil radiografi gigi jika ada tambalan gigi, jacket, atau gigi
tiruan, untuk mencocokkan dengan catatan gigi yang tersedia
8. Ambil sampel untuk kemungkinan tes DNA darah, jaringan)
9. Dalam kasus fragmentasi tubuh, catat fragmentasi tubuh: bagian tubuh mana yang
hilang, kanan atau kiri, atas atau bawah. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi
tubuh tanpa kepala dan kepala tanpa tubuh
Tahap III:

Kompilasi data antemortem, data dikumpulkan dari anggota keluarga, teman-


teman, dokter, dokter gigi (rekam medis untuk dicocokkan dengan ciri-ciri identifikasi
primer). Data yang dikumpulkan meliputi: tanda-tanda vital, karakteristik tertentu,
perhiasan, jam tangan, pakaian (untuk dicocokan sebagai identifikasi sekunder). Semua
data antemortem dikumpulkan dalam form kuning.

Tahap IV:

Rekonsilias, tahap ketika pemeriksaan postmortem dibahas untuk dicocokan


dengan data antemortem.

1. Untuk membandingkan data antemortem dengan data postmortem


2. Debat sering terjadi pada tahap ini
3. Metode identifikasi primer: Gigi, sidik jari, DNA; Metode sekunder identifikasi:
properti, medis, fotografi, dokumen
4. Ketika semua pihak memberikan bukti dan terbukti cocok kemudian ditandatangani
dan diberi tanggal

Tahap V:

Pengeluaran Hasil. jenazah korban dikembalikan kepada keluarga beserta surat


keterangannya (Indriati, 2014).

2.9.3 Gambaran Blast Injury

Gambar 4. Ilustrasi Blast Injury


Gambar 5. Luka yang diakibatkan oleh Blast Ijury

Gambar 6. Blast Ear

Gambar 7. Traumatik Amputasi


Gambar 8. Rupture Bola Mata

Gambar 9. Cedera Kepala/ Otak

Gambar 10. Blast Injury di Paru-paru


BAB III

3.1.Diskusi

Peting dalam memahami damfak terjadinya Blast injury secara tidak langsung juga
kita perlu tahu mekanisme terjadinya luka akibat bahan peledak ,dalam beberapa jurnal
Analisa dampak Blast injury banyak di bahas antara lain

1. Bombings and Blast Injuries: A Primer for Physicians oleh David M.


Lemonick, MD, FAAEP, FACEP yang di muat pada American journal
Clinical medicine Tahun 2011. Dalam pembahasan jurnalnya mengatakan
“Pengeboman dan ledakan memiliki potensi untuk menimbulkan banyak luka
bagi sejumlah besar korban secara bersamaan tanpa adanya peringatan.
Karena disebabkan keadaan yang terlibat dalam peristiwa itu (misalnya,
dalam ruangan dengan luar ruangan, ukuran muatan eksplosif, jarak korban
dari ledakan, adanya puing-puing sekunder dan kontaminan biologi atau
radiologi, kerusakan struktural), setiap peristiwa pemboman berbeda
konsekuensinya . Berbagai konsekuensi fisiologis yang potensial untuk organ
dan sistem organ tubuh berbeda- beda, mulai dari pecahnya membran timpani
dan luka bakar hingga amputasi traumatik. Urutan penyebab kematian karena
cedera ledakan adalah,: trauma ganda, trauma kepala, cedera toraks, dan
cedera perut”.
2. Bomb blast injuries oleh Dr. Punnet Khurana dan Dr. JSDalal yang
diterbitkan oleh Punjab academy of forensic medicine and toxicology januari
2011.
“Luka Ledakan Bom menjadi sangat umum karena aksi terorisme semakin
meningkat. Setiap orang dari bidang medis atau lembaga penegak hukum
harus paham dengan baik tentang pola, tingkat keparahan, mekanisme, sifat
cedera karena mereka harus berurusan dengan ratusan hingga ribuan korban
dengan berbagai jenis cedera. Mereka membagi kataogri cedera akibat
ledakan sebagai berikut :
Sistem pernapasan antara lainThe Blast lung (Pulmonary barotraumas) adalah
cedera utama ledakan fatal yang paling umum, Fistula bronkopleural,
pneumo-thorace, formasi pseudocyst, ARDS dan emboli udara, Kerusakan
paru difus bahkan setelah dua hari, Cedera pulmonary blast membawa
mortalitas dan morbiditas tertinggi dan menghabiskan sebagian besar sumber
daya dalam pemboman besar. Pada Telinga akan terjadi Tuli, Pecah /
perforasi Membran Timpani, Fraktur / dislokasi ossicles, Kerusakan koklea
vertigo / tinnitus, pusing dan sakit telinga. Pada Sistem saraf pusat akan timbul
gejala Sakit kepala, kelelahan, konsentrasi buruk, lesu, depresi, cemas,
insomnia, kehilangan memori bahkan Cedera otak tertutup dan terbuka,
Perdarahan intrakranial, subdural dan ekstradural, Cedera saraf tulang
belakang. Pada abdomen timbul berbagai Gejala: Nyeri perut, mual, muntah,
hematemesis, nyeri dubur, tenesmus, nyeri testis, hipovolemia yang tidak
dapat dijelaskan. Trauma tumpul pada perut dapat menyebabkan cedera organ
padat seperti hati, lesi ginjal dan limpa, laserasi dan perdarahan.
3. U.S. Depertment of Health and Human Services Centers for Disease Control
and Prevention dalam buku panduannya yang berjudul Blast Injuries Fact
Sheets For Professionals menjelaskan
” Cedera ledakan Primer : Cedera akibat gaya bertekanan berlebih
(gelombang ledakan) yang memengaruhi permukaan tubuh, rupture
membrane timpani, kerusakan paru dan embolisasi udara, cedera viskus
berongga. Sekunder: Cedera dari proyektil (pecahan bom, puing-puing yang
beterbangan) bisa berakibat trauma tembus, luka fragmentasi, trauma tumpul.
Pada cidera Tersier: Cedera karena perpindahan korban karena hembusan
angina bisa terjadi trauma tumpul / tembus, fraktur, dan amputasi traumatic.
Kuarter: Semua cedera lain dari ledakan antara lain : Cedera yang
menghancurkan, luka bakar, asfiksia, paparan racun, eksaserbasi penyakit
kronis.
4. Heide P. Cordi, MD,MPH, MS, EMTP , FACEP, FAADM seorang
Associate Professor, Emergency Medicine Albany Medical Center dalam
persentasinya yang berjudul Bomb and Blast Injury yang di muat di EMS
Week tahun 2017. Membagi menjadi bebarapa akibat ledakan bom yaitu
Primary blast injury Efek langsung dari perubahan tekanan atmosfer yang
disebabkan oleh gelombang ledakan Terjadi terutama di organ yang
mengandung gas seperti:Paru-paru , telinga bagian tengah,usus. Secondary
Blast Injury Disebabkan oleh benda-benda terbang yang menyerang orang-
orang, pecahan material puing dari ledakan.Tertiary Blast Injury Cedera dari:
Ledakan berenergi tinggi atau seseorang sangat dekat dengan sumber ledakan,
runtuh bangunan, cedera yang menghancurkanyang disebabkan oleh material
bom , akibat ledakan ini bisa terjadi hancurnya bagian tubuh .
5. Kasus bom Surabaya 13 sampai 14 mei 2018. Dalam catatan keikut sertaan
idetifikasi korban bom di rumah sakit Bayangkara Polda Jawa Timur di
temukan beberapa ciri khas luka akibat Blast Injury. Korban di Gereja santa
Maria Tak bercela 5 korban sipil yang meninggal kebayakan mengalami
cidera Tersier dan Kuarter antara lain trauma tumpul / tembus, fraktur , Cedera
yang menghancurkan, luka bakar diatas 80 %, untuk 2 pelaku sendiri
identifikasi yang dilakukan terhadap body part memberikan gambaran cidera
yang dialami di golongkan kedalam cidera kuarter hancurnya semua bagian
tubuh. Sebanyak 5 Korban sipil di gereja Pantekosta Surabaya diidentifikasi
mengalami cidera kuaeter mengalimi luka bakar diatas 90% trauma tajam dan
fraktur beberapa bagian tubuh, sedangkan pelaku sendiri teridentifikasi lewat
body part dengan luka bakar 100%. Pelaku bom bunuh diri di GKI jalan
diponogoro Surabaya sebanyak 3 orang teridentikikasi mengalami trauma
abdomen dan bagian tubuh bawah ini diakibatkan karena penggunaan bom
sabuk, hancurnya organ luar dan dalam abdomen serta fraktur dibagian femur,
tibia, fibula, hancurnya tulang pelvis dan kemaluan. Cedera ini juga di
temukan pada pelaku terror bom di POLTABES Surabaya, cedera anggota
tubuh bawah dengan ciri khas bom yang digunakan adalah jenis bom di
pangku rata-rata terjadi kerusakan di area abdomen sampai bagian thorak ,
tulang pelvis, dan kemaluan serta tungkai bawah terpisah menjadi body part.
Untuk korban selamat menurut humas polda Jatim yang di rawat di beberapa
rumah sakit mengalami luka bakar drajat I dan II , trauma tajam/ tumpul,
kerusakan membrane typani, kerusakan pada indra penglihatan, serta farktur
dengan tindakan pembedahan.
BAB IV

4.1. Kesimpulan

Blast injury atau luka ledakan adalah pecahnya setiap jaringan, kerusakan
multisistem yang mengancam jiwa, atau organ tanpa cedera eksternal, akibat dari
kekuatan ledakan. Blast injury dapat dibagi dalam 4 kategori yaitu cedera primer
(disebabkan oleh gelombang ledakan overpressure, atau gelombang kejut),cedera
sekunder (orang-orang yang terluka karena pecahan peluru oleh objek dan lain
didorong oleh ledakan), cedera tersier (disebabkan kekuatan dinamis dari blast wind
itu sendiri yang mengakibatkan terlemparnya tubuh manusia yang kemudian menabrak
dinding atau benda stasioner lainnya), cedera kuarter, atau luka-luka bernama lain-lain,
semua luka lain yang tidak termasuk dalam tiga kelas pertama.

Pemeriksaan pada jenazah trauma ledakan yaitu dilakukan pemeriksaan luar


dan pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan luar yang harus diperhatikan adalah kulit
yaitu perubahan-perubahan pada kulit sesuai dengan derajat luka bakarnya, serta luas
luka; heat stiffening yaitu dapat ditemukan kekakuan postmortem pada otot-ototnya
yang disebabkan oleh karena terjadinya koagulasi protein-protein otot yang terkena
panas; dan lebam mayat pada sebagian dari tubuh yang tidak terbakar karena pada
bagian tubuh yang terbakar, lebam mayat yang terjadi kadang-kadang sukar dilihat.
Pada pemeriksaan dalam harus diperhatikan telinga (rupturnya membrane timpani),
sistempernapasan (paru-paru menjadi lebih berat dan mengalami konsolidasi), jantung
(edema interstitial dan fragmentasi myocardium) dapat terjadi pada penderita dengan
luka bakar thermis, abdomen (trauma pada mesentrika), dan system musculoskeletal
(patah tulang).

Trauma ledakan yang dimediasi oleh berbagai mekanisme, korban biasanya


menderita kombinasi efek ledakan utama untuk organ-organ yang mengandung gas,
trauma tumpul berupa luka terbuka, luka lecet, luka memar, dan luka bakar derajat III.
Trauma ini secara langsung ditimbulkan oleh peningkatan tekanan udara mendadak
setelah ledakan disebut sebagai trauma ledakan primer dan biasanya melibatkan organ-
organ yang mengandung gas seperti paru-paru, telinga tengah, dan saluran gastro-
intestinal, yang merupakan organ yang paling rentan terhadap trauma tekanan ekstrim.
Gambaran terjadinya blast injury banyak ditemukan pada korban ledakan bom di
Indonesia antara lain Bom Bali I, Bom Bali 2,bom di Kedubes Australia, JJ Marriot
kasus bom di sarinah , dan terakhir yang terjadi di tiga gereja Surabaya tahun 2018,
dalam catatat DVI Rs Bayangkara Jatim rata-rata korban meninggal mengalami luka
bakar derajat 3, trauma kombinasi tumpul dan tajam, fraktur multi organ, trauma
abdomen. Sedangka korban selamat mengalami luka bakar derajat 1 dan 2, trauma
kombinasi tumpul dan tajam, cedera kepala, trauma membrane timpani.
4.2. Saran
1. Pendalam terhadap Analisa blast Injury sangat sedikit di Indonesia maka perlu
pembelajaran khusus dan pengkayaan materi luka akibat ledakan.
2. Skill dan peran ahli forensik sangat diuji saat berhadapan dengan masalah bom
dan luka akibat ledakan, terlepas dari wewenang yang diperbolehkan.
Pembelajaran terhadap kasus ledakan mempunyai peraan yang memberikan
peran penting untuk pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Aflani , Iwan.dr. M.Kes., Sp.F., SH, dkk: 2017 . Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Jakarta. Rajawali Pers.

CDC. 2008 .Explosion and Blast Injuries. http://www.cdc.gov/. Diakses tanggal 21


Mei 2018 pukul 10.30 WIB.

David M. Lemonick, MD, FAAEP, FACEP: 2011. Bombings and Blast Injuries.A
Primer for Physicians. American journal Clinical medicine.

De Palma Ralph: 2005. Blast Injuries. The New England Journal of Medicine.

Massachusetts Medical Society

Dr. Punnet Khurana dan Dr. JSDalal : 2011. Bomb blast injuries yang diterbitkan oleh
Punjab academy of forensic medicine and toxicology .

Haryono, Endi: 2010. Kebijakan Anti Terorisme Indonesia Dilema Demokrasi dan
Represi. Jakarta. Jurna Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Heide P. Cordi, MD,MPH, MS, EMTP , FACEP, FAADM: 2017. Associate Professor,
Emergency Medicine Albany Medical Center dalam persentasinya yang
berjudul Bomb and Blast Injury . EMS Week.

Indriati, Etty: 2014.Forensic Anthropological Roles in Disaster Victim Identification


of Two Jakarta Hotels’s Bomb Blast. Jogjakarta. Damianus Journal of
Medicine.

Keterangan press, Humas Polda Jatim tanggal 13 dan 14 Mei 2018.

Munim Idris , Abdul, dr. SpF dan Legowo Tjiptomartono, Agung: 2013. Penerapan
Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Proses Penyidikan . Jakarta . Sagung Seto

Soeparmono, R. SH: 2016. Keterangan Ahli dan Visum Et Repertum Dalam Aspek
Hukum Acara Pidana. Semarang . Cv. Mandar Maju.
Taqwa, Rahmanda, dkk : 2015. Referat Kasus Korban Trauma Ledakan di Rumah Sakit
Umum dr. Saiful Anwar Malang periode 2010 – 2015. Laboratorium/SMF
Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Rumah Sakit Umum dr. Saiful Anwar Malang.

You might also like