You are on page 1of 20

SKEMA PEMBIAYAAN PERBANKAN DAERAH MENURUT KARAKTERISTIK

UMKM PADA SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

Ketua: Prof. Dr. H. M. Yunus Zain, MA., Dr. Sanusi Fattah, M.Si., Dra. Laly Djauhariah S., MS., Drs. Baso
Siawadharma, M.Si., Drs. Bakhtiar Mustari, M.Si., Ir. Muh. Jibril Tadjibu, SE., M.Si.

Abstrak

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) selalu menarik untuk dikaji dengan berbagai
alasan. Meskipun aspek pembiayaan disadari bukanlah satu-satunya masalah, namun
dukungan penyaluran kredit demi pengembangan UMKM ini masih merupakan aspek yang
sangat krusial sifatnya. Permasalahan lainnya adalah belum terdapat hasil kajian yang
memuaskan tentang pemetaan dan skema pembiayaan perbankan daerah menurut karakteristik
UMKM pada tingkat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Studi ini adalah tentang pola alokasi kredit perbankan daerah untuk UMKM. Karenanya,
tujuan utama penelitian ini adalah untuk: 1) mengidentifikasi program pembiayaan UMKM
untuk bidang usaha agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga
yang dilakukan oleh perbankan daerah; 2) mengidentifikasi kendala skema penyaluran kredit
UMKM dari sisi perbankan dan dari sisi pengusaha UMKM; 3) menyusun dan
mendeskripsikan peta penyaluran kredit perbankan daerah bagi UMKM menurut tipologi
UMKM dan kategori kelompok bank serta memformulasikan batasan atau indikator optimal
penyaluran kredit UMKM; dan 4) mengidentifikasi dan mendeskripsikan peta tipologi
UMKM menurut sektor industri atau komoditas di daerah kabupaten/kota Sulsel.
Penelitian di wilayah propinsi Sulsel ini dilaksanakan dengan memilih 6 kabupaten/kota
sampel yaitu Makassar, Gowa, Bulukumba, Bone, Enrekang dan Pare-Pare. Data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui dua tipe
sampel yaitu: a) sampel perbankan dan instansi terkait (39 informan) melalui indepth
interview; dan b) sampel pengusaha (344 responden) melalui survey dengan wawancara
terstruktur. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kausal-komparatif untuk
menentukan faktor kendala penyaluran skema kredit UMKM dari sisi perbankan dan sisi
pengusaha UMKM.
Temuan utama penelitian menunjukkan bahwa masih diperlukan suatu skema kredit khusus
yang memungkinkan para pengusaha UMKM untuk mengakses dana perbankan daerah secara
optimal. Tingkat kemacetan kredit bagi UMKM di Sul-Sel adalah rendah (2-3%), sehingga
pengusaha UMKM layak mendapatkan kepercayaan untuk memperoleh kredit dari pihak
perbankan daerah. Salah satu penyebab kurang optimalnya penyaluran kredit perbankan
daerah bagi UMKM adalah terbatasnya kewenangan perbankan daerah untuk mendesain skim
yang sesuai kondisi kebutuhan UMKM di daerah. Skim pembiayaan perbankan daerah dengan
melibatkan PEMDA atau lembaga terkait lainnya tampak meletakkan UMKM hanya sebagai
objek belum sebagai subjek pengembangan. Skim pembiayaan yang diterapkan selama ini
oleh perbankan tidak pula mendorong munculnya inovasi skim pembiayaan bagi UMKM,
sehingga persaingan antar bank terletak pada kapasitas pelayanan yang ditentukan oleh luas
jaringan yang dimiliki perbankan. Kedepan, perbankan daerah di Sulsel selayaknya
menyalurkan kredit dengan skim berbeda untuk masing-masing usaha mikro, kecil dan
menengah terutama bagi sektor ekonomi unggulan Sulsel seperti ketiga bidang usaha:
agribisnis hortikultura, perikanan dan kelautan, dan industri rumahtangga. Karenanya, masih

1
perlu dilakukan suatu penelitian dengan fokus pada sisi supply dan sisi demand dalam rangka
mengoptimalkan penyaluran kredit bagi UMKM.
Kata Kunci: Skema Kredit UMKM; Karakteristik UMKM; dan Sektor Ekonomi Unggulan.

I. Latar Belakang koordinasi program UMKM di daerah


Usaha mikro, kecil dan menengah (Coordination of SME-Micro programs in
(UMKM) selalu hadir karena memang the local area), dan integrasi serta
diperlukan. UMKM ini selalu pula dapat kerjasama nasional dan regional seperti
membuktikan ketahanannya, terutama East ASEAN Growth Area (EAGA).
ketika bangsa kita dilanda badai krisis Khusus tentang pengamatan atas aspek
ekonomi (tampak jelas sejak Juli 1997). pembiayaan UMKM untuk wilayah Sulsel
UMKM ini tampak merupakan salah satu dapat dikemukakan beberapa catatan awal
sektor usaha penyangga utama yang dapat (Yunus, 2003; Robinson, 2004; Untoro,
menyerap banyak tenaga kerja. Namun, 2004). Pertama, masih terdapat resistensi
dukungan pembiayaan (modal kerja dan secara umum dari pihak perbankan daerah
investasi serta cakupan pendanaan yang dalam melaksanakan penyaluran kredit
diperlukan lainnya) terhadap bagi UMKM yang ternyata dianggap lebih
pengembangan UMKM masih sangat bersifat fund channelling saja ketimbang
kurang memadai. Terdapat banyak pula sebagai fungsi intermediasi yang memiliki
indikasi lain tentang diperlukannya suatu perspektif komersial yang menjanjikan
kajian lebih mendalam dan komprehensif, keuntungan. Kedua, dari sisi UMKM
khususnya pada aspek yang lebih sensitif tampak masih selalu menganggap adanya
dan esensial terkait dengan penyaluran kendala birokrasi yang memunculkan
bantuan dana (kredit) dari perbankan di kurangnya akses pada kredit perbankan di
daerah bagi UMKM. samping tidak cukupnya aset mereka
Berbagai studi sebelumnya (Yunus, untuk jaminan (collateral). Ketiga,
1997, 2001, dan 2003) telah menunjukkan masalah kurang tersedianya dana dan
bahwa UMKM memiliki permasalahan sumber pendanaan dengan biaya dana yang
yang sangat kompleks dimana dapat terjangkau, begitu pula terbatasnya
mencakup: bidang kebijakan (policy), lembaga penyedia jasa keuangan atau
pengembangan dan pelayanan bisnis penyalur modal bagi UMKM (termasuk
(Business Support), pembiayaan usaha lembaga non-bank) di daerah. Kempat,
(SME-Micro finance), infrastruktur, terjadinya double financing, kompetisi

2
tidak adil, lemahnya informasi dan Bank Indonesia belum terasa manfaatnya.
jaringan, baik antara UMKM maupun antar Terutama secara riil belum memberi efek
penyedia jasa keuangan (bank dan non- yang berarti bagi peningkatan pendapatan
bank serta lembaga terkait lainnya) yang masyarakat yang bergerak pada bidang
kemudian potensial melahirkan masalah usaha (UMKM) agribisnis/hortikultura,
moral hazard dan adverse selection. perikanan/kelautan, dan industri
Kelima, diperlukan semacam bantuan rumahtangga. Karenanya, studi ini
advokasi, pembinaan atau suatu hasil menarik dan perlu dilakukan atas berbagai
kajian komprehensif yang dapat alasan, antara lain:
mendorong dan lebih memungkinkan a. Belum adanya fokus pada program
UMKM untuk memenuhi kriteria khusus untuk pembiayaan UMKM
pendanaan (lending criteria) dan bidang usaha agribisnis
pemahaman cakupan pendanaan hortikultura, perikanan dan
perbankan, mengingat terdapat pula kelautan, dan industri rumahtangga
berbagai keluhan dan harapan dari pihak di kabupaten/kota Sulsel yang
UMKM untuk kiranya dapat memperoleh dilakukan oleh perbankan daerah.
sumber dana langsung melalui suatu skema b. Adanya kendala dalam penyaluran
pembiayaan yang lebih efektif dari pihak skema kredit UMKM dari sisi
donor (internasional: ADB, WB dan IDB perbankan dan dari sisi pengusaha
misalnya) tanpa melalui intermediasi dari UMKM pada bidang usaha
perbankan. agribisnis hortikultura, perikanan
Studi ini diarahkan untuk dan kelautan, dan industri rumah
menitikberatkan pengamatan pada pola tangga di kabupaten/kota Sulsel.
alokasi kredit perbankan daerah yang c. Belum adanya peta penyaluran
termasuk dalam kategori kredit UMKM di kredit perbankan daerah bagi
daerah kabupaten/kota. Program-program UMKM menurut tipologi UMKM
dan pola pembiayaan UMKM bidang dan kategori kelompok bank serta
usaha agribisnis hortikultura, perikanan memformulasikan batasan atau
dan kelautan, dan industri rumahtangga di indikator optimal penyaluran kredit
kabupaten/kota Sulsel yang telah dilakukan UMKM pada bidang usaha
oleh perbankan daerah serta mendapat agribisnis hortikultura, perikanan
dukungan dari peraturan yang dikeluarkan

2
dan kelautan, dan industri rumah 3. Bagaimana peta penyaluran kredit
tangga di Sulsel. perbankan daerah bagi UMKM
d. Belum adanya peta tipologi menurut tipologi UMKM dan
UMKM menurut sektor industri kategori kelompok bank, sehingga
atau komoditas di daerah selanjutnya dapat dibuat suatu
kabupaten/kota Sulsel. formulasi batasan atau indikator
optimal penyaluran kredit UMKM
II. Perumusan Masalah pada bidang usaha agribisnis
Rumusan masalah pokok hortikultura, perikanan dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: kelautan, dan industri rumahtangga
1. Apakah program-program dan pola di Sulawesi Selatan?
pembiayaan UMKM bidang usaha 4. Bagaimana bentuk alternatif skema
agribisnis hortikultura, perikanan kredit (pembiayaan) perbankan,
dan kelautan, dan industri pemerintah, dan pihak-pihak yang
rumahtangga di kabupaten/kota terkait lainnya kepada UMKM
Sulawesi Selatan yang dilakukan sebagai bagian dari upaya
oleh perbankan daerah telah penyempurnaan program dan
memadai, sehingga selanjutnya strategi dalam rangka
dapat dilakukan identifikasi pengembangan UMKM pada
program-program dan pola bidang usaha agribisnis
pembiayaan UMKM pada bidang hortikultura, perikanan dan
usaha tersebut? kelautan, dan industri rumah tangga
2. Faktor-faktor apa saja yang di Sulawesi Selatan?
menjadi kendala dalam penyaluran
skema kredit UMKM baik dari sisi III. Tujuan Penelitian
perbankan (supply side) maupun Penelitian ini diarahkan untuk
dari sisi pengusaha UMKM mencapai empat (4) tujuan utama berikut:
(demand side) pada bidang usaha 1. Mengidentifikasi program
agribisnis hortikultura, perikanan pembiayaan UMKM bidang usaha
dan kelautan, dan industri rumah agribisnis hortikultura, perikanan
tangga? dan kelautan, dan industri
rumahtangga di kabupaten/kota

3
Sulawesi Selatan yang dilakukan pemikiran dan verifikasi empirik terhadap
oleh perbankan daerah. perkembangan teori pembiayaan
2. Mengidentifikasi kendala (intermediasi perbankan) untuk UMKM
penyaluran skema kredit UMKM terutama pada upaya untuk membuat suatu
dari sisi perbankan dan dari sisi pengukuran/indikator tingkat kejenuhan
pengusaha UMKM pada bidang penyaluran kredit perbankan daerah. Untuk
usaha agribisnis hortikultura, aspek praktis, hasil penelitian ini memiliki
perikanan dan kelautan, dan kegunaan sebagai berikut:
industri rumah tangga di a. Bahan pertimbangan bagi lembaga
kabupaten/kota Sulsel. pendanaan (perbankan daerah dan
3. Menyusun dan mendeskripsikan pemerintah daerah serta lembaga
peta penyaluran kredit perbankan terkait lainnya) dalam merancang
daerah bagi UMKM menurut dan menentukan serta
tipologi UMKM dan kategori mengevaluasi skema penyaluran
kelompok bank serta kredit bagi UMKM terutama untuk
memformulasikan batasan atau bidang usaha agribisnis
indikator optimal penyaluran kredit hortikultura, perikanan dan
UMKM pada bidang usaha kelautan, dan industri rumahtangga.
agribisnis hortikultura, perikanan b. Bahan pertimbangan bagi
dan kelautan, dan industri rumah pengambil kebijakan (Perbankan,
tangga di Sulawesi Selatan. Pemda, Dinas/instansi terkait)
4. Mengidentifikasi dan dalam merumuskan bentuk
mendeskripsikan peta tipologi program bantuan dan pola
UMKM menurut sektor industri pembinaan UMKM terutama pada
atau komoditas di daerah bidang usaha agribisnis
kabupaten/kota Sulawesi Selatan. hortikultura, perikanan dan
kelautan, dan industri rumahtangga.
IV. Manfaat Penelitian c. Bahan pertimbangan bagi pelaku
Hasil analisis penelitian ini dapat UMKM dalam mengembangkan
memiliki kegunaan teoritis dan praktis. usaha terutama dalam mengatasi
Untuk aspek teoritis, hasil analisis berbagai aspek kendala
penelitian ini dapat memberikan kontribusi pembiayaan usaha.

4
d. Bahan pertimbangan bagi peneliti Penelitian ini secara efektif dilakukan
yang berminat dan tertarik selama tiga (3) bulan (Juli-September
melakukan penelitian lanjutan pada 2006). Pengumpulan data dilakukan mulai
bidang pembiayaan dan pada akhir Juli sampai pada akhir Agustus
pengembangan UMKM terutama 2006.
pada bidang usaha agribisnis
hortikultura, perikanan dan VI. Sistematika Penelitian
kelautan, dan industri rumahtangga. Secara sistematik rangkaian kegiatan
dan metode penelitian yang dilakukan
V. Waktu Penelitian adalah mengacu pada Gambar 1.1. berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Pikir (Alur Kegiatan/Analisis) Penelitian

Kebijakan dan Program serta Strategi Pengembangan


Skema UMKM
Pembiayaan
UMKM:
Pemerintah
Daerah/Dinas dan Skema Penyaluran Kredit
instasnsi terkait Perbankan Daerah
lainnya (LSM) terhadap UMKM
serta (A)
PERBANKAN
DAERAH
(A)
Kondisi aktual UMKM bidang
usaha: Agribisnis Hortikultura,
Perikanan & Kelautan, dan Industri
Rumahtangga
Identifikasi dan
Analisis Kendala
Penyaluran Kredit Identifikasi dan Analisis
Kendala dan Kapasitas usaha
(A)
(B)

Analisis Optimalisasi Penyaluran Kredit:


Peta Penyaluran Kredit UMKM Indeks Tingkat Kejenuhan Penyaluran
menurut Perbankan Daerah dan Kredit (B)
Tipologi UMKM (A) (B) (C)

Hasil Analisis dan Rekomendasi Penelitian

Catatan: A = indepth interview (responden Perbankan Daerah dan instansi terkait); B = Wawancara
terstruktur (responden pengusaha); C = penyusunan indeks dan analisis regressi.

5
VII. Metode Penelitian Untuk rincian informan (sampel)
Data yang digunakan dalam kelompok perbankan daerah dan instansi
penelitian ini adalah data primer dan data terkait disajikan pada Tabel 3.1b. berikut:
sekunder. Data primer, sebagai data utama,
Tabel 3.1b.
diperoleh melalui dua tipe sampel yaitu: a) Realisasi Alokasi Jumlah Informan (Sampel)
Kelompok Perbankan Daerah dan Instansi Terkait
sampel perbankan daerah dan instansi Lainnya menurut Kabupaten/Kota di Sulsel
Jumlah Responden Instansi
Kabupaten/
terkait lainnya (indepth interview); dan b) Kota
Bank Umum Instansi Terkait Total
Swasta Pem Dinas Lainnya
sampel pengusaha (wawancara struktur). Makassar 1 3 - - 4
Gowa 1 2 4 2 9
Di samping sampel dapat diamati menurut Bulukumba - 2 2 - 4
Bone - 4 1 - 5
Enrekang - 3 4 5 12
skala usaha (usaha mikro, kecil dan Pare-Pare - 3 2 - 5
Total 2 17 13 7 39
menengah) untuk masing-masing bidang Catatan: Informan perbankan daerah dan instansi terkait
diwawancarai langsung (indepth interview) oleh
usaha agribisnis hortikultura, perikanan para koordiantor survey.

dan kelautan, dan industri rumahtangga,


karakteristik sampel juga dapat dibedakan Metode analisis data yang digunakan
dalam studi ini adalah gabungan dari
menurut karakteristik wilayah/daerah.
Rincian realisasi jumlah sampel dapat analisis kausal-komparatif dan studi

dilihat pada Tabel 3.1a. berikut: deskriptif-kuantitatif. Studi kausal-

Tabel 3.1a. komparatif dilakukan dalam upaya


Realisasi Alokasi Jumlah Sampel Penelitian Menurut
Kelompok Pengusaha UMKM dan Kab/Kota Sulsel melakukan identifikasi terhadap program
Jumlah Sampel pada Kabupaten/Kota pembiayaan UMKM bidang usaha
Bidang Usaha Bulu Ma
Bo Enre Go Pare
ne
kum
kang wa
kas
pare
Total agribisnis hortikultura, perikanan dan
ba sar
1. Agribisnis kelautan, dan industri rumah tangga di
Hortikultura 26 12 18 23 12 21 112
Mikro 14 3 6 5 6 6 40 kabupaten/kota Sulsel yang dilakukan oleh
Kecil 11 4 7 8 3 7 40
Menengah 1 5 5 10 3 8 32 perbankan daerah (metode indepth
2. Industri RT 14 21 10 13 57 23 138 interview). Untuk menentukan faktor
Mikro 5 10 4 3 10 4 36
Kecil 6 8 3 4 25 10 56 kendala penyaluran skema kredit UMKM
Menengah 3 3 3 6 22 9 46
3. Kelautan/
dari sisi perbankan dan dari sisi pengusaha
Perikanan 28 7 - 15 25 19 94
UMKM pada bidang usaha agribisnis
Mikro 7 5 - 6 9 5 32
Kecil 11 2 - 4 6 8 31 hortikultura, perikanan dan kelautan, dan
Menengah 10 0 - 5 10 6 31
Grand Total 68 40 28 51 94 63 344
industri rumahtangga di kabupaten/kota
Catatan: Sampel pengusaha diwawancarai oleh para
enumerator dengan design kuesioner terstruktur. Sulsel, sepenuhnya mengikuti prinsip
indepth interview. Dari hasil identifikasi
program dan identifikasi serta penentuan

6
kendala penyaluran kredit, dengan alat Temuan Studi Sebelumnya dan
analisis deskriptif (presentasi Tabel) dapat Temuan Penelitian ini
dibuat suatu peta tipologi UMKM baik Untuk perbandingan skema
menurut kategori perbankan daerah penyaluran kredit UMKM di Sulsel, pada
maupun bidang usaha. studi sebelumnya ditemukan beberapa
skim pembiayaan UMKM dengan pola
VIII. Skema Pembiayaan Perbankan dana bergulir PEMDA sebagai berikut:
Daerah bagi UMKM di Sulsel:

Gambar 2.1i. Skema Penyaluran Dana Avalis Pemerintah Kabupaten Gowa

GIRO SUKU PEMDA GOWA


BUNGA PASAR
DANA
PENJAMINAN 5%
DARI KREDIT

BANK

KREDIT, i = BUNGA GIRO + 2% , FEE


PENJAMINAN 5%

UMKM/KOPERASI

Sumber: Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah Kabupaten Gowa dengan BPD Sulsel Cabang Gowa No.
580/034/EKONOMI tentang Penyaluran Dana Avalis Pemerintah Kabupaten Gowa dan Untoro (2004)

Gambar 2.1j. Skema Penyaluran Dana Usaha Pemberdayaan Ekonomi Rakyat


Kabupaten Selayar

PEMDA SELAYAR
SIMPANAN GIRO
SP3 = Surat Pemberitahuan
Persetujuan Pinjaman

BANK TIM POKJA

Permohonan KREDIT, i = 6% pa Tembusan SP3


Kredit Tembusan
Permohonan
Kredit
UMKM/KOPERASI

Sumber: Keputusan Bupati Selayar No. 244 tahun 2000 tentang Mekanisme Peminjaman Dana Pemberdayaan
Masyarakat Tani/Nelayan/Industri Kecil pada BPD Cabang Selayar.
Catatan: Sasaran Pemberian pinjaman adalah masyarakat tani/nelayan/industri kecil perorangan yang memiliki
kelompok usaha (koperasi/usaha kecil formal)

7
Gambar 2.1k. Skema Penyaluran Dana Avalis Pemkot Pare-Pare Pola Eksekuting

SIMPANAN
Deposito, Bunga 5% PEMDA Kota Pare-Pare
Rekomendasi

BANK
TIM Perkuatan
BPD Sulsel Cabang Pare-Pare
Permodalan UMKM
FEE 2 %
Permohonan KREDIT, i = 10% pa
Kredit Tembusan
Penilaian Usaha Permohonan
Kredit
UMKM/KOPERASI

Sumber: Perjanjian Kerjasama antara PEMDA Kota Pare-Pare dengan BPD Sulsel Cabang Pare-Pare No.
7/KB/VIII/2003; No. KK/01/PR/2003 tentang Penyempurnaan Penyaluran Dana Avalis Pola
Executing dan Chanelling PEMDA Kota Pare-Pare.

Gambar 2.1l. Skema Penyaluran Dana Avalis Pemkot Pare-Pare Pola Chanelling

PEMDA Kota Pare-Pare


SIMPANAN GIRO,
Bunga 4%
TIM Perkuatan
FEE 2% Permodalan UMKM
BANK
TIM TEKNIS
BPD Sulsel Cabang Pare-Pare
FEE 2 %
Permohonan Kredit KREDIT, i = 10% pa Tembusan
Tembusan SP3 Permohonan
Kredit
UMKM/KOPERASI

Sumber: Perjanjian Kerjasama antara PEMDA Kota Pare-Pare dengan BPD Sulsel Cabang Pare-Pare No.
7/KB/VIII/2003; No. KK/01/PR/2003 tentang Penyempurnaan Penyaluran Dana Avalis Pola
Executing dan Chanelling PEMDA Kota Pare-Pare.

8
Gambar 2.1m. Skema Penyaluran Kredit Usaha Pengembangan Ekonomi Rakyat
Takalar (KUPERTA)

PEMDA KAB. TAKALAR


SIMPANAN GIRO,
Bunga 4%
REKOMENDASI
TIM POKJA
BANK
BPD Sulsel Cabang Takalar

KREDIT, i = 12,5% pa, Fee 6% u/


DINAS PPL/PLK
Permohonan
PAD: 1,25% tim pokja, 1,25% PPL/PLK,
Kredit Tembusan
1,0% Kades, 1,5 % Camat, 1,5% BPD
Permohonan Kredit

UMKM/KOPERASI

Sumber: Keputusan Bupati Takalar No. 182 tahun 2002 Tanggal 8 agustus 2002 Tentang Petunjuk Teknis
Penyaluran KUPERTA TA 2002.
Catatan: PPL = Petugas penyuluh lapangan; PLK = Petugas Lapangan Koperasi; sasaran usaha nikro-kecil
petnian dan nelayan.

Pada penelitian ini diamati agribisnis hortikultura, perikanan dan


berbagai program pengembangan UMKM kelautan, dan industri rumahtangga. Skim
yang terdapat pada berbagai Kabupaten penyaluran kredit UMKM di Sulsel dengan
dan Kota di Sulawesi Selatan dan dapat PHBK tersebut dapat diuraikan secara
dikatakan bahwa secara garis besar singkat melalui Gambar 4.1.1. berikut :
terdapat banyak ragam nama skim dari
Gambar 4.1.1.
perbankan daerah untuk UMKM. Namun, Eksisting Skema Penyaluran Kredit Perbankan
Daerah bagi UMKM di Sulsel: Pola Langsung Ke
pada esensinya merupakan skema Kelompok UMKM (PHBK)

pembiayaan yang sama. Semua skema AKAD KREDIT

BANK Kelompok
pembiayaan yang ada merupakan bentuk UMKM
KREDIT
skim pembiayaan langsung perbankan
KOORDINASI
daerah kepada kelompok UMKM (dikenal PEMBINAAN
PEMDA dan
dengan PHBK). Pola penyaluran tersebut Dinas Terkait
berlaku secara umum untuk UMKM pada
Sumber: Lampiran 1B (Tabel L4.1.1a-f)
semua bidang usaha dan skala usaha. Jadi Catatan: Skim ini sama dengan model PHBK
model D (Untoro, 2004)
tidak ada skim penyaluran kredit yang
spesifik untuk masing-masing tiga bidang Kemudian, peta penyaluran kredit bagi
usaha yang diamati yaitu bidang usaha UMKM menurut bidang usaha dan skala

9
usaha dapat disimak melalui Tabel 4.3.2. IX. Alternatif Skema Penyaluran Kredit
berikut ini. Perbankan Daerah bagi UMKM
Menurut Bidang Usaha
Tabel 4.3.2.
Peta Rerata Realisasi Nilai Kredit yang diterima Pertimbangan utama dalam
UMKM Menurut Bidang Usaha dan Skala
Usaha pada Enam Kabupaten/kota Sampel di
mengajukan skim pembiayaan alternatif
Sulawesi Selatan, 2006 antara lain: skim pembiayaan perbankan
Rerata Realisasi Nilai
Sektor Skala
Kredit
Usaha Usaha
(Rp. Juta) bagi UMKM yang ada selama ini belum
Mikro 177.43 membedakan UMKM menurut bidang
Agribisnis –
Hortikultura
Kecil 56.61 usaha. Skim pembiayaan perbankan daerah
Menengah 165.91 dengan melibatkan PEMDA atau lembaga
Mikro 13.13 terkait lainnya masih tampak menjadikan
Perikanan –
Kecil 32.88 UMKM sebagai salah satu objek sumber
Kelautan
Menengah 81.93 penerimaan PAD dan UMKM ditempatkan
Mikro 12.65
bukan sebagai subjek pengembangan.
Industri
Rumah Kecil 97.95
Tangga
Pertimbangan lainnya adalah implementasi
Menengah 135.12
skim yang ada selama ini belum
Sumber: Diolah dari Data primer kuesioner terstruktur untuk
pengusaha UMKM, 2006 menunjukkan suatu kinerja yang optimal
baik dari sisi perbankan daerah maupun
Tabel 4.3.2. tersebut di atas
dari sisi pengusaha UMKM. Catatan
menunjukkan bahwa rata-rata realisasi
terakhir adalah skim alternatif yang
penyaluran kredit bagi UMKM pada
diajukan sangat perlu untuk lebih lanjut
bidang usaha skala mikro adalah mencapai
mempertimbangkan kondisi khusus yang
177,43 juta rupiah, skala usaha kecil rata-
dimiliki skala usaha mikro dibandingkan
rata 56.61 juta rupiah, skala usaha
dengan skala usaha kecil-menengah.
menengah 165.91 juta rupiah. Untuk
Artinya, skim alternatif yang diajukan
sektor usaha perikanan dan kelautan dalam
dianggap secara langsung dan konsisten
skala mikro mencapai 13.13 juta rupiah,
dapat diterapkan pada UMKM skala usaha
skala usaha kecilnya 32.88 juta rupiah dan
kecil-menengah tanpa perlu pertimbangan
menengah 81.93 juta rupiah. Sedangkan
khusus.
untuk usaha industri rumah tangga, skala
Alternatif pertama adalah Skim
mikro 12.65 juta rupiah dan skala kecil
Pembiayaan Perbankan Daerah Model RB-
97.95 juta rupiah dan skala menengah
FEUH A: UMKM Bidang Usaha
135.12 juta rupiah.

10
Agribisnis Hortikultura dan Model RB-FEUH A1 dapat secara singkat
Perikanan/Kelautan, yang terdiri dari diuraikan sesuai dengan Gambar 4.3.3a.
model RB-FEUH A1 dan RB-FEUH A2. seperti di bawah ini.

Gambar 4.3.3a.
Skim Pembiayaan Perbankan Daerah Model RB-FEUH A1: Pola Sharing untuk
Kelompok UMKM Agribisnis Hortikultura dan Perikanan/Kelautan di Sulawesi Selatan

Pembinaan
Dinas Teknis Terkait & BDS

Bimbingan teknis Off Taker

Hulu: industri On Farm: Kel. Hilir: industri


Bibit, produk, Tani/nelayan Pengolahan
pestisida (UMKM) UMKM (UMKM)

Kredit: Profit Kredit: Profit-loss sharing Kredit: Profit Loss Sharing


loss sharing
Saham Bank
Pasar
Koordinator Lembaga
Pendana (Donor) di Tingkat Dana Deposito (Profit-Loss Sharing)
Provinsi/Kabupaten/kota
PEMDA KAB/KOT
DAN DPRD II
Saham

Sumber: Hidayat (2006) dan Srihono (2006) dimodifikasi oleh Tim Peneliti.

Pada skim pembiayaan ini target bertindak sebagai koordinator donor bagi
adalah kelompok UMKM pada bidang pengembangan UMKM yang dapat
usaha agribisnis dan perikanan/kelautan melibatkan donor internasional, nasional
secara terpadu mulai dari hulu sampai ke maupun daerah. Saham badan usaha
hilir dengan pola bagi hasil keuntungan- pendanaan UMKM ini juga akan
kerugian. Pada alternatif skema melibatkan UMKM sebagai pemilik
pembiayaan yang diajukan ini yang saham, sehingga dalam pengembangannya
menarik adalah sumber pendanaan UMKM UMKM lebih dipandang sebagai subyek
diharapkan dibuat dalam bentuk badan ketimbang sebagai obyek seperti pada
usaha yang ada di daerah, baik pada umumnya skim pembiayaan yang
tingkat provinsi atau di Kabupaten kota. diterapkan selama ini.
Badan usaha pendanaan UMKM ini

11
Skim alternatif model RB-FEUH A2 pembina teknis dengan memberikan fee
seperti pada Gambar 4.3.3b. berikut atau perbankan daerah melakukan
perbedaan utamanya dengan skim model pembinaan langsung. Masalah pembinaan
RB-FEUH A1 adalah terletak pada UMKM ini dapat pula dilakukan oleh BDS
penerapan bagi hasil dan atau tingkat secara profesional dengan basis komersial
bunga pasar yang berlaku. Model RB- atas UMKM dan promosi pembentukan
FEUH A2 dapat diterapkan baik dalam BDS/dinas teknis juga merupakan salah
pola eksekuting maupun pola channelling. satu tanggung jawab dari badan usaha
Perbankan daerah dapat melibatkan pendanaan yang ada di daerah bersama-
berbagai instansi terkait atau business sama dengan PEMDA setempat.
development services (BDS) sebagai

Gambar 4.3.3b.
Skim Pembiayaan Perbankan Daerah Model RB-FEUH A2: Pola Pembiayaan
Langsung untuk Kelompok UMKM Agribisnis Hortikultura dan Perikanan/Kelautan di
Sulawesi Selatan

Pembinaan
Dinas Teknis Terkait & BDS

Fee max 2% Bimbingan teknis Off Taker


On Farm:
Hulu: industri Kelompok Hilir: industri
Bibit, produk, Tani/nelayan Pengolahan
pestisida (UMKM) UMKM (UMKM)

Kredit: tingkat bunga pasar


Kredit: tingkat Kredit: tingkat bunga pasar
bunga pasar
Saham Bank
Pasar
Koordinator Lembaga
Pendana (Donor) di Tingkat Dana Deposito/Giro (tingkat bunga pasar)
Provinsi/Kabupaten/kota
PEMDA KAB/KOT
Saham DAN DPRD II

Sumber: Hidayat (2006) dan Srihono (2006) dimodifikasi oleh Tim Peneliti.

Alternatif kedua adalah Skim Pembiayaan Perbankan Daerah Model RB-FEUH B


untuk UMKM pada Bidang Usaha Industri Rumahtangga seperti disajikan pada Gambar
4.3.3c dan Gambar 4.3.3d berikut.

12
Gambar 4.3.3c.
Skim Pembiayaan Perbankan Daerah Model RB-FEUH B1: Pola Sharing untuk
Individu UMKM Industri Rumahtangga di Sulawesi Selatan

Pembinaan
Dinas Teknis Terkait & BDS

Bimbingan teknis Off Taker

Hulu:Input industri On Home Industry: Hilir: Usaha


Rumahtangga Individu UMKM Penampung Produk
(UMKM) IRT (UMKM)

Kredit: Profit Kredit: Profit-loss sharing Kredit: Profit Loss Sharing


loss sharing
Saham Bank
Pasar
Koordinator Lembaga
Dana Deposito (Profit-Loss Sharing)
Pendana (Donor) di
Tingkat PEMDA KAB/KOT
Provinsi/Kabupaten/kota DAN DPRD II
Saham
Sumber: Hidayat (2006) dan Srihono (2006) dimodifikasi oleh Tim Peneliti.

Gambar 4.3.3d.
Skim Pembiayaan Perbankan Daerah Model RB-FEUH B2: Pola Pembiayaan Langsung untuk Individu
UMKM Industri Rumahtangga di Sulawesi Selatan

Pembinaan
Dinas Teknis Terkait & BDS

Fee max 2% Bimbingan teknis Off Taker


On Home Industry:
Hulu: input Industri Individu UMKM Hilir: Perusahaan
Rumah Tangga Penampung Produk
(UMKM) IRT (UMKM)

Kredit: tingkat Kredit: tingkat bunga Kredit: tingkat bunga pasar


bunga pasar pasar
Saham Bank
Pasar
Koordinator Lembaga
Dana Deposito/Giro (tingkat bunga pasar)
Pendana (Donor) di
Tingkat
Provinsi/Kabupaten/kota PEMDA KAB/KOT
DAN DPRD II
Saham
Sumber: Hidayat (2006) dan Srihono (2006) dimodifikasi oleh Tim Peneliti.

13
Perbedaan skim pembiayaan memperoleh kredit perbankan karena
model RB-FEUH A dan RB-FEUH B alasan persyaratan jaminan.
adalah target pada model RB-FEUH B 3.Akses perolehan permodalan oleh
terakhir ini diarahkan bukan untuk pengusaha UMKM pada umumnya
kelompok pengusaha UMKM di bidang terkendala pada lemahnya sistem
usaha industri rumahtangga, melainkan administrasi keuangan usaha dan
untuk individu mulai dari hulu ke industri kurangnya jaminan yang bankable,
hilir. Perbedaan utama antara model RB- daya saing usaha rendah, dan lemahnya
FEUH B1 (Gambar 4.3.3c) dan RB-FEUH integrasi pembinaan UMKM di
B2 (Gambar 4.3.3d) adalah juga terletak Sulawesi Selatan.
pada penerapan pola penyaluran kredit 4.Proses pelayanan kredit oleh pihak
yang didasarkan pada sistem bagi hasil perbankan di Sul-Sel dilihat dari segi
keuntungan-kerugian dan penerapan rata-rata waktu yang digunakan dalam
tingkat bunga sesuai dengan pasar yang pengurusan kredit tampak cukup baik,
berlaku. karena proses pengurusan kredit
sampai pada pencairan kredit hanya
X. Simpulan memerlukan waktu yang relatif
1.Program dan dana pengembangan singkat.
usaha bagi UMKM di Sulawesi Selatan 5.Asset usaha UMKM di Sulawesi
pada kenyataannya telah cukup Selatan memiliki nilai yang cukup
tersedia. Namun, yang perlu menjadi tinggi untuk mendukung kegiatan
perhatian khusus adalah skim kredit usaha, baik dari segi asset aktiva
yang memungkinkan para pengusaha maupun dari segi sumberdaya manusia.
UMKM dapat mengakses dana tersebut UMKM juga pada umumnya memiliki
secara optimal. izin usaha yang dapat menunjang
2.Penyaluran kredit dari perbankan baik operasional usaha termasuk untuk
bank umum pemerintah maupun bank akses kredit perbankan.
umum swasta memberlakukan skim 6.Tingkat kemacetan kredit bagi UMKM
yang bersifat general terhadap UMKM di Sul-Sel adalah rendah (2-3%). Ini
membuat pengusaha UMKM berarti dugaan bahwa UMKM rentan
mengalami kesulitan dalam terhadap kredit macet tidak tepat,

14
sehingga pelaku usaha UMKM layak Selatan, khususnya dari pemerintah
mendapatkan kepercayaan untuk daerah melalui dinas teknis terkait
memperoleh kredit pengembangan dengan usaha yang dikembangkan
usaha dari pihak perbankan daerah. oleh pengusaha UMKM, perlu
7.Skim pembiayaan yang diterapkan dilakukan secara terintegrasi mulai
selama ini oleh perbankan daerah dari hulu sampai ke hilir.
belum mendorong munculnya inovasi 2. Perbankan daerah perlu diberi
skim pembiayaan bagi UMKM, kewenangan untuk dapat melakukan
sehingga persaingan antar bank pada modifikasi skim pembiayaan yang
pangsa kredit UMKM hanya terletak sesuai dengan kebutuhan UMKM di
pada kapasitas pelayanan yang daerah.
ditentukan oleh luas jaringan yang 3. Pemerintah daerah diharapkan dapat
dimiliki perbankan. membentuk lembaga penjamin kredit
8.Skim pembiayaan perbankan daerah UMKM atau badan usaha sebagai
dengan melibatkan PEMDA atau koordinator dana (donor)
lembaga terkait lainnya masih tampak pengembangan UMKM yang
menjadikan UMKM sebagai salah satu sahamnya dimiliki oleh Pemda,
objek sumber penerimaan PAD dan lembaga donor internasional dan
UMKM ditempatkan bukan sebagai nasional dan UMKM yang sudah
subjek pengembangan. mengalami kemajuan usaha.
9.Salah satu penyebab kurang 4. Skim penyaluran kredit permodalan
optimalnya penyaluran kredit bagi usaha UMKM di Sul-Sel, baik
perbankan daerah bagi UMKM adalah oleh PEMDA dan BUMN melalui
terbatasnya kewenangan perbankan kegiatan Mitra Bina Lingkungan
daerah baik bank umum pemerintah maupun dari lembaga lainnya,
maupun bank umum swasta untuk hendaknya memiliki dimensi aturan
mendesain skim yang sesuai kondisi yang sama dengan program pemberian
kebutuhan UMKM di daerah. kredit murni (komersial) oleh pihak
perbankan daerah. Dengan kata lain,
XI. Rekomendasi Kebijakan skim yang dibuat seharusnya
1. Program pembinaan dan mengarahkan penyaluran dana melalui
pengembangan UMKM di Sulawesi perbankan daerah dengan pola dan

15
pengaturan fee, tingkat bunga serta hulu ke hilir dengan pilihan penerapan
pembinaan yang disepakati bersama sistem bagi hasil keuntungan-kerugian
oleh lembaga yang terlibat dalam skim atau mengikuti tingkat bunga pasar
penyaluran dana. Pemda tampaknya yang berlaku.
perlu membuat suatu kebijakan berupa 7. Pengusaha UMKM perlu
dukungan dalam bentuk SK-Bupati meningkatkan akses dan informasi
atau bahkan PERDA atas berbagai mengenai sumber permodalan
kerjasama antara lembaga sumber terutama dari perbankan daerah.
pendanaan, pembina dan perbankan
daerah sebagai penentu akhir ataupun XII. Penelitian Lanjutan
penyalur dana kredit UMKM. 1. Penelitian lanjutan dengan topik yang
5. Perbankan daerah masih perlu terkait tentang pola pendanaan
menyusun suatu skim penyaluran UMKM sebaiknya melakukan
kredit khusus kepada UMKM dan penelitian dengan tidak sekaligus
tidak menerapkan skim yang seragam menggabung sampel antara usaha
baik antara bidang usaha UMKM mikro, kecil dan menengah.
sendiri maupun dengan bidang/skala 2. Perlu dilakukan penelitian secara
usaha lainnya. Perbankan daerah khusus pada sisi supply dan demand
sebaiknya mampu menyalurkan kredit tentang masalah penyaluran kredit
dengan pola skim berbeda antara bagi UMKM, terutama yang terkait
usaha mikro, kecil dan menengah dengan aspek optimalisasi penyaluran
terutama pada ketiga bidang usaha kredit perbankan daerah bagi
yaitu agribisnis hortikultura, UMKM.
perikanan dan kelautan, dan industri 3. Studi tentang skim pembiayaan
rumahtangga. UMKM dengan fokus pada pola
6. Skim pembiayaan UMKM untuk penjaminan dan atau pembentukan
industri rumahtangga perlu dibedakan badan usaha yang dapat bertindak
dengan bidang usaha agribisnis sebagai koordinator donor
hortikultura dan perikanan/kelautan internasional dan nasional bagi
karena memiliki karakteristik usaha penyediaan dana pengembangan
yang sangat berbeda. Skim yang UMKM tampak menarik untuk
dibuat seharusnya terintegrasi dari dilakukan.

16
XIII. Daftar Pustaka Biro Pusat Statistik Sulawesi Selatan:
Adriani, Ade, dan Ahmad A. Bachri, (2000), Makassar.
“Pengaruh Pembinaan Manajemen UMKM Chun Bin, Y. (1997). An Assessment of
oleh PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Management: Problem of Small Business (A
terhadap Kinerja UMKM di Kalimantan Case Study of Korean Immigrant in the United
Selatan,” Laporan Penelitian, Kerjasama LM- States of America).” Dissertation Abstracts,
FEUNLAM- PT PKT Bontang: Banjarmasin United Stated International University, p. 3135.
Alfonso, D.G. (1992). A Study of The Coleshaw, John, (1989), “Credit Analysis: How to
Characteristic of Succesfull Firm black –ouned Measure and Manage Credit Risk,” Wood head
Enterprises in Dade Country, Florida ( Small Faulkner Limited: England.
Busines). Dissertation Abstracts. Florida Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter
International University, p. 49. Bank Indonesia, (2001), “Credit Crunch di
Andrew, M. M. (1993), Growth and Survival of Indonesia Setelah Krisis,” Bank Indonesia:
Small Southern African Firms. (Small Firms, Jakarta.
Swaziland, Zimbabwe, Lesotho, Botswana, Eales Rob, (1997), “Credit Risk Measurement in
Female Proprietorships) Dissertation Corporate Banking: Theory and Practice,”
Abstracts, Michigan State of University, USA, Reserve Bank of Australia Bank, Supervision
p. 3302. Department
Bachri, Ahmad A., Dkk (2001a), “Penelitian Edward M., Jr. H. (1993), Ownership structure,
Evaluasi dan Monitoring Perkembangan Strategy, and Grouth of Small Firm: an agency
UMKM Mitra Binaan PT. Angkasa Pura I Perspective. Dissertation Abstracts, UK. P.
Bandar Udara Syamsuddin Noor Banjarmasin 1008.
Kalimantan Selatan,” Lapaoran Penelitian, Greene, William H., (2003) “Econometric
Kerjasama LBIM - PT Angkasa Pura I: Analysis,” 5th ed., Prentice Hall: Singapore.
Banjarmasin Hidayat, Agus, (2006), “Skim Pembiayaan bagi
-----------, (2001b), “Evaluasi Pembinaan dan Pengembangan Pertanian dan Perikanan,”
Pengembangan UMKM berbasis Pendekatan Paper Dipresentasikan pada Seminar Regional
Community Development PT. Arutmin dan Diskusi Terfokus, ISEI. Makassar.
Indonesia di Kabupaten Tanah Bumbu ------------ (2006)“Pembangunan Pertanian dan
Kalimantan Selatan,” Laporan Penelitian, Perikanan Sebagai Basis Pengembangan
Kerjasama FEUNLAM- PT Arutmin Ekonomi Kawasan Timur Indonesia,” 12-13
Indonesia, Banjarmasin. April 2006, Hotel Sahid, Makassar.
Bank Indonesia Makassar, (2005), “Statistik Iwantono, Sutrisno, (2003), “Kiat Sukses
Ekonomi-Keuangan Daerah Sulawesi Selatan,” Berwirausaha (Strategi baru Mengelola Usaha
Bank Indonesia Makassar, Makassar. Kecil dan Menengah),” Grasindo: Jakarta.
BAPPENAS, (1999), ”Menatap Kedepan Jeffrey Ray, B. (1997).Entrepreneur Value
Perekonomian Indonesia,” BAPENAS: orientation and characteristics Effect s on
Jakarta. Choice of Organization Strategic and
Berry, A., and B. Levy, (1994), "Indonesia's Small Resulting Successful performance in Auto
and Medium Industrial Exporters and Their Glass Replacement Firms. ( Firm Performance
Support System,” Paper Presented to the Small Business). Dissertation Abstracts, The
Conference 'Can Intervention Work?’ The University of Tenneco, p. 408.
Role of Government in SME Success,' Jhingan, ML, (1999), “Ekonomi Pembangunan dan
Washington DC: World Bank. Perencanaan,” Rajawali Press: Jakarta.
Berry, Albert and Dipak Mazumdar (1991), "Small- John, D.R. (1990), Entrepreneurship, New Firms
Scale Industry in the Asian-Pacific Region," and Regional Development. Dissertation
Asian-Pacific Economic Literature 5(2):35-67. Abstracts, University of Reading, UK, pp. 565.
Biro Kredit Bank Indonesia, (2002), ”Penelitian Johson, O.M. (1991),”Characteristic of
Pola Pembiayaan dalam Rangka Entrepreneurship in Nigerian Industries: The
Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil Pasca started Small. Dissertation Abstracts. Harvard
UU BI No. 23 tahun 1999,” Laporan University, p. 2539.
Penelitian, Bank Indonesia: Jakarta Kamenta, J, (1986), ”Elements of Econometrics,”
BPS, (2000), “Statistik Industry Kecil: Small – 2nd ed., Macmillan Publishing Company: New
Scale Manufacturing Industry Statistics,” Biro York.
Pusat Statistik: Jakarta Kean. R.L , Gaskill, L. leis Ritz, C. Jasper, H.
BPS-Bappeda Sul-Sel, “Sulawesi Selatan Dalam Bastoushoop. L. Jolly and B. Sternquist.
Angka Tahun, Berbagai Terbitan1993-2004, (1998), “Effects of Community Characteristics,
Business Environment, and Competitive

17
Strategies on Rural Retail Business Timur, Majalah Ekonomi, FE-UNAIR:
Performance,” Journal of Small Business, Surabaya
April pp 45-57. Navajas, Ruiz Alvaro, (2001), “Credit Guarantee
Keputusan Bupati Selayar No. 244 tahun 2000 Schemes: Conceptual Frame,” Financial
tentanng Mekanisme Peminjaman Dana System Depelopment Project,
Pemberdayaan Masyarakat GTZ/FONDESIF.
Tani/Nelayan/Industri Kecil pada BPD Cabang Perjanjian Kerjasama antara PEMDA Kota Pare-
Selayar. Pare dengan BPD Sulsel Cabang Pare-Pare No.
Keputusan Bupati Takalar No. 182 tahun 2002 7/KB/VIII/2003; No. KK/01/PR/2003 tentang
Tanggal 8 agustus 2002 Tentang Petunjuk Penyempurnaan Penyaluran Dana Avalis Pola
Teknis Penyaluran KUPERTA TA 2002. Executing dan Chanelling PEMDA Kota Pare-
Kesepakatan Bersama Antara Menteri Koordinator Pare.
Bidang Kesejahteraan Rakyat Selaku Ketua Perjanjian Kerjasama Antara Pemerintah
Komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Kabupaten Gowa dengan BPD Sulsel Cabang
Gubernur Bank Indonesia Tentang Gowa No. 580/034/EKONOMI tentang
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Penyaluran Dana Avalis Pemerintah
Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Kabupaten Gowa.
Mikro, Kecil, dan Menengah Perjanjian Kerjasama Tentang proyek Penyaluran
No.15/KEP/MENKO/KESRA/VI/2005 – No. Dana Penguatan/Pengembangan Modal Usaha
7/31/KEP.GBI/2005 Tanggal 8 Juni 2005. TA 2002, No. 180/111/435.110/2002.
Kesepakatan Bersama antara Yayasan Retnadi, Djoko, (2006), “Arah Penyaluran Kredit
DAMANDIRI, PT BPD Jawa Timur dan Pasca Pakjan BI 2006,” Economic Review No.
Universitas Muhammadiyah Malang, No. 2003, Maret 2006
135/WAK-I/YSDM/X/2002 tentang Robinson, M.S., (2004), ”The Microfinance
Pengembangan dan Pemberdayaan Ekonomi Revolution,” Vol. 1-3 (Sustainable Finance for
Rakyat Sekitar Kampus. the Poor; Lesson from Indonesia; The
Kesepakatan Bersama Pemerintah Kabupaten Emerging Industry, Washington, D.C.: The
Malang dengan PT BPD Jawa Timur Cabang World Bank.
Malang, No. 040/278/KRD-PROGCML/2002 Sardjito, Imam Budi , (2005), “Prospek dan
Lembaga Bina Insan Mandiri (LBIM), (1999), Tantangan Perbankan 2006,” Paper
”Penelitian Profil UMKM di Kalimantan Dipresentasikan pada Seminar Nasional “Arah
Selatan,” Laporan Penelitian, Kerjasama Kebijakan & Prospek Pertumbuhan Ekonomi
LBIM- Dinas Koperarsi dan UKM Provinsi Indonesia 2006” Universitas Hasanuddin-
Kalsel: Banjarmasin Forum Mahasiswa Pascasarjana, 26 Desember,
Levy, Brian, (1993), "Obstacles to Developing 2005: Makassar.
Indigenous Small and Medium Enterprises: An Srihono, Adam, (2006), ”Pengembangan
Empirical Assessment," World Bank Pembiayaan Pertanian dan Perikanan di
Economic Review 7(1). Sulawesi, Maluku, dan Papua,” Paper
--------, (1996) "Successful Small and Medium Dipresentasikan pada Seminar Regional dan
Enterprises and Their Technical and Diskusi Terfokus, ISEI, “Pembangunan
Marketing Support System: A Comparative Pertanian dan Perikanan Sebagai Basis
Analysis of Four Country Studies," Pengembangan Ekonomi Kawasan Timur
Washington DC: World Bank. Indonesia,” 12-13 April 2006, Hotel Sahid,
Manigart, S., (1999), “Start -Up Characteristic and Makassar.
Growth,” De Vlerick School For Management, Sutaryono, Paul, (2005), “Gairah Bank Nasional
University of Ghent. dalam UMKM dan Potensi Resiko
Maupa, Haris, (2004), “Faktor-Faktor Penentu Persaingan,” Economic Review Journal No
Pertumbuhan Usaha Kecil di Sulawesi 200, Juni 2005
Selatan,” Disertasi Doktor Ekonomi, PPS- Syamasuddin,(2006), “Analisis Pengaruh
UNHAS (tidak diterbitkan): Makassar. Karakteritik Individu Terhadap Prilaku
Mc Commick, D. M.N. et. al. (1997), “Growth and Kepemimpinan, Kinerja Bawahan dan
Barriers to Growth among Nairobis: Small and Pertumbuhan Usaha, Disertasi Doktor
Medium Size Garment Producers,” Word Dev. Ekonomi, PPS-UNHAS (tidak diterbitkan):
Vol. 25, No.7 pp. 1095-1110. Makassar.
Tambunan, Tulus T.H, (2002), “Usaha Kecil Dan
Mintaroem, H. Karyadi, (2003), “Analisis Faktor-
Menengah Di Indonesia, Salemba Empat:
Faktor Mempengaruhi Pertumbuhan Industri
Jakarta
Kecil di Wilayah Segi Tiga Industri di Jawa

18
Todaro, M. P., (1995), “Economic Development in Kuala Lumpur, Malaysia, September 1-2,
the Third World,” 3rd ed. Longmen Inc.: New 1997.
York. ----------, (2001), “Technology Policy and SMEs in
Undang-undang No.9 Tahun 1995 Tentang Usaha Indonesia: Reviewing the Economic
Kecil Development Strategy for the Poor”
Untoro, (2004), “Default Risk dan Penjaminan (Kebijakan Teknologi dan SMEs di Indonesia:
Kredit UKM,” Bank Indonesia Working Paper Memahami Strategi Pemberdayaan
WP/01/PPSK/05, Pusat Pendidikan dan Studi Pembangunan Ekonomi Berwawasan
Kebanksentralan, Bank Indonesia: Jakarta. Kerakyatan), Juornal Economic Resources
Warjiyo, Perry, (2004), “Pembiayaan (Forum kajian Ekonomi dan Manajemen yang
Pembangunan Sektor UMKM:Perkembangan Berwawasan Global dan Islam), Pusat Kajian
dan Strategi ke Depan,” Infokop No. 25 Tahun FE-UMI, Vol. II (No. 5/VI/2001): 131-156.
XX, 2004 ----------, (2003), “A Note on ADB’s Consultation
Wee Liang, T. and G. Fong Jok. (2001), “The Workshop Results on SMEs Development in
Determinand of Family Business Growth and EAGA: The Direction of SMEs Financial
Performance in Singapore.” Supports for Sulawesi and Kalimantan Cases,”
Wijewardena, H and G.E Tibbits, (1999), “Factor A Reviewed Paper of the ADB’s Bussiness
Contributing to The Growth of Small Consultant for SMEs (Unpublished), Makassar,
Manufacturing Firms: Data From Australia Indonesia.
Global Perspective,” Journal of Small -------------, (2006), “Pertanian dan Perikanan
Business Development, (April, 1999). Pp. 88- sebagai Basis Pengembangan Ekonomi KTI,”
95. Paper Dipresentasikan pada Seminar Regional
Yunus, M., (1993), “Intra-industry Trade: dan Diskusi Terfokus, ISEI, “Pembangunan
Concepts, Measures, and Patterns (Indonesia, Pertanian dan Perikanan Sebagai Basis
1975-1990),” Unpublished Ph.D. Dissertation, Pengembangan Ekonomi Kawasan Timur
School of Economics, University of the Indonesia,” 12-13 April 2006, Hotel Sahid,
Philippines, Diliman, Quezon City. Makassar.
----------, (1997), “The Aspects of Technological Zhang, (2001), ”Learning Function and Small
Development in Supporting the Promotion of Business Growth,” Management Accounting
Small Medium Enterprises,” A Paper Journal, MCB University Press, Vol. 15 No 26,
Presented in UMKM-Unhas Seminar, pp. 228-231.
Malaysian National University (UMKM),

19

You might also like