You are on page 1of 13

ANALISA PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI CELANA NIKE STYLE X

BERDASARKAN PENGUKURAN WAKTU BAKU PADA PT. XYZ

Benny Winandri, M.Sc, MM

ABSTRAK: PT. XYZ adalah industri yang memproduksi pakaian jadi. Seperti umumnya
perusahaan – perusahaan lain yang menginginkan kemajuan dan kesuksesan dalam persaingan di
dunia industri pakaian jadi, PT. XYZ selalu meningkatkan efisiensi dengan cara menekan biaya
produksi tanpa mengesampingkan kepuasan pelanggan serta perusahaan selalu melakukan
perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) disemua bagian atau departemen sehingga
dapat menguntungkan perusahaan. Permasalahan yang sering timbul adalah rendahnya
kemampuan lintasan dalam menghasilkan output yang berakibat tidak tercapainya target produksi
yang telah direncanakan. Untuk mengatasinya perlu dilakukan penyeimbangan lintasan dengan
menggunakan metode keseimbangan lintasan, seperti metode bobot posisi, metode pembebanan
berurut, dan metode pendekatan wilayah. Penyeimbangan lintasan sangat penting diterapkan
dalam lintasan produksi, khususnya pada perusahaan pakaian jadi yang memproduksi produk
masal. Dengan adanya penyeimbangan lintasan, diharapkan lintasan dapat lebih terkendali
sehingga mampu menghasilkan output sesuai dengan target yang direncanakan. Dengan
melakukan penyeimbangan lintasan dapat mengurangi stasiun kerja yang berarti pengurangan
penggunaan sumber daya, tenaga kerja, mesin, listrik dan lain-lain sehingga dapat menekan biaya
produksi. Dari ketiga metode keseimbangan lintasan yang terbaik adalah metode pendekatan
wilayah karena memiliiki efisiensi lintasan kerja tertinggi yaitu 81,66% dan keseimbangan waktu
menganggur terendah, yaitu 18,33% kemudian dibandingkan dengan keseimbangan lintasan pada
kondisi awal, masing-masing 53,77% dan 46,23%. Metode bobot posisi masing-masing 78,74%
dan 21,26%. Berdasarkan metode keseimbangan lintasan yang terpilih, yaitu metode pendekatan
wilayah, maka terjadi perubahan lay out lantai produksi karena berkurangnya stasiun kerja dari 41
stasiun kerja pada kondisi awal menjadi 27 stasiun kerja. Selain itu, dilakukan penyeimbangan
lintasan pola aliran dan juga mengalami perubahan dari bentuk zig zag pada lay out awal menjadi
bentuk U. Hal ini menyebabkan gerakan melangkah menjadi minimum dan waktu hilang akibat
transportasi dapat ditekan.

Kata kunci : Keseimbangan Lintasan

1. PENDAHULUAN lintasan merupakan metode yang


dipergunakan untuk memperoleh suatu arus
PT. XYZ adalah perusahaan manufaktur di produksi yang lancar guna meningkatkan
bidang garment, dimana salah satu kunci efisiensi penggunaan fasilitas, tenaga kerja,
keberhasilannya terletak pada lancar atau dan peralatan melalui penyeimbangan waktu
tidaknya aliran produksi. Untuk mengetahui kerja antar proses. Keseimbangan lintasan
aliran produksi berjalan lancar atau tidak, dilakukan dengan menggabungkan beberapa
dapat diketahui dengan melihat kemampuan proses yang ada dalam satu line produksi ke
lintasan tersebut dalam menghasilkan output dalam satu stasiun kerja. Waktu yang
apakah dapat memenuhi target produksi atau dibolehkan untuk menyelesaikan elemen
tidak. pekerjaan itu ditentukan oleh kecepatan
lintas perakitan. Kecepatan semua stasiun
kerja dalam melakukan elemen pekerjaan
Keseimbangan lintasan erat hubungannya sebisa mungkin sama. Bila waktu siklus
dengan produksi massal. Keseimbangan
1
suatu stasiun kerja dibawah waktu siklus Jadi, pengertian sistem produksi berdasarkan
idealnya, maka stasiun tersebut memiliki penggabungan kedua kata tersebut diatas
waktu menganggur. Pada akhirnya, menurut Nasution (2006) dapat diartikan
keseimbangan lintasan bertujuan untuk sebagai: “Sistem produksi merupakan
meminimasi waktu menganggur yang kumpulan dari subsistem-subsistem yang
dimiliki stasiun kerja sehingga didapat saling berinteraksi dengan tujuan
efisiensi lintasan yang tinggi. mentransformasi input produksi menjadi
output produksi.”
2. LANDASAN TEORI
Sedangkan menurut Buffa (1994),sistem
Penyeimbangan lintasan dirasakan sangat produksi adalah: “Wahana yang dipakai
penting untuk diterapkan dalam lintasan dalam mengubah masukan-masukan (input)
produksi, khususnya pada perusahaan sumber daya untuk menciptakan barang dan
garmen yang memproduksi produk massal. jasa yang bermanfaat.”
Karena pada umumnya, permasalahan yang
sering timbul pada perusahaan garmen Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut,
adalah tidak tercapainya target produksi yang maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
direncanakan dalam waktu tertentu. dari sistem produksi adalah kumpulan dari
Akibatnya, perusahaan perlu mengadakan subsistem-subsistem yang saling berinteraksi
upaya untuk tetap memenuhi keinginan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
pelanggan tepat pada waktunya, seperti mempunyai nilai tambah dan bermanfaat.
penambahan sumber daya sehhingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya
2. 1 Uji Kenormalan Data
tambahan.
Uji kenormalan data dilakukan untuk
Dengan adanya penyeimbangan lintasan, mengetahui apakah waktu siklus yang
diharapkan lintasan dapat lebih terkendali diperoleh dari hasil pengukuran dari masing-
sehingga mampu menghasilkan output sesuai masing elemen pekerjaan terdistribusi secara
dengan target yang direncanakan. normal atau tidak. Dalam penelitian kali ini,
Diharapkan pula dapat mengurangi jumlah digunakan program SPSS 12 One Sampel
stasiun kerja yang berarti pengurangan Kolmogorov-Smirnov Test untuk melakukan
penggunaan sumber daya, seperti tenaga uji kenormalan data. Melalui hasil uji
kerja, mesin, listrik, dan lain-lain sehingga kenormalan data dengan menggunakan One
dapat menekan biaya produksi. Sampel Kolmogorov-Smirnov Test tersebut,
dapat diketahui apakah data yang didapatkan
terdistribusi normal atau tidak. Dan dalam
Sistem produksi terdiri dari 2 kata, yaitu pengujian kenormalan data kali ini
sistem dan produksi. Pengertian sistem diasumsikan bahwa Tingkat Keyakinan 95%
menurut Vincent Gaspersz (2004) adalah
(Z95% = 1.96) dan Tingkat Ketelitian (α)
: “Sistem adalah kelompok elemen yang
berinteraksi atau saling tergantung secara 5% .
teratur yang membentuk satu kesatuan
menuju pencapaian suatu tujuan.” 2.2 Uji Keseragaman Data

Sedangkan pengertian produksi menurut Uji keseragaman data dilakukan untuk


Sritomo Wignjosoebroto (2003) adalah: mengetahui apakah seluruh waktu siklus dari
“Serangkaian aktivitas yang diperlukan masing-masing elemen pekerjaan seragam
untuk mengolah ataupun merubah atau tidak. Keseragaman dari data populasi
sekumpulan masukan (input) menjadi dapat diketahui dengan cara menentukan
sejumlah keluaran (output) yang memiliki Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas
nilai tambah (added value).” Kendali Bawah (BKB) dari
2
masing-masing waktu siklus elemen Keterangan :
pekerjaan. Apabila ada data yang berada di x = Waktu siklus rata-rata (menit)
luar BKA dan BKB, maka data tersebut k = Banyaknya sub grup yang terbentuk σ
dikatakan tidak seragam. Oleh karena itu,
x = Standar deviasi dari waktu siklus
maka perlu dilakukan revisi terhadap nilai
rata-ratanya dengan membuang data yang rata-rata sub grup
berada di luar BKA dan BKB. xi = Waktu siklus ke- i N
= Jumlah data sampel
Untuk melakukan uji keseragaman data,
maka perlu dilakukan langkah-langkah 2.2.3.Menghitung nilai BKA (Batas
sebagai berikut: Kendali Atas) dan BKB (Batas Kendali
Bawah)
2.2.1. Menghitung waktu siklus rata-rata
sub grup ( X ) Nilai BKA dan BKB digunakan untuk
pengeplotan data rata-rata sampel/sub group
(x). Untuk menghitung BKA dan BKB
digunakan rumus sebagai berikut :
X = ∑ (Feigenbaum, 1996)
Xi
k 1.Untuk tingkat keyakinan 68,27%
BKA = X + σ x
Keterangan :
X = Waktu siklus rata-rata (menit) i BKB = X − σ x
= Pengamatan ke-i Maksudnya adalah 68,27% dari semua hasil
k = Banyaknya sub grup yang terbentuk pengukuran dalan distribusi akan terjadi
diantara plus dan minus satu deviasi standar
2.2.2. Menghitung nilai standar deviasi terhadap rata-rata.
sampel (σx).
2.Untuk tingkat keyakinan 95,45%
Standar deviasi sampel (σx) menunjukkan BKA = X + 2 σ x
besarnya penyimpangan yang terjadi antara
data sampel sebenarnya dengan nilai rata- BKB = X − 2 σ x
ratanya. Nilai dari standar deviasi sampel Maksudnya adalah 95,45% dari semua hasil
(σx) digunakan untuk menentukan BKA dan pengukuran dalam distribusi akan terjadi
BKB. Untuk menghitung nilai standar diantara plus dan minus dua deviasi standar
terhadap rata-rata.
deviasi sampel (σx) digunakan rumus sebagai
berikut:
3.Untuk tingkat keyakinan 99,73%
BKA = X + 3σ x
Jika N ≥30 BKB = X − 3σ x
Jika N < 30
Maksudnya adalah 99,73% dari semua hasil
pengukuran dalam distribusi akan terjadi
(x − x)2
=∑
σ diantara plus dan minus satu deviasi standar
i
terhadap rata-rata. Keterangan :
N

σ= ∑(xi − )2 x BKA = Batas Kendali Atas BKB


N −1 = Batas Kendali bawah
X = Waktu siklus rata-rata (menit)
σx = σ σ x = Standar deviasi dari waktu siklus rata-
k
rata sub grup

3
2.2.4 Uji Kecukupan Data Keterangan :
N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya
Uji kecukupan data dilakukan untuk diambil
mengetahui jumlah data (populasi) minimum
dari masing-masing data yang harus diambil N = Jumlah pengamatan untuk elemen kerja
(N’). Apabila jumlah data yang diambil dari diukur
hasil pengukuran (N) masih kurang dari jumlah X = Data waktu siklus (menit) I =
data yang seharusnya diambil (N’>N), maka Pengamatan ke-i
perlu dilakukan pengukuran kembali untuk
mendapatkan jumlah data yang seharusnya Bila pengukur berpendapat bahwa operator
diambil. Jika N’ ∑ N, maka data telah cukup, bekerja di atas normal (terlalu cepat), maka
sebaliknya jika N’ > N maka yang diamati harga p akan lebih besar dari 1 (p > 1),
belum cukup. sebaliknya jika operator dipandang bekerja di
bawah normal, maka harga p lebih kecil dari 1
Untuk menghitung jumlah data (populasi) (p < 1). Seandainya, pengukur berpendapat
minimum yang harus diambil digunakan rumus bahwa operator bekerja dengan wajar, maka
sebagai berikut: harga p sama dengan 1 (p = 1).

1.Apabila tingkat kepercayaan 95% dan


tingkat ketelitian 10%. Jadi tingkat ketelitian Jika pengukuran-pengukuran telah selesai,
10% dan keyakinan 95% memberi arti bahwa yaitu semua data yang didapat memiliki
pengukuran keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya
membolehkan rata–rata hasil pengukurannya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian dan
menyimpang sejauh 10% dari rata–rata keyakinan yang diinginkan, maka selesailah
sebenarnya dan kemungkinan berhasil kegiatan pengukuran waktu. Langkah
mendapatkan hasil ini adalah 95%. selanjutnya adalah mengolah data tersebut
(Wignjosoebroto, Sritomo. 2003) sehingga memberikan waktu standar atau
waktu baku.

N' 
20 N ∑ Xi −  ∑
2 Xi 2
Waktu standar dapat didefinisikan sebagai
waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja
∑ Xi yang memiliki tingkat
kemampuan rata–rata untuk menyelesaikan
2.Apabila tingkat kepercayaan 95% dan suatu pekerjaan. Waktu standar tersebut sudah
tingkat ketelitian 5%. Tingkat ketelitian 5% mencakup kelonggaran waktu (allowances
dan keyakinan 95% memberi arti bahwa time) yang diberikan dengan memperhatikan
pengukuran membolehkan rata– rata hasil situasi dan kondisi pekerjaan yang harus
pengukurannya menyimpang sejauh 5% dari diselesaikan. Untuk mendapatkan waktu
rata–rata sebenarnya dari kemungkinan standar maka terdapat beberapa langkah yang
berhasil mendapatkan hasil ini adalah 95%. harus diikuti : (Sutalaksana, Iftikar Z dkk.
(Sutalaksana, Iftikar Z dkk. 1978) 1978)

2 a.Menghitung waktu siklus rata – rata (Ws) :


∑ Xi −  Xi
2
40 N 2
N'  ∑
Xi
∑ Xi Ws  ∑
N

b.Menghitung faktor penyesuaian (p) :


Faktor penyeuaian  1  p

4
c.Menghitung waktu normal (Wn) : c. Efisiensi stasiun kerja
Wn = Ws × p ∑ti
Efisiensi stasiun ker ja = × 100%
Ws
d.Menghitung waktu baku (Wb) : d. Efisiensi lintasan kerja
Wb = Wn + Wn × A t
Efisiensi l int asan ker ja =
∑ i
× 100%
n × Ws
Keterangan :
X = Data waktu siklus (menit) I =
Pengamatan ke-i Keterangan:
n = Jumlah stasiun kerja
Ws = Waktu siklus (menit) P =
Faktor penyesuaian Wn = Waktu Ws = Waktu stasiun terbesar ∑ti
normal (menit) A = Kelonggaran = Total waktu operasi
i = Data waktu ke-1, 2, 3, ..., n
Wb = Waktu baku (menit)
Metode keseimbangan lintasan perakitan yang
Salah satu aplikasi atau pemanfaatan dari digunakan adalah:
diketemukannya waktu baku adalah guna
menyeimbangkan lintasan produksi (the 1. Metode Bobot Posisi
balancing of production lines). Proses
keseimbangan lintasan pada dasarnya Metode heuristik yang paling awal ialah
merupakan satu hal yang tidak pernah metode bobot posisi. Metode ini diusulkan
mencapai kesempurnaan. Di sini sedikit waktu oleh W. B. Helgeson dan D. P. Birnie. Metode
lebih (extra time) yang lebih dikenal dengan bobot posisi dapat dijelaskan sebagai berikut:
istilah balancing delay tetap harus (Kusuma Hendra, 2001)
ditambahkan pada semua stasiun kerja. Hal ini
tentu saja akan menambah besarnya waktu
baku yang telah dihitung atau ditetapkan. 2. Metode Pembebanan Berurut
Kondisi inilah yang merupakan satu hal yang
merugikan dan yang dijumpai dalam sistem Kelemahan metode bobot posisi diatasi
lintasan perakitan (assembly line).
dengan menggunakan metode pembebanan
berurut

Kriteria yang digunakan dalam keseimbangan 3. Metode Pendekatan Wilayah (Region


lintasan produksi adalah minimum waktu Approach)
menganggur dan
minimum keseimbangan waktu menganggur. Metode ini dikembangkan oleh Bedworth
Adapula yang menggunakan maksimum untuk mengatasi kekurangan metode bobot
efisiensi tetapi pada prinsipnya ketiga hal posisi. Metode ini juga belum mampu
tersebut sama. Secara matematis, ketiga menghasilkan solusi optimal, tetapi sudah
kriteria tersebut dapat dirumuskan sebagai cukup baik dan mendekati optimal. Pada
berikut: (Bedworth, David E, 1982) prinsipnya metode ini berusaha membebankan
terlebih dahulu operasi yang memiliki
tanggung jawab keterdahuluan yang besar.
a. Waktu menganggur Bedworth menyebutkan bahwa kegagalan
Waktu menganggur = n × Ws − ∑ti metode bobot posisi ialah mendahulukan
operasi dengan waktu operasi terbesar daripada
operasi dengan waktu operasi yang tidak
b. Keseimbangan waktu menganggur terlalu besar, tetapi diikuti oleh banyak operasi
n × Ws − lainnya
Keseimbangan Waktu menganggur = ∑t i ×100%
n × Ws

5
Perancangan Tata Letak Fasilitas Kecepa tan l int asan 1,87 menit pieces
(Plant Layout)
Perhitungan kecepatan lintasan pada setiap
Salah satu kegiatan rekayasawan industri yang stasiun kerja adalah 1,87 menit/pieces.
tertua adalah menata letak pabrik dan Perhitungan waktu baku elemen kerja yang
menangani pemindahan bahan. Sejalan dengan terpanjang adalah 1,91 menit/pieces. Maka,
meluasnya pandangan rekayasawan industri ke kecepatan lintasan yang diinginkan stasiun
arah kegiatan fasilitas fisik, kini rekayasawan kerja adalah 1,87 menit/pieces karena masih
menjadi paham bahwa hampir semua kegiatan ada elemen kerja yang belum selesai
yang mempunyai arti akan menuntut fasilitas dikerjakan. Kecepatan lintasan adalah 1,91
fisik. Seringkali fasilitas seperti itu dapat dan menit/pieces.
harus direncanakan serta dirancang mengikuti
prinsip dan aturan yang hampir sama dengan
yang digunakan dalam tata letak pabrik. Keseimbangan Beban Awal

Keseimbangan beban awal adalah


Sehingga perancangan fasilitas merupakan keseimbangan beban kerja aktual operator
salah satu istilah yang penting bagi yang terjadi pada lintasan produksi. Beban
penyusunan unsur fisik. kerja operator disebut efisiensi diartikan
kecepatan yang mampu ditempuh oleh masing-
Adapun definisi perancangan fasilitas menurut masing operator dibagi dengan kecepatan
James M. Apple (1990) adalah: Menganalisis, lintasan yang diinginkan. Keseimbangan beban
membentuk konsep, merancang dan awal
mewujudkan sistem bagi pembuatan barang digunakan untuk menganalisa keseimbangan
dan jasa. lintasan produksi dengan cara membandingkan
keseimbagan beban
3. METODE DAN HASIL
awal dengan metode-metode keseimbangan
lintasan lainnya untuk mengetahui metode
Menentukan Kecepatan Lintasan yang mana yang memiliki efisiensi tertinggi dan
Diinginkan waktu menganggur terendah.

Dalam melakukan perhitungan kecepatan


lintasan yang diinginkan diperlukan data-data,
diantaranya :

Tanggal diproduksi=5 Januari 2013


Tanggal diekspor=12 Februari 2013

Jadi, hari kerja efektif adalah 28 hari. Jam


efektif per hari=8 jam kerja/hari Jumlah pieces
yang diproduksi =7. 197 pieces

Adapun perhitungan kecepatan lintasan yang


diinginkan adalah sebagai berikut :
Waktu yang tersedia
Kecepa tan l int asan  Re
ncana produksi
Kecepa tan l int asan
= 28 hari x 8 jam hari x 60 menit jam
7.197 pieces

6
Adapun grafik beban kerja operatror pada keseimbangan beban awal sebagai berikut:

Grafik Beban Kerja Operator pada Keseimbangan Awal

120.00

100.00

Efisiensi (%) 80.00

60.00 Efisiensi

40.00
20.00

0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41

Stasiun Kerja

Grafik Beban Kerja Operator pada Keseimbangan Beban Awal


Sumber : Data dari perusahaan

Selanjutnya menghitung efisiensi lintasan dan Penyeimbangan Lintasan


waktu menganggur pada lintasan.
Analisa penyeimbangan lintasan dengan
t
Efisiensi l int asan ker ja = ∑ i
×100%
menggunakan tiga metode keseimbangan
lintasan, yaitu:
n × Ws 1. Metode Bobot Posisi
2. Metode Pembebanan Berurut
Efisiensi l int asan ker ja = 42,11 ×100% 3. Metode Pendekatan Wilayah
41×1,91 (Regional)

Metode Bobot Posisi


Efisiensi l int asan ker ja = 42,11 ×100%
78,31
Efisiensi l int asan ker ja = 53,77% Metode ini untuk menyeimbangkan lintasan
yang memiliki prinsip melakukan
pembebaban operasi dengan cara
mengurutkan operasi-operasi berdasarkan
KeseimbanganWaktu menganggur bobot posisinya. Operasi yang memiliki
n ×Ws− t bobot posisi terbesar terlebih dahulu
= ∑ i ×100% n dibebankan pada stasiun kerja.
×Ws
KeseimbanganWaktu menganggur Menghitung kecepatan lintasan
= 41×1,91− 42,11 ×100% Perhitungan kecepatan lintasan adalah 1,91
41×1,91 menit/pieces.
KeseimbanganWaktu menganggur
Setelah dilakukan perhitungan, maka
= 46,23%
diketahui bahwa efisiensi lintasan kerja
dengan menggunakan metode bobot posisi
Pada keseimbangan beban awal memiliki adalah sebesar 78,74% dan waktu
efisiensi lintasan kerja sebesar 53,77% dan menganggur sebesar 21,26%. Hasil
waktu menganggur sebesar 46,23%. perhitungan penyeimbangan lintasan dalam
bentuk grafik dapat dilihat pada grafik
berikut:

vii
Grafik Beban Kerja Operator dengan
Menggunakan Metode Bobot Posisi
120.00

100.00

80.00
E
f Efisiensi
i 60.00
s
i 40.00
e
n
s 20.00
i
0.00
(
%
)
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Stasiun Kerja

Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan


Metode Bobot Posisi

Metode Pembebanan Berurut Membebankan operasi-operasi pada


Metode pembebanan berurut melakukan stasiun-stasiun kerja yang dimulai dengan
pembebanan pekerjaan pada setiap stasiun operasi yang memiliki seluruh elemen
kerja dengan cara membebankan terlebih matriks operasi pendahulu nol dan waktu
dahulu operasi-operasi yang seluruh matriks, operasi terbesar
penyeimbangan lintasan dengan metode
pembebanan berurut. Hasil perhitungan dalam bentuk grafik dan
pola aliran operasi yang terbentuk dari
Menghitung kecepatan lintasan yang pembebanan kerja dengan menggunakan
diinginkan metode pembebanan berurut pada grafik
berikut:
Kecepatan lintasan metode ini adalah 1,91
menit/pieces.

Grafik Beban Kerja Operator dengan


Menggunakan Metode Pembebanan Berurut
120.00

100.00
Efisiensi (%) 80.00

60.00 Efisiensi
40.00
20.00
0.00
Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
Metode Pembebanan Berurut
Stasiun Kerja

Sumber : Data dari perusahaan setelah diolah.

8
Metode Pendekatan Wilayah (Regional) memiliki waktu operasi terbesar. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam metode
Penyeimbangan beban kerja menurut metode pendekatan wilayah ini adalah :
pendekatan wilayah pada prinsipnya
berusaha membebankan terlebih dahulu Penyeimbangan lintasan dalam bentuk grafik
operasi-operasi yang berada di wilayah dapat dilihat pada gambar berikut:
sebelah kiri dan

Grafik Beban Kerja Operator dengan


Menggunakan Metode Pendekatan Wilayah
120.00

100.00

80.00
Efisiensi (%)

60.00 Efisiensi

40.00

20.00

0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Stasiun Kerja

Analisa Keseimbangan Lintasan dengan keseimbangan lintasan lebih rendah jika


Ketiga Metode Keseimbangan Lintasan dibandingkan dengan keseimbangan waktu
menganggur pada kondisi awal.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan,
efisiensi lintasan kerja dengan Perbandingan efisiensi lintasan kerja,
menggunakan ketiga metode keseimbangan keseimbangan waktu menganggur (balance
lintasan mengalami peningkatan jika delay), dan jumlah stasiun kerja pada kondisi
dibandingkan dengan efisiensi lintasan kerja awal dan ketiga metode keseimbangan
pada kondisi awal. Sebaliknya, lintasan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
keseimbangan waktu menganggur pada
ketiga metode

Perbandingan Hasil Perhitungan Pada Kondisi Awal dan Ketiga Metode


Keseimbangan Lintasan

Efisiensi Balance Delay Jumlah


Metode Keseimbangan Lintasan
Lintasan (%) (%) Stasiun Kerja
Kondisi Awal 53,77 46,23 41
Metode Bobot Posisi 78,74 21,26 28
Metode Pembebanan Berurut 78,74 21,26 28
Metode Pendekatan Wilayah
81,66 18,34 27
(Regional)

9
Grafik Beban Kerja Operator pada Keseimbangan Awal Grafik Beban Kerja Operator dengan
Menggunakan Metode Bobot Posisi
120.00
120.00

100.00
100.00

Efisiensi (%)
80.00

Efisiensi (%)
60.00 Efisiensi 80.00

60.00 Efisiensi

40.00 40.00

20.00 20.00

0.00 0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
21 23 25 27

Stasiun Kerja
Stasiun Kerja

(1) (2)
Grafik Beban Kerja Operator dengan
Grafik Beban Kerja Operator dengan Menggunakan Metode Pendekatan Wilayah
Menggunakan Metode Pembebanan Berurut 120.00
1
2
0 100.00
. 80.00

(%)
0 Efisiensi

Efisiensi
0 40.00

60.00

100.00
Efisiensi (%)

80.00 20.00

60.00 Efisiensi 0.00


1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27
40.00
2 Stasiun Kerja
0
.
0
(4)
0

0.00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Stasiun Kerja

(3)

Perbandingan Grafik Beban Kerja Operator Pada (1) Kondisi Awal, (2) Metode Bobot
Posisi, (3) Metode Pembebanan Berurut, dan (4) Metode Pendekatan Wilayah (Regional)

Berdasarkan tabel dan gambar diatas, maka penurunan jumlah stasin kerja, yaitu dari 41
terlihat jelas bahwa metode stasiun kerja pada kondisi awal menjadi 27
keseimbangan lintasan dengan menggunakan stasiun kerja pada keseimbangan lintasan
metode pendekatan wilayah (regional) menggunakan metode pendekatan wilayah.
memiliki efisiensi lintasan kerja tertinggi, Hal ini tentu berdampak pada berubahnya
yaitu 81,66% dan keseimbangan waktu pola aliran dan luas lantai produksi line 21.
menganggur terendah, yaitu 18,34% Hal ini merupakan keuntungan bagi
dibandingkan dengan kondisi awal, metode perusahaan. Bagi perusahaan, keuntungan
bobot posisi, dan metode pembebanan terletak pada berkurangnya luas lantai
berurut. Maka dari itu, metode produksi yang dibutuhkan sehingga biaya
keseimbangan lintasan yang dipilih untuk investasi juga berkurang.
direkomendasikan dan diaplikasikan pada
line 21 PT XYZ adalah metode pendekatan
wilayah. Perbandingan perbedaan layout pada kondisi
awal dan layout setelah dilakukan
keseimbangan lintasan pada tabel berikut ini:
Analisa Layout Lintasan Berdasarkan
Metode Keseimbangan Lintasan
Berdasarkan hasil analisa, maka terjadi
perubahan bentuk layout karena
10
Perbandingan Perbedaan Layout Pada Kondisi Awal dan Layout Setelah
Keseimbangan Lintasan

No. Tata Letak Kondisi Awal Setelah Keseimbangan Lintasan


Pada kondisi setelah dilakukan keseimbangan
Pada kondisi awal, pola aliran lintasan pola aliran berbentuk U dengan
1 Pola Aliran
berbentuk garis lurus dan zigzag tujuan untuk mengurangi waktu hilang akibat
transportasi yang jauh

Waktu yang dibutuhkan untuk perpindahan


Waktu yang dibutuhkan untuk perpindahan barang dari proses satu ke proses
perpindahan (transportasi) barang lainnya lebih singkat karena berkurangnya
2 Transportasi
dari proses satu ke proses lainnya stasiun kerja sehingga lintasan lebih pendek
cukup banyak daripada kondisi awal dan minimnya gerakan
melangkah operator dalam proses produksi

Setiap stasiun kerja membutuhkan Luas lantai produksi yang dibutuhkan pada
2
luas lantai produksi sebesar 1 m , kondisi ini lebih sedikit jika dibandingkan
sehingga luas lantai yang dengan kondisi awal karena jumlah stasiun
3 Luas Lantai dibutuhkan pada kondisi awal kerja yang terbentuk lebih sedikit, jaitu 27
2
adalah sebesar 41 m karena SK. Maka Luas lantai yang dibutuhkan
jumlah staiun kerja pada setelah dilakukan keseimbangan lintasan
2
keseimbangan awal adalah 41 SK adalah 27 m

4. KESIMPULAN berurut, dan metode pendekatan wilayah


(regional), maka metode keseimbangan
Berdasarkan analisa dari hasil yang lintasan yang terbaik adalah metode
diperoleh, maka diambil kesimpulan, yaitu: pendekatan wilayah. Metode pendekatan
wilayah dipilih karena metode ini memiliki
efisiensi lintasan kerja tertinggi, yaitu
Upaya peningkatan efisiensi lintasan kerja 81,66% dan keseimbangan waktu
pada line 21 PT XYZ pada pembuatan menganggur terendah, yaitu 18,34%
produk celana NIKE style 268015, maka dibandingkan dengan keseimbangan lintasan
dilakukan penyeimbangan beban pekerjaan pada kondisi awal, yaitu masing-masing
dengan menggunakan tiga metode 53,77% dan 46,23%, metode bobot posisi,
keseimbangan lintasan. Ketiga metode
yaitu masing-masing 78,74% dan 21,26%,
keseimbangan lintasan tersebut, yaitu
dan metode pembebanan berurut, yaitu
metode bobot posisi, metode pembebanan
berurut, dan metode pendekatan wilayah masing-masing 78,74% dan 21,26%.
(regional) yang selanjutnya akan
dibandingkan dengan Metode keseimbangan lintasan yang terpilih,
keseimbangan awal lintasan. Penyeimbangan yaitu metode pendekatan wilayah, maka
beban pekerjaan dilakukan berdasarkan terjadi perubahan layout lantai produksi
kecepatan lintasan stasiun kerja, yaitu 1,91 karena berkurangnya jumlah stasiun kerja
menit/pieces. dari 41 SK pada kondisi awal menjadi 27 SK
pada kondisi setelah dilakukan
Dalam melakukan penyeimbangan beban keseimbangan lintasan. Selain itu, setelah
pekerjaan dengan menggunakan metode dilakukan penyeimbangan lintasan pola
bobot posisi, metode pembebanan aliran juga
11
mengalami perubahan dari bentuk zigzag
pada layout awal menjadi bentuk U pada
metode pendekatan wilayah. Hal ini
menyebabkan gerakan melangkah
menjadi minimum sehingga waktu hilang
akibat transportasi yang berlebihan dapat
ditekan.

5. DAFTAR PUSTAKA

1. Buffa Elwood.S, “Sistem Produksi ”,


1997
2. Frederick W. Taylor, “Pengukuran
Waktu Kerja”
3. Sritomo Wignjosoebroto, “ Pengertian
Produksi “,2003
4. Suta Laksana,”Penyesuaian Menurut
Cara Shumard”, 1978
5. Nasution, Arman Hakim, ” Perhitungan
Bobot Posisi Untuk tiap Operasi ”1999
6. Vincent Gasperz, “Sistem Produksi”,.

12

You might also like