You are on page 1of 9

REFERAT

ELECTROENCEPHALOGRAPH

Oleh :

Denty Saraswati (1102012056)

Pembimbing :

dr. Joko Nafianto, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI RS BHAYANGKARA


TK.I RADEN SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
Periode 27 Desember 2017 – 26 Januari 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul “Electroencephalograph“ yang merupakan

salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan Profesi

Dokter di bagian Ilmu Neurologi Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian pembuatan referat ini. Terutama pembimbing referat yang

bersangkutan di bidang neurologi, dr. Joko Nafianto, Sp.S, yang telah membantu dalam

penulisan referat ini.

Penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak.

Jakarta, 17 Januari 2018

Penulis
PENDAHULUAN

Otak memiliki peranan penting dalam berbagai proses yang terjadi pada tubuh
manusia. Hal ini disebabkan karena otak merupakan organ yang berfungsi sebagai pusat
kontrol aktivitas dalam tubuh manusia. Otak bekerja menggunakan sistem kelistrikan, yaitu
menghasilkan sinyal listrik kecil dalam pola teratur dan disalurkan melalui jaringan sel-sel
saraf yang disebut neuron. Perbedaan komposisi ionik pada cairan intraseluler dan
ekstraseluler menghasilkan gradien voltase listrik melintasi membran yang disebut potensial
membran. Potensial inilah yang direkam oleh elektroenchephalograph.
Elektroenchephalograph adalah alat yang didesain untuk mengukur aktivitas listrik otak (pada
umumnya dikenal gelombang otak) melalui elektroda yang diletakkan dikulit kepala. Melalui
pola gelombang otak pada elektroenchephalograph kita bisa mengetahui aktivitas otak dan
menginterpretasikan kelainan atau penyakit yang diderita pasien. Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penggunaan dan teknik analisis Elektroenchephalograph dalam
menghasilkan pola gelombang otak sehingga dapat diperoleh gambaran karakteristik
gelombang otak normal dan gelombang otak abnormal melalui analisis gelombang otak yang
telah didapatkan melalui EEG.
TINJAUAN PUSTAKA

ELECTROENCEPHALOGRAPH

Istilah “Elektroenchephalograph” berasal dari padanan kata elektro yang berarti


listrik, ensefalo (encephalo) yang berarti kepala dan graf (graph) yang berarti gambaran,
dengan demikian Elektroenchephalograph dapat diartikan sebagai alat yang dapat merekam
aktivitas listrik pada otak melalui elektroda yang diletakkan pada kulit kepala. Hasil rekaman
dari elektroenchephalograph adalah berupa grafik gambaran aktivitas listrik otak yang biasa
disebut dengan elektroenchephalogram (EEG). EEG direkam dengan menggunakan
elektrodaelektroda yang biasanya berupa keping Ag-AgCl berukuran 1-3 mm yang direkatkan
pada kulit kepala dengan gel atau pasta khusus. Strukturnya terdiri dari metal Ag dikelilingi
oleh AgCl yang sedikit larut dalam air sehingga tetap stabil. Elektroda ini kemudian
dicelupkan ke dalam bak elektrolit di mana anion elektrodanya adalah Cl. Ag+ + Cl- ↔ AgCl
+ 1epaksi ini mempunyai beda potensial sebesar 0,223 V pada 25 °C. Bila dipakai bahan Cu
maka beda potensialnya sebesar 0,34 V. EEG direkam dengan cara membandingkan antar
dua tegangan elektroda. Representasi sinyal EEG pada display dapat melalui berbagi cara
antara lain :
1. Bipolar Montage Berupa selisih antara dua elektroda yang berdekatan.
2. Referential Montage Berupa selisih antara elektroda tertentu dan elektroda acuan yang
telah dipilih.
3. Average Reference Montage Sinyal dari semua amplifier dijumlahkan dan dirata-ratakan
digunakan sebagai acuan umum untuk setiap channel.
4. Lapalcian Montage Berupa selisih antar elektroda dan rata-rata dari elektroda sekitarnya.
Sesuai dengan teorema nilai rata-rata potensial elektrostatis yang melalui permukaan bola
manapun adalah sama dengan nilai yang dimiliki oleh pusat bola asalkan tidak ada muatan
yang terkandung dalam bola.
Terdapat beberapa sistem penempatan elektroda EEG diantaranya: 10-20 system, true
anterior temporal electrode dan modified 10-20 system. Sistem penempatan elektroda 10-20
mengatur letak titik-titik penempatan elektroda pada kulit kepala dengan menggunakan
perbandingan jarak 10% pada elektroda pertama dan terakhir serta interval 20% untuk
elektroda lainnya disepanjang garis utama yang dimulai dari pangkal hidung (nasion) hingga
benjolan didepan kepala tepat diatas leher (inion). Sistem true anterior temporal electrode
hampir sama dengan sistem 10-20 dengan menggunakan elektroda tambahan T1 yang
ditempatkan antara F7 dan T3 serta elektroda tambahan T2 diantara F8 dan T4, Sedangkan
modified 10-20 system selain memberikan elektroda tambahan juga memberikan penamaan
ulang pada empat elektroda T3, T4, T5 dan T6 menjadi T7, T8, P7 dan P8.

EEG harus memiliki penguatan yang tinggi dan karakteristik noise yang rendah sebab
amplitudo tegangan EEG sangat rendah oleh karena itu digunakan amplifier. Amplifier yang
digunakan harus bebas dari interferensi sinyal dari kabel listrik atau dari peralatan elektronik
yang lain. Noise sangat berbahaya di dalam kerja EEG karena gelombang elektroda yang
dilekatkan pada kulit kepala hanya beberapa mikrovolt ke amplifier. Amplifier digunakan
untuk meningkatkan amplitudo hingga beratus-ratus bahkan beribu-ribu kali dari sinyal yang
lemah yang hanya beberapa mikrovolt, karena sinyal yang dihasilkan memiliki amplitudo
tegangan yang rendah, maka aktivitas pasien pada saat proses perekaman EEG seperti tidur
dan berfikir juga sangat mempengaruhi pola gelombang otak yang terbentuk.

Gelombang Otak
Gelombang otak dihasilkan oleh aktivitas neuron di dalam otak manusia, aktivitas
neuron ini menghasilkan sinyal listrik sebagai pembawa informasi sensori dan motorik.
Gelombang otak merupakan rambatan dari potensial aksi sepanjang wilayah tertentu pada
otak dan pada waktu tertentu. Gelombang otak manusia memliki rentang frekuensi dan
amplitudo yang bervariasi antara 0-30 Hz dan digolongkan menjadi gelombang delta, theta,
alpha dan beta. Setiap gelombang punya karakteristik yang berbeda-beda serta menandakan
kondisi mental seseorang sehingga terbagi menjadi beberapa jenis gelombang seperti
dibawah ini :
1. Gamma (16 Hz – 100 Hz) Terjadi saat mengalami aktivitas mental yang sangat tinggi.
Misalnya: Saat berada di arena pertandingan, sangat panik ketakutan.
2. Beta (12 – 19 Hz) Saat melakukan aktivitas mental yang terjaga penuh Diperlukan ketika
otak berfikir, rasional, pemecahan masalah, Gelombang otak beta terbagi menjadi.
- High Beta (transisi dengan gelombang gamma)
- Getaran Beta (15 – 18 Hz)
- Low beta (12 – 15 )
3. Alpha (8 -12 Hz) Saat keadaan relaks, mata tertutup, mulai mengantuk.
4. Theta (4 – 7 Hz) Tidur ringan, sangat mengantuk, tidur disertai mimpi.
5. Delta (0.5 – 4 Hz) Amplitudo tegangan mencapai 10 mV biasanya dalam keadaan tidur
lelap tanpa mimpi, koma, dan keadaan anestesi.

Prinsip Kerja Electroenchephalogram dalam Menghasilkan Gelombang Otak


Rekaman EEG umumnya melalui elektroda yang diletakkan dikulit kepala. Untuk
meningkatkan kontak listrik antara elektroda dan kulit kepala digunakan elektrolit jelly ayau
pasta. Sistem penempatan elektroda yang telah ditetapkan secara internasional oleh
International Federation on Electroencephalography and Clinical Neurphysiology adalah
sistem 10-20 yang dikenal dengan istilah “International Electrode Placement System”( Jan
Cepek, 2004). Prosedur perekaman EEG bersifat non-invasif, aman dan tidak menyakitkan.
Rekaman sinyal ditransmisikan ke sistem EEG yang terdiri dari elektroda-elektroda,
amplifiers, filter dan alat perekaman yang mengukur dan mencatat aktivitas listrik otak
(bagan kertas atau monitor komputer). Setiap elektroda dihubungkan ke differential amplifier
(satu amplifier untuk sepasang elektroda). Amplifier memperkuat tegangan antara elektroda
aktif dan acuan. Tegangan yang keluar dari differential amplifier lalu menuju chanel display
melalui kumpulan filter terlebih dahulu. Filter yang tepat dipilih agar dapat menentukan
komponen frekuensi dari gelombang otak yang sesuai dalam mendiagnosa penyakit.

Berdasarkan analisis gelombang otak yang telah didapatkan melalui EEG, kita dapat
mengklasifikasikan karakteristik gelombang otak tersebut kedalam gelombang otak normal
dan gelombang otak abnormal . Hasil pemeriksaan EEG menunjukan perbedaan pola
gelombang otak sebagai berikut :
1. Normal
- Hasil dua sisi otak menunjukkan pola serupa dari aktivitas elektrik.
- Orang dewasa yang terjaga, EEG menunjukkan gelombang alfa lebih banyak dibanding
dengan gelombang beta.
- Tidak ada gambaran gelombang abnormal dari aktivitas elektrik dan tidak ada gelombang
yang lambat - Jika pasien dirangsang dengan cahaya (photic) selama test maka hasil
gelombang tetap normal.
2. Abnormal
- Hasil dua sisi otak menunjukkan pola tidak serupa dari aktivitas elektrik.
- EEG menunjukkan gambaran gelombang abnormal yang cepat atau lambat, hal ini mungkin
disebabkan oleh tumor otak, infeksi/peradangan, injuri, strok, atau epilepsi. Ketika seseorang
mempunyai epilepsi dengan pemeriksaan EEG ini bisa diketahui daerah otak bagian mana
yang aktivitas listriknya tidak normal. Namun pemeriksaan EEG saja tidak cukup, sebab EEG
diambil selalu pada saat tidak ada serangan kejang bukan pada saat serangan, karena tidak
mungkin orang yang sedang mengalami serangan epilepsi dibawa ke rumah sakit untuk
diperiksa EEG. Maka, pemeriksaan EEG harus ditunjang oleh pemeriksaan otak itu sendiri,
yaitu melihat gambaran otaknya misalnya dengan teknik foto Magnetic Resonance Imaging
(MRI). Jadi EEG dengan sendirinya tidak cukup untuk mendiagnosa penyakit neurology
tetapi perlu dengan pemeriksaan yang lain agar hasil diagnosisnya lebih akurat.
- Berbagai keadaan dapat mempengaruhi gambaran EEG. EEG yang abnormal dapat
disebabkan kelainan di dalam otak yang tidak hanya terbatas pada satu area khusus di otak,
misalnya intoksikasi obat, infeksi otak (ensefalitis), atau penyakit metabolisme (Diabetik
ketoasidosis).
- EEG menunjukkan gelombang delta atau gelombang teta pada orang dewasa yang terjaga.
Hasil ini menandai adanya injuri otak.
- EEG tidak menunjukkan aktivitas elektrik di dalam otak ( a “ flat/” atau “ garis lurus” ).
Menandai fungsi otak telah berhenti, yang mana pada umumnya disebabkan oleh tidak
adanya (penurunan) aliran darah atau oksigen di dalam otak. Dalam beberapa hal, pemberian
obat penenang dapat menyebabkan gambaran EEG flat. Hal ini juga dapat dilihat di status
epilepsi setelah pengobatan diberikan.

Dari perspektif lain, Gelombang otak hasil rekam EEG dikatakan abnormal jika
mengandung beberapa hal sebagai berikut :
1. Aktivitas bentuk epileptik menyerupai gelombang tajam (sharp waves), gelombang paku
(spike waves), gelombang paku-ombak, gelombang paku majemuk, dan gelombang lambat
yang timbul secara paraksimal.
2. Gelombang lambat terjadi saat irama gelombang tidak teratur atau irama gelombang lebih
lambat dibanding seharusnya.
3. Kelainan amplitude terjadi pada saat besar tegangan gelombang otak pada daerah yang
sama dikedua hemisphere otak tidak simetris.
4. Pola-pola tertentu yang menyerupai pola gelombang normal tetapi terdapat penyimpangan
nilai frekuensi, reaktivitas dan distribusi.

Pada rekam EEG umumnya pola gelombang abnormal tidak sepenuhnya


menggantikan pola gelombang normal melainkan muncul dengan berlatar belakang pola
gelombang normal.

Kesimpulan
Aktivitas kelistrikan pada otak manusia dapat dilihat dan direkam dengan
menggunakan suatu alat yang disebut electroenchepalograph. Pola gelombang otak abnormal
dapat diamati dari hasil analisis rekam EEG pada pada domain waktu maupun domain
frekuensi dengan melihat gejala aktivitas bentuk epileptik menyerupai gelombang tajam
(sharp waves), gelombang paku (spike waves), gelombang paku-ombak, gelombang paku
majemuk, kelainan amplitudo, ataupun pola-pola lain yang menyerupai pola gelombang
normal tetapi terdapat penyimpangan nilai frekuensi, reaktivitas dan distribusi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Alifis. 2011. Gelombang Gamma, Beta, Alpha, Tetha dan Delta dalam Otak. (Online).
Diakses: 15 Januari 2018. Tersedia di:
http://alifis.wordpress.com/2011/06/02/gelomban g-gamma-beta-alpha-tetha-dan-
delta-dalam-otak/.
2. All About Circuits Forum, 2012. Band-pass filters. (Online). Diakses: 15 Januari
2018. Tersedia di: http://www.allaboutcircuits.com/vol_2/chpt_8/4. html
3. Alfi. 2006. Analisis Pola gelombang normal dan abnormal. Tugas akhir Fisika ITB.
4. Jan Cepek, 2004, Brain computer interface. (Online). Diakses: 15 Januari 2018.
Tersedia di: http://gerstner.felk.cvut.cz/biolab/bionika2004/ce pek/bci.html.
5. Nissl, J (2006). Electroencephalogram (EEG). (Online). Diakses: 15 Januari 2018.
Tersedia di: http://www.webmd.com/epilepsy/electroencephal ogram-eeg-21508.
6. Valerie. 2007. Essentials of Anatomy and Physiology 5th ed - V. Scanlon, T. Sanders
(FA Davis, 2007).

You might also like