Professional Documents
Culture Documents
Makalah Case 12 Jejas
Makalah Case 12 Jejas
case
page 1.
early ini the morning in thecrowded suburd in west jakarta, suddenly a big bang was
heard by the people. The source of the explosion recognized from “rumah makan
padang”. Two woman get hurt by the accident and the kitchen part of the house get
burn heavily. The neighborhood suddenly busy, trying to help the victim. The oldest
woman has more severe injury than the younger woman. The wound includes burn
wound in almost the anterior chest and anterior arm. While the younger woman only
has burn wound in her back.
The victim brought by the neighbor to the hospital for intensive care. The doctor said
that it will need more time for the oldest woman to recover since the grade of her
wound injury is higher than the younger woman. The oldest woman has grade IIIa,
while the younger woman in grade II. A team of doctor will implant graft tissue to help
the wound recover well.
Page 2.
Six months after the accident, both the oldest and the younger woman has already
recovered. But th oldest woman has some scars that still appear in her chest. But,
generally both of the woman has already able to have activities like they used to be.
1
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Terjemahan
Kasus
Halaman 1
“Ledakan LPG”
Saat dini hari di tempat padat pandat penduduk di Jakarta barat, tiba-tiba sebuah
ledakan besar terdengar. Sumber ledakan berasal dari “Rumah Makan Padang”.
Dua wanita terluka akibat kecelakaan ini dan bagian dapur dari rumah tersebut
terbakar. Para tetangga tiba-tiba sibuk, berusaha membantu korban. Wanita yang
lebih tua memiliki luka lebih parah dibandingkan wanita yang lebih muda. Luka bakar
berada pada sebagian besar bagian dada anterior dan lengan anterior. Sedangkan
wanita yang lebih muda hanya terbakar pada bagian punggung.
Korban dibawa oleh tetangganya ke rumah sakit untuk perawatan intensif. Dokter
mengatakan bahwa ini akan membutuhkan lebih banyak waktu bagi wanita yang
lebih tua untuk pulih karena grade cederanya lebih tinggi dari pada wanita yang lebih
muda. Wanita yang lebih tua telah berada pada grade IIIa, sedangkan wanita yang
lebih muda berada pada grade IIa. Tim dokter akan mengimplan jaringan untuk
membantu penyembuhan luka dengan baik.
Halaman 2
Enam bulan setelah kecelakaan,baik wanita yang lebih tua dan wanita yang lebih
muda sudah pulih. Tetapi wanita yang lebih tua memiliki bekas luka yang masih
berbekas di dadanya. Tetapi, pada umumnya kedua wanita tersebut sudah dapat
melakukan kegiatan seperti dulu lagi.
2
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Jejas/cedera sel
Definisi
Ketidakmampuan sel untuk beradaptasi terhadap faktor endogen dan eksogen yang
mempengaruhinya.
Etiologi
Endogen
1. Defek genetik dapat menyebabkan perubahan patologis yang mencolok
maupun tidak terlihat.
2. Reaksi imun walaupun sistem imun berperan dalam proteksi tubuh
melawan benda asing, reaksi yang disengaja maupun tidak, dapat
menyebabkan jejas sel dan jaringan. Contohnya hilangnya toleransi dengan
respon terhadap antigen sendiri
3. Penuaan penuaan sel intrinsik menimbulkan perubahan kemampuan
perbaikan dan replikasi sel dan jaringan. Semua itu menyebabkan penurunan
kemampuan respon terhadap rangsang dan cedera eksogen
4. Hormonal ketidakseimbangan hormon yang diproduksi tubuh sangat
berkaitan dengan metabolisme tubuh. Contohnya jika terjadi defisiensi
insulin, sel tidak dapat mengolah glukosa akibatnya terjadi kelebihan glukosa
dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan jejas sel karena sel sebanarnya
membutuhkan glukosa tersebut tetapi sel itu sendiri tidak dapat
menggunakannya. Akibatnya sel kekurangan nutrisi
Eksogen
1. Deprivasi Oksigen hipoksia merupakan penyebab cedera sel tersering
dan terpenting serta dapat mengakibatkan kematian. Hipoksia dapat
mengakibatkan metabolisme oksidatif terganggu. Hipoksia berbeda dengan
iskemia. Tetapi iskemia merupakan penyebab tersering hipoksia. Oksigenasi
darah juga salah satu penyebab hipoksia
3
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
2. Agen Kimia semua bahan kimia, yang tidak berbahaya sekalipun, dapat
menyebabkan jejas. Contohnya glukosa. Jika terkonsentrasi terlalu banyak
akan mengganggu keseimbangan osmotik sehingga mengakibatkan cedera
sel. Racun dapat menyebabkan kerusakan serius dengan mengubah
permeabilitas membran, homeostasis osmotik, atau keutuhan enzim dan
kofaktor dan dapat berakhir dengan kematian seluruh organ. Bahkan obat
terapeutik dapat menyebabkan jejas sel pada pasien yang rentan
3. Agen Infeksius berkisar dari virus hingga cacing pita dapat menyebabkan
cedera sel.
4. Agen Fisik trauma, temperatur yang ekstrem, radiasi, syok elektrik
memiliki efek dengan kisaran luas pada sel
5. Ketidakseimbangan Nutrisi defisiensi nutrisi merupakan penyebab utama
jejas sel. Ironisnya nutrisi yang berlebihan juga merupakan penyebab penting
morbiditas dan mortalitas.
4
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Iskemia dipastikan merupakan tipe jejas sel yang paling sering terjadi dalam
kedokteran klinis, secara khas terjadi karena berkurangnya aliran darah pada
pembukuh darah jaringan tertentu. Berlawanan dengan hipoksia, pembentukan
energi glikolitik dapat berlanjut, iskemia juga menggangu pengiriman substrat untuk
glikolisis. Akibatnya, pembentukan energi anaerob juga berhenti di jaringan yang
iskemik setelah substrat potensialnya mengalami kelelahan atau jika glikolisis
dihambat oleh akumulasi metabolit yang normalnya akan dibuang melalui aliran
darah. Konsekuensinya, iskemia mencederai jaringan lebih cepat dibandingkan
hipoksia.
Efek pertama hipoksia adalah pada respirasi aerobik sel, yaitu fosforilasi oksidatif
oleh mitokondria; sebagai akibat penurunan tegangan oksigen, pembentukan ATP
intrasel jelas berkurang. Hasil deplesi ATP mempunyai efek luas pada banyak sistem
dalam sel.
5
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Jejas sel yang diinduksi radikal bebas, terutam yang diinduksi spesies oksigen
diaktivasi, merupakan mekanisme penting kerusakan sel. Kerusakan radikal bebas
juga mendasari cedera zat kimia dan radiasi, toksistas oksigen dan zat lain, penuaan
selular, pembunuhan mikroba oleh sel fagositosis, kerusakan sel radang, dekstruksi
tumor oleh makrofag, dan proses cedera sel lainnya.
Radikal bebas merupakan spesies kimiawi dengan satu elektron tak berpasangan di
orbital terluar. Keadaan kimiawi tersebut sangat tidak stabil dan mudah bereaksi
dengan zat kimia organik atau anorganik; saat dibentuk dalam sel, radikal bebas
segera menyerang dan mendegradasi asam nukleat serta berbagai molekul
membran. Selain itu, radikal bebas menginisiasi reaksi autokatalitik; sebaliknya,
molekul yang bereaksi dengan radikal bebas diubah menjadi radikal bebas, semakin
memperbanyak rantai kerusakan.
Reaksi redoks yang terjadi selama proses fisiologis normal. Selama respirasi
normal, misalnya, oksigen molekular secara bertahap direduksi dalam
mitokondria dengan penambahan 4 elektron untuk menghasilkan air. Pada
proses ini, sejumlah kecil spesies intermedia toksik dibentuk; termasuk radikal
superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan OH’. Selanjutnya beberapa
oksidase intrasel (seperti xantin oksidase) membentuk radikal superoksida
sebagai akibat langsung aktivitasnya. Logam transisi, seperti tembaga (Cu)
dan zat besi (Fe) jugam menerima atau mendonor elektro bebas selama
reaksi intrasel tertentu sehingga mengatalisi pembentukan radikal bebas,
6
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
seperti pada reaksi Fenton. Oleh karena sebagian besar zat besi bebas
intrasel dalam bentuk Ferri (Fe+++), pertama-tama zat besi harus direduksi
menjadi bentuk ferro (Fe++) untuk berpartisipasi dalam reaksi Fenton. Tahap
reduksi ini dikatalisis oleh ion superoksida sehingga zat besi dan superoksida
bersinergi untuk memperoleh cedera sel oksidatif maksimal.
Nitrit oksida (NO) merupakan mediator kimiawi penting yang normalnya
disintesis oleh berbagai tipe sel, yang dapat berperan sebagai radikal bebas
atau dapat diubah menjadi spesies nitrit yang sangat reaktif.
Penyerapan energi radian. Radiasi pengion dapat menghidrolisis air menjadi
gugus hidroksil (OH’) dan radikal bebas hidrogen (H’).
Metabolisme enzimatik zat kimia eksogen (misalnya karbon tetraklorida).
Tiga reaksi yang paling relevan dengan jejas sel yang diperantarai radikal bebas:
Peroksidasi lipid membran. Ikatan ganda pada lemak tak jenuh membran
mudah terkena serangan radikal bebas berasal dari oksigen. Interaksi radikal
lemak menghasilkan peroksida, yang tidak stabil dan reaktif, dan terjadi reaksi
rantai autokatalitik.
Fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas dengan timin pada DNA mitokondria
dan nuklear menimbulkan rusaknya untai tunggal. Kerusakan DNA tersebut
telah memberikan implikasi pada pembunuhan sel dan perubahan sel menjadi
ganas.
Ikatan silang protein. Radikal bebas mencetuskan ikatan silang protein yang
diperantarai sulfhidril, menyebabkan peningkatan kecepatan degradasi atau
hilangnya aktivitas enzimatik. Reaksi radikal bebas juga bisa secara langsung
menyebabkan fragmentasi polipeptida.
Selain merupakan akibat jejas kimiawi dan radiasi, pembentukan radikal bebas juga
merupakan bagian normal respirasi dan aktivitas selular rutin lainnya, termasuk
pertahanan mikroba. Untungnya, radikal bebas memang tidak stabil, dan umumnya
rusak secara spontan; misalnya superoksida, sangat cepat rusak dengan adanya air
yang masuk kedalam oksigen dan hidrogen peroksida. Naumn, sel juga membentuk
beberapa sistem untuk menonaktifkan radikal bebas.
7
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Glutation (GSH) peroksidase juga melindungi sel agar tidak mengalami jejas
dengan mengatalisis perusakan radikal bebas. Rasio intrasel glutation
teroksidase (GSSG) menjadi glutation tereduksi (GSH) merupakam refleksi
status oksidasi sel dan aspek penting kemampuan sel untuk mengatabolisme
radikal bebas.
Katalase terdapat dalam peroksisom, langsung mendegradasi hidrogen
peroksida.
Antioksidan endogen atau eksogen juga dapat menghambat pembentukan
radikal bebas atau memulung radikal bebas ketika selesai dibentuk.
Meskipun zat besi dan tembaga yang diionisasi bebas dapat mengatalisis
pembentukan spesies oksigen reaktif, unsur tersebut biasanya diasingkan
oleh cadangan dan/ atau protein transpor.
8
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Cedera Kimiawi
Zat kimia menginduksi jejas sel dengan salah satu dari dua mekanisme umum
berikut ini:
Beberapa zat kimia bekerja secara langsung dengan cara bergabung dengan
komponen molekular kritis atau organel selular. Misalnya pada keracunan
merkuri klorida, merkuri berikatan dengan gugus sulfhidril berbagai protein
membran sel, menyebabkan inhibisi transpor yang bergantung ATPase dan
meningkatkan permeabilitas membran. Banyak agen kemoterapuetik
antineoplastik dan antibiotik juga menginduksi kerusakan sel dengan efek
sitotoksik yang serupa. Pada kondisi ini, kerusakan terbesar tertahan oleh sel
9
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Keparahan atau durasi jejas yang terbatas memungkinkan sel dan jaringan ke
kondisi normal semula. Yang sama pentingnya pada keseimbangan ketahanan hidup
adalah kemampuan sel yang mengalami jejas dapat berespons dan beradaptasi
terhadap jejas.
10
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Kerusakan reversible :
Dua pola perubahan morfologik yang berkaitan dengan jejas reversible dapat
dikenali dengan mikroskop cahaya; pembengkakan sel dan degenerasi lemak
(perlemakan)
11
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
3. Nekrosis kaseosa
- Bentuk khas yang didapatkan pada infeksi kuman TBC
- Secara makroskopik : warna putih kuning dan menyerupai keju
(perkejuan)
12
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
5. Nekrosis gangrenosa
Latin : gangreana, yunani : gangraina = luka yang berakhir dengan
kematian saraf
13
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
4. delesi set T autoreaktif di timus (95% timosit mati dalam timus selama
proses maturasi)
- kematian sel dari limfosit yang kekurangan sitoksin
- kematian sel yang di induksi oleh sel T sitotoksik.
5. berbagai rangsang jejas ringan.
(panas, radiasi, bahan sitotosik) menyebabkan kerusakan DNA
yang tidak dapat diperbaiki.
14
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
- Morfologi :
Dengan mikroskopik elektron nampak :
1. sel mengkerut : sel lebih kecil, sitoplasma padat.
2. kromatin menggumpal yang merupakan gambaran khas dari apoptosis
3. pembentukan tonjolan sitoplasma dan benda apoptotik oleh sel – sel
sehat disekelilingnya.
- Gambaran secara mikroskopik :
Jaringan diwarnai dengan HE
Apoptosis nampak mengenai satu sel atau segerombolan sel
Sel apoptosis tampak sebagai masa bulat atau lonjong dengan sitoplasma
eosinofilik dengan kromatin nukleus yang padat
Apoptosis tidak menimbulkan reaksi radang
Katabolisme Lisosomal
Lisosomal primer adalah organela intrasel yang dilapisi membran yang
mengandung beragam enzim hidrolitik , lisosom berfusi dengan
vakuola yang birisi material yang berfungsi sebagai pencerna
pembentuk lisosom sekunder , atau fagolisosom . lisosom terlibat
dalam pemecahan material yang dicerna melalui satu daru dua cara
yaitu , heterofagi atau autofagi.
Heterofagi
Material dari lingkuangan eksterna diambil melalui suatu proses
yang secara umum disebut endositosis . pengambilan material
yang berukuran lebih besar disebut fagositosis sedangkan
pengambilan makromolekul yang dapat larut yang lebih kecil
dinamakan pinositosis . vakuola yang mengalami endosotosis
dan isinya , akhirnya berfusi dengan lisosom, menyebabkan
degradasi material yang dapat ditelan . heterofagi merupakan
15
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
16
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Perubahan mitokondrial
Disfungsi mitokondrial berperan penting pada jejas sel akut dan
kematian sel . namun , pada beberapa kondisi patologik nonletal terjadi
berbagai perubahan jumlah , ukuran , bentuk , dan barangkali juga bias
terjadi perubahan fungsi mitokondria .
Abnormalitas sitoskeletal
Sitoskeletal mengandung filamen aktin dan myosin , mikrotubulus , dan
berbagai kelas filamen intermedia . beberapa bentuk nonfilamentosa
dan nonpolimerisasi pada protein kontraktil juga berperan pada
perancah selular .sitoskeleton penting untuk
Transport intraselular organel dan molekul
Mempertahankan arsitektur sel dasar
Membawa sinyal sel-sel dan sel-matrik ektrasel menuju
nucleus
Kekuatan mekanis untuk keutuhan jaringan
Mobilias sel
Fagositosis
Intinya, hipertrofi dan autrofi selular mengharuskan terjadi
penambahan atau pengurangan unsure sitoskeletal.
17
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Akumulasi intrasel
Terdapat tiga jalaur umum yang selnya dapat menambah akumulasi intrasel
abnormal.
18
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Perlemakan (steatosis)
Perlemakan menunjukan setiap akumulasi abnormal trigliserida
dalam sel parenkim . walaupun perlemakan merupakan indicator jejas yang
reversible , kadang-kadang perlemakan ditemukan dalam sel yang
berdekatan dengan sel yang mengalami nekrosis . perlemakan sering terlihat
di hati karena merupakan organ utama yang terlibat dalam metabolisme
lemak, tetapi juga dapat terjadi di jantung , otot rangka , ginjal , dan organ lain
.
19
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Protein
Secara morfologis , akumulasi protein yang terlihat lebih jarang terjadi
dibandingksn skumulsdi lipid . akumulasi protein dapat terjadi karena
kelebihan protein disajikan pada sel atau karena sel menyintesis
protein dalam jumlah yang berlebihan .
Glikogen
Deposit glikogen intrasel yang berlebih disebabkan oleh abnormalitas
metabolisme glukosa atau glikogen .
Pigmen
Pigmen merupakan substansi berwarna yang bersifat eksogen ,
berasal dari luar tubuh , atau endogen , disintesis dalam tubuh sendiri .
terdapat dua jenis pigmen yaitu pigmen eksogen dan pigmen endogen
Kalsifikasi Patologi
Kalsifikasi Distrofik
Perubahan ini dijumpai di daerah-daerah nekrosis koagulatif. Apapun tempat
pengendapan garam, kalsium tampak makroskopik sebagai endapan halus,
bergranula atau endapan putih, sering traba kasar. Secara histologis,
kalsifikasi dapat sebagai endapan basofilia intraseluler atau ekstraseluler,
atau keduanya. Sewaktu-waktu dapat dibentuk tulang heterotopik pada fokus
kalsifikasi.
20
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
21
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Adaptasi Sel
Sel sel beradaptasi dengan perubahan lingkungan mikronya. Fungsi dan morfologi
sel normal tidak berada dalam keadaan kaku, tetapi mengikuti perubahan struktur
dan fungsi cairan yang merupakan perubahan tantangan hidup. Berikut adalah
bentuk-bentuk adaptasi sel terhadap stimuli yang terkenanya:
1. Atrofi
atrofi adalah pengisutan ukuran sel akibat kehilangan bahan sel. Keadaan ini
merupakan bentuk dari adaptasi. Penyebab atrofi yang jelas adalah
berkurangnya beban kerja, hilangnya persarafan, berkurangnya pembekalan
darah, nutrisi yang tidak memadai dan hilangnya rangsangan hormone. Sel
yang mengalami atrofi mengandung sedikit mitokondria dan mikrofilamen
serta pengurangan retikulum endoplasma.
2. Hipertrofi
Hipertrofi menyatakan peningkatan ukuran sel dan perubahan ini,
meningkatkan ukuran alat tubuh. Hipertrofi dapat disebabkan oleh kenaikan
tantangan fungsi atau rangsangan hormone khas dan dapat terjadi dalam
keadaan fisiologi dan patologi. Misalnya pada pertumbuhan fisiologi uterus
semasa kehamilan melibatkan hipertrofi dan hyperplasia. Hipertrofi sel
dirangsang oleh hormone ekstrogen melalui reseptor-reseptor otot polos,
yang member interaksi hormone dengan DNA inti, akhirnya mengakibatkan
kenaikan sintesis protein otot polos dan penambahan ukuran sel. Hipertrofi
fisiologi ini kemudian dipengaruhi oleh rangsangan hormon. Hipertrofi sebagai
reaksi penyesuaian dinyatakan oleh pembesaran sel. . pada jantung,
rangsangannya ialah tekanan darah tinggi; pada tulang rangka, kerja berat.
Terdapat sintesis enzim dan filamen yang meningkat, mencapai
keseimbangan antara tantangan dan kemampuan fungsi sel. Jumlah
miofilamen yang bertambah menyebabkan beban kerja meningkat dengan
kadar aktivitas metabolik per unt volume sel tidak berbeda dari yang berasal
sel normal.
22
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
3. Hiperplasia
Hiperplasia ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan
atau alat tubuh. Hiperplasia hanya dapat terjadi pada jajringan atau alat tubuh
yang tersussun oleh sel yang memiliki kemampuan membelah secara mitosis
dalam masa pasca embrionik. Jaringan dan alat tubuh yang mengalami
hiperplasia memiliki sel lebih banyak daalm ukuran yang normal, jadi
penambahan vulome yang disebabkan oleh hiperplasi tidak dapat dibedakan
secara makroskopik dengan penambahan volume yang disebabkan hipertrofi.
Hipertrofi dan hiperplasi dapat terjadi secara bersamaan sebagai respon
terhadap stimulus yang sama, pada jaringan yang terdiri dari sel yang
memiliki kemampuuan membelah.
Hiperplasi dapat terjadi dalam keadaan fisiologi maupun patologi. Hiperplasi
fisiologi dapat dibedakan jenis hormonal dan jenis kompensasi. Hiperplasi
hormonal tampak jelas pada proliferasi kelenjar payudara wanita semasa
pubertas dan selama kehamilan laktasi; juga pada sel otot polos uterus hamil
yang mengalami hiperplasi dan juga hipertrofi sebagai jawaban atas
peningkatan kadar steroid ovarium yang beredar dalam darah selama masa
kehamilan. Hiperplasi terkompensasi tampak pada ginjal yang tersisa bila
ginjal sebelah diangkat atau rusak karena penyakit. Pembesaran ginjal adalah
akibat bertambah ukuran tiap-tiap nefron yang terutama disebabkan oleh
hiperplasi sel epitel tubulus dan pembesaran glomelurus.
Contoh hiperplasi patologik ialah hiperplasi endometrium, hiperplasi tiroid dan
hipperplasi epidermis. Hiperplasi endometrium biasanya merupakan akibat
stimulus estrogen yang berlebihan, yang dapat disebabkan oleh disfungsi
ovarium dengan ketidakseimbangan antara sintesis estrogen dan
progesteron, neoplasma ovarium yang memproduksi estrogen atau
pemakaian obat-obat estrogenik dalam jangka waktu lama. Hiperplasi tiroid
dijumpai pada hipertiroidisme primer yang juga dikenal sebagai penyakit
Graves. Hiperplasi epidermis terlihat pada iritasi kronik atau lecet kulit dan
pada kulit yang meliputi suatu kalus. Semua bentuk hiperplasi patologik ini
juga merupakan proliferasi yang masih terkendali, yang akan berhenti bila
stimulus pencetusnya menghilang, jadi sebagai tanggapan terhadap kendali
pertumbuhan normal.
4. Metaplasia
23
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
24
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Apabila jaringan cedera misalnya karena terbakar, teriris atau karena infeksi
kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan
agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas.
Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau
diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut radang (Rukmono, 1973).
Agen yang dapat menyebabkan cedera pada jaringan, yang kemudian diikuti
oleh radang adalah kuman (mikroorganisme), benda (pisau, peluru, dsb.), suhu
(panas atau dingin), berbagai jenis sinar (sinar X atau sinar ultraviolet), listrik, zat-zat
kimia, dan lain-lain. Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini
menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera
jaringan berupa degenerasi (kemunduran) atau nekrosis (kematian) jaringan,
pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler, terkumpulnya cairan dan
sel (cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan) pada tempat radang yang disertai
oleh proliferasi sel jaringan makrofag dan fibroblas, terjadinya proses fagositosis,
dan terjadinya perubahan-perubahan imunologik (Rukmono, 1973).
25
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan berbagai
substansi hormonal yang disebut limfokin yang dilepaskan oleh sel T yang
tersensitisasi (Guyton & Hall, 1997).
26
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
jaringan interstitial. Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah
peradangan disebut eksudat meradang (Abrams, 1995; Rukmono, 1973).
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland,
2002). Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi
belum diketahui secara mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang
meradang (Abrams, 1995).
Mekanisme radang
1. Radang akut
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang
didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan
berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan
nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu
perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari
leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan
meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh
darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan
sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan
emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera (Mitchell & Cotran,
2003).
Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului
oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran
darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya
anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca
kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian,
mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali
pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada
tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan
intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah
27
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di
atas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah
putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan
permeabilitas vaskuler (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskular sebagai
akibat aliran darah lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya (Robbins & Kumar, 1995).
28
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar
dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-
sel endotel. Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi
leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel
endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan nyata (Robbins & Kumar, 1995).
29
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel,
berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada
vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom.
Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap,
granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan
isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian besar
mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh
fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa
organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit (Robbins & Kumar, 1995).
30
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Inflamasi Kronik
Inflamasi kronik dapat berkembang menjadi inflamasi akut. Perubahan ini ketika
respons akut tidak teratasi Karena agen cedera yang menetap atau karena
gangguan proses penyembuhan normal. Kemungkinan lain, beberapa bentuk jejas
(misal infeksi virus) menimbulkan respons, yaitu inflamasi kronik yang pada
dasarnya terjadi sejak awal. Walaupun agen berbahaya yang memerantarai
inflamasi bisa kurang berbahaya disbanding agen yang menyebabkan inflamasi
akut, seluruh kegagalan untuk memperbaiki proses itu dapat menyebabkan cedera
yang pada dasarnya berlangsung kebih lama.
Infeksi virus. Infeksi intrasel apapun secara khusus memerlukan limfosit (dan
makrofag) untuk mengidentifikasi dan mengeradikasi sel yang terinfeksi.
Infeksi mikroba persisten, sebagian besar ditandai dengan adanya serangkaian
mikroorganisme terpilih, termasuk mikobabkterium (basilus tuberkel),
treponema pallidum (organism penyebab sifilis), dan fungus tertentu.
Organisme ini memiliki patogenitas langsung yang lemah, tetapi secara khusus
dapat menimbulkan respon imun yang disebut hipersensitivitas lambat, yang
bisa berpuncak pada suatu reaksi granulomaltosa
Pajanan yang lama terhadap agen yang berpotensi toksik. Contohnya adalah
material eksogen yang tidak dapat didegradasi seperti partikel silica
terinhaslasi, yang dapat menginduksi respons radang kronik pada paru, dan
agen endogen seperti komponen lipid plasma yang meningkat secara kronik,
yang berperan dalam aterosklerosis.
Penyakit autoimun, seorang mengalami respons imun terhadap antigen dan
jaringan tubuhnya sendiri. Karena antigen yang bertanggung jawab sebagian
besar diperbaharui secara konstan, terjadi reaksi imun terhadap dirinya sendiri
yang berlangsung terus menerus (misalnya, arthritis rheumatoid atau sklerosis
multiple.
32
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Makrofag
33
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Protease asam dan protease netral. Juga terlibat sebagai mediator kerusakan
jaringan pada inflamasi akut. Enzim lain, seperti activator plasminogen, sangat
memperkuat pembentukan zat proinflamasi.
Komponen-komponen dan factor koagulasi. Walaupun hepatosit merupakan
sumber utama protein ini di dalam plasma, makrofag teraktivasi dapat
melepaskan protein ini dalam jumlah ynag bermakna secara local ke dalam
matriks ekstraselular. Komponen ini, meliputi protein komplemen C1 sampai
C5; properdin; factor koagulasi V dan VIII; dan factor jaringan.
Spesies oksigen reaktif dan NO
Metabolit AA(eikosananoid)
Sitokin, seperti IL-1 dan TNF, serta berbagai factor
pertumbuhan yang mempengaruhi proliferasi sel
otot polos dan fibroblast, serta produksi matriks
ekstraselular.
34
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Limfosit
Hasil akhirnya adalah adanya suatu focus radang, yaitu tempat makrofag dan sel T
secara persisten dapat saling merangsang satu sam alian sampai antigen pemicu
hilang, atau terjadi beberapa proses pengaturan.
35
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Sel Plasma
Eosinofil
36
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Sel Mast
Inflamasi Granulomatosa
37
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
MORFOLOGI
INFLAMASI SEROSA. Radang ini ditandai dengan keluarnya cairan yang berair
relatif sedikit protein (efusi) yang-bergantung pada tempat jejas-dibentuk dari serum
ataupun dari sekresi sel mesotelium yang melapisi ronggaperitoneum, rongga
pleura, dan rongga perikard. Lepuh pada kulit yang berasal dari infeksi karena luka
bakar atau virus merupakan contoh yang baik dari efulsi serosa, yang terakumulasi
didalam ataupun serta-merta dibawah epidermis kulit.
INFLAMASI FIBRINOSA. Radang ini terjadi akibat jejas yang lebih berat, yang
dengan permeabilitas vaskularnya yang lebih besar memungkinkan molekul yang
lebih besar (khususnya fibrinogen) dapat melewati barier endotel. Secara histologis,
akumulasi anyaman filamen eosinofilik, atau terkadang merupakan koagulum amorf.
Eksudat fibrinosa dapat didegenerasi melalui fibrinolisis, dan debris yang
terakumulasi dan dapat disingkirkan oleh makrofag sehingga menyebabkan
perbaikan pada struktur jaringan normal(resolusi). Namun, kegagalan menyingkirkan
38
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Pireksia
Sel netrofil dan sel makrofag menghasilkan zat pirogen yang mengakibatkan
suhu meningkat pada pusat pengatur suhu di hipotalamus. Pengeluaran zat
pirogen tersebut dipacu oleh adanya fagositosis, endotoksin, dan kompleks
imun.
Keadaan Umum
Terjadi malaise, anoreksia, dan mual.
Berat Badan Menurun
Penurunan berat badan terjadi karena keseimbangan nitrogen negatif.
39
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
Jejas jaringan berat menetap yang diseratai kerusakan pada sel parenkim dan
kerangka stroma menimbulkan suatu keadaan pemulihan yang tidak dapat
dilaksanakan melalui regenerasi parenkim saja.
Dalam kondisi seperti ini, pemulihan terjadi melalui sel parenkim non regeneratif
jaringan ikat. Terdapat 4 komponen:
Angiogenesis
Pembuluh darah dibangun menjadi 2 proses;
Vaskulogenesis: jaringan pembuluh darah yang primitifnya dibentuk dari
angioblas(prekursor sel endotel)
40
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
41
[KERUSAKAN, KEMATIAN DAN ADAPTASI SEL] 2011
42